Menurut  Amri  2002,  dari  pengamatan  sebaran  konsentrasi  klorofil-a  di perairan Indonesia diperoleh bahwa konsentrasi klorofil-a tertinggi dijumpai pada
muson  Tenggara  musim  Timur,  dimana  pada  saat  itu  terjadi  upwelling  di beberapa  perairan  terutama  di  perairan  Indonesia  bagian  timur.  Sedangkan
konsentrasi klorofil-a terendah dijumpai pada saat muson barat laut, dimana pada saat  itu  di  perairan  Indonesia  tidak  terjadi  upwelling,  sehingga  nilai  konsentrasi
nutrien di perairan lebih kecil. Perairan Selat  Lombok  dapat  dikatakan subur saat  terjadi upwelling pada
musim  timur.  Tingginya  konsentrasi  nutrien  di  perairan  ini  mengakibatkan terjadinya  peningkatan  jumlah  fitoplankton.  Hal  ini  disebabkan  karena  nutrien
yang  mengandung  nitrat  dan  fosfat  sangat  dibutuhkan  bagi  perkembangan fitoplankton.  Daerah  dimana  terjadi  upwelling  umumnya  memiliki  zat hara  yang
lebih  tinggi  dibanding  dengan  daerah  sekitarnya.  Tingginya  kandungan  zat  hara akan merangsang pertumbuhan fitoplankton di lapisan permukaan. Perkembangan
Fitoplankton  sangat  erat  hubungannya  dengan  tingkat  kesuburan  perairan, sehingga  proses  naiknya  air  upwelling  selalu  dihubungkan  dengan
meningkatnya produktivitas primer suatu perairan.
2.3.2. Penetrasi Sinar Matahari
Cahaya  matahari  sangat  penting  dalam  kelangsungan  proses  fotosintesis yang  dilakukan  oleh  fitoplankton.  Laju  fotosintesis  akan  meningkat  bila  tingkat
intensitas  cahaya  tinggi  dan  akan  menurun  jika  intensitas  cahaya  menurun.  Pada tingkat  intensitas  cahaya  sedang,  laju  fotosintesis  merupakan  fungsi  linier  dari
intensitas  cahaya.  Namun  di  dalam  kolom  air  di  dekat  permukaan  air  dimana intensitas  cahaya  tertinggi,  umumnya  spesies  fitoplankton  menunjukkan
fotosintesis berlangsung pada suatu tingkat tertentu bahkan menurun. Laju fotosintesis di permukaan adalah relatif kecil karena pengaruh cahaya
matahari  yang  terlalu  kuat.  Intensitas  cahaya  yang  terlalu  tinggi  mengakibatkan jenuhnya  proses  fotosintesis  sehingga  lajunya  tidak  dapat  ditingkatkan  lagi.
Menurut  Tomascik  et  al.  1997,  menyatakan  bahwa  pada  perairan  tropis, fotosintesis  maksimum  umumnya  tidak  di  permukaan,  tetapi  ada  di  kedalaman
yang  berkisar  antara  5-30  m.  Semakin  dalam    maka  laju  fotosintesis  semakin meningkat  hingga  mencapai  maksimum  Pmax  pada  kedalaman  beberapa  meter
di bawah permukaan. Selanjutnya, di bawah Pmax  laju fotosintesis akan menurun secara proposal terhadap intensitas cahaya Nontji, 2002.
2.3.3. Kadar Nutrien
Masuknya  unsur  dan  senyawa  esensial  ke  dalam  suatu  sistem  perairan, khususnya  N  nitrogen,  P  fosfat,  dan  Si  silikat  umum  dilihat  sebagai  faktor
pembatas  yang  mempengaruhi  penyebaran  dan  pertumbuhan  populasi  dan komunitas  fitoplankton.  Howarth  1988  dalam  Pomeroy  1991  mengatakan
bahwa  dinamika  populasi  fitoplankton  sangat  ditentukan  oleh  nutrien  yang berperan  sebagai  faktor  pembatas.  Unsur-unsur  utama  yang  dibutuhkan  oleh
fitoplankton  merupakan  faktor  pembatas  pada  perairan  yang  berbeda.  Menurut Hecky dan Kilham 1988 dari ketiga unsur utama yaitu N, P, Si, pada perairan air
tawar,  fosfat  lebih  menjadi  faktor  pembatas  bagi  pertumbuhan  alga  bila dibandingkan  dengan  unsur  yang  lain,  sedangkan  di  perairan  laut,  ketiga  unsur
tersebut  bersama-sama  bersifat  sebagai  faktor  pembatas  pertumbuhan,  terutama nitrogen.
Pertumbuhan  dan  reproduksi  fitoplankton  dipengaruhi  oleh  kandungan nutrien di  dalam kolom perairan. Kebutuhan  akan besarnya kandungan dan jenis
nutrien  oleh  fitoplankton  sangat  tergantung  dari  klas  atau  jenis  fitoplankton  itu sendiri  disamping  jenis  perairan  dimana  fitoplankton  tersebut  hidup.  Laju
pertumbuhan  fitoplankton  akan  tergantung  pada  ketersediaan  nutrien  yang  ada. Menurut Pomeroy 1991, laju pertumbuhan fitoplankton akan sebanding dengan
meningkatnya  konsentrasi  nutrien  hingga  mencapai  suatu  konsentrasi  yang saturasi. Setelah keadaan ini, pertumbuhan fitoplankton tidak tergantung lagi pada
konsentrasi nutrien. Nitrogen  sangat  dibutuhkan  fitoplankton  untuk  mensintesa  protein.
Menurut  Parsons  et  al.  1984,  nitrogen  di  laut  terutama  berada  dalam  bentuk molekul-molekul  nitrogen  dan  garam-garam  anorganik  seperti  nitrat,  nitrit  dan
ammonia, dan beberapa senyawa nitrogen organik asam amino dan urea. Fosfat di  laut  berada  dalam  bentuk  fosfat  anorganik  terlarut,  fosfat  organik  terlarut  dan
partikulat  fosfat  Levinton,  1982;  Parsons  et  al.,  1984.  Fitoplankton  secara normal  dapat  mengasimilasi  secara  langsung  fosfat  anorganik  terlarut  ion
orthophosphate  dan  kadang-kadang  menggunakan  fofat  organik  terlarut.  Fosfat
berperan  didalam  mentransfer  energi  dalam  sel  fitoplankton  misalnya  dalam phosphorylation  dan  energi  ADP  Adenosin  Diphosphate  rendah  menjadi  ATP
Adenosin Triphosphate tinggi Tomascik et al., 1997. Dari  berbagai  jenis  nutrien,  silikat  meskipun  dibutuhkan  dalam  jumlah
yang  cukup  besar  namun  bukan  merupakan  senyawa  atau  unsur  utama  yang essensial  bagi  fitoplankton  seperti  fosfat  dan  nitrat.  Karena  silikat  tidak  terlalu
penting  dalam  komposisi  protoplasma  tumbuhan  tetapi  hanya  berfungsi  untuk menyusun  kerangka  shell  diatom  dan  cyst  dari  yellow-brown  algae  serta
berperan  dalam  sentesa  DNA  pada  Cylindrotheca  fusiform  Reid  and  Wood, 1976;  Kennish,  1990  dalam  Tubalawony,  2007.  Meskipun  demikian,  jika
kandungan silikat terlarut dalam suatu perairan berkurang dapat menghambat laju pembelahan sel dan menekan aktivitas metabolisme sel fitoplankton. Ketersediaan
silikat  seringkali  berdampak  terhadap  kelimpahan  dan  produktivitas  fitoplankton dan  menjadi  faktor  pembatas  bagi  populasi  fitoplankton  lainnya.  Artinya  bila
ketersediaan  silikat  dalam  perairan  berada  dalam  konsentrasi  yang  cukup,  maka pertumbuhan  fitoplankton,  khususnya  diatom  akan  meningkat  dan  mendominasi
perairan,  dan  sebaliknya  jika  konsentrasinya  rendah  maka  kepadatan  populasi diatom  akan  rendah  bila  dibandingkan  dengan  kelompok  fitoplankton  lainnya
seperti  dinoflagelata.  Hal  ini  dinyatakan  pula  oleh  Levinton  1982,  bahwa berkurangnya konsentrasi silikat di dalam perairan dapat membatasi pertumbuhan
populasi  fitoplankton  dan  secara  langsung  akan  terjadi  suksesi  spesies fitoplankton  ke  arah  spesies  yang  kekurangan  silikat.  Dengan  demikian  silikat
merupakan fakor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton diatom di dalam suatu perairan.
2.3.4. Suhu