Mahfoedz 2003 dalam Sam’ani 2008 menyatakan bahwa ukuran dan jumlah dewan direksi sesuai dengan prinsip- prinsip
GCG. Oleh
karena itu
diharapkan mampu
mengurangi permasalahan dalam teori keagenan serta mampu membatasi
controlling owner
untuk mengeksploitasi
kepentingan noncontrolling owner. Dari penjelasan tersebut dapat dibangun
hipotesa sebagai berikut : H
4
: Jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap tindakan pajak agresif perusahaan.
3. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak
Agresif
Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula reputasi perusahaan di mata masyarakat.
Jika dikaitkan dengan pajak, reputasi baik juga akan diperoleh dari hal pembayaran pajak perusahaan kepada negara.Salah satu bentuk kewajiban
perusahaan adalah membayar pajak.Dengan membayar pajak, perusahaan turut serta berkontribusi dalam melakukan pembangunan nasional guna
mensejahterakan kehidupan masyarakat.Hal tersebut serupa dengan pendapat Yoehana 2013 menyatakan bahwa dari perspektif masyarakat,
pajak dapat dipandang sebagai deviden yang dibayar oleh perusahaan kepada masyarakat sebagai imbalan telah menggunakan sumber daya yang
tersedia.Apabila perusahaan menghindari pembayaran pajak yang seharusnya, maka perusahaan dapat dikenakan saksi atau hukuman.
Pembayaran pajak merupakan salah satu bentuk penerapan teori legitimasi untuk mendapatkan simpati masyarakat. Selain itu, untuk
menumbuhkan images positif bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosialnya dengan baik. Rohmati 2013, dalam
penelitiannya membuktikan bahwa perusahaan yang sadar sosial high level CSR cenderung kurang agresif dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak bertanggung jawab secara sosial low level CSR dalam kebijakan penghindaran pajaknya. Lanis dan Richardson 2012
menyatakan bahwa dengan demikian sebuah perusahaan yang terlibat dalam kebijakan agresif pajak secara sosial tidak bertanggung jawab.
Keputusan perusahaan mengenai sejauh mana perusahaan berkeinginan untuk mengurangi kewajiban pajaknya secara sah dipengaruhi oleh
sikapnya terhadap CSR, sebagai tambahan pertimbangan legalitas dan etika yang lebih mendasar. Harari, et.al. 2012 mengatakan bahwa
mengingat pentingnya kebijakan pajak untuk kehidupan sosial tampaknya masuk akal untuk tidak menyertakan praktik perencanaan agresif pajak ke
dalam unsur tanggung jawab sosial perusahaan. William 2007 dalam Lanis dan Richardson 2012 menyatakan
bahwa sulit untuk membedakan antara CSR yang dilakukan dengan motif altruistik
dengan CSR
yang dilakukan
dengan tujuan
untuk menguntungkan reputasi perusahaan. Sebaliknya, banyak aksi perusahaan