4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TANAMAN ANGSANA Pterocarpus indicus Willd.
Pterocarpus indicus memiliki tempat asli yang membentang dari Selatan Burma melalui Semenanjung Thailand, Vietnam, Malaysia, Sumatera, Jawa Barat,
Borneo, Filipina, Kepulauan Sunda, Maluku, Papua, Kepulauan Andaman India, Kepulauan Solomon, dan Carolina Rojo, 1977. Pohon itu secara luas tersebar di
habitat hutan yang asli John K, 1979.
Pterocarpus indicus adalah pohon deciduous berumah dua, biasanya tumbuh 25-35 m tingginya 82-115 kaki. Tumbuh di bawah kondisi terbuka,
diameter kanopi ini mirip dengan ketinggian pohon. Memiliki distribusi alam yang sangat luas di tenggara dan asia timur yang membentang ke arah timur ke
utara dan barat daya pasifik. pohon Ini dapat ditemukan dalam berbagai tanaman masyarakat tetapi mencapai perkembangan terbaik di sungai, tropis, dan hutan
sekunder, termasuk yang dekat dengan pantai dan tepi air pasang. Pterocarpus indicus banyak ditanam untuk tujuan hias di daerah tropis Thomson, 2006.
Pterocarpus indicus dibagi ke dalam dua spesies: P.indicus forma P.indicus Willd. dan P.indicus forma echinatus. Dibedakan oleh duri di bagian
benih-bantalan buah yang kedua. Bentuk berduri yang bijinya tumbuh di Pulau Luzon di Filipina dan mungkin Kepulauan Celebes, Ambon, Andora, Wetar, dan
Kisar Rojo, 1977.
2.2 DESKRIPSI TANAMAN ANGSANA Pterocarpus indicus Willd.
Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi tanaman, nama daerah, kandungan kimia, khasiat dan kegunaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.1 Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili :
Papilionoideae Genus
: Pterocarpus Spesies
: Pterocarpus indicus Willd
Gambar 1 : Angsana Pterocarpus indicus Willd sumber: koleksi pribadi
2.2.2 Nama Daerah
Tanaman angsana Pterocarpus indicus Willd memiliki berbagai nama lain: narra Filipina; angsana Indonesia;, sena Malaysia dan Singapura;
pradoo Thailand; Nugini rosewood Papua Nugini; narra umum untuk batang pohon spp., paduak Melayu, halus narra, amboyna, Andaman redwood, cendana
merah English; santal rouge Perancis; Asan Aceh ; Sena, sona, hasona Batak; asana, sana, langsano, lansano Minangkabau; angsana, babaksana
Betawi; linggua Maluku Joker, 2002.
2.2.3 Morfologi
Pterocarpus indicus Willd merupakan jenis tanaman pohon deciduous berumah dua yang tumbuh dengan ketinggian 30-40 m dengan diameter batang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hingga lebih dari 2 meter. Biasanya bentuk pohon jelek, pendek dan berbanir. Kayu mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut „kino’ atau darah naga.
Daun majemuk dengan 5 – 11 anak daun, berbulu. Bunga dengan panjang 6 – 13
cm di ujung. Bunga berkelamin ganda, berwarna kuning cerah dan harum Joker, 2002.
Daun folium merupakan salah satu organ tumbuhan yang penting dan terdapat dalam jumlah besar pada suatu tanaman. Bentuk daun biasanya tipis
melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang disebut klorofil Tjitrosoepomo, 1996. Bentuk daun yang tipis melebar dengan posisi daun pada batang yang
menghadap ke atas selaras yang berperan penting pada saat peristiwa fotosintesis, transpirasi, dan respirasi bagi tumbuhan.
Daun penumpu berbentuk lanset, panjang 1-2 cm. daun berseling. Anakan daun 5-13, berbentuk bulat telur, memanjang, meruncing mengkilat. Tandan
bunga di bagian ujung dan duduk di ketiak, sedikit atau tidak bercabang, berambut coklat, berbunga banyak dan panjang berukuran 7-11 cm, anak tangkai 0,5
– 1,5 cm, bunga sangat harum Tjitrosoepomo, 1996.
Buah berbentuk Polong tidak merekah tebungkus sayap besar samara. Berbentuk bulat, coklat muda, diameter 4
– 6 cm, dengan sayap besar berukuran 1
– 2,5 cm yang mengelilingi tempat biji berdiameter 2 – 3 cm dan tebal 5 – 8 mm. Permukaan tempat biji bervariasi dari yang halus pada forma indicus sampai
yang tertutup oleh bulu lebat pada forma echinatus. Bentuk antara juga
ditemukan. Biji: panjang 6
– 8 mm, berbentuk seperti buncis dengan testa berwarna coklat kertas Joker, 2002.
2.2.4 Kandungan Kimia
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini menunjukkan tes positif terhadap fenol, flavonoid, saponin, triterpenoid dan tannin junanto, et al.,
2008. Mengandung protein, lemak, serat, kalsium, kalium, dan tembaga Fatimah, 2004.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.5 Khasiat Dan Kegunaan
Tanaman angsana Pterocorpus indicus Willd. memiliki sejumlah besar kegunaan obat tradisional, terutama dari ekstrak kulit kayu. Di beberapa daerah
kulit kayu diparut kemudian direbus dan diambil cairan dan digunakan secara oral untuk mengobati disentri dan diare. Di Papua nugini kulit kayu digunakan untuk
mengobati TBC, sakit kepala, dan luka, dan sebagai pencahar. Di Malaysia sari akar telah digunakan untuk mengobati luka sifilis dan ulkus mulut. Di Indonesia
daun muda telah digunakan dalam pengobatan bisul, dan ruam biang keringat. Dalam beberapa tahun terakhir, teh herbal dan pil yang terbuat dari Narra extrakta
telah dipopulerkan di Filipina untuk mengobati berbagai penyakit termasuk lepra, nyeri haid, flu, rheumatoid arthritis, dan diabetes Thomson, 2006.
2.3 SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia
murni Depkes RI, 2000. Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan dari tumbuhan
liar wild crop memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umur panen, serta
proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa dalam produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai
berikut Depkes RI, 2000 : 1 Genetik bibit
2 Lingkungan tempat tumbuh, iklim 3 Rekayasa agronomi fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh
4 Panen waktu dan pasca panen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Standardisasi suatu simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan Materia Media Indonesia. Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi serbuk jamu
dsb. masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku Depkes RI, 2000.
2.4 EKSTRAKSI