HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pemeriksaan keadaan umum dan klinis yang telah dilakukan, diperoleh  hasil  dari  setiap  anjing  yang  dapat  dilihat  pada  Tabel  1  dan  2.    Hasil
pemeriksaan  keadaan  umum  tersebut  menunjukkan  bahwa  nilai  debar  jantung yang diperoleh masih dalam kisaran normal pada semua anjing.
Tabel 1  Hasil pemeriksaan keadaan umum pada anjing ras Pomeranian
Anjing nomor
Jenis kelamin
Umur tahun
Debar jantung
bpm Ritme
jantung Suara ikutan
murmurNilai Total
nilai 1.
♂ 2
110 Teratur
Tidak ada0 2.
♂ 2.5
85 Teratur
Tidak ada0 3.
♂ 13
98 Teratur
Tidak ada0 4.
♂ 13
110 Teratur
Tidak ada0 5.
♀ 13
120 Teratur
Tidak ada0
6. 7.
♂ ♀
13 14
90 100
Teratur Teratur
Sistolik kelas 33 Sistolik kelas 44
3 4
8. ♂
11 80
Teratur Sistolik kelas 55
5 Nilai referensi
70-145 Teratur
Tidak ada
Sumber : Penninck  d’Anjou 2008
Sumber : Tilley et al. 2008 Keterangan :  nilai 0 = tidak ada suara murmur
nilai 1 = murmur sistolik kelas 1 nilai 2 = murmur sistolik kelas 2
nilai 3 = murmur sistolik kelas 3 nilai 4 = murmur sistolik kelas 4
nilai 5 = murmur sistolik kelas 5 nilai 6 = murmur sistolik kelas 6
Debar  jantung  adalah  ukuran  kecepatan  denyut  jantung  yang  dinyatakan dalam jumlah denyut per menit yang dibutuhkan untuk satu siklus jantung selama
60  detik.    Siklus  jantung  adalah  peristiwa  yang  terjadi  pada  permulaan  sebuah denyut  jantung  sampai  berakhirnya  denyut  jantung  berikutnya  Cunningham
2002.    Pemeriksaan  auskultasi  jantung  dilakukan  untuk  mengetahui  ritme jantung,  yang pada hasil pemeriksaan semua anjing terdengar teratur.  Walaupun
demikian,  pemeriksaan  jantung  dengan  auskultasi  menjadi  kurang  sensitif  untuk mendeteksi ritme jantung yang tidak teratur untuk kasus penyakit jantung dapatan
Haggstrom et al. 1995. Pada saat  mendeteksi  suara ikutan murmur, pada anjing 1 sampai 5 tidak
ditemukan adanya kelainan suara jantung yang didengarkan dengan menggunakan
stetoskop.    Pada  anjing  6  sampai  8,  ditemukan  adanya  suara  ikutan  murmur. Suara  murmur  sistolik  kelas  3  ditemukan  pada  anjing  6,  yang  mana  terdengar
murmur yang cukup keras selama sistol.  Suara murmur ini disebabkan oleh aliran turbulen  darah  yang  bergerak  mundur  melewati  daun  katup  yang  rusak  dari
ventrikel kiri kembali ke atrium kiri.  Keadaan katup yang menebal biasanya pada salah  satu  bagian  daun  katupnya,  bisa  pada  daun  katup  anterior  atau  posterior,
menyebabkan  katup  prolaps  sehingga  suara  murmur  sistolik  kelas  3  dapat terdengar  Pedersen  2000.    Suara  ikutan  ini  tidak  bisa  dideteksi  dengan  palpasi
thoraks tanpa stetoskop.  Murmur sistolik kelas 4 terdeteksi pada anjing 7, dengan suara murmur yang cukup keras dan getaran bisa dirasakan dengan palpasi thoraks
tanpa stetoskop, memiliki intensitas suara sedang, dikarenakan katup yang prolaps akibat  perubahan  ketebalan  katup  pada  kedua  daun  katup  mitral  anterior  dan
posterior yang mengalami penebalan dengan derajat cukup berat Pedersen 2000. Pada  anjing  8,  terdengar  murmur  sistolik  kelas  5,  yang  mana  suara  terdengar
sangat  keras, dan  ada  getaran prekordial.  Hal  ini dikarenakan daun katup mitral anterior dan posterior sudah mengalami penebalan dengan derajat berat, sehingga
katup menjadi melipat, dan posisinya mengarah ke atrium kiri.  Perubahan katup ini  menyebabkan  regurgitasi  katup  mitral  akibat  katup  yang  sudah  mengalami
prolaps  yang  berat,  sehingga  dapat  terdengar  suara  murmur  sistolik  yang  sangat keras  Pedersen  2000.    Intensitas  murmur  berkorelasi  baik  dengan  tingkat
regurgitasi  katup  mitral,  karena  suara  murmur  menunjukkan  tingkat  keparahan dari kebocoran katup Tilley et al. 2008.
Murmur jantung adalah getaran berkepanjangan  yang terdengar.  Murmur sering  menunjukkan  penyakit  jantung,  dikaitkan  dengan  aliran  darah  kecepatan
tinggi  atau  dengan  getaran  cairan  yang  bercampur.    Turbulensi  cenderung berkembang  ketika  kecepatan  aliran  atau  viskositas  darah  menurun.    Turbulensi
terjadi ketika darah  dari  pembuluh darah mengalir masuk ke ruang jantung,  atau pada  saat  darah  dari  ventrikel  kiri  mengalir  balik  ke  atrium  kiri  Tilley  et  al.
2008. Penyebab  umum  dari  murmur  jantung  meliputi:  1  stimulasi  simpatis
seperti  olahraga,  demam,  atau  hipertiroidisme.    Stimulasi  simpatis  dapat meningkatkan  kecepatan  dari  ejeksi  ke  dalam  pembuluh  darah  besar  dan  juga
dapat  menyebabkan  pembuluh  darah  yang  berasal  dari  ventrikel  mengalami obstruksi;  2  anemia,  yang  menurunkan  kekentalan  darah;  3  darah  mengalir  ke
pembuluh darah yang mengalami perubahan diameter menjadi lebar lumennya; 4 peningkatan volume aliran di katup jantung yang normal; dan 5 jalur aliran darah
yang  abnormal  dari  tekanan  tinggi  ke  tekanan  rendah.    Diagnosis  adanya kemungkinan  regurgitasi  dengan  auskultasi  jantung  tergantung  pada  pengalaman
dokter hewan, status peredaran darah dan teknik handling pada saat pemeriksaan Haggstrom et al. 1995.
Suara  ikutan  murmur  sulit  terdeteksi  pada  pemeriksaan  anjing  hanya menggunakan  auskultasi  saja  dengan  tingkat  regurgitasi  katup  ringan.    Teknik
pemeriksaan lebih lanjut menggunakan ekhokardiografi color flow Doppler perlu dilakukan  untuk  mendiagnosis  penyakit  pada  katup  mitral,  sehingga  derajat
regurgitasi katup mitral dapat terdeteksi lebih akurat Pedersen 2000. Tabel 2  Hasil pemeriksaan klinis pada anjing ras Pomeranian
Anjing nomor
Gejala klinis Total
nilai BatukNilai
Sering pingsanNilai
Kehilangan nafsu
makanNilai 1.
x0 x0
x0 2.
x0 x0
x0 3.
x0 x0
√1 1
4. √1
x0 √1
2 5.
x0 x0
√1 1
6. √1
√1 √1
3 7.
√1 √1
√1 3
8. √1
√1 √1
3 Nilai referensi
x x
x
Sumber : Tilley et al. 2008 Sumber : Borgarelli  Haggstrom 2010
Keterangan : batuk kering, nilai 0   = tidak ada x
nilai 1  = ada √
sering pingsan,  nilai 0  = tidak ada x nilai 1
= ada √ kehilangan nafsu makan,  nilai 0  = tidak ada x
nilai 1 = ada √
Anjing  dengan  murmur  sistolik  kelas  3  sampai  6  dapat  terlihat  implikasi klinisnya  seperti  menampilkan  anjing  dengan  laju  pernafasan  meningkat  dan
sering  sesak  nafas,  sehingga  berkembang  menjadi  batuk  kering.    Batuk  adalah gejala  klinis  umum  dari  penyakit  jantung.    Batuk  pada  anjing  dengan  penyakit
endokardiosis  berkaitan  dengan  kompresi  batang  utama  bronkus  sebelah  kiri akibat  dari  pembesaran  atrium  kiri.    Ukuran  atrium  kiri  yang  membesar
menyebabkan  adanya  peningkatan  tekanan  pada  batang  utama  bronkus  kiri sehingga  dapat  menstimulasi  adanya  batuk  kering  Borgarelli    Haggstrom
2010.  Ketika melakukan kegiatan berlebihan, anjing sering pingsan, yang mana terjadi sekunder akibat aritmia jantung sementara Tilley et al. 2008.  Gejala lain
adalah  kelemahan  episodik  bagian  belakang,  gusi  kebiruan  atau  sianosis,  kulit pucat,  perut  buncit  serta  ataksia,  yang  disebut  presyncope.    Ketika  gejala  ini
terjadi dalam kombinasi dengan hilangnya kesadaran, penglihatan anjing menjadi samar dikarenakan penurunan secara tiba-tiba aliran darah ke otak Eldredge et al.
2007.  Anjing menjadi kehilangan nafsu makan, sehingga penurunan berat badan atau  cachexia,  dan  hilangnya  massa  otot  sering  terjadi.    Pada  tahap  akhir,
endokardiosis derajat berat menyebabkan CHF Borgarelli  Haggstrom 2010. Hasil  pemeriksaan  berdasarkan  ekhokardiografi  B-mode  setiap  anjing
dapat  dilihat  pada  Tabel  3.    Adapun  pada  anjing  1  merupakan  anjing  ras Pomeranian  yang  secara  klinis  sehat  dan  tidak  terdeteksi  mengalami  kelainan
pada endokardium.  Pencitraan ekhokardiografi  B-mode dengan posisi  short axis view  dapat  dilihat  pada  Gambar  8.    Pada  anjing  1  didiagnosis  tidak  terkena
penyakit  jantung.    Pada  anjing  2  sampai  8,  ekhogenitas  dari  endokardium  lebih tebal  dibandingkan  yang  normal,  namun  echo  yang  dihasilkan  masih  berwarna
putih atau hiperekhoik, hanya saja terlihat lebih kontras.  Hal ini dikarenakan echo yang  dihasilkan  tinggi  atau  bright  untuk  ekhokardiogram  endokardium,  yang
mana normalnya endokardium tersusun dari jaringan ikat Mannion 2006. Pada  ekhokardiografi,  derajat  echo  yang  tinggi  dari  endokardium
disebabkan oleh jaringan ikat yang bersifat highly reflective interface, yang mana hasil ekhogenitasnya menjadi hiperekhoik yang sangat kontras terlihat garis putih
yang  tebal  Mannion  2006.    Semakin  tebal  endokardium  karena  pengendapan glukosaminoglikan  menyebabkan  pembentukkan  jaringan  ikat  yang  berlebihan,
yang  memisahkan  spongiosa  bundel  kolagen  dalam  fibrosa  atau  terjadi  proses fragmentasi pada jaringan ikat endokardium Pedersen 2000.
Ketebalan  endokardium  terlihat  bervariasi  ada  yang  cukup  tebal  dan sampai  sangat  tebal.    Pada  anjing  2,  endokardiumnya  mengalami  penebalan
dengan  derajat  ringan  seperti  pada  Gambar  9.    Pada  anjing  3  sampai  5, endokardiumnya  mengalami  penebalan  dengan  derajat  sedang,  sedangkan  pada
anjing 6 dan 7, endokardiumnya mengalami penebalan dengan derajat cukup berat seperti  pada  Gambar  10.    Pada  anjing  8,  endokardiumnya  mengalami  penebalan
dengan derajat berat seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Tabel 3  Hasil ekhokardiografi B-mode pada anjing ras Pomeranian
Anjing nomor
Ekhotekstur endokardium Ekhotekstur katup mitral
Pergera- kan
katup mitral
Total nilai
Ekhogenitas Nilai
Ketebalan Nilai
Ekhogenitas Nilai
Ketebalan Nilai
1. Hiperekhoik0
Tipis0 Hiperekhoik0
Tipis0 TAK0
2. Hiperekhoik0
Tebal +1 Hiperekhoik0
Tebal +1 TAK0
2 3.
Hiperekhoik0 Tebal ++2
Hiperekhoik0 Tebal
++2 TAK0
4 4.
Hiperekhoik0 Tebal ++2
Hiperekhoik0 Tebal +1
TAK0 3
5. Hiperekhoik0
Tebal ++2 Hiperekhoik0
Tebal ++2
TAK0 4
6. Hiperekhoik0
Tebal +++3
Hiperekhoik0 Tebal
++2 Prolaps
3 8
7. Hiperekhoik0
Tebal +++3
Hiperekhoik0 Tebal
+++3 Prolaps
3 9
8. Hiperekhoik0
Tebal ++++4
Hiperekhoik0 Tebal
++++4 Prolaps
3 11
Nilai refe-
rensi Hiperekhoik
Tipis Hiperekhoik
Tipis TAK
Sumber :  Pedersen 2000  Mannion 2006 Keterangan :
tipis : ketebalan derajat normal
tebal + : penebalan derajat ringan
tebal ++ : penebalan derajat sedang
tebal +++ : penebalan derajat cukup berat
tebal ++++ : penebalan derajat berat
tidak ada kelainan TAK  : katup membuka dan menutup sempurna Keterangan : ekhogenitas,
nilai 0  = hiperekhoik Ketebalan,
nilai 0  = tipis nilai 1  = tebal +
nilai 2  = tebal ++ nilai 3  = tebal +++
nilai 4  = tebal ++++ pergerakan katup mitral,  nilai 0  = tidak ada kelainan TAK
nilai 3  = katup prolaps
Hasil  interpretasi  ekhokardiografi  B-mode  dengan  posisi  long-axis  view, ekhogenitas  katup  mitral  anjing  1  adalah  hiperekhoik  dengan  ketebalan  katup
yang  tipis,  seperti  dapat  dilihat  pada  Gambar  12.    Anjing  2  sampai  8,  terlihat hiperekhoik  dikarenakan  echo  yang  dihasilkan  tinggi  atau  bright  untuk
ekhokardiogram katup mitral, yang mana normalnya katup tersusun dari jaringan ikat sama seperti endokardium Mannion 2006.
Gambar 10  Pencitraan ekhokardiografi B- mode dengan endokardium
tebal derajat cukup berat. Keterangan: posisi short-axis view. skala garis
putih = 1 cm. Gambar 11  Pencitraan ekhokardiografi B-mode
dengan endokardium tebal derajat berat.
Keterangan: posisi short-axis view. skala garis putih = 1 cm.
Pada  katup  mitral  anjing  2,  terlihat  katup  mulai  mengalami  penebalan dengan  derajat  ringan.    Pada  anjing  3  sampai  8  terlihat  katup  mengalami
penebalan dengan derajat yang berbeda-beda.  Penebalan katup dapat dilihat pada
Gambar 8  Pencitraan ekhokardiografi B-mode dengan endokardium tipis.
Keterangan: posisi short-axis view. skala garis putih = 1 cm.
Gambar 9  Pencitraan ekhokardiografi B-mode dengan endokardium tebal derajat
ringan. Keterangan: posisi short-axis view. skala garis
putih = 1 cm.
LVW PM
PM LV
IVS
IVS LVID
PM LVW
PM PM
PM
Keterangan : IVS
= septa interventrikular LVW
= dinding ventrikel kiri LVID
= dimensi ruang ventrikel kiri LV
= ventrikel kiri PM
= otot papillari
Gambar 13.  Katup  mitral  yang mengalami  penebalan, mempengaruhi  efektifitas dari  kerja  katup  tersebut.    Semakin  katup  menebal,  semakin  sulit  katup  bekerja
dengan  efisien  untuk  dapat  membuka  dan  menutup  sempurna,  yang  dapat ditemukan pada kasus penyakit katup mitral endokardiosis Pedersen 2000.
Gambar 12  Pencitraan ekhokardiografi B-mode dengan katup mitral tipis.
Keterangan: katup dalam keadaan menutup sempurna. posisi long-axis view.
skala garis putih = 1 cm. Gambar 13  Pencitraan ekhokardiografi B-
mode dengan katup mitral tebal. Keterangan: katup yang menebal dalam
keadaan posisi menutup. posisi long-axis view. skala garis
putih = 1 cm.
Keterangan: LVID
= dimensi ruang ventrikel kiri LA
= atrium kiri AML
= daun katup mitral anterior PML
= daun katup mitral posterior
Parameter  lain  yang  diamati  dari  katup  mitral,  adalah  pergerakan katupnya.    Pada  anjing  2  sampai  5,  tidak  terlihat  adanya  kelainan  dalam
pergerakan katup untuk membuka atau menutup sempurna, meskipun pada anjing 2  sampai  5,  katup  mitralnya  telah  mengalami  penebalan.    Anjing  6  sampai  8,
ditemukan adanya kelainan, dimana katup mengalami prolaps.  Pada anjing 6 dan 7,  mengalami  prolaps  ringan  seperti  pada  Gambar  14.    Anjing  8  terlihat  katup
mitralnya prolaps dengan derajat  yang lebih berat, dimana terjadi juga penebalan katup  dengan  derajat  berat  sehingga  mengganggu  kerja  katup,  dapat  dilihat  pada
Gambar 15.
LVID LVID
LA LA
AML
PML AML
PML
Gambar 14  Pencitraan ekhokardiografi B-mode dengan katup mitral prolaps ringan.
Keterangan: keadaan katup sedang menutup kurang sempurna terlihat celah
kecil. posisi long-axis view. skala garis putih = 1 cm.
Gambar 15  Pencitraan ekhokardiografi B- mode dengan katup mitral prolaps
berat. Keterangan: keadaan katup sedang menutup
tidak sempurna terlihat ada celah yang besar. posisi long-axis view.
skala garis putih = 1 cm.
Keterangan: LVID
= dimensi ruang ventrikel kiri LA
= atrium kiri AML
= daun katup mitral anterior PML
= daun katup mitral posterior
Penebalan katup akibat pengendapan glukosaminoglikan di spongiosa dan lapisan  fibrosa  pada  daun  katup  dan  katup  mitral  yang  berdegenerasi.    Proses
tersebut  menjadi  bertambah  parah  dengan  pembentukkan  jaringan  ikat  yang berlebih  yang  mengendap  dan  memisahkan  spongiosa  bundel  kolagen  dalam
fibrosa.    Pada  katup  terjadi  proses  fragmentasi,  membuat  katup  kehilangan fleksibilitas, terjadi penebalan dan pemendekan daun katup. kemudian serat pada
chordae  tendineae  menjadi  kaku,  sehingga  chordae  tendineae  harus memperpanjang bagiannya agar dapat bekerja efisien.  Daun katup mitral menjadi
mengalir  mundur  dari  ventrikel  kiri  kembali  ke  atrium  kiri.    Ketika  kondisi semakin  memburuk,  menyebabkan  daun  katup  melipat,  membalikkan  fungsi
normalnya,  menjadi  kelainan  fungsi,  yaitu  memindahkan  darah  ke  atrium  kiri. Lebih  banyak  darah  yang  dipompa  maka  darah  yang  berasal  dari  arus  balik  pun
lebih  banyak  melewati  katup,  menyebabkan  ventrikel  kiri  mengalami  penebalan pada  ototnya  dan  ruang  ventrikel  pun  membesar  untuk  menyesuaikan  keadaan.
Ekhogenitas  dan  ketebalan  dari  daun  katup  jelas  tergantung  pada  ukuran  hasil yang  didapat  dan  berguna  untuk  membandingkan  daun  katup  mitral  dengan
struktur  lain  pada  kedalaman  yang  sama  seperti  daun  katup  aorta  atau  dinding aorta  posterior  Pedersen  2000.    Posisi  left  apical  4-chamber  view  merupakan
posisi  yang paling baik untuk mendiagnosis anjing dengan endokardiosis, karena
AML
PML
dapat menunjukkan daun katup mitral yang menebal dan tidak teratur Borgarelli Haggstrom  2010.    Hasil  pemeriksaan  berdasarkan  ekhokardiografi  M-mode
setiap anjing dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4  Hasil ekhokardiografi M-mode ketebalan otot dan dimensi ruang jantung
pada anjing ras Pomeranian
Sumber : Penninck  d’Anjou 2008
Keterangan : ketebalan otot ventrikel kiri saat sistol, nilai 0  = 6-10 mm
nilai 1  = 10-12 mm nilai 2  = 12-14 mm
nilai 3  = lebih dari 14 mm ketebalan otot ventrikel kiri saat diastol,
nilai 0  = 4-6 mm nilai 1  = 6-8 mm
nilai 2  = 8-10 mm nilai 3  = lebih dari 10 mm
dimensi ruang ventrikel kiri saat sistol, nilai 0  = 8-16 mm
nilai 1  = 16-18 mm nilai 2  = 18-20 mm
nilai 3  = lebih dari 20 mm dimensi ruang ventrikel kiri saat diastol,
nilai 0  = 16-28 mm nilai 1  = 28-30 mm
nilai 2  = 30-32 mm nilai 3  = lebih dari 32 mm
fraksi pemendekan , nilai 0  = 25-45
nilai 1  = 45-55 nilai 2  = 55-65
nilai 3  = lebih dari 65
Pencitraan M-mode untuk pengukuran ketebalan otot ventrikel kiri dengan nilai left ventricular posterior wall thickness LVW saat sistol dan diastol, untuk
pengukuran  dimensi  ruang  ventrikel  kiri  dengan  nilai  left  ventricular  internal dimension  LVID  saat  sistol  dan  diastole,  kemudian  nilai  fractional  shortening
FS  digunakan  untuk  mengetahui  daya  kerja  ventrikel.    Menurut  Schille Skrodzki 1999, fraksi pemendekan digunakan sebagai acuan apa hewan terkena
dilated  cardiomyopathy  atau  hypertrophic  cardiomyopathy.    Diameter  aorta
Anjing nomor
Ketebalan otot ventrikel kiri mm
Dimensi ruang ventrikel kiri mm
Fraksi pemendekan
Nilai Total
nilai SistolNilai
DiastolNilai SistolNilai
DiastolNilai 1.
9.200 8.342
11.340 15.830
280 2
2. 8.710
6.121 13.650
20.230 330
1 3.
11.781 7.971
13.170 22.530
420 2
4. 9.240
5.650 14.370
25.150 430
5. 8.460
5.640 7.370
16.700 562
2 6.
10.351 8.002
8.230 17.410
531 4
7. 9.180
7.291 16.471
26.820 390
2 8.
12.92 7.91
8.340 30.162
723 8
Nilai refe-
rensi 6-10
4-6 8-16
16-28 25-45
AOD  dan  atrium  kiri  LAD  dihitung  untuk  melihat  nilai  rasio  LAD:AOD, sehingga dapat diketahui adanya dilatasi pada atrium kiri.  Nilai LAD:AOD yang
normal  seharusnya  1:1  tetapi  apabila  ada  dilatasi  atrium  kiri  nilai  LAD:AOD  1 Penninck  d’Anjou 2008.
Anjing  1  merupakan  anjing  yang  sehat  dan  dijadikan  parameter  hewan sehat  untuk  dibandingkan  dengan  anjing  ras  Pomeranian  yang  sakit  terkena
endokardiosis.    Pada  anjing  2,  yaitu  anjing  pom  jantan  dengan  umur  2.5  tahun, terkena  endokardiosis  ringan,  terlihat  penebalan  dinding  otot  ventrikel  dari
parameter  LVW, tapi tidak terlalu tebal,  dengan  nilai  fraksi  pemendekan  sebesar 33.    Pada  anjing  3,  yaitu  anjing  pom  jantan  dengan  usia  13  tahun,  terkena
endokardiosis  ringan  yang  mana  hanya  terjadi  penebalan  otot  ventrikel  kiri, meskipun  derajat  ketebalan  dinding  cukup  parah,  yaitu  sebesar  11.78  mm  pada
saat sistol dan 7.97 pada saat diastol.  Anjing ini memiliki nilai fraksi pemendekan sebesar 42.
Demikian sama halnya pada anjing 4, yaitu anjing pom jantan dengan usia 13  tahun,  yang  juga  terkena  endokardiosis  ringan.    Penebalan  otot  ventrikel  kiri
jelas  terlihat.    Nilai  dari  fraksi  pemendekan  sebesar  43.    Pada  anjing  5,  yaitu anjing pom betina dengan usia 13 tahun, mengalami endokardiosis dengan derajat
ringan hampir menuju derajat sedang, dikarenakan nilai fraksi pemendekan  yang lebih  dari  kisaran  normal  yaitu  sebesar  56,  dapat  didiagnosis  hewan  terkena
hypertrophic  cardiomyopathy  disease  yang  cukup  parah,  didukung  juga  oleh penebalan  otot  ventrikel  kiri.    Pada  anjing  6,  yaitu  anjing  pom  jantan  umur  13
tahun,  yang  terkena  endokardiosis  derajat  sedang,  dikarenakan  adanya  ketebalan otot  ventrikel  kiri  yang  signifikan  dari  nilai  LVW  yaitu  sebesar  10.35  mm  pada
saat  sistol  dan  8.00  mm  pada  saat  diastol,  serta  nilai  fraksi  pemendekan  sebesar 53, berada diatas nilai normal, sehingga hewan didiagnosis terkena hypertrophic
cardiomyopathy disease yang cukup parah juga.  Anjing 7 yaitu anjing pom betina dengan usia 14 tahun, yang mana usianya sudah tua, dari hasil ekhokardiografi M-
mode  dapat  diketahui  terjadi  penebalan  otot  ventrikel  kiri  saat  sistol  dan  diastol yang  signifikan  dan  peningkatan  dimensi  ruang  ventrikel  kiri  pada  saat  sistol
dengan nilai LVW 16.47 mm.
Pada  anjing  8,  yaitu  anjing  pom  jantan  usia  11  tahun,  terkena endokardiosis  dengan  derajat  parah.    Peningkatan  dimensi  ruang  ventrikel  kiri
yang  tinggi  dengan  nilai  sebesar  30.16  mm  pada  saat  diastol,  serta  adanya penebalan otot ventikel kiri yang parah terlihat dari nilai LVW saat sistol maupun
diastol.    Nilai  fraksi  pemendekan  yang  sangat  luar  biasa  tinggi  sebesar  72, didiagnosis  anjing  terkena  hypertrophic  cardiomyopathy  disease  sangat  parah.
Jika kondisi ini terus berlanjut, chordae tendineae akan putus dan katup mitralnya akan ruptur, otot semakin menebal parah sehingga sulit jantung memompa dengan
normal  disertai  lumen  yang  mengecil,  serta  tekanan  tinggi  dari  arus  bolak-balik yang  bergolak  menyebabkan  darah  ventrikel  kiri  dan  atrium  kiri  bercampur,
menambah  parah  derajat  endokardiosisnya.    Pada  penelitian  ini,  anjing  8  telah meninggal  akibat  CHF,  lanjutan  dari  tahap  parah  penyakit  endokardiosis.
Penebalan  LVW  dianggap  sebagai  bentuk  dari  sebuah  adaptasi  dari  sel-sel miokard  untuk  mengurangi  stres  yang  terkait  dengan  pelebaran  dinding  kamar.
Dilatasi  ventrikel  kiri  dan  atrium  kiri,  serta  penebalan  septa  interventrikular, sehingga  terjadi  peningkatan  massa  pada  ventrikel  kiri.    Peningkatan  tekanan
sistolik  ventrikel  kiri  juga  mempengaruhi  keadaan  massa  pada  ventrikel  kiri, keadaan septa interventrikular juga kondisi dilatasi ventrikel kiri Constable et al.
1994. Pemeriksaan  menggunakan  ekhokardiografi  M-mode,  untuk  memperoleh
nilai  rasio  LAD:AOD  dari  setiap  anjing  yang  dapat  dilihat  pada  Tabel  5.    Pada anjing  3  dan  5,  nilai  rasio  LAD:AOD  adalah  1:1  mengindikasikan  bahwa  tidak
ada  pembesaran  atrium  kiri,  sedangkan  pada  anjing  2,4,6,7,  dan  8,  terdiagnosis adanya pembesaran atrium kiri karena nilai rasio LAD:AOD 1.  Dilatasi atrium
kiri  dengan  derajat  ringan,  ditunjukkan  dengan  nilai  rasio  LAD:AOD  1.5, sedangkan  untuk  derajat  sedang  mendekati  parah  ditunjukkan  dengan  nilai  rasio
LAD:AOD  2  Morgan  2008.    Nilai  dari  diameter  atrium  kiri  pada  anjing  4,  7, dan  8  sudah  mendekati  nilai  batas  atas  normal  dari  ukuran  dimensi  atrium  kiri.
Anjing  8,  mengalami  pembesaran  atrium  kiri  yang  parah  dengan  derajat  berat, yang ditunjukkan dengan nilai rasio LAO:AOD 2 yaitu 1:2.25.
Tabel 5  Hasil ekhokardiografi M-mode diameter aorta dan dimensi ruang atrium kiri pada anjing ras Pomeranian
Anjing Nomor
Diameter aorta AOD dalam
mmNilai Dimensi ruang
atrium kiri LAD dalam
mmNilai Perbandingan
LAD:AODNilai Total
nilai 1.
10.050 10.690
1:10 2.
8.20 130