Cara Memperoleh Tanah Tinjauan Yuridis tentang Permohonan dan Pemberian Hak Atas Tanah Menurut Hukum Agraria di Indonesia

BAB II TATA CARA PERMOHONAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA

A. Cara Memperoleh Tanah

Cara-cara memperoleh Tanah, apabila: a. Tanah Negara 1. Pemberian Tanah Negara Pemberian hak atas tanah Negara adalah pemberian hak atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara kepada seseorang ataupun beberapa orang bersama-sama atau suatu badan hukum. Selanjutnya, pihak yang dapat mempunyai hak atas tanah diatur dalam Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang menyatakan bahwa : tiap-tiap warga negara Indonesia, baik Laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya . Sedangkan yang bukan warga negara Indonesia atau badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia sangat dibatasi, hanya hak pakai atau hak sewa saja. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 42 dan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Untuk badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia dapat mempunyai semua hak atas tanah kecuali hak milik yang terbatas pada badan-badan hukum yang Universitas Sumatera Utara ditetapkan oleh pemerintah, sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 1 huruf b dan Pasal 36 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Lebih lanjut mengenai cara memperoleh tanah, diatur dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara, menjelaskan bahwa: Pemberian hak atas tanah adalah penetapan pemerintah yang memberikan suatu hak atas tanah negara termasuk perpanjangan jangka waktu hak dan pembaharuan hak. Sedangkan tanah negara adalah tanah yang tidak dipunyai oleh perseorangan atau badan hukum dengan suatu hak atas tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tanah Negara yang belum dilekati hak sebelumnya bisa diperoleh atau diberikan berdasarkan penetapan pemerintah berdasarkan ketentuan yang berlaku. 2. Dasar Hukum Cara Memperoleh Tanah Negara Kewenangan pemberian hak atas tanah dilaksananakan oleh Menteri Negara AgrariaKepala BPN sesuai dengan ketentuan Pasal 13 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara, yang menyatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan secara umum . Selanjutnya, Pasal 14 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara, yang menyatakan bahwa : Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional memberikan keputusan mengenai pemberian dan pembatalan hak atas tanah yang tidak dilimpahkan kewenangannya kepada kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan Bab III ”. Selain dari pada Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara di atas, dasar hukum tata cara memperoleh tanah Negara juga diatur dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan. 3. Tata CaraProsedur Permohonan Hak Atas Tanah Negara Tata cara permohonan hak atas tanah dalam hal ini Tanah Negara diawali dengan syarat-syarat bagi pemohon. dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Universitas Sumatera Utara Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan menentukan bahwa : Pemohon hak atas tanah mengajukan permohonan hak milik atas tanah negara secara tertulis, yang diajukan kepada Menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya melikputi letak tanah yang bersangkutan. Dalam permohonan tersebut memuat keterangan mengenai pemohon, keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik serta keterangan lainnya berupa keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang dimiliki oleh pemohon termasuk bidang tanah yang dimohon serta keterangan lain yang dianggap perlu. Permohonan hak tersebut di atas, diajukan kepada Menteri Negara Agraria melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan untuk diproses lebih lanjut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Setelah berkas permohonan diterima, Kepala Kantor Pertanahan melaksanakan tahap pendaftaran, yaitu sebagai berikut : a Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik. b Mencatat dalam formulir isian. c Memberikan tanda terima berkas permohonan sesuai formulir isian Universitas Sumatera Utara d Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Syarat dan berkas permohonan hak atas tanah yang telah lengkap dan telah diproses sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah maka diterbitkanlah Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah yang dimohon kemudian dilakukan pendaftaran haknya ke Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan, untuk diterbitkan sertifikat hak atas tanah sebagai tanda lahirnya hak atas tanah tersebut. b. Tanah Hak 1. Pengertian Tanah Hak Tanah Hak adalah tanah yang sudah dilekati atau dibebani dengan suatu hak tertentu. Tanah Hak tersebut misalnya Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, atau Hak Pakai. Tanah Hak dapat diperoleh dengan cara pelepasan hak atas tanahpembebasan tanah, pemindahan hak atas tanah, dan pencabutan hak atas tanah. 2. Pelepasan Pembebasan Tanah Pelepasan hak atas tanah dan pencabutan hak atas tanah merupakan 2 dua cara untuk memperoleh tanah hak, di mana yang membutuhkan tanah tidak memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah. Pelepasan hak atas tanah adalah melepaskan hubungan Universitas Sumatera Utara hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya, dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Sedangkan pembebasan tanah adalah melepaskan hubungan hukum yang semula diantara pemegang hakmenguasai tanah dengan cara memberikan ganti rugi. Kedua perbuatan hukum di atas mempunyai pengertian yang sama, perbedaannya pembebasan hak atas tanah adalah dilihat dari yang membutuhkan tanah, biasanya dilakukan untuk lahan tanah yang luas, sedangkan pelepasan hak atas tanah dilihat dari yang memiliki tanah, dimana ia melepaskan haknya kepada Negara untuk kepentingan pihak lain. Semua hak atas tanah dapat diserahkan secara sukarela kepada Negara. Penyerahan sukarela ini yang disebut dengan melepaskan hak atas tanah. Hal ini sesuai dengan Pasal 27 Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang menyatakan bahwa: “Hak milik hapus bila: a tanahnya jatuh kepada Negara: 1. karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 2. karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya 3. karena diterlantarkan 4. karena ketentuan Pasal 21 ayat 3 dan 26 ayat 2 b tanahnya musnah.” 3. Pemindahan Hak Atas Tanah Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum pemindahan hak-hak atas tanah yang bersangkutan sengaja dialihkan Universitas Sumatera Utara kepada pihak lain. Pemindahan hak atas tanah dapat dilakukan dengan cara jual beli, hibah, tukar menukar, pemasukan dalam perusahaan, dan lain sebagainya. Cara memperoleh tanah dengan pemindahan hak atas tanah ditempuh apabila yang membutuhkan tanah memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak atas tanah. Dengan demikian dapat disimpulkan, yaitu apabila tanah yang tersedia adalah tanah hak lainnya yang berstatus HM, HGU, HGB, dan Hak Pakai maka dapat digunakan cara perolehan tanahnya melalui pemindahan hak misalnya dalam bentuk jual beli tanah, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan lain sebagainya. 4. Pencabutan Hak Atas Tanah Dasar hukum pengaturan pencabutan hak atas tanah diatur oleh Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria dalam Pasal 18 yang menyatakan bahwa: Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang. Undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 18 di atas adalah Undang-undang Nomor 20 tahun 1961 tentang Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya, dengan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun1973 tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya, dan Inpres No. 9 tahun 1973 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya. Ketentuan Pasal 18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria ini merupakan pelaksanaan dari asas dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yaitu bahwa hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Sejalan dengan Pasal 18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria di atas, Effendi Perangin 1981: 38 menambahkan bahwa: Pencabutan hak atas tanah menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria adalah pengambil-alihan tanah kepunyaan sesuatu pihak oleh Negara secara paksa, yang mengakibatkan hak atas tanah menjadi hapus, tanpa yang bersangkutan melakukan sesuatu pelanggaran atau lalai dalam memenuhi sesuatu kewajiban hukum. Pencabutan hak atas tanah merupakan cara terakhir untuk memperoleh tanah hak yang diperlukan bagi pembangunan untuk kepentingan umum setelah berbagai cara melalui musyawarah tidak berhasil. 15 15 Materi Hukum, Pendaftaran Tanah dan Cara Memperoleh Tanah Negara”, Wordpress, diakses dari https:materihukum.wordpress.com20131022pengertian-tanah-dan-cara-memperoleh- tanah-negara ,pada tanggal 1 April 2016 pukul 13.30 Universitas Sumatera Utara Tanah-tanah yang haknya dapat dimohonkan adalah apabila tanah yang tersedia berstatus : 1. Tanah Negara Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Langsung dikuasai yang artinya tidak ada hak pihak lain di atas tanah itu. Tanah itu yang disebut juga tanah Negara bebas. 16 Dalam pengertian ini termasuk tanah Negara yang berasal dari pembebasan hak atau pelepasan hak untuk kepentingan pihak lain. Yang melalui tata cara tersebut diperoleh tanah dengan hak-hak atas tanah yang primer, yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai. 17 a Sejak Semula Tanah Negara Menurut Effendi Perangin dalam bukunya yang berjudul Praktek Permohonan Hak Atas Tanah, Tanah Negara yang ada sekarang berasal dari: Tanah yang sejak semula berstatus tanah Negara, berarti di atas tanah itu belum pernah ada hak pihak tertentu selain Negara. Dalam sistem Hukum Tanah sebelum UUPA berlaku, ditetapkan asas bahwa Negara adalah pemilik tanah apabila tidak ada orangbadan yang dapat membuktikan bahwa tanah itu adalah miliknya. Asas itu disebut asas domein. Namun setelah berlakunya UUPA, sejak tanggal 24 September 1960, asas domein dicabut. Sejak itu Negara tidak lagi sebagai pemilik tanah yang disebut asas domein, tetapi beralih menjadi penguasa tanah. Negara sebagai penguasa yang menguasai tanah diseluruh kawasan 16 Effendi Perangin, op. cit., hlm. 3 17 Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Nasional Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta,2005, hlm.61 Universitas Sumatera Utara Negara Republik Indonesia, baik yang sudah ada hak orang diatasnya maupun yang bebas dari hak orang. b Bekas Tanah Partikelir Pemerintah Hindia Belanda dulu banyak menjual tanah kepada badan hukum atau orang tertentu. Orang itu pada umumnya adalah orang Tionghoa, Arab dan Belanda. Dan biasanya tanah yang dijual itu sangat luas rata-rata diatas 10 ha. Jual-beli itu sedemikian rupanya, sehingga si pembeli juga berhak mengatur “pemerintahan kedua” dikawasan tanah yang dibelinya. Ia berhak membuat peraturan yang berlaku bagi “warga Negara” yang berada di atas tanah itu. Peraturan itu biasanya bertujuan memeras warga dan mengolah tanah itu sehingga sipemilik memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Peraturan itu biasanya mewajibkan penduduknya kerja paksa dan pembayaran pajak paksa. Karena demikian, maka pada tahun 1958, melalui Undang- Undang Penghapusan Tanah Partikelir UU No.11958 maka semua tanah partikelir di Indonesia dihapuskan, karena penghapusan itu, maka tanah yang bersangkutan menjadi tanah Negara. c Bekas Tanah Hak Barat Pada 24 September 1980, bekas tanah Hak Barat telah habis jangka waktu berlakunya kecuali yang sudah dikonversi menjadi hak milik. Tanah itu semuanya menjadi tanah Negara. d Bekas Tanah Hak Universitas Sumatera Utara Tanah hak adalah tanah yang diatasnya ada hak seseorang atau badan hukum. Suatu tanah hak dapat menjadi tanah Negara karena hak yang ada di atasnya: - Dicabut oleh yang berwenang; - Dilepaskan secara sukarela oleh yang berhak; - Habis jangka waktunya; - Karena pemegang hak bukan subjek hak. 18 2. Tanah Hak Pengelolaan Hak Pengelolaan meemberikan wewenang kepada pemegangnya untuk: a. Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah yang bersangkutan; b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan peksanaan usahanya; c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh pemegang hak pengelolaan yang meliputi segi-segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan bahwa pemberian ha katas tanah kepada pihak ketiga dilakukan oleh pejabat yang berwenang. 19

B. Subjek Yang Berhak MemohonDan Instansi Pemerintah Yang Berwenang Memberikan Hak Atas Tanah