Bangunan Bendung TINJAUAN PUSTAKA

12

2.4.2 Jenis- Jenis Pasangan

Menurut Departemen Pekerjaan Umum 1986 banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran. Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang dianjurkan pemakaiannya : 1. Pasangan batu. 2. Beton. 3. Tanah. 4. Dapat juga menggunakan Beton Ferro cement. Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan, dengan alasan sulitnya memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri. Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul. Tersedianya bahan di dekat tempat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang penting dalam pemilihan jenis pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada umumnya dianjurkan pemakaian pasangan batu. Pasangan dari bata merah mungkin bisa juga dipakai. Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat mengeluarkan bahan-bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan berat pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke atas. Sebagai alternatif jenis-jenis lining, saat ini sudah mulai banyak diaplikasikan penggunaan material ferro cement untuk saluran irigasi dan bangunan air. Struktur ferro cement yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan sangat cocok untuk diterapkan diberbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang tersebar merata hampir di seluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat struktur tipis dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencananya Departemen Pekerjaan Umum, 1986.

2.5 Bangunan Bendung

Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai. Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, ada dua tipe yang dapat digunakan yaitu bending pelimpah dan bending gerak Mawardi, 2006. Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: 1. Tipe, bentuk dan morfologi sungai 2. Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi 3. Topografi pada lokasi yang direncanakan 4. Kondisi geologi teknik pada lokasi 5. Metode pelaksanaan 6. Aksesibilitas dan tingkat pelayanan Menurut Mawardi 2006 faktor-faktor yang disebutkan di atas akan dibicarakan dalam pasal-pasal berikut. Pasal terakhir akan memberikan tipe-tipe bangunan yang cocok untuk digunakan sebagai bangunan bendung dalam kondisi yang berbeda-beda. Aspek-aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah : 1. Pertimbangan topografi 2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung 13 3. Pengaruh hidraulik 4. Pengaruh regime sungai 5. Tingkat kesulitan saluran induk 6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung 7. Luas layanan irigasi 8. Luas daerah tangkapan air 9. Tingkat kemudahan pencapaian 10. Biaya pembangunan

2.5.1 Jenis- Jenis Bendung

Menurut Mawardi 2006 jenis bendung ada bermacam-macam sesuai dengan fungsi,tipe struktur dan sifatnya. Bendung berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: 1. Bendung penyadap; digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya. 2. Bendung pembagi banjir; dibangun di percabangan sungai untuk mengatur muka air sungai sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit banjir rendah sesuai dengan kapasitasnya. 3. Bendung penahan pasangan; dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, diantaranya untuk mencegah masuknya air asin. Berdasarkan tipe strukturnya bendung dapat dibedakan menjadi: 1. Bendung tetap 2. Bendung gerak 3. Bendung kombinasi 4. Bendung kembang-kempis 5. Bendung bottom intake Ditinjau dari segi sifatnya bendung dapat pula dibedakan menjadi: 1. Bendung permanen seperti bendung pasangan batu, beton dan kombinasi antara beton dan pasangan batu 2. Bendung semi permanen seperti bendung bronjong dan cerucuk kayu 3. Bendung darurat yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendung tumpukan batu

2.5.2 Tinggi Bendung

Menurut Mawardi 2006 tinggi bendung merupakan ketinggian antara elevasi lantai bendung atau dasar sungai dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap : 1. Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan; 2. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan; 3. Tinggi muka air genangan yang akan terjadi; 4. Kesempurnaan aliran pada bendung; 5. Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung; 6. Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H H = tinggi energi di atas mercu. Tinggi mercu bendung dianjurkan tidak lebih dari 4 meter dan minimal 0,5 H. Jika tinggi mercu lebih dari 4 meter yang biasa terjadi untuk bendung-bendung dengan lokasi di sudetan, maka elevasi dasar lantai udik dapat diletakkan lebih tinggi dari dasar sungai Mawardi, 2006. 14 Untuk menentukan tinggi suatu bendung bisa digunakan dengan rumus yang lebih sederhana. Setelah mengetahui debit banjir maksimum dan kecepatan aliran sungai, bisa dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : H = Q V x b………………………………………………………………..…….10 Dimana : H = tinggi bendung m Q = debit banjir maksimum m 3 detik V = kecepatan aliran mdetik B = lebar bendung m Selain tinggi bendung, juga dapat dihitung tinggi muka air diatas mercu bendung dengan persamaan sebagai berikut : = � 23 23 � � � � 1.5 ……………………………………………… …11 Dimana : Q = debit banjir Cd = koefisien debit g = gravitasi 9.8 mdtk B = lebar bendung H = tinggi energi di atas mercu Bila disederhanakan rumusnya menjadi : Q = C x B x H 1.5 …………………………………………………………………..12 Gambar 5. Tinggi Muka Air Bendung 15

2.5.3 Lebar Bendung

Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya abutment, sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Di bagian ruas bawah sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada debi tpenuh bankful discharge, di bagian ruas atas mungkin sulit untuk menentukan debit penuh. Dalam hal ini banjir rata-rata tahunan dapat diambil untuk menentukan lebar rata-rata bendung. Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil. Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sedimen kasar yang berat, lebar bendung tersebut harus lebih disesuaikan lagi terhadap lebar rata-rata sungai, yakni jangan diambil 1,2 kali lebar sungai tersebut. Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran per satuan lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14.m3dt.m1, yang memberikan tinggi energi maksimum sebesar 3,5 –4,5 m Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Lebar efektif mercu Gambar 6 dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya B, yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung danatau tiang pancang, dengan persamaan berikut: Be = B – 2 nKp + K a H1…………………………………………………..13 dimana: n = jumlah pilar Kp = koefisien kontraksi pilar Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung H1 = tinggi energi, m Gambar 6.Lebar Efektif Mercu Untuk menentukan nilai koefisien Ka dan Kp dapat ditentukan sesuai dengan bentuk pilar dan bentuk pangkal tembok. Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan pada jari-jari yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar, untuk pilar berujung bulat dan untuk pilar berujung runcing. Dan pada bentuk pangkal tembok Ka dibedakan untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran, untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran dengan 0,5 H1 r 0.15 H1 dan untuk pangkal tembok bulat di mana r 0.5 H1 dan tembok hulu tidak lebih dari 450 ke arah aliran. Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnyadengan bagian depan terbuka sebaiknya diambil 80 dari lebar rencana untuk mengkompensasi perbedaan koefisiensi debit dibandingkan dengan mercu bendung itu sendiri Mawardi, 2006. 16

2.6 Bangunan Bagi