pendapat, hipotesis dapat dikatakan benar jika dapat menghasilkan jalan keluar dalam praktik atau membuahkan hasil-hasil yang memuaskan.
Para pendukung pragmatisme menekankan kepada tiga hal: Pertama, sesuatu dikatakan benar jika memuaskan atau memenuhi keinginan dan tujuan manusia. Kedua, sesuatu
dikatakan benar jika kebenarannya dapat dikaji dengan eksperimen. Ketiga, sesuatu itu benar jika dapat membatu dalam perjuangan hidup bagi eksistensi manusia.
[9] Penjelasan di atas telah menguatkan bahwa kebenaran menurut masing-masing aliran
memiliki objek kajian dan tujuan yang ingin dicapai dari pengetahuan, tidak sampai disitu kebenaran menghendaki adanya usah memperoleh pengetahuan dengan mengadakan
penyesuaian, eksperimen, dan asas fungsional dan kebutuhan manusia. Kalau dilihat dari sisi subjek yang mencari kebenaran maka tiga hal ini yang mendasari kebenaran, pertanyaannya
adalah apakah kebenaran yang dipandang dari sudut subjektif dapat diterima? Atau apakah kebenaran yang tumbuh dari objek yang dapat diterima? Baiklah untuk menjawab kedua
pertanyaan tersebut dijelaskan pengertian masing-masing dan landasan-landasannya.
B. Kebenaran Ilmiah dari Sudut Pandang Subjektifitas
Telah diketahui kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah terutama menyangkut adanya teori yang menunjang serta sesuai dengan
bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan.
Sifat setiap ilmu adalah diidentikkan dengan dua teori yaitu “subjektifitas” dan “objektifitas”. Subjek berkaitan dengan seseorang atau pribadi. Subjektif berkaitan erat
dengan ke-aku-an. [10]
Dalam hal filsafat subjektif berkaitan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur, eksistensi, makna dan validitasnya.
[11] Dari penjelasan di atas bahwa “subjektifitas” menghendaki peranan penting dari setiap
pribadi yang menilai sendiri tentang kebenaran, artinya sesuatu dipandang benar jika didasarkan pada pribadi atau manusia yang menilai tentang sesuatu itu. Kebenaran tolak
ukurnya adalah berdasarkan subjek, namun hal semacam ini apakah berlaku bagi kebenaran
ilmiah? Sedangkan kebenaran ilmiah sangat identik dengan syarat-syarat ilmiah menyangkut teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti, yang ditunjang oleh rasio dan divalidasi
dengan data empirik. Seperti yang dikatakan Jujun S. Sumantri kebenaran ilmiah harus didahului oleh
caraprosedur-prosedur yang disebut metode ilmiah. Metode merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran, juga dapat diartikan bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Metode ini menggunakan langkah-langkah yang
sistematis, teratur dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Berdasarkan fakta
b. Bebas dari prasangka
c. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
d. Menggunakan hipotesa
e. Menggunakan ukuran objektif
f. Menggunakan teknik kuantifikasi.
Dengan cara kerja seperti ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan memiliki karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yaitu sifat rasional dan teruji
yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Sifat rasional dan teruji bagi kebanaran ilmiah menghendaki adanya kebenaran hanya sesuatu yang dapat diakalkan logiskan dan dapat teruji. Berari kebenaran ilmiah sangat
menolak dengan kebenaran mutlak. Sebab kebenaran ini kaitannya dengan kebenaran yang datang dari Tuhan bersumber dari wahyu yang mengikat. Kebenaran yang rasional dan teruji
akan hanya mampu memaparkan hal-hal yang empiris. Jika demikian di atas jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut jika dikaitkan dengan
penjelasan pengertian kebenaran ilmiah dari aspek subjektifitas belum dapat diterima karena kebenaran ilmiah yang bermuara dari subjektifitas tidak jarang menunjukkan bukti atau tidak
sesuai dengan data empirik dan pembuktian nyata berdasarkan dengan rasa atau pribadi.
Oleh karena itu kebenaran yang sesungguhnya dalam kajian kebenaran ilmiah adalah kebernaran yang sedikit dipengaruhi oleh unsur subjektifitas.
C. Kebenaran Ilmiah dari Sudut Pandang Objektifitas