Kromatografi Lapis Tipis KROMATOGRAFI

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Cemaran kapangkhamir Cemaran kapangkhamir adalah menentukan adanya jamur secara mikrobiologis. Adapun uji ini dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak Depkes, 2000.

2.8 KROMATOGRAFI

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan dan fase gerak berupa cairan atau gas Estien yazid, 2005. Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi: Gandjar, et al., 2007 a. Kromatografi adsorbsi b. Kromatografi partisi c. Kromatografi pasangan ion d. Kromatografi penukar ion e. Kromatografi eksklusi ukuran Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: Gandjar, et al., 2007 a. Kromatografi kertas b. Kromatografi lapis tipis c. KromatografiCair Kinerja Tinggi KCKT, dan d. Kromatografi Gas

2.8.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau di kemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam uniform UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik. Gandjar, et al., 2007. Fase diam KLT Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya. Gandjar, et al., 2007. Penjerap yang sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorpsi. Lapisan tipis yang digunakan sebagai penjerap juga dapat dibuat dari silica yang telah dimodifikasi, resin penukar ion, gel eksklusi, dan siklodestrin yang digunakan untuk pemisahan kiral. Gandjar, et al., 2007. Fase gerak KLT Sistem fase gerak yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena adanya elusi campuran kedua fase pelarut ini dapat mudah diatur sedemiakan rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak : a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitive b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2 – 0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan. d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan pembanding tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing- masing akan meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kromatografi lapis tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar Depkes, 1989. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis, tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Karena itu pada lempeng yang sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram dari zat pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda- beda. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat dilakukan dengan cara densitometri atau dengan mengambil bercak dengan hati – hati dari lempeng, kemudian disari dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan dengan cara spektrometri. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng yang telah dielusi diputar 90 o C dan dielusi lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain Depkes, 1989. Harga Rf dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana persamaan sebagai berikut: Harga maksimum Rf adalah 1, sampel bermigrasi dengan kecepatan sama dengan fase gerak. Harga minimum Rf adalah 0, dan ini teramati jika sampel tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam Gandjar, et al., 2007.

2.9 SPEKTROFOTOMETRI

Dokumen yang terkait

Angsana (pterocarpus indicus) sebagai bioindikator untuk polusi di sekitar terminal lebak bulus

0 5 5

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan dan Perbandingannya Dengan Jamu "D".

4 21 30

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) Terhadap Populasi Sel-p Pankreas Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan dan Perbandingannya Dengan Jamu "D".

3 10 27

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd) DENGAN PROBIOTIK TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

0 0 75

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus WILLD) TERHADAP MENCIT (Mus musculus)

0 1 103

UJI HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd) PADA KELINCI JANTAN TERBEBANI GLUKOSA DENGAN PEMBANDING GLIBENKLAMID SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

0 0 18

STUDI IN SILICO BEBERAPA SENYAWA YANG TERKANDUNG DALAM DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd) TERHADAP PPARγ (2XKW)

0 54 14

Uji daya inhibisi α-glucosidase ekstrak air daun angsana (pterocarpus indicus willd.) - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 14

Uji daya inhibisi α-glucosidase ekstrak air daun angsana (pterocarpus indicus willd.) - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Uji daya inhibisi α-glucosidase ekstrak air daun angsana (pterocarpus indicus willd.) - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10