Isoglos dan Peta Bahasa

11 antarragam bahasa dan merupakan suatu bidang ilmu yang mewadahi penelitian ragam-ragam bahasa, dengan menggunakan dialektometri sebagai ukuran secara statistik untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat-tempat penelitian bahasa atau dialek berlangsung dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat yang diteliti. Dari konsep tersebut diharapkan dapat ditemukan variasi dialek dari bahasa yang akan diteliti pada daerah pengamatan.

2.1.3 Isoglos dan Peta Bahasa

Dalam peta bahasa daerah-daerah yang memiliki persamaan dan perbedaan kebahasaan ditampakkan melalui tanda-tanda tertentu. Pada daerah- daerah yang memiliki kesamaan gejala kebahasaan itu dibuat garis imajiner untuk menyatukan daerah-daerah tersebut sehingga lebih mudah dibaca. Garis imajiner itu disebut dengan isoglos. Isoglos adalah garis imajiner yang diterakan di atas peta yang menghubungkan tiap titik pengamatan yang menampilkan gejala kebahasaan serupa Keraf, 1984:159-164; Lauder, 1993. Setiap berian dipetakan dapat dibuat isoglos. Jika isoglos-isoglos itu disatukan dalam sebuah peta, isoglos-isoglos itu membentuk berkas isoglos. Pada peta berkas isoglos itu tampak adanya sejumlah garis yang menunjukkan pola sebar kebahasaan yang berpola atau tidak berpola. Jika pola sebarnya berpola, maka dapat ditetapkan adanya daerah pakai dialek atau bahasa. Jika pola sebarnya tidak berpola, maka daerah pakai dialek atau bahasa tidak dapat ditetapkan Agus Sariono, 2016:17. Isoglos adalah garis imajener yang diterakan di sebuah peta bahasa untuk menyatukan titik-titik pengamatan yang menggunakan gejala kebahasaan yang serupa. Isoglos digunakan untuk menganalisis distribusi gejala kebahasaan Masica 1976 dalam Lauder 2001:7. Berkas isoglos adalah kumpulan dari beberapa isoglos yang membentuk satu berkas. Berkas isoglos ini dapat berupa metode dalam analisis data. Metode berkas isoglos dalam penelitian dialektologi merupakan salah satu metode pemilahan isolek atas dialek dan subdialek Mahsun, 1995:126. Metode berkas isoglos beroprasi berdasarkan peta-peta isoglos dan peta berkas isoglos. Kedua Universitas Sumatera Utara 12 jenis peta itu dapat memberikan gambaran visual yang nyata dan hal ini merupakan kelebihan metode berkas isoglos. Penentuan dialek dan bahasa berdasarkan metode berkas isoglos pertama- tama tidak didasarkan pada berapa jumlah berkas isoglos yang sama atau mirip. Artinya, kesamaan atau kemiripan isoglos merupakan penentu utama, sedangkan faktor jumlah isoglos yang sama tau mirip merupakan penentu kejelasan atau kesamaran batas dialek. Tidak ada ukuran statistik yang menentukan batas perbedaan dialek, subdialek, ataupun wicara Nothofer dalam Agus Sariono, 2016:18. Pemetaan sangat penting dalam menampilkan gejala kebahasaan. Artinya, pemetaan dan kajian geografi dialek merupakan suatu kesatuan, antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Ayatrohaedi 1983, :31 – 32 berpandangan bahwa peta bahasa atau peta dialek merupakan alat bantu untuk menggambarkan kenyataan yang terdapat dalam dialek-dialek, baik itu persamaan maupun perbedaan di antara dialek-dialek tersebut. Sejalan dengan itu, peneliti berpandangan bahwa pemetaan dialek harus selalu diawali dengan pendeskripsian dialek atau ciri-ciri dialek sebagaimana ditunjukkan oleh tradisi awal penelitian dialektologi yang dilakukan Gillieron dan Wenker. Hal ini diakui pula oleh Saussure 1988: 332 – 333 bahwa penelitian ciri-ciri dialek adalah titik tolak usaha memetakan bahasa. Peta bahasa bisa berupa peta peragaan display maps dan peta tafsiran interpretive maps Chamber dan Trudgill dalam Mahsun, 1995:58. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peta peragaan dan peta penafsiran untuk menyatakan gambaran umum mengenai sejumlah dialek. Peta peragaan merupakan peta yang berisi tabulasi data lapangan dengan maksud agar data-data itu tergambar dalam perspektif yang bersifat geografis. Dalam peta peraga tercakup distribusi geografi perbedaan-perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara daerah pengamatan Mahsun, 1995:59. Pengisian data lapangan pada peta peragaan dapat dilakukan dengan sistem: 1. Sistem langsung dapat dilakukan dengan memindahkan unsur-unsur kebahasaan yang memiliki perbedaan ke atas peta. Sistem ini dapat Universitas Sumatera Utara 13 efektif jika unsur yang berbeda dimungkinkan dapat ditulis langsung pada daerah pengamatan, 2. Sistem lambang dapat dilakukan dengan mengganti unsur-unsur yang berbeda dengan menggunakan lambang tertentu yang ditulis di sebelah kanan daerah pengamatan yang menggunakan bentuk untuk perbedaan fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon atau makna untuk perbedaan semantik yang dilambangkan, 3. Sistem petak merupakan daerah-daerah pengamatan yang menggunakan bentuk atau makna yang lain dipersatukan oleh sebuah garis, sehingga keseluruhan peta terlihat terpetak-petak menurut daerah-daerah pengamatan yang menggunakan unsur-unsur kebahasaan yang serupa Mahsun, 1995:59. Selanjutnya, peta penafsiran merupakan peta yang membuat akumulasi pertanyaan-pertanyaan umum tentang distribusi perbedaan-perbedan unsur linguistik yang dihasilkan berdasarkan peta peragaan. Peta penafsiran merupakan peta yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan inovasi dan relik, juga termasuk peta berkas isoglos Mahsun, 1995:68.

2.1.4 Bahasa