Latar Belakang Efektivitaspelaksanaan Program Keluargaharapan Di Kelurahankayujatikecamatanpanyabungan Kabupatenmandailing Natal

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Bagaimana tidak, bermula dari kemiskinan kemudian akan memunculkan masalah-masalah yang baru. Dengan kata lain kemiskinan merupakan gulma yang akan tumbuh subur menjadi masalah-masalah lainnya apabila tidak mendapatkan penanganan yang serius. Kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup seperti kelaparan, kekurangan gizi, kesehatan yang buruk, keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya. Menurut Sunyoto 2004:128 menyatakan bahwa pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditujukkan oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efekif. Mereka seringkali memperoleh perlakuan sebagai objek yang perlu digarap dari pada sebagai subjek yang perlu diberi peluang untuk berkembang. Sen dalam Ismawan 2003:102 menyatakan bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesbilitas. Akibat keterbatasan dan ketiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan bahkan tidak ada pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dapat dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat. Universitas Sumatera Utara Menurut Chamber dalam Soetomo 2006:285 menyatakan bahwa kondisi kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan bertali- temali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan yang dalam proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri. Faktor-faktor yang di identifikasi membentuk jaringan atau perangkap kemiskinan tersebut adalah: kelemahan fisik, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Faktor kelemahan fisik dapat disebabkan karena kondisi kesehatan dan faktor gizi buruk, sehinggga dapat mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah. Faktor isolasi terkait dengan lingkup jaringan ineteraksi sosial yang terbatas, serta akses terhadap informasi, peluang ekonomi dan fasilitas pelayanan yang terbatas pula. Faktor kerentanan terkait dengan tingkat kemampuan yang rendah dalam menghadapi kebutuhan dan persoalan mendadak. Faktor ketidakberdayaan terkait dengan akses dalam pengambilan keputusan, akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar bargaining position. Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi dan politik bangsa. Dimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkadang malah membuat hidup masyarakat makin terasa sulit dari segi ekonomi khususnya, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadai dalam kehidupan sehari-hari. Yang sering terjadi ketika kelompok masyarakat hidup dalam bayang-bayang kemiskinan, mereka menjadi termarginalkan, terpinggirkan, bahkan terabaikan. Badan Pusat Statistik BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2016 mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86 dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan profil kemiskinan Badan Pusat Statistik, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun, namun secara persentase penduduk miskin meningkat. Pada bulan Maret 2015 persentase penduduk miskin perdesaan sebesar 14,21 , lalu turun pada September 2015 menjadi 14,09 kemudian naik 0,02 di bulan Maret 2016 menjadi 14,11. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana kita ketahui bahwa cara untuk melawan kemiskinan adalah dengan jalur pendidikan. Karena melalui pendidikan akan membuat seseorang memiliki pengetahuan dan mampu berpikir secara luas serta memberikan peluang besar untuk diterima berkerja di sektor formal. Tapi pada kenyataannya masih banyak warga masyarakat yang mendapat kesulitan dalam mendapatkan akses pendidikan. Banyaknya jumlah siswa yang putus sekolah di Indonesia Penyebab pertama adalah masalah ekonomi. Karena hampir 80 anak-anak yang putus sekolah menyatakan kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk beli pakaian seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan mereka harus bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah. Kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan seakan memaksa mereka untuk mengikutsertakan anak-anak mereka untuk turut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemudian penyebab kedua adalah di daerah pedalaman banyak sekolah yang jarak sekolah dengan rumah jauh. Hal itu dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan, bergunung-gunung dan populasinya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sehingga pemerintahpun mengakui belum bisa menjamin pendidikan layaknya seperti di perkotaan di mana tiga kilometer pasti sudah ada fasilitas pendidikan. Dan yang terakhir adalah banyaknya di daerah pedalaman atau pedesaan yang sebenarnya masih dalam usia sekolah, akan tetapi sudah kawin muda sehingga keterbatasan waktu untuk bersekolah makin tinggi. Karena jika kita melihat pasal 17 ayat 1 UU RI No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa: Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 enam belas tahun. Sehingga banyak juga yang menikah pada batas usia minimal tersebut. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian memberikan pendidikan yang terjangkau dan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai hingga pelosok negeri, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan derajat pendidikan masyarakat, meningkatkan kecerdasan masyarakat dan pada akhirnya dapat memutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan harus diutamakan dan menjadi prioritas yang harus dikedepankan mengingat kedepan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil merupakan salah satu modal utama suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam persaingan global yang semakin ketat. Masih banyaknya keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik pada sisi demand maupun sisi pelayanan supply. Pada sisi demand, alasan terbesar untuk tidak melanjutkan sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk kesehatan, keluarga miskin tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi angggota keluarganya akibat rendahnya tingkat pendapatan. Sementara itu, pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan antara lain adalah belum tersedianya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau oleh rumah tangga miskin. Biaya pelayanan yang tidak terjangkau oleh rumah tangga miskin serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia pelayanan pendidikan dan kesehatan. Banyak program-program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat yang sudah terlaksana, namun belum memberikan hasil yang memuaskan. Banyaknya kendala dan permasalahan-permasalahan yang di temukan di lapangan terkait penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran, adanya tindak kecurangan aparat seperti mengorupsikan dana bantuan yang seharusnya diberikan kepada masyarakat tetapi malah masuk ke rekening pribadi, masyarakat yang menjadi ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah sehingga menurunkan tingkat kemandirian masyarakat itu sendiri untuk menolong dirinya keluar dari jerat kemiskinan. Universitas Sumatera Utara Salah satu program pemerintah dalam mengikis kemiskinan yaitu Program Keluarga Harapan. Tujuan utama Program Keluarga Harapan adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin.Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi. Program Keluarga Harapan PKH pada Provinsi Sumatera Utara mulai diberlakukan pada tahun 2008 yang meliputi tiga KabupatenKota yakni Medan, Nias dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan. Sumatera Utara dijadikan salah satu daerah sasaran Program Keluarga Harapan mengingat jumlah penduduk miskin di daerah ini masih cukup banyak. Menurut data Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas yang dilaksanakan pada bulan Maret 2007 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400 orang atau sebesar 13,9 terhadap jumlah penduduk seluruhnya.Kondisi kemiskinan ini menyebabkan banyak keluarga miskin yang tidak dapat mengakses pendidikan dan kesehatan secara layak. Khusus untuk Kabupaten Mandailing Natal, seluruh Kecamatan telah memberlakukan Program Keluarga Harapan ini. Salah satunya adalah Kecamatan Panyabungan. Dengan adanya bantuan Program Keluarga Harapan ini diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga sangat miskin yang menjadi penerima PKH di Kecamatan Panyabungan dalam mengakses pelayanan dasar tersebut. Dengan terlaksananya Program Keluarga Harapan maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kayu Jati Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal” Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah