Dari Gambar 18 dapat dilihat bahwa baik di stasiun 3 dan stasiun 4 sinyal
koherensi yang sangat dominan terjadi pada periode band 9 – 16 bulan dan terjadi
sepanjang tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Hal ini berarti bahwa pada stasiun 3 dan 4 suhu permukaan laut dan klorofil berkorelasi erat pada periode
satu tahunan annual. Pada stasiun 1 dan 2 sinyal koherensi yang sangat dominan terjadi di 0
– 7 bulan, 3 – 6 bulan dan 2 -4 bulan, hal ini berarti bahwa pada stasiun 1 dan 2, suhu permukaan laut dan klorofil berkorelasi erat pada periode 3
bulanan intraannual dan periode 6 bulanan semiannual.
4.2.2. Analisis EOF
Hasil analisis dengan menggunakan metode Emphirical Orthogonal Function EOF dengan input suhu permukaan laut SPL yang menggambarkan
distribusi variabilitas SPL pada periode tahun 2002 – 2009 melalui proses
pembagian kelas syntax program pada lampiran 2. Hasil analisa EOF menghasilkan variabilitas SPL dengan nilai skala -0.06
– 0.06 ditunjukkan pada
Gambar 19 dengan menampilkan 2 mode EOF EOF1 dan EOF2.
Mode 1 Mode 2
Gambar 19. Sebaran Spasial SPL Mode 1 dan Mode 2 hasil analisis EOF
Nilai skala yang bernilai negatif menunjukkan bahwa pada perairan tersebut mempunyai variabilitas SPL yang berbanding terbalik atau kebalikan
dengan SPL lainnya yang bernilai positif dilokasi tempat penelitian dalam hal ini lokasi yang dianalisis meliputi area koordinat 7.5 °LS
– 9.5 °LS dan 115.25 °BT – 116.25 °BT. Pada EOF 1 hasil analisis menunjukkan bahwa perairan selatan Selat
Lombok dominan memiliki variabilitas bernilai -0.02 sampai dengan -0,025, namun terlihat pada perairan utara Selat Lombok, rata-rata memiliki nilai skala
negatif yang lebih besar berkisar antar -0,035 sampai dengan -0,06, hal ini kemungkinan di bagian utara perairan Selat Lombok memiliki dasar perairan yang
relatif dangkal sehingga terjadi fluktuasi relatif tinggi . Pada EOF 2 hasil analisis menunjukkan nilai skala tinggi di utara Selat Lombok bernilai positif dengan
nilai skala 0,02 sampai dengan 0,05 dan di selatan Selat Lombok dengan nilai skala negatif berkisar antara -0,02 sampai dengan -0,05. Dari hasil yang
ditampilkan pada EOF 2 di sebagian kecil wilayah selatan perairan Selat Lombok khususnya di sekitar koordinat 9 °LS tampak terjadi fluktuasi nilai skala yang
tinggi berkisar antara -0,03 sampai dengan -0,04, kemungkinan terjadi akibat di sekitar lokasi tersebut terdapat punggung laut sill sehingga menyebabkan terjadi
fluktuasi yang cukup tinggi di daerah ini. Nilai eigen pada EOF 1 memiliki nilai 78,0, EOF 2 bernilai 8,4, EOF
3 bernilai 1,6 dan EOF 4 bernilai 0,9. Nilai eigen ini menunjukkan berapa besar bagian varian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang
dijelaskan pada setiap modenya dan dalam hal ini berarti menunjukkan seberapa besar parameter yang dianalisa SPL mempengaruhi terhadap lokasi yang akan
diuji perairan Selat Lombok. Nilai eigen pada EOF 1 memiliki nilai yang paling besar, yang diikuti oleh EOF 2 dan seterusnya. Amplitude dari setiap mode EOF
dapat dilihat pada grafik temporal pada setiap modenya, dimana grafik temporal ini dapat menjelaskan siklus dari fenomena yang dijelaskan pada setiap EOF dan
kuat lemahnya fenomena tersebut.
Grafik temporal untuk setiap modenya dapat dilihat pada Gambar 20.
Grafik temporal yang dihasilkan pada mode 1 memperlihatkan siklus dengan periode setengah tahunan semiannual dan tahunan annual yang dominan, hal
ini diduga pengaruh fenomena musiman yang diakibatkan oleh adanya pergantian
angin Muson Barat dan dan Muson Timur. Temporal mode 2, mode 3 dan mode 4 menggambarkan adanya siklus dengan periode tahunan annual dan antar
tahunan interannual yang diduga merupakan siklus yang diakibatkan oleh adannya fenomena ENSO.
Gambar 20. Grafik Temporal SPL dari 4 mode EOF
Hasil analisis EOF dengan input konsentrasi klorofil, menghasilkan variabilitas Klorofil dengan nilai skala -0.17
– 0.1 dan ditunjukkan pada
Gambar 21 dan dengan menampilkan 4 mode EOF EOF1, EOF2, EOF3 dan
EOF4. Pada EOF 1 hasil analisis menunjukkkan bahwa di perairan Selat Lombok fluktuasi yang tinggi terkonsentrasi beberapa bagian di pesisir pantai
dengan variabilitas tertinggi bernilai dengan kisaran -0,1 sampai dengan -0,15. Sedangkan pada EOF 2 hasil analisis menunjukkan nilai skala tertingi mirip
dengan EOF 1 dimana klorofi berfluktuasi tinggi berada hanya di sekitar pesisir pantai.
Mode 1 Mode 2
Gambar 21 . Sebaran spasial klorofil Mode 1 dan Mode 2 hasil analisis EOF
Untuk nilai-nilai eigen dari hasil analisis EOF, didapatkan nilai eigen untuk EOF 1 sebesar 32,4, EOF 2 bernilai hingga 20,4 , EOF 3 bernilai 8,6
dan EOF 4 bernilai sebesar 6,0. Amplitude dari setiap mode EOF terhadap
waktu dapat dilihat dalam grafik temporal pada Gambar 22. Dari grafik temporal
yang dihasilkan pada mode 1 sampai dengan mode 4, secara umum grafik yang terlihat menunjukkan nilai berkisar ≤ 1. Hal ini berarti bahwa konsentrasi
klorofil-a tidak banyak bervariasi ataupun perubahan konsentrasi dari tahun ke tahun adalah kecil, kecuali pada daerah-daerah dekat muara di pesisir pantai.
Sebaran klorofil-a di perairan Selat Lombok diduga dipengaruhi oleh adanya run off yang berasal dari daratan melalui sungai-sungai di Pulau Lombok dan juga
sebagian berasal massa air dari Laut Jawa dan Laut Flores yang masuk ke perairan Selat Lombok dan keluar menuju Samudera Hindia.
Gambar 22 . Grafik temporal klorofil-a dari 4 mode EOF
4.3. Korelasi Kesuburan Perairan dan Kondisi Oseanografi