13
efektif jika unsur yang berbeda dimungkinkan dapat ditulis langsung pada daerah pengamatan,
2. Sistem lambang dapat dilakukan dengan mengganti unsur-unsur yang berbeda dengan menggunakan lambang tertentu yang ditulis di sebelah
kanan daerah pengamatan yang menggunakan bentuk untuk perbedaan fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon atau makna untuk
perbedaan semantik yang dilambangkan, 3. Sistem petak merupakan daerah-daerah pengamatan yang menggunakan
bentuk atau makna yang lain dipersatukan oleh sebuah garis, sehingga keseluruhan peta terlihat terpetak-petak menurut daerah-daerah
pengamatan yang menggunakan unsur-unsur kebahasaan yang serupa Mahsun, 1995:59.
Selanjutnya, peta penafsiran merupakan peta yang membuat akumulasi pertanyaan-pertanyaan umum tentang distribusi perbedaan-perbedan unsur
linguistik yang dihasilkan berdasarkan peta peragaan. Peta penafsiran merupakan peta yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan inovasi dan relik, juga termasuk
peta berkas isoglos Mahsun, 1995:68.
2.1.4 Bahasa
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Hasan Alwi, 2002: 88 bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang
atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun
yang baik. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa bahasa mempunyai perananan yang sangat penting bagi manusia, terutama sebagai alat berkomunikasi
dan berintraksi dengan sesama manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat menyampaikan ide-ide, pengetahuan, gagasan dan meluapkan apa yang ada dalam
pikirannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf 1997:4 “dengan berkomunikasi
kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan dan kita ketahui kepada
orang lain”. Bahasa tidak dipisahkan dari kehidupan manusia, bahasa yang di pakai oleh manusia bersifat arbitrer makdusnya bahasa bersifat arbitrer ialah
Universitas Sumatera Utara
14
bersifat asal bunyi, manasuka, atau tidak ada hubungan yang logis antara kata yang digunakan sebagai simbol atau lambang dengan yang dilambangkannya.
2.1.5 Bahasa Jambi
Bahasa Melayu Jambi atau Baso Jambi adalah salah satu cabang bahasa Austronesia yang dituturkan khususnya di wilayah Jambi, bagian selatan propinsi
Riau serta tersebar di seluruh Indonesia, hal ini sesuai dengan pendapat Husin, dkk. 1986: 2 ”Bahasa melayu digunakan di daerah Medan, Deli Serdang,
wilayah pantai timur laut Sumatera, Riau, Kampar, Jambi, Bengkulu, dan Palembang. Di Samping itu bahasa Melayu masih dikenal dan masih dipakai di
daerah Kalimantan Barat dan beberapa daerah Kalimantan yang berbarbatasan dengan Serawak”.
Bahasa Jambi masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Jambi, baik yang berdomisi di Sumatera maupun perantauan, hal ini
sesuai dengan ha sil penelitian Husin, dkk. 1986: 2 ”salah satu dialek bahasa
Melayu yang digunakan oleh penduduk Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, Tanjung Jabung- Barat, Tanjung Jabung Timur, dan sebagian Penduduk di Tebo
dan Muara Bungo. Kedudukan bahasa Melayu Jambi tidak berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain, yaitu berkedudukan sebagai bahasa daerah yang masih
berkembang serta masih dipakai oleh penuturnya sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi ataupun berinteraksi”
Sebagian pakar bahasa beranggapan bahasa ini sebagai dialek melayu, karena banyak kesamaan kosakata dalam tuturan didalamnya. Hal ini dapat dihilat
dari hasil penelitian kepurbakalaan dan sejarah, telah diketemukan piagam-piagam atau prasasti-prasasti yang diketemukan seperti prasasti karang birahi
menggunakan pola struktur bahasa melayu yang lazim disebut Melayu Kuno. Bahasa Jambi dalam arti kata bahasa-bahasa yang ada di Jambi khususnya
Kecamatan Danau Teluk, selain Bahasa Indonesia, pada dasarnya juga berasal dari bahasa Melayu yang telah mengalami perkembangan-perkembangan dan
perubahan-perubahan sesuai dengan pengaruh yang diterimanya dari bahasa- bahasa lain. Bahasa
– bahasa lainnya termaksud juga bahasa Jawa dan bahasa Batak. Di d
alam bahasa Jambi leksikon ‘air’ dikenal sebagai [aɛk] yang sama
Universitas Sumatera Utara
15
dalam bahasa Batak dan [baɳu] yang sama dalam bahasa Jawa. Di lain pihak bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga berasal dari bahasa Melayu yang
telah pula mengalami proses perkembangan dan perubahan sebab akibat dari masuknya anasir-anasir bahasa lain.
Dengan demikian bahasa Jambi dan Bahasa Indonesia mempunyai dasar yang sama, ialah bahasa Melayu. Oleh karena itu tidaklah banyak perbedaan
antara bahasa Jambi dengan bahasa Indonesia. Adapun perbedaan yang tampak jelas antara bahasa Jambi dengan bahasa Indonesia, pada umumnya merupakan
pertukaran dan perbedaan bunyi yang manifestasinya tampak pada keragaman dialek yang ada dalam bahasa daerah Jambi.
2.2 Landasan Teori