Sistem Asuransi. Teori-teori Khusus.

4. Menggunakan atribut tampilan yang unik untuk menandakan sesuatu. 5. Nilai-nilai awal yang harus diisi oleh pengguna harus ditulis atau ditampilkan. 6. Antisipasi error yang kemungkinan pengguna akan ciptakan. 7. Pengguna tidak boleh diizinkan untuk meneruskan menjalankan program apabila masih terdapat error. 8. Apabila pengguna melakukan sesuatu yang dapat sangat membahayakan sistem, maka harus ada mekanisme keyboard lock dan instruction message.

2.2 Teori-teori Khusus.

Teori-teori Khusus ini merupakan teori-teori yang khusus yang berkaitan dengan penelitian.

2.2.1 Sistem Asuransi.

Menurut UU No. 21992 mengenai Usaha Perasuransian , maka pengertian perusahaan Reasuransi ialah perusahaan yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa. Reasuransi merupakan suatu sistem penyebaran, dimana penanggung menyebarkan seluruhsebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung lain. Pihak yang menyerahkan pertanggungan tertanggung disebut ceding company, dan pihak yang menerima pertanggungan penanggung disebut reinsurer atau reasuradur. Fungsi reasuransi adalah:

1. Memperbesar Kapasitas Akseptasi

Suatu fakta bahwa perusahaan Asuransi mempunyai modal yang terbatas. Dengan modalnya yang terbatas itu, Asuradur tidak leluasa untuk melakukan akseptasi terhadap risiko-risiko yang diterimanya. Singkat kata, sesuai peraturan perundangan perusahaan Asuransi hanya diperkenankan mempunyai Retensi Sendiri sebesar 10 dari Modal Sendirinya. Sebagai contoh bila “Perisai” mempunyai Modal sebesar IDR 10 Milyar, maka maksimum risiko yang boleh diaksep hanyalah sebesar IDR 1 Milyar. Kalau kita melihat kondisi sekarang, sudah sangat banyak harta benda yang nilainya jauh melebihi angka IDR 1 Milyar. Maka kapasitas yang hanya sebesar IDR 1 Milyar itu tentu saja sangat tidak relevan. Bila seandainya ia tidak mempunyai back-up Reasuransi, tentunya “Perisai” tidak diperkenankan menutup pertanggungan di atas IDR 1Milyar. Bila kemudian “Perisai” menerima penawaran untuk meng-cover harta benda senilai IDR 5 Milyar, apa yang harus dilakukannya? Menolak risiko tersebut? Hanya menerima yang IDR 1 Milyar, sedangkan sisanya adalah tanggungan nasabah sendiri? Atau meminta nasabah untuk mencari perusahaan asuransi lain yang mau menanggung IDR 4 Milyar tadi? Menurut hemat saya, dan bila saya sebagai Nasabah, tentunya saya tidak mau repot mencari beberapa perusahaan yang mau mengasuransikan harta benda saya. Lain halnya kalau memang harta benda saya bernilai sangat tinggi, tentunya saya akan mendistribusikan risiko ke beberapa Asuradur co-insurance. Menjawab pemasalahan diatas, Reasuransi tidak memberikan solusi atas kapasitas akseptasi terbatas yang dimiliki Asuradur.Bila “Perisai” mempunyai dukungan Reasuransi, maka dengan tetap mengandalkan Net Retensi-nya sebesar IDR 1 Milyar tadi, ia bisa melakukan akseptasi terhadap risiko-risiko yang nilainya jauh melebihi IDR 1 Milyar. Misalnya untuk risiko sebesar IDR 5 Milyar. Maka risiko sejumlah IDR 1 Milyar, tetap menjadi Net Retensi, sedangkan sisa sebesar IDR 4 Milyar dialihkan ke Reasuradur entah secara Treaty atau secara Fakultatif .

2. Menciptakan Stabilitas Keuangan

Dalam menghadapi risiko yang penuh dengan ketidakpastian, tidak ada seorangpun, baik Tertanggung, Asuradur maupun Reasuradur, yang tahu secara pasti apakah risiko tersebut nantinya akan menimbulkan kerugian. Selain dampak kerugian yang tentunya tidak sedikit, bila kita melihat dari sisi keuangan, tentunya tiap individu ataupun Organisasi, akan mengalami fluktuasi keuangan bilamana mengalami kerugian. Misalnya seseorang yang kehilangan mobil senilai IDR 100 juta. Bila saja ia mempunyai uang yang cukup, tentunya untuk dapat mengembalikan kondisi dimana ia memiliki mobil tadi, maka ia harus mengeluarkan uang senilai IDR 100 juta. Hal tersebut tentu mengganggu cash flow keuangan. Yang tadinya tidak ada rencana mengeluarkan uang sebesar IDR 100 juta, sekarang harus melakukannya. Itu kalau orang tersebut mempunyai kondisi keuangan yang memadai. Untuk yang tidak, tentu lebih dramatis lagi, bagaimana ia harus mengumpulkan uang untuk dapat membeli mobil.Sebagai bagian dari Manajemen Risiko, Reasuransi dapat menghilangkan ketidakpastian keuangan tadi. Asuradur dapat menentukan seberapa besar kerugian yang mau dan mampu dideritanya, selebihnya menjadi beban Reasuradur

3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri dan Memberikan Ketentraman Hati

Dari penjelasan di atas bahwa dengan Reasuransi, Asuradur bisa mendapatkan kapasitas akseptasi yang jauh lebih besar dari yang sesungguhnya ia miliki. Tentunya secara tidak langsung akan menimbulkan rasa percaya diri, utamanya dapat bersaing memperebutkan risiko yang besar. Nasabah sendiri tentunya lebih senang mempertanggungkan harta bendanya ke Asuradur yang mempunyai kapasitas askeptasi lebih besar. Dari penjelasan kedua, juga diperoleh suatu keyakinan bahwa Asuradur hanya akan menderita kerugian sebesar nilai tertentu dimana sisanya dialihkan ke Reasuradur. Dengan adanya keyakinan itu, maka tentunya Asuradur akan merasa aman dan tidak lagi was-was atau khawatir bahwa bila Tertanggungnya mengalami kerugian, hal itu akan membebani dirinya. Keyakinan ini yang nantinya akan memberikan ketentraman hati, dan Asuradur dapat berkonsentrasi penuh dalam meraih produksi premi. Sebenarnya fungsi ini serupa dengan harapan bagi Nasabah membeli proteksi Asuransi, yaitu mendapatkan “peace of mind”.

4. Memberikan Perlindungan atas Risiko Katastropis

Seperti disebutkan sebelumya, bahwa malapetaka bisa saja terjadi tanpa bisa diduga kapan dan berapa besarnya. Bila Asuradur mengalami klaim yang bertubi-tubi atau sangat besar nilainya, bukan tidak mungkin ia mengalami default atau bangkrut karena tidak mampu membayar liabiality-nya. Bila “Perisai” mendapat tuntutan klaim atas kerusakan mobil senilai IDR 100 juta, tentu nilai tersebut tidaklah material dan dapat dibayar dengan murah oleh Asuradur. Namun bagaimana bila tuntutan itu secara bersamaan diajukan oleh 1000 pemegang polisnya, apakah “Perisai” masih akan mampu membayar IDR 100 Milyar? Menjawab pertanyaan seperti itulah, Reasuransi datang membawa jawaban untuk menanggulangi risiko yang bersifat katastropis. Intinya, dengan melakukan pengalihan risiko yang sifatnya katastropis, Asuradur dapat terhindar dari kerugian yang severity-nya sangat tinggi.

5. Melakukan Penyebaran Risiko

Sama halnya penyebaran risiko yang dilakukan oleh seorang Tertanggung ke perusahaan Asuransi, maka sewajarnya hal ini dilakukan pula oleh perusahaan Asuransi kepada perusahaan Reasuransi, dan seterusnya. Untuk menghindari rasa khawatir akan risiko yang terlalu besar, selain menanggung sebagian risiko, Asurasur tentunya akan melakukan penyebaran lebih lanjut terhadap risiko yang diaksepnya dari Tertanggung. Sebagian risiko yang dialihkan ini terdapat dalam mekanisme Reasuransi. Metode penyebarannya sebaiknya dilakukan ke beberapa Reasuradur, untuk meminimalisasi risiko hambatan recovery klaim. Logikanya, risiko yang dibagi cukup merata kepada beberapa Reasuradur akan lebih mudah ditagihkan dibandingkan bila hanya dilimpahkan kepada satu Reasuradur saja. Pada contoh tersebut, dapat kita lihat bahwa dari satu Risiko yang sangat besar, namun dengan distribusi risiko yang cukup merata, akan lebih acceptable dan managable bilamana terjadi kerugian. Lain halnya bila, risiko dialihkan oleh Asuradur hanya ke Reasuradur “A” saja misalnya, maka beban sebesar IDR 99 Milyar hanya akan ditanggung sendiri.

2.2.2 Microsoft .NET.