Landasan Teori KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

15 dalam bahasa Batak dan [baɳu] yang sama dalam bahasa Jawa. Di lain pihak bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga berasal dari bahasa Melayu yang telah pula mengalami proses perkembangan dan perubahan sebab akibat dari masuknya anasir-anasir bahasa lain. Dengan demikian bahasa Jambi dan Bahasa Indonesia mempunyai dasar yang sama, ialah bahasa Melayu. Oleh karena itu tidaklah banyak perbedaan antara bahasa Jambi dengan bahasa Indonesia. Adapun perbedaan yang tampak jelas antara bahasa Jambi dengan bahasa Indonesia, pada umumnya merupakan pertukaran dan perbedaan bunyi yang manifestasinya tampak pada keragaman dialek yang ada dalam bahasa daerah Jambi.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini dianalis berdasarkan teori dialektologi yang merupakan cabang ilmu linguistik yang khusus mengkaji tentang dialek. Dialektologi disebut juga kajian variasi bahasa. Pada dialek bahasa Jambi di Kecamatan Danau Teluk akan dianalisis berdasarkan teori dialektologi struktural. Teori ini menganalisis perbedaan atau variasi isolek berdasarkan strukturnya, misalnya perbedaan leksikon. Dialektologi struktural diawali oleh penelitian Weinreich 1954 yang hasilnya disampaikan dalam satu seminar dalam bentuk makalah yang berjudul Is Structural Dialectology Possible? dialektologi struktural adalah salah satu upaya untuk menerapkan dialektologi dalam membandingkan variasi bahasa. Perbedaan unsur kebahasaan yang diteliti adalah bidang leksikon. Dikatakan perbedaan dalam bidang leksikon, jika leksem-leksem yang digunakan untuk merealisasikan suatu makna yang sama tidak berasal dari suatu etimon prabahasa Mahsun, 1995:54. Contohnya, kata ‘kecil’ memunculkan tiga varian yaitu, [aluih], [kete?], dan [kecil]. Perbedaan ini terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan Novita, 2015. Penelitian ini juga menggunakan pemetaan bahasa sesuai objek kajiannya yang berupa perbedaan unsur-unsur kebahasaan karena faktor geografis. Gambaran umum mengenai sejumlah dialek atau bahasa yang ditampilakan dari bahan yang terkumpul selama penelitian itu dipetakan. Oleh karena itu, Universitas Sumatera Utara 16 kedudukan dan peranan peta bahasa merupakan suatu yang mutlak diperlukan. Dengan peta-peta itu, baik perbedaan maupun persamaan yang dapat di antara dialek atau bahasa yang diteliti itu dapat dikaji dan di tafsirkan lebih jelas Ayatrohaedi, 2002:9. Ada dua jenis peta yang digunakan dalam dialektologi yaitu peta peragaan dan peta penafsiran Mahsun, 1995: 58-59. Pada peta bahasa akan diterangkan unsur perbedaan secara leksikon yang diperoleh di daerah pengamatan dengan menggunakan sistem lambang, misalnya lambang segitiga ∆, lambang kotak □, dan lambang bulat ○ yang berbentuk sederhana. Selanjutnya, untuk menentukan batas-batas dan mengelompokan unsur- unsusr yang sama dalam perbedaan leksikal, digunakan isoglos. Isoglos adalah sebuah garis imajiner yang diterapkan di atas sebuah peta. Selanjutnya isoglos akan diakumulasikan menjadi sekumpulan isoglos-isoglos dalam sebuah peta, disebut dengan berkas isoglos. Setelah semua isoglos sudah masuk ke dalam berkas isoglos, perbedaan-perbedaan yang terdapat secara leksikal dapat dihitung statusnya apakah perbedaan-perbedaan itu merupakan perbedaan dialek atau perbedaan subdialek dengan menggunakan perhitungan statistik bahasa atau dialektrometri. Dialektrometri merupakan ukuran statistik yang digunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat tersebut Revier dalam Mahsun, 1995: 118. Kesimpulan terakhir setelah melakukan langkah-langkah tersebut, dirumuskanlah status isolek dari Kecamatan Danau Teluk.

2.3 Tinjauan Pustaka