UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5 EKSTRAK
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan
pengurangan tekanan, agar bahan sedikit mungkin terkena panas Farmakope Indonesia, 1995. Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair, ekstrak kental
dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya kadar air lebih dari 30. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30.
Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5 Voigt, 1994.
2.6 STANDARDISASI
Standardisasi adalah rangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, dalam
artian memenuhi syarat standard kimia, biologi, farmasi, termasuk jaminan batas-batas stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya Depkes, 2000.
Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen. Standardisasi
obat herbal meliputi dua aspek : 1. Aspek parameter spesifik: berfokus pada senyawa atau golongan senyawa
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif terhadap
senyawa aktif. 2. Aspek parameter non spesifik: berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi
dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas misalnya kadar logam berat, aflatoksin, kadar air dan lain-lain.
2.6.1 Standardisasi Menjamin Keseragaman Khasiat Efikasi
Mayoritas penggunaan bahan obat berbasis herbal di Indonesia masih bersifat tidak terukur baik kepastian tanaman, takaran, cara penyiapan sehingga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidak menjamin konsistensi khasiat. Salah satu tujuan dari standardisasi adalah menjaga konsistensi dan keseragaman khasiat dari obat herbal. Standardisasi
melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman khasiat
Saefudin, et al., 2011.
2.6.2 Standardisasi Untuk Uji Klinik
Uji klinik adalah uji senyawa kimia obat, obat herbal, ekstrak dan berbagai sediaan pada dosis tertentu dengan target biologis manusia agar memberikan
respon biologis berupa parameter-parameter klinik perbaikan dari kondisi patologis yang terkait dengan penyakit tertentu. Untuk itu semua aspek dituntut
terdesain dan di kontrol dengan baik Saefudin, et al., 2011. Respon uji klinik sangat ditentukan oleh keajegan konsistensi dosis. Jika
jumlah zat aktif yang diberikan tidak konsisten maka interpretasinya menjadi bias dan justru merugikan. Di sinilah peran besar standardisasi untuk menjaga
senyawa-senyawa aktif selalu konsisten terukur antar perlakuan. Jadi penentuan dosis senyawa marker untuk uji klinik ekstrak atau obat herbal sangatlah
fundamental Saifudin, et al., 2011.
2.6.3 Standardisasi Menjamin Aspek Keamanan Dan Stabilitas Ekstrak
Bentuk Sediaan
Tempat tumbuh tanaman, penanganan pasca panen, proses ekstraksi, penyiapan simplisia tanaman dan ekstrak juga mempengaruhi elemen keamanan
terhadap pemakai misal keberadaan logam berat Pb, Cd, dan As, pestisida dalam tanah, udara dan air, jenis dan jumlah mikroorganisme dan metabolit pencemar
logam berbahaya. Untuk itu dilakukan berbagai analisis untuk menentukan batas minimal kadar air, zat dan jumlah pencemar mikroba Saifudin, et al., 2011.
2.6.4 Standardisasi Meningkatkan Nilai Ekonomi