organisme. Sementara itu, metabolit sekunder adalah komponen senyawa yang diproduksi pada saat kebutuhan metabolit primer sudah terpenuhi dan bukanlah
senyawa yang esensial bagi pertumbuhan dan reproduksi Handojo 2006. Perbedaan rendemen ekstrak kasar yang diperoleh juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, perbandingan jumlah
sampel terhadap jumlah pelarut yang digunakan dan jenis pelarut yang digunakan Salamah et al. 2008.
4.2.2 Aktivitas antioksidan berdasarkan ukuran tubuh
Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat dideteksi dengan melakukan uji aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak
anemon laut dengan tingkat ukuran yang berbeda dilakukan dengan menggunakan metode uji DPPH. Prinsip kerja dari metode ini yaitu berdasarkan pada
kemampuan substansi antioksidan tersebut dalam menetralisir radikal bebas. Radikal bebas yang digunakan adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl DPPH.
DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul
tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Selain itu radikal bebas DPPH juga stabil pada suhu kamar dan larut dalam pelarut polar yaitu metanol
dan etanol Molyneux 2004. Metode DPPH ini dipilih karena metode ini sederhana, mudah, waktu pengujian singkat dan sampel yang digunakan sedikit
serta tidak membutuhkan banyak reagen Juniarti et al. 2009. Pengujian antioksidan dengan DPPH akan menghasilkan nilai IC
50
Inhibitor Concentration yang menyatakan seberapa besar konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebanyak 50.
Perhitungan nilai IC
50
diperoleh dari penghambatan radikal bebas pada berbagai konsentrasi ekstrak. Larutan ekstrak diencerkan dengan etanol ditambah dengan
DPPH. Warna awal larutan DPPH adalah ungu gelap. Penambahan ekstrak yang mempunyai sifat antioksidan akan menghasilkan perubahan warna menjadi
kuning cerah. Perubahan warna ekstrak anemon laut setelah penambahan DPPH dapat dilhat pada Lampiran 5.
Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya pada radikal DPPH,
yang ditandai dengan perubahan warna ungu menjadi kuning pucat Molyneux 2004. Larutan tersebut kemudian dilihat intensitas warnanya
menggunakan Elisa Reader yang akan menghasilkan nilai absorbansi. Nilai absorbansi tersebut yang digunakan untuk menghasilkan persen penghambatan
yang dapat ditampilkan dalam bentuk kurva untuk menghasilkan suatu nilai IC
50
. Nilai rata-rata IC
50
pada ekstrak kasar anemon laut dari ketiga ukuran tubuh dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil perhitungan uji antioksidan dengan metode DPPH
dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Gambar 7 Nilai rata-rata IC
50
ekstrak kasar anemon laut
Nilai rata-rata IC
50
ekstrak kasar anemon laut menunjukkan bahwa ekstrak metanol pada ukuran kecil dapat menghambat aktivitas radikal bebas DPPH
sebesar 50 pada konsentrasi 916,94 ppm, ekstrak ukuran sedang pada konsentrasi 1,505,31 ppm, dan ekstrak ukuran besar pada konsentrasi
2,073,13 ppm. Hasil terbaik adalah ekstrak anemon laut dengan ukuran tubuh besar karena menghasilkan nilai IC
50
paling kecil. Hal ini sesuai dengan Molyneux 2004 yang menyebutkan bahwa sifat antioksidan lebih baik bila nilai
IC
50
lebih kecil. Hasil ini selanjutnya digunakan pada penelitian utama untuk memperoleh ekstrak yang lebih baik dengan ukuran tubuh yang besar.
2,073.13 1,505.31
916.94 500
1,000 1,500
2,000 2,500
kecil sedang
besar
Rat a
-r a
ta I
C
50
p p
m
Hasil dari Gambar 7 memperlihatkan bahwa adanya kecenderungan semakin besar ukuran tubuh anemon makan semakin kecil nilai IC
50
. Pertumbuhan anemon ditandai dengan perubahan ukuran tubuh yang semakin
besar sehingga ketika anemon telah mencapai ukuran maksimalnya maka pertumbuhan telah berhenti. Di fase stasionernya ini, anemon tidak lagi
menghasilkan metabolit primer untuk pertumbuhan melainkan menghasilkan metabolit sekunder sebagai respon terhadap lingkungannya seperti sistem
pertahanan diri. Metabolit sekunder diproduksi oleh organisme pada saat kebutuhan metabolisme primer sudah terpenuhi dan digunakan dalam mekanisme
evolusi atau strategi adaptasi lingkungan fungsi penting dalam ekologi Muniarsih 2005. Metabolit sekunder inilah yang kemudian menghasilkan
senyawa bioaktif melalui jalur biosintetiknya dan diantaranya ada yang bersifat sebagai antioksidan.
Hasil ekstrak kasar anemon laut dari ketiga ukuran tubuh memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong lemah karena memiliki nilai IC
50
lebih besar dari 200 ppm. Molyneux 2004 menyatakan bahwa suatu zat mempunyai sifat
antioksidan bila nilai IC
50
kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC
50
yang diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih
berpotensi sebagai zat antioksidan
.
4.3 Penelitian Utama