KEBENARAN OBYEKTIFITAS DALAM ILMU PENGETAHUAN
by admin _brow
9122015 | 5:26 Posted in
Filsafat ,
Metodologi Penelitian ,
Pendidikan ,
Sains
kebenaran obyektifitas
www.rangkumanmakalah.com
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran.
Semua orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang
menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan human dignity selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. kebenaran obyektifitas sebagai ruang
lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat
kebenaran itu?
[4] Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik
spikologis. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya
ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak absolut. Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran illahi, ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum universal.[5]
A. Pengertian Kebenaran objektifitas dalam ilmu pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan kebenaran adalah sesuatu yang terus dicari. Pada zaman dahulu manusia mengabaikan mitos-mitos, dongeng-dongeng karena menginginkan kebenaran sejati.
Ini menyebabkan ilmu pengetahuan kadang berkonflik dengan agama dan keuasaan, kadang bahkan dengan ilmu yang ada sebelumnya. Ini menyebabkan pertengkaran tidak hanya dalam
pihak teori dan pemikiran, namun juga pribadi dan lain sebagainya.
Karena mencari kebenaran yang sejati ini. Ilmu pengetahuan tidak pernah berhenti mencari kebenaran. Penelitiannya tidak pernah usai untuk menemukan kebenaran yang sebenar-
benarnya yang tidak diragukan lagi. Mungkin awal dari pemikiran ini ada pada Rene Descartes. Descartes mencoba mencari kebenaran yang tidak diragukan lagi, dengan cara
meragukan segala sesuatu yang pernah diketahuinya. Dengan menghancurkan basis sebelumnya mengetahui kebenaran.[6]
Secara bahasa objektivitas dapat dipahami sebagai sebuah sikap yang menggambarkan adanya kejujuran, bebas dari pengaruh pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dan
lain-lain khususnya dalam upaya untuk mengambil sebuah keputusan atau tindakan. Dalam konteks keilmuan kebenaran obyektifitas hanya dapat diakui jika dan hanya jika melalui
prosedur yang absah berdasarkan konsep metode ilmiah. Jika sesuai dengan syarat dan prosedur metode ilmiah maka penemuan tersebut bisa disebut objektif dan jika tidak maka
disebut sebagai sesuatu yang tidak objektif dan karenanya dianggap nisbi. Selanjutnya dengan metode ilmiah itu sebuah ilmu benar-benar bisa diakui objektif atau bebas nilai.
Meskipun dalam tataran historis sesuatu yang kemudian terbantahkan adalah objektivitas mengapa selalu berubah-ubah seiring dengan bergulirnya waktu, khususnya perkembangan
sains dan teknologi. Bukankah semestinya, sesuatu yang kebenaran obyektifitas di masa lalu juga objektif di masa sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu wajar jika kemudian
muncul pertanyaan, benarkah yang dianggap nisbi itu betul-betul nihil atau justru eksis dan sebaliknya? Sebelum membahas hal ini ada baiknya kita kaji lebih dulu apa itu ada atau apa
itu ontologi.[7]
B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat 1. Teori Corespondency.