Upaya Penyelesaian Hasil Penelitian

2. Upaya Penyelesaian

Wanprestasi oleh Nasabah Pembiayaan Bagi Hasil Mudharabah di Bank Muamalat, Tbk Cabang Surakarta Seperti halnya dengan bank-bank yang ada di Indonesia yang mempunyai kebijakan mengenai penyelesaian wanprestasi terhadap pembiayaan atau pinjaman lainnya. Berdasarkan penelitian dilapangan yang dilakukan penulis dengan pihak Bank Muamalat cabang Surakarta yang diwakili oleh Ibu Eko Ely Mayasari sebagai sektretaris Bank Muamalat cabang Surakarta dan diketahui bahwa Bank Muamalat cabang Surakarta juga mermpunyai ketentuan-ketentuan mengenai penyelesaian wanprestasi atau apabila nasabah tidak melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran angsuran sesuai dengan yang telah diperjanjikan bersama antara bank dengan nasabah yang menggunakan jasa pembiayaan bagu hasil mudharabah tersebut. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Bank Mualamalat cabang Surakarta dalam upaya penyelesaian wanprestasi oleh nasabah tersebut adalah : a. Diskusi antar pihak bank Muamalat dengan nasabah yang melakukan wanprestasi Diskusi yang dilakukan oleh pihak bank terhadap nasabah yang melakukan tunggakan pembayaran pembiayaan bagi hasil mudharabah ini ditujukan untuk memberikan peringatan secara lisan sebelum dilakukannya peringatan secara tertulis. Diskusi atau peringatan secara lisan ini berupa pendekatan secara intensif yang dilakukan oleh pihak bank Muamalat terhadap nasabah yang melakukan tunggakan pembayaran pembiayaan bagi hasil mudharabah seperti yang telah diperjanjikan bersama. b. Surat peringatan I Surat peringatan ini diberikan kepada nasabah yang melakukan tunggakan pembayaran pembiayaan bagi hasil mudaharabah atau nasabah yang wanprestasi setelah upaya diskusi atau pendekatan intensif yang diberikan tidak mendapatkan hasil atau respon yang baik dari nasabah yang bersangkutan. c. Surat Peringatan II Yaitu surat peringatan kedua yang diberikan kepada nasabah yang melakukan wanprestasi dalam pembiayaan bagi hasil mudaharabah setelah surat peringatan I yang diberikan tidak mendapatkan respon atau itikad baik dari nasabah yang bersangkutan tersebut. d. Surat Peringatan III Yaitu merupakan surat peringatan tertulis terakhir sebelum dilakukannya tindakan langsung oleh pihak Bank Muamalat berkenaan dengan wanprestasi yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan bagi hasil mudharabah. e. HEJB Yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak Bank Muamalat berupa pengambilansita jaminan yang digunakan nasabah yang melakukan wanprestasi untuk selanjutnya dijual guna menutupi sisa pembayaran yang belum dipenuhi oleh nasabah yang bersangkutan. Di Bank Muamalat terdapat 2 alternatif mengenai pejualan jaminan yang ditawarkan kepada nasabah, yaitu : 1 Penjualan jaminan dilakukan oleh pihak bank. Untuk penjualan jaminan oleh bank, nasabah harus membuat surat kuasa untuk pihak bank yang menyatakan bahwa bank mempunyai kewenangan untuk melakukan penjualan terhadap barang jaminan yang telah dijaminkan. 2 Penjualan jaminan dilakukan sendiri oleh nasabah yang bersangkutan. Berbeda dengan bank lainnya, Bank Muamalat dalam hal HEJB memberikan alternatif nasabah untuk menjual jaminan yang dijaminkan dalam pembiayaan bagi hasil mudharabah. Hasil penjualannya untuk menutup sisa tunggakan pembayaran yang belum dibayarkan oleh nasabah dan kemudian apabila masih ada sisa penjualan maka kemudian akan kembalikan untuk nasabah tersebut. Pada penyelesaian wanprestasi di Bank Muamalat cabang Surakarta pada tahap peringatan tertulis sampai dengan Surat Peringatan III apabila nasabah yang bersangkutan menyetujui untuk bermusyawarah dan menunjukkan itikad baik, maka akan ditempuh jalur penyelesaian wanprestasi secara musyawarah. Jalur penyelesaian yang dapat ditempuh yaitu dengan restrukturisasi pembiayaan atau kesepakatan baru antara pihak Bank Muamalat cabang Surakarta dengan nasabah yang wanprestasi. Isi perjanjian baru tersebut adalah sesuai dengan kesepakatan yang disetujui oleh pihak Bank Muamalat dan juga pihak nasabah yang wanprestasi serta sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Bank Indonesia sebagai bank pengawas bank di Indonesia.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian pada Bank Mandiri ditinjau dari UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Studi pada Bank Mandiri Area Balai Kota Medan)

7 132 103

Perbandingan Gerakan Mahasiswa Tahun 1966 Dengan Gerakan Mahasiswa Tahun 1998 Dalam Meruntuhkan Rezim Penguasa.

22 454 89

Kajian Yuridis Pemberian Kredit Mikro Tanpa Agunan Berdasarkan Uu No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU NO 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (Studi Pada Pemberian Kredit Peduli Usaha Mikro KPUM Sumut Sejahtera Pada PT Bank Sumut)

1 43 99

Sertifikasi & Akreditasi Oleh Asosiasi Dalam Perspektif Uu No. 5/1999 (Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

0 25 21

Pelaksanaan Nikah Dan Talak Di Luar Ketentuan UU. No. 1 Tahun 1974 Dalam Masyarakat (Studi Kasus...

1 45 4

Pengaruh Peraturan Gadai Tanah Pertanian (Pasal 7 UU No.56/PRP/1960) Terhadap Pelaksanaan Gadai...

0 35 5

PENYELESAIAN SISA HUTANG KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN DITINJAU DARI UU NO. 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN PERUBAHAN UU NO.7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 0 1

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT OLEH KREDITUR KEPADA USAHA MIKRO MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 0 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN PERBANKAN A. Penjelasan Umum Tentang Perbankan - Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian pada Bank Mandiri ditinjau dari UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Studi pada Bank Mandiri Area Balai Kota Medan)

0 0 30

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA BANK MANDIRI DITINJAU DARI UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

0 2 9