Analisis Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA

TERPADU DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SUMATERA UTARA

RASYID KURNIA NST

090302026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA

TERPADU DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

RASYID KURNIA NST

090302026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR SECARA

TERPADU DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

RASYID KURNIA NST

090302026

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Rasyid Kurnia Nst

NIM : 090302026

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara” benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam berbentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir skripsi ini.

Medan, Februari 2015

Rasyid Kurnia Nst


(5)

Judul : Analisis Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Nama : Rasyid Kurnia Nst NIM : 090302026

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S

Ketua

Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc Anggota


(6)

ABSTRAK

RASYID KURNIA NST. Analisis Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, di bawah bimbingan DARMA BAKTI dan RUSDI LEIDONALD.

Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai memiliki garis pantai sepanjang 95 km mencakup lima kecamatan, yaitu: Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Wilayah pesisir Serdang Bedagai memiliki potensi yang besar untuk dijadikan pemanfaatan lahan budidaya, ekowisata bahari, industri perikanan, pendidikan dan penelitian dll. Namun dari setiap potensi yang ada di pesisir Kabupaten Serdang Bedagai tersebut masih ada beberapa permasalahan terutama permasalahan ekologis akibat pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui arahan strategi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juli 2014 di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan sengaja. terdapat 4 lokasi stasiun, stasiun 1 Desa Bagan Kuala, stasiun 2 Desa Sentang, stasiun 3 Desa Sei Nagalawan, stasiun 4 Desa Pantai Cermin Kiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlunya penataan konsep pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai secara rinci agar pemanfaatan lahan wilayah pesisir dapat dikelola dengan memperhatikan keterkaitan antar aspek lingkungan pesisir, serta pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai perlu mengeluarkan arahan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis zonasi untuk menciptakan pengelolaan pesisir secara terpadu.


(7)

ABSTRACT

RASYID KURNIA NST. Analysis of Integrated Coastal Management in Serdang Bedagai North Sumatra, under academicc supervision of DARMA BAKTI and RUSDI LEIDONALD.

Serdang Bedagai has lenght the coastline of 95 km covers five districts namely: Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Serdang Bedagai Coastal areas has great potential to be used as the utilization of agriculture, marine ecotourism, fisheries, education and research etc. But from every potential that exists in the Serdang Bedagai coastal, there are still some problems, especially ecological problems due to land use that are not environmental friendly. Thus the research aimed to determine the strategic direction of integrated coastal management in Serdang Bedagai. The research was conducted in May-July 2014 in the coastal areas of Serdang Bedagai. This study used a purposive random sampling. There are 4 station observation, station 1 Bagan Kuala Village , station 2 Sentang Village, station 3 Sei Nagalawan Village, station 4 Pantai Cermin Kiri Village. Results of the analysis showed that the need for the arrangement of space utilization concepts in Serdang bedagai coastal in more detail, so that the land use of coastal areas can be managed with attention to the linkages between environmental aspects of coastal. and local government of Serdang Bedagai need to issue policy directives based coastal management zone to create coastal management in an integrated manner.


(8)

RIWAYAT HIDUP

RASYID KURNIA NST, dilahirkan di Medan

pada tanggal 8 Agustus 1991 dari ayahanda H. Syammar Kurnia Nst, SST, S.Pd, M.Psi dan ibunda

Gusti Raya Lubis. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan SMA Swasta Eria Medan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Lokal Penerimaan Mahasiswa Baru (SLPMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten Dasar Oceanografi (2010) dan menjadi asisten Ekologi Perairan (2011). Selain itu, penulis juga aktif mengikuti organisasi, antara lain Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) sebagai ketua bidang hubungan masyarakat, aktif di Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia sebagai anggota DPW (Dewan Pertimbangan Wilayah) Regional Sumatera. Pada bulan Juli 2014 penulis pernah menjadi pemateri dalam deklarasi kelompok nelayan di Desa Pagurawan Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Pada bulan juli 2012 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Kemudian pada bulan Mei 2014, penulis melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Pengelolaan Kawasan Pesisir secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.”


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah “Analisis Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai satu diantara beberapa syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat arahan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa materi, ilmu, dan informasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc selaku

anggota komisi pembimbing. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar dan pegawai.

Terima kasih kepada Ayahanda H. Syammar Kurnia Nst, S.ST, S.Pd, M.Psi dan Ibunda Gusti Raya Lubis serta abangda Arga Sakti Nst, S.Kom, dan kakak Dian Aretti Nst, S.Sos, Pratiwi Nasution, AM.Keb, SST. yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis.

Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kepada bapak kepala Desa Bagan Kuala, Kepala Desa Sentang, Kepala Desa Sei Nagalawan, Kepala Desa Perbaungan, Kepala Desa Pantai Cermin Kiri


(10)

dan seluruh masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di Kabupaten Serdang Bedagai dan seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dunia kelautan dan perikanan khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan dan juga semoga bermanfaat bagi informasi pengelolaan pesisir secara terpadu di kawasan Serdang Bedagai.

Medan, Februari 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi ... 6

Definisi Wilayah Pesisir ... 7

Pengelolaan Kawasan Pesisir Secara terpadu ... 8

Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir... 10

Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 11

Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 13

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ... 15

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Pelaksanaan Penelitian... 18

Penentuan Stasiun ... 18

Pengambilan Sampel ... 21

Data Primer ... 21

Data Sekunder ... 22

Analisa Data... 22

Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 23

Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis ... 23


(12)

Analisis SWOT ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 27

Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 27

Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis ... 30

Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 35

Analisis SWOT ... 55

Pembahasan ... 56

Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir ... 56

Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis ... 62

Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 67

Analisis SWOT ... 74

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 88

Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Data Sekunder ... 22

2. Data Analisis Hirarki Kebijakan ... 23

3. Data Pemanfaatan lahan pesisir dan kerusakan ekologis ... 24

4. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir ... 25

5. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu ... 27

6. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu Hirarki Kebijakan Pengelolaan Pesisir ... 27

7. Hirarki UU no 26 tahun 2007 dan UU no 27 tahun 2007 ... 28

8. Persentase Pemanfaatan Lahan Pesisir ... 29

9. Faktor internal dan eksternal pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ... 31

10. Faktor Internal dan Eksternal SWOT ... 55

11. Matriks SWOT ... 81

12. Matriks IFAS ... 83

13. Matriks EFAS ... 84


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Peta Administratif Kabupaten Serdang Bedagai ... 6

3. Hirarki Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ... 11

4. Peta Pola Ruang (RTRW Sergai 2011-2031) ... 16

5. Penentuan Stasiun Penelitian ... 19

6. Konsep Dasar Analisis SWOT ... 27

7. Pemanfaatan Lahan Pesisir Serdang Bedagai Tahun 2011 ... 30

8. Kerusakan Ekologis di stasiun 1 Desa Bagan Kuala ... 32

9. Kerusakan Ekologis di stasiun 2 Desa Sentang ... 33

10. Kerusakan Ekologis di stasiun 3 Desa Sei Nagalawan ... 34

11. Kerusakan Ekologis di stasiun 4 Desa Pantai Cermin ... 35

12. Persentase Responden Masyarakat Pesisir Berdasarkan jenis kelamin ... 36

13. Data Sekunder pekerjaan masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ... 37

14. Persentase pekerjaan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai ... 38

15. Penyebaran umur responden masyarakat pesisir ... 39

16. Persentase penyebaran taraf pendidikan responden masyarakat pesisir ... 40


(15)

pesisir terpadu ... 42

19. Persepsi masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 43

20. Persepsi masyarakat pesisir tentang sektor yang perlu diperbaiki ... 44

21. Keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu .... 45

22. Persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan jenis kelamin ... 46

23. Umur responden pengunjung wisata pantai ... 48

24. Persentase taraf pendidikan responden pengunjung wisata pantai ... 48

25. Pekerjaan responden wisata pantai ... 49

26. Pemahaman pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 50

27. Persepsi pengunjung wisata pantai terhadap keindahan pantai ... 51

28. Persepsi pengunjung wisata terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 51

29. Persepsi pengunjung wisata pantai tentang sektor yang perlu diperbaiki ... 52

30. Persepsi pengunjung wisata pantai terhadap harapan pengelolaan pesisir ... 53

31. Keterlibatan pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir terpadu ... 53


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Lokasi penelitian ... 95

2. Alat dan Bahan ... 96

3. Kegiatan Observasi lapangan dan wawancara ... 97

4. Kuisioner untuk nelayan sekitar kawasan penelitian ... 98

5. Kuisioner untuk instansi pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai ... 101

6. Kuisioner untuk pengunjung wisata bahari ... 103

7. Kuisioner untuk masyarakat pesisir ... 105

8. Kuisioner untuk analisis SWOT ... 108

9. Data Karakteristik Masyarakat Pesisir ... 110

10. Data Karakteristik Responden masyarakat pesisir ... 111

11. Data pemahaman dan keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 113

12. Data persepsi masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 114

13. Data karakteristik responden pengunjung wisata pantai ... 115

14. Data pemahaman dan keterlibatan pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 116

15. Data persepsi pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan pesisir terpadu ... 117


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang memiliki kekayaan sumberdaya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Secara ekologis kawasan pesisir merupakan sumberdaya yang kompleks diantara bioekoregion yang lainnya. Kawasan pesisir sangat rentan terhadap perubahan dari kawasan atasnya dan hal ini yang menyebabkan sumberdaya pesisir sangat kompleks.

Sumberdaya pesisir juga memiliki potensi yang dapat dikelola menjadi kawasan perikanan, kawasan wisata bahari, kawasan pemanfaatan sumber energi serta kawasan pendidikan dan penelitian. Sebagai contoh kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 95 km mencangkup lima kecamatan yaitu : Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Wilayah pesisir Serdang Bedagai memiliki potensi besar untuk dijadikan pemanfaatan lahan budidaya, ekowisata bahari, indusrtri perikanan, pendidikan dan penelitian, dan lain-lain.

Namun dari setiap potensi di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai tersebut masih ada beberapa permasalahan terutama permasalahan ekologis akibat pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan. Permasalahan ekologis yang terjadi di pesisir Serdang Bedagai adalah permasalahan kerusakan hutan mangrove, permasalahan muara sungai yang semakin sempit dan menghambat aktivitas nelayan, serta permasalahan abrasi pantai. Segala permasalahan ini dipicu akibat ada kesalahan pengelolaan kawasan pesisir dan tumpang tindih


(18)

kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang masih belum memperhatikan kepentingan kelestarian lingkungan. Permasalahan utama pengelolaan pesisir Serdang Bedagai adalah pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai belum menerapkan konsep pengelolaan pesisir secara terpadu.

Menurut Suparno (2008), pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

Berdasarkan permasalahan pengelolaan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai maka perlu dilakukan penelitian mengenai konsep pengelolaan pesisir yang terpadu dengan pengelolaan yang berwawasan lingkungan dan pengelolaan yang memperhatikan keterkaitan antar kepentingan baik kepentingan individu maupun kepentingan masyarakat. Selain itu juga diperlukannya strategi pengelolaan pesisir yang dituangkan dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai pengelolaan kawasan pesisir yang sesuai dengan amanat UU No. 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah masih adanya tumpang tindih kebijakan mengenai pengelolaan pesisir yang diakibatkan belum adanya arahan kebijakan pasti dari pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai pengelolaan wilayah pesisir yang sesuai dengan amanat UU No.. 27 tahun 2007


(19)

tentang pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hirarki kebijakan pengelolaan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?

2. Kerusakan lingkungan apa saja yang terjadi dikawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?

3. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?

4. Bagaimana strategi pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara ?

Kerangka Pemikiran

Pengelolaan kawasan pesisir terpadu tidak terlepas dari isu dan permasalahan dari pengelolaan tersebut. Isu dan permasalahan pengelolaan pesisir terpadu dibagi menjadi tiga yaitu hirarki kebijakan pengelolaan, sosial ekonomi masyarakat, dan kerusakan ekologis. Ketiga isu permasalahan pengelolaan ini mencangkup aspek kajian pengelolaan pesisir terpadu yaitu aspek sektoral, aspek disiplin ilmu dan aspek keterkaitan ekologis. Hasil analisis dari ketiga isu dan permasalahan pengelolaan pesisir tersebut akan menyimpulkan strategi pengelolaan kawasan pesisir terpadu. Strategi pengelolaan pesisir dijadikan perioritas arahan kebijakan pengelolaan untuk mencapai pengelolaan pesisir secara terpadu. Adapun skema kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


(20)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hirarki kebijakan pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

4. Untuk mengetahui strategi pengelolaan kawasan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu

Isu dan Permasalahan Pengelolaan

Hirarki Kebijakan Pengelolaan

Sosial Ekonomi Masyarakat

Kerusakan ekologis yang terjadi

Strategi Pengelolaan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Arahan Kebijakan Pengelolaan


(21)

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam melaksanakan prioritas strategi pengelolaan kawasan pesisir sesuai dengan hirarki kebijakan pengelolaan.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk melakukan kegiatan pengelolaan kawasan pesisir yang memperhatikan aspek keterkaitan lingkungan.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan satu diantara beberapa kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 3o01’2,5’’- 3o46’33” Lintang Utara, 98o44’22” – 99o19’01” Bujur Timur. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 17 kecamatan yang terdiri dari wilayah dataran tinggi dan dataran rendah di antaranya 5 kecamatan merupakan kawasan pesisir yakni: Kecamatan Pantai Cer min, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, dan Kecamatan Bandar Khalifah (http://serdangbedagaikab.go.id, 2006).

Gambar 2. Peta Administratif Kabupaten Serdang Bedagai (http://serdangbedagaikab.go.id, 2006)


(23)

Definisi Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan laut. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh pasang surut dan intrusi air laut. Sedangkan batas di laut adalah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan, seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Sedangkan menurut kesepakatan bersama dunia internasional, pantai diartikan sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, apabila ditinjau dari garis pantai maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas sejajar garis pantai (longshore), dan batas tegak lurus pantai (crossshore) (Supriharyono, 2000).

Menurut UU No.. 27 tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas dan kerentanan di wilayah pesisir. Secara konseptual, hubungan tersebut dapat digambarkan dalam keterkaitan antara lingkungan darat (bumi), lingkungan laut, dan aktivitas manusia (Asti, 2009).

Sumberdaya pesisir merupakan potensi penting dalam pembangunan masa depan, mengingat luas laut Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional, belum termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 2,7 juta km2 (Sari, 2010).


(24)

Menurut Syah (2010), wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang besar dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan. Sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok yaitu:

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resources) meliputi hutan bakau, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, sumberdaya perikanan laut dan bahan-bahan bioaktif.

2. Sumberdaya tidak dapat pulih (nonrenewable resources) meliputi minyak bumi dan gas alam serta seluruh mineral dan geologi.

3. Jasa-jasa lingkungan, meliputi fungsi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi (seperti: Ocean Thermal Energy Conversion, energi dari gelombang laut dan energi pasang surut), sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi ekologis lainnya.

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Pengelolaan wilayah peisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management/ICZM) merupakan sebuah wawasan baru dengan cakupan yang luas, sehingga dikatakan sebagai cabang ilmu baru. Proses pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dilakukan secara kontinu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir serta konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan yang tersedia (Bohari, 2009).


(25)

Menurut Dahuri, dkk (2010), pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosisitem, sumberdaya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini keterpaduan (integration) mengandung 3 dimensi : sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.

Pengelolaan wilayah pesisir adalah pengelolaan yang bersifat komprehensif, sehingga paling tidak menuntut tiga pendekatan: (1) perhatian yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai sumber daya alam yang unik; (2) optimalisasi pemanfaatan serbaneka dari ekosistem pesisir serta seluruh sumber daya alam didalamnya dengan mengintegrasikan segenap informasi ekologi, sosial-budaya dan ekonomi; dan (3) peningkatan pendekatan interdisipliner dan koordinasi antar sektor-sektor dan antar pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di wilayah pesisir yang kompleks. Melalui ketiga pendekatan diatas, diharapkan pengelolaan wilayah pesisir dapat memberikan hasil yang nyata sesuai dengan tujuan pengelolaan itu sendiri, antara lain: kualitas lingkungan hidup pesisir beserta sumberdaya alam di dalamnya; dan membaiknya kondisi sosial-budaya dan ekonomi masyarakat pesisir (Nezon, dkk., 2011).

Konsep pengelolaan wilayah pesisir berbeda dengan konsep pengelolaan sumberdaya pada umumnya, pada pengelolaan sumberdaya pesisir yang berbeda dengan pengelolaan sumberdaya yang lain adalah pengelolaan perikanan, pengelolaan hutan pantai, pendidikan dan kesehatan dimana contoh-contoh tersebut tidak melihat wilayah pesisir sebagai target paling utama dari konsep


(26)

pengelolaan wilayah pesisir adalah fokus pada karakteristik wilayah dari pesisir itu sendiri, dimana inti dari konsep pengelolaan wilayah pesisir adalah kombinasi dari pembangunan adaptif, terintegrasi, lingkungan, ekonomi dan sistem sosial (Pramudiya, 2008).

Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Menurut UU No. 1 Tahun 2014 pasal 7 ayat 1 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil , terdiri atas:

a. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K;

b. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K;

c. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan

d. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K.

Menurut Tajerin (2009), Keterpaduan secara sektoral berarti perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggungjawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration); dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat (vertical integration). Hirarki pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada Gambar 3.


(27)

\

Gambar 3. Hirarki Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Suparno, 2008)

Menurut Tajerin (2009), selain pendekatan sektoral diperlukan juga pendekatan ekonomi politik untuk mengetahui gambaran pembangunan yang akan diterapkan disebuah kawasan. Hal ini dikarenakan masalah pembangunan pasti melibatkan pemerintah dan para pengusaha. Perbedaannya hanya terletak pada seberapa jauh dan dengan cara bagaimana. Untuk masalah tersebut, paling tidak terdapat dua aliran utama, yaitu yang ingin mempertahankan sejauh mungkin keterbatasan peranan pemerintah dan menyerahkan perkembangan pada masyarakat sendiri, dan yang lain menghendaki peranan cukup aktif dari pemerintah dalam melakukan intervensi yang efektif guna mengatur perekonomian demi kepentingan umum.

Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Daerah pesisir pantai mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian masyarakat dan pembangunan karena merupakan ruang yang menjembatani antara wilayah daratan dengan wilayah perairan (lautan). Interaksi antara sumberdaya daratan dengan sumberdaya kelautan dicerminkan oleh


(28)

kegiatan-kegiatan sektor pertanian, sektor perikanan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, kelembagaan, kegiatan ekonomi-sosial lainya (Adisasmita, 2006).

Kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir saat ini masih didominasi oleh kegiatan penangkapan ikan, sedangkan kegiatan ekonomi lainnya, seperti ekowisata pesisir dan laut belum berkembang dengan baik. Selain itu, kegiatan penangkapan ikan masih dilakukan dalam skala kecil, dengan produksi yang belum memadai di satu sisi, dan biaya produksi atau operasional yang tinggi di sisi lain. Semua hal ini menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir (Tuwo, 2011).

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Sesungguhnya nelayan bukanlah entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dari segi pemilik alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan alat tangkap sendiri dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Subri, 2007) Sedangkan menurut UU No 31 tahun 2004 tentang Perikanan, Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan dan nelayan kecil adalah orang orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


(29)

Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common property) sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Demikian juga pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan yang penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini mengandung arti bahwa keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh, sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya sering diidentikkan dengan masyarakat miskin (Wasak, 2012).

Menurut Stanis (2005), dilihat dari perspektif antropologis, masyarakat pesisir nelayan berbeda dari masyarakat lain, seperti masyarakat petani, perkotaan atau masyarakat di dataran tinggi. Perspektif antropologis ini didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat nelayan memiliki pola-pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan berserta sumberdaya yang ada di dalamnya. Pola-pola kebudayaan itu menjadi kerangka berpikir atau referensi perilaku masyarakat nelayan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Permasalahan Pengelolaan Kawasan Pesisir

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang dibarengi dengan eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran, ekosistem wilayah pesisir mengalami degradasi yang terus memburuk. Meningkatnya jumlah dan aktivitas ekonomi penduduk juga menghasilkan limbah, mulai dari limbah domestik yang sederhana hingga limbah imdustri yang kompleks dan beracun. Kenyataan tersebut menyebabkan hilangnya aset nasional berupa penurunan produktivitas dan


(30)

keanekaragaman hayati yang dimiliki. Dengan segala potensi dan manfaat yang terkandung didalamnya pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilakukan dengan memperhatikan asas keberlanjutan (Sari, 2010).

Menurut Adisasmita (2006), adapun beberapa permasalahan yang penting dihadapi dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut :

a. Aspek Sosial

- Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman kerusakan lingkungan pesisir dan laut

- Masih rendahnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam berbagai upaya pelestarian lingkungan serta dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumberdaya kelautan.

b. Aspek Ekonomi

- Belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut karena keterbatasan modal, sarana produksi, pengetahuan, dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas oleh pemerintah.

- Masih perlunya ditingkatkan secara lebih terpadu koordinasi dalam penyusunan dan perencanaan dan pengambilan keputusan oleh instansi-instansi pemerintah daerah yang berkaitan dengan perairan laut.

c. Aspek Ekologi

Masih rendahnya pengertian dan kesadaran masyarakat untuk melindungi, menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir dan laut, sehingga


(31)

terjadi banyak pengerusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun untuk kepentingan jangka pendek.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya (UU No.. 26 Tahun 2007).

Adapun azas yang tertera dalam pasal 2 dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang adalah keterpaduan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, dan akuntabilitas.

Setiap daerah diwajibkan untuk membuat peraturan daerah yang mengatur tentang penataan ruang. Adapun rencana tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan Perda No. 12 Tahun 2013 dapat dilihat pada peta pola ruang Kabupaten Serdang Bedagai tersaji pada Gambar 4.


(32)

Gambar 4. Peta Tutupan Lahan (Peraturan Kabupaten Serdang Bedagai No 12 Tahun 2013)

Berdasarkan peta diatas dapat dilihat pola ruang yang terdiri dari kawasan lindung (hutan lindung dan mangrove) dan kawasan budidaya (hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, perkebunan, pemukiman, pertanian lahan basah, dan pertanian lahan kering). pada keterangan lingkaran warna hitam dapat dilihat kawasan lindung mangrove dan pada keterangan lingkran silver dapat dilihat kawasan budidaya tambak.


(33)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2014 di Kawasan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada 4 stasiun yaitu stasiun 1 Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin, stasiun 2 Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu, stasiun 3 Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, dan stasiun 4 Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama melakukan observasi lapangan kerusakan ekologis yang terjadi dan melakukan wawancara terhadap masayarakat, wisatawan, pengunjung kawasan pesisir, serta aparatur pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan tahap kedua melakukan studi literatur untuk menganalisis hirarki kebijakan pengelolaan pesisir.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah GPS (Global Positioning System), alat tulis, dan kamera digital. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software Arcview.

Pelaksananaan Penelitian Penentuan Stasiun

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan sampel adalah purposive random sampling pada empat stasiun pengamatan. Penentuan


(34)

stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3. Pembagian stasiun pengambilan sampel antara lain :

- Stasiun 1, Pesisir Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin (99°13'55.16"BT-3°30'46.06"LU)

- Stasiun 2, Pesisir Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu (99°07'30.20"BT-3°34'5.33"LU)

- Stasiun 3, Pesisir Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan (99° 5'27.72"BT -3°35'33.83"LU)

- Stasiun 4, Pesisir Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin (98°59'12.99"BT-3°39'14.35"LU)


(35)

Stasiun 1 Desa Bagan Kuala Secara administratif Desa Bagan Kuala termasuk dari bagian Kecamatan Tanjung Beringin.

Stasiun 2 Desa Sentang secara administratif termasuk dari bagian Kecamatan Teluk Mengkudu.

Stasiun 3 Desa Sei Nagalawan Secara administratif Desa Sentang termasuk ke dalam bagian Kecamatan Perbaungan.

Stasiun 4 Desa Pantai Cermin Kiri Secara administratif Desa Pantai Cermin Kiri termasuk ke dalam bagian Kecamatan Pantai Cermin.

Pengambilan sampel pada keempat stasiun tersebut diasumsikan dapat mewakili segala aspek pemanfaatan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara yaitu Kawasan Budidaya Perikanan, Kawasan Lindung Hutan Mangrove, Kawasan Wisata Bahari, dan Kawasan perikanan tangkap.

Pengambilan Sampel Data Primer

Data primer yang dikumpulkan meliputi persepsi terhadap kawasan, dan kerusakan ekologis yang terjadi. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer selama penelitian adalah wawancara dan observasi lapangan.

a. Wawancara

Bertujuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kawasan penelitian. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada penduduk sekitar, pegawai dalam kawasan dan dinas yang terkait dengan pengelolaan di wilayah penelitian serta wisatawan. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yang terdiri dari penduduk sekitar,


(36)

wisatawan, dan pegawai dalam kawasan wisata. Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling karena metode pengambilan sampel dengan cara ini sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan yaitu dengan ketentuan peran serta (partisipasi) responden dalam kegiatan pengelolaan pesisir, pertimbangan lain adalah kemudahan dalam wawancara dan kesediaan responden untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.

b. Observasi lapang

Merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati secara langsung kerusakan ekologis yang terjadi di kawasan pesisir. Posisi pengambilan data observasi lapangan ditentukan dengan bantuan GPS60 CS Garmin. Pemilihan empat stasiun pengamatan tersebut mewakili jenis pengelolaan kawasan pesisir yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.

Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kebijakan pengelolaan, isu–isu serta permasalahan yang terjadi, dan data keadaan jumlah penduduk masyarakat pesisir dan data pemanfaatan lahan. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan informasi dari instansi terkait pengelolaan wilayah pesisir. Data sekunder ini digunakan sebagai informasi pendukung dalam melakukan penilaian terhadap pengelolaan kawasan pesisir dan kondisi masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.


(37)

Tabel 1. Data Sekunder

Tipe Data Cara Peroleh Data

Data RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Instansi Pemerintah Data jumlah penduduk masyarakat pesisir Instansi Pemerintah

Data Pemanfaatan Lahan Instansi Pemerintah

Analisis Data

Data sosial ekonomi masyarakat pesisir, data hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir, data pemanfaatan lahan dan kerusakan ekologis serta strategi pengelolaan disajikan secara deskriptif. Hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dilakukan teknik studi literatur dengan membandingkan peraturan-peraturan pengelolaan pesisir di daerah Kabupaten Serdang Bedagai dengan daerah-daerah lainnya dan juga membandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir.

Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Analisis ini berupa telaah dari beberapa peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan juga melakukan telaah studi literatur terkait kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Berikut data analisis hirarki kebijakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Analisis Hirarki Kebijakan

Tipe Data Informasi yang Terkandung Kegunaan Data Sumber Data Cara Peroleh Data RTRW Provinsi SUMUTdan RTRW Kabupaten Peraturan tata ruang Untuk menyesuaikan dan membandingkan Data Sekunder Instansi Pemerintah


(38)

Serdang Bedagai

peraturan ketata ruangan

UU No.. 26 Tahun 2007 dan UU No.. 27 Tahun 2007

Peraturan Penataan

Ruang dan Peraturan

Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau kecil

Untuk

menyesuaikan dan

membandingkan peraturan ketata ruangan

Serdang Bedagai

Data Sekunder

Instansi Pemerintah

Pemanfaatan Lahan dan Kerusakan Ekologis

Data tentang pemanfaatan lahan dan kerusakan ekologis merupakan pengkajian tentang ekologi mana saja yang rusak akibat pembangunan dan pemanfaatan lahan yang ada. Tujuan dari kegiatan analisis pemanfaatan lahan dan kerusakan ekologis adalah adalah untuk lebih memahami kerusakan ekologis diakibatkan oleh kegiatan pembangunan apa saja yang terjadi dikawasan pesisir Serdang Bedagai sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan yang ditimbulkan akibat pembangunan tersebut. Analisis ini dalam berbentuk observasi lapangan yang disajikan dalam foto-foto kondisi kenyataan dilapangan dan data sekunder pemanfaatan lahandi kawasan pesisir Serdang Bedagai yang disajikan dalam bentuk peta. Adapun data-data yang disajikan dalam analisis pemanfaatan lahan dan kerusakan ekologis ini dapat dilihat pada Tabel 3.


(39)

Tabel 3. Data pemanfaatan lahan pesisir dan Kerusakan Ekologis

Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Metode analisis sosial ekonomi masyarakat pesisir ini bersifat deskriptif dimana mendapatkan gambaran faktual dan konkrit dari kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir akibat dari pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Data diambil dengan observasi langsung dilapangan dengan menggunakan metode wawancara dan kuisioner.

Kuisioner yaitu pengumpulan data primer atau verifikasi data sekunder dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat yang sama pada sejumlah responden. Metode ini memerlukan jumlah responden yang sah menurut ilmu statistik dibanding dengan jumlah populasi sasaran. Sedangkan wawancara yaitu menggali secara terarah pikiran orang lain dalam suatu bidang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode ini dapat digunakan untuk data khusus yang bersifat

Tipe data

Informasi yang Terkandung

Kegunaan

Data Sumber Data

Cara Peroleh Data

Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan lahan apa saja yang ada di kawasan pesisir Serdang Bedagai Untuk mengetahui kondisi Pemanfaatan lahan dipesisir Kabupaten Serdang Bedagai Data Sekunder Instansi Pemerintah Kerusakan Ekologis Kerusakan ekologis terjadi akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan Untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan pesisir akibat pembangunan

Data Primer Observasi Lapangan


(40)

non-statistik dan kualitatif atau subjektif (Tuwo, 2011). Adapun analisis sosial ekonomi masyarakat disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat

Tipe Data

Informasi yang Terkandung

Kegunaan

Data Sumber Data

Cara Peroleh Data Kegiatan rutin masyarakat pesisir Jenis mata pencaharian Mengetahui presentase jenis kegiatan masyarakat pesisir Data Sekunder Instansi Pemerintah Sosial dan Ekonomi Pendapatan Masyarakat, dan jenis adat istiadat

Mengetahui karakteristik masyarakat

Data Primer Wawancara

Persepsi masyarakat pesisir Persepsi masyarakat pesisir terhadap pembangunan pesisir sekarang Mengetahui harapan masyarakat pesisir terhadap pembangunan pesisir

Data Primer Wawancara

Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n =

�+�(�)�

Keterangan : n = Jumlah Sampel N= Jumlah Populasi

e= Tingkan Kelonggaran (10%) (diacu oleh Indarti dan Dwiyadi, 2013)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas jumlah responden masyarakat pesisir pada stasiun 1 Desa Bagan Kuala sebanyak 93 jiwa, stasiun 2 Desa Sentang sebanyak 95 Jiwa, stasiun 3 Desa Sei Nagalawan sebanyak 94 jiwa dan Desa Pantai Cermin Kiri sebanyak 86 jiwa. Sedangkan responden pengunjung wisata pantai pada stasiun 3 sebanyak 35 jiwa dan stasiun 4 sebanyak 50 jiwa


(41)

Analisis SWOT

Analisis yang digunakan untuk strategi perbaikan dan pengelolaan adalah analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis utnuk merumuskan strategi perbaikan dan pengelolaan suatu kawasan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness), dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana srategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi

(Amelia, 2009)

Setelah berbagai analisis dilakukan, selanjutnya dianalisis dengan metode SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Metode ini digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan pesisir secara terpadu yang juga menjadi arahan pengembangan dalam memaksimalkan potensi dan meminimalisasi kendala yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan pesisir. Adapun konsep dasar dalam analisis SWOT tersaji pada Gambar 6.


(42)

Dalam analisis SWOT pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Adapun pendekatan kualitatif dan kuantitatif tersaji dalam Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu No Kekuatan (Strenght) No Kelemahan (Weaknes)

1 LINGKUGAN INTERNAL 1 LINGKUNAN INTERNAL

No Peluang (Oppotunity) No Ancaman (Threat) 1 LINGKUNGAN EKSTERNAL 1 LINGKUNGAN EKSTERNAL

Tabel 6. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu

No Kekuatan (Strenght) Bobot Rating Skor 1

LINGKUNGAN INTERNAL Total Kekuatan

No Bobot Rating Skor

1

LINGKUNGAN INTERNAL Total Kekuatan


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil

Analisis Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode studi literatur didapatkan hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang dicantumkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hirarki Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir

No Instansi Kebijakan

1 Pemerintah Pusat 1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

3. Undang-undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2 Pemerintah Provinsi 1. Peraturan Daerah No. 7 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

3 Pemerintah Kabupaten 1. Peraturan Daerah No. 12 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa hirarki kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah provinsi dan kabupaten. Kebijakan di tingkat pusat ada peraturan UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, UU No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan UU No. 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sedangkan kebijakan di tingkat daerah baik Provinsi maupun Kabupaten terdapat Perda No. 7 Tahun 2003 tentang RTRW


(44)

Provinsi Sumatera Utara dan Perda No. 12 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel 8. Hirarki UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

No

UU No. 26 Tahun 2007 UU No. 27 Tahun 2014 Rencana Umum Penataan Ruang Rencana Rinci Penataan Ruang Rencana Rinci Penataan ruang 1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tat ruang kawasan strategis nasional

1. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RSWP3K)

2. Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RZWP3K) 3. Rencana Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil (RPWP3K) 4. Rencana Aksi Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RAPWP3K) 2

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata ruang kawasan strategis Provinsi 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rencana detail Kabupaten dan rencana kawasan strategis Kabupaten

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa hirarki UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 ada dua jenis perencanaan tata ruang yaitu yang pertama Rencana umum penataan ruang yang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) dan yang kedua rencana rinci penataan ruang yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, rencana detail kabupaten dan rencana kawasan strategis kabupaten. Sedangkan UU No. 1 Tahun 2014 ada 5 jenis perencanaan pengeloolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu


(45)

pesisir dan pulau kecil, rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau-pulau-pulau kecil.

Pemanfaatan Lahan Pesisir dan Kerusakan Ekologis Pemanfaatan lahan pesisir

Berdasarkan data sekunder dinas kehutanan Provinsi Sumatera Utara peta keruangan pemanfaatan lahan pesisir Sumatera Utara yang telah diolah menggunakan software Arcview didapatkan data penggunaan lahan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai yang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir Serdang Bedagai diolah dari data sekunder pemanfaatan lahan Sumatera Utara Tahun 2011 (Skala untuk diprint di kertas A4)


(46)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat penggunaan lahan di 5 Kecamatan di Serdang Bedagai yaitu Kecamatan Bandar Khalifah, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin didapatkan 11 jenis pemanfaatan lahan yaitu hutan lahan kering sekunder, perkebunan, pemanfaatan pertanian lahan kering, tanah terbuka, rawa, semak/rawa belukar, pemukiman, sawah, tambak, dan hutan rawa sekunder dan hutan mangrove sekunder. Pada daerah daratan pesisir Serdang Bedagai terdapat penggunaan lahan pertanian kering dan sawah sedangkan pada sepanjang garis pantai didominasi pemanfaatan budidaya tambak, rawa, semak/rawa belukar, hutan rawa sekunder dan hutan mangrove sekunder.

Persentase pemanfaatan lahan yang terdapat pada daratan pesisir dan sepanjang garis pantai di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persentase Pemanfaatan Lahan Kabupaten Serdang Bedagai

No Jenis Pemanfaatan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1 Sawah 403 8

2 Pertanian lahan

kering 1332 25

3 Tanah terbuka 659 13

4 Hutan mangrove

sekunder 501 10

5 Tambak 2105 40

6 Semak/ Belukar

rawa 198 2

7 Rawa 12 1

8 Hutan Rawa

Sekunder 16 1

TOTAL 5226 100

Sumber : Diolah dari data Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pemanfaatan lahan yang mendominasi daratan pesisir di 5 kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai adalah pemanfaatan lahan pertanian lahan kering seluas 1332 Ha dan pemanfaatan lahan


(47)

Kabupaten Serdang Bedagai didominasi pemanfaatan lahan tambak seluas 2105 Ha, tanah terbuka seluas 659 Ha dan pemanfaatan hutan mangrove sekunder seluas 501 Ha.

Kerusakan Ekologis

Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan di 4 stasiun pengamatan didapatkan hasil foto kerusakan ekologis yang terjadi baik akibat pemanfaatan lahan yang tidak ramah lingkungan dan juga akibat aktivitas manusia melakukan penebangan hutan mangrove. Adapun kerusakan ekologis yang terjadi di stasiun 1 Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kerusakan Ekologis di stasiun 1 Desa Bagan Kuala (Sumber Google Earth 2014)

Pada gambar dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi di Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin akibat peninggalan pemanfaatan lahan tambak/budidaya dan juga akibat pemanfaatan hutan bakau sebagai kayu bakar. Pada panah 1 dapat dilihat peninggalan pemanfaatan lahan tambak yang sekarang sudah dijadikan tempat tinggal pemukiman masyarakat dan pada panah 2 dapat


(48)

dilihat kerusakan hutan mangrove dan juga peninggalan sumur didaratan yang sekarang telah terendam oleh air laut.

Adapun Kerusakan Ekologis yang terjadi di stasiun 2 Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kerusakan Ekologis di Stasiun 2 Desa Sentang Kuala (Sumber Google Earth 2014)

Pada Gambar 9. dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi di Desa Sentang. Pada panah 1 dapat dilihat lahan hutan mangrove yang telah dijadikan kolam pemancingan. Panah 2 dan panah 3 dapat dilihat kawasan wisata pesisir Desa Sentang yang sudah rusak bersamaan dengan rusaknya hutan mangrove.

Adapun kerusakan ekologis yang terjadi di stasiun 3 Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan dapat dilihat pada Gambar 10.


(49)

Gambar 10. Kerusakan Ekologis yang terjadi di Desa Sei Nagalawan Kuala (Sumber Google Earth 2014)

Pada Gambar 10. dapat dilihat panah 1 kawasan muara yang mengalami pendangkalan sehingga menghambat aktivitas nelayan. Pada panah 2 dapat dilihat penyempitan mulut kuala atau muara yang sangat menghambat aktivitas nelayan melaut, dan pada panah 3 dapat dilihat abrasi pantai yang terjadi di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan.

Pada Gambar 11. dapat dilihat kerusakan ekologis di Desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin

Gambar 11. Kerusakan ekologis yang terjadi di Desa Pantai Cermin Kiri (Sumber Google Earth 2014)


(50)

Pada Gambar 11. dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi panah 1 terjadi penyempitan mulut kuala atau muara sungai yang mengakibatkan banyak nelayan yang terhambat aktivitas melautnya dan pada panah 2 dapat dilihat pembukaan lahan pesisir untuk dijadikan kawasan wisata pantai.

Pada Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat kerusakan ekologis yang terjadi adalah kerusakan hutan mangrove, pendangkalan muara sungai, penyempitan mulut muara sungai, dan abrasi pantai. Kerusakan ekologis ini sesuai dengan Tabel 9. yaitu pemanfaatan lahan mangrove di sepanjang garis pantai Kabupaten Serdang Bedagai berubah menjadi pemanfaatan lahan tambak.

Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Karakteristik Responden Masyarakat Pesisir

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ke 4 stasiun didapatkan karakteristik responden masyarakat pesisir berdasarkan jenis kelamin, umur, taraf pendidikan, pekerjaan dan pendapatan perbulan yang disajikan pada Gambar 12, Gambar 13, Gambar 14, Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17.


(51)

Gambar 12. Persentase Responden Masyarakat Pesisir Berdasarkan Jenis Kelamin (a).Desa Bagan Kuala, (b). Desa Sentang, (c). Desa Sei Nagalawan, (d). Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada seluruh responden masyarakat pesisir didapatkan karakteristik responden masyarakat pesisir berdasarkan jenis kelamin. pada stasiun 1 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 86% dan Perempuan sebanyak 14%, pada stasiun 2 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 84% dan perempuan sebanyak 16%, pada stasiun 3 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 91% dan perempuan sebanyak 9%, dan pada stasiun 4 persentase responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 85% dan perempuan sebanyak 15%. Berdasarkan keseluruhan stasiun didominasi dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki.

Adapun data sekunder pekerjaan masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 13.

86% 14%

Stasiun 1

Laki-Laki

Perempuan

84% 16%

Stasiun 2

Laki-Laki

Perempuan

90% 10%

Stasiun 3

Laki-Laki

Perempuan

85% 15%

Stasiun 4

Laki-Laki

Perempuan

a. b.


(52)

Gambar 13. Data Sekunder Pekerjaan Masyarakat Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan pengambilan data sekunder yang bersumber dari 4 kepala desa stasiun pengamatan didapatkan persentase pekerjaan masyarakat pesisir. Adapun pekerjaan yang mendominasi pada stasiun 1 adalah pekerjaan nelayan sebanyak 35% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah petani sebanyak 1%, pada stasiun 2 adalah pekerjaan nelayan sebanyak 25% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah pedagang sebanyak 4%, pada stasiun 3 adalah pekerjaan petani sebanyak 36% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah jasa sebanyak 6%, dan pada stasiun 4 adalah pekerjaan nelayan sebanyak 86% dan pekerjaan yang paling minoritas adalah buruh tani dan peternak sebanyak 1%.

1 35 3 59

Stasiun 1

Petani Nelayan Pedagang Dll 19 25 4 52

Stasiun 2

Petani Nelayan Pedagang Dll 36 15 12 6 14 9 8

Stasiun 3

Petani Nelayan Karyawan Jasa Wiraswasta Buruh 4 86 1 3 5 1

Stasiun 4

Petani Nelayan Buruh Tani Pegawai Negeri Sipil Pedagang Peternak a. c. b. d.


(53)

Adapun persentase pekerjaan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Persentase Pekerjaan Responden Masyarakat Pesisir kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat jumlah responden yang mendominasi pada ke 4 stasiun adalah pekerjaan nelayan, persentase pekerjaan nelayan pada stasiun 1 sebesar 48%, stasiun 2 sebesar 39%, stasiun 3 sebesar 35%, dan stasiun 4 sebesar 39%. Sedangkan persentase pekerjaan responden masyarakat pesisir terkecil adalah pada stasiun 1 pekerjaan PNS dan petani sebesar 1%, sedangkan stasiun 2, stasiun 3, dan stasiun 4 pekerjaan PNS masing-masing sebesar 3%, 2% sebesar 3%.

Adapun persentase penyebaran umur responden masyarakat pesisir Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 15.

1% 48% 17% 3% 1% 30%

Stasiun 1

Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil 14% 39% 11% 5% 3% 28%

Stasiun 2

Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil 19% 35% 14% 8% 2% 22%

Stasiun 3

Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil 12% 39% 15% 9% 3% 22%

Stasiun 4

Petani Nelayan Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil a.

c. d.


(54)

Gambar 15. Penyebaran Umur Responden Masyarakat Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase penyebaran umur yang mendominasi di stasiun 1 adalah umur 20-29 tahun sebesar 47%, sementara pada stasiun 1,2 dan 3 didominasi oleh responden yang berumur 30-39 tahun yaitu masing-masing sebesar 41%, 44%, dan 50%. Sedangkan persentase penyebaran umur responden terkecil pada ke 4 stasiun adalah berkisar antara >50 tahun pada stasiun 1 sebesar 2%, stasiun 3 sebesar 2%, dan stasiun 4 sebesar 2%. Sedangkan stasiun 2 persentase penyebaran umur terkecil berkisar antara 50-59 tahun sebesar 3%.

Adapun persentase penyebaran taraf pendidikan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 16.

47% 37% 10% 4% 2%

Stasiun 1

20-29 30-39 40-49 50-59 >59 37% 41% 15% 3% 4%

Stasiun 2

20-29 30-39 40-49 50-59 >59 32% 44% 16% 6% 2%

Stasiun 3

20-29 30-39 40-49 50-59 >59 40% 50% 5% 3% 2%

Stasiun 4

20-29 30-39 40-49 50-59 >59 a.

c. d.


(55)

Gambar 16. Persentase Penyebaran Taraf Pendidikan Responden Masyarakat Pesisir (a).Desa Bagan Kuala, (b). Desa Sentang, (c). Desa Sei Nagalawan, (d). Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase penyebaran taraf pendidikan responden yang mendominasi masing-masing stasiun adalah pendidikan tingkat SMA sebesar 39%, 44%, 49%, dan 48%. Sedangkan persentase terkecil penyebaran taraf pendidikan responden pada stasiun 1 tidak sekolah sebesar 4%, stasiun 2 pendidikan tinggi sebesar 1%, stasiun 3 pendidikan tinggi sebesar 4% dan pada stasiun 4 tidak sekolah sebesar 5%.

Adapun persentase pendapatan per bulan responden masyarakat pesisir Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Gambar 17.

4% 20% 37% 39%

Stasiun 1

Tidak Sekolah SD SMP 7% 15% 33% 44% 1%

Stasiun 2

Tidak

Sekolah SD SMP SMA PT 6% 6% 35% 49% 4%

Stasiun 3

Tidak Sekolah SD SMP SMA PT 5% 4% 37% 48% 6%

Stasiun 4

Tidak Sekolah SD SMP SMA PT a.

c. d.


(56)

Gambar 17. Pendapatan Responden Masyarakat Pesisir Perbulan (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase terbesar penyebaran penghasilan per bulan responden didominasi pendapatan sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 pada masing-masing stasiun persentasenya sebesar 54%, 58%, 59%, dan 64%. Sedangkan persentase terkecil penghasilan per bulan responden masyarakat pesisir didominasi pendapatan < Rp. 500.000 yang pada masing-masing stasiun persentasenya sebesar 16%, 19%, 18% dan 17%.

Pemahaman dan Persepsi Masyarakat Pesisir

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 4 stasiun diperoleh hasil persentase persepsi dan pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan

16%

54% 30%

Stasiun 1

<500 ribu

500ribu - 1 juta

1 juta – 2 juta 19% 58% 23%

Stasiun 2

<500 ribu

500ribu - 1 juta

1 juta – 2 juta 18% 59% 23%

Stasiun 3

<500 ribu

500ribu - 1 juta

1 juta – 2 juta 17% 64% 19%

Stasiun 4

<500 ribu

500ribu - 1 juta

1 juta – 2 juta a.

d. c.


(57)

kawasan pesisir. adapun persentase pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Pemahaman Masyarakat Pesisir Terhadap Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir secara terpadu pada stasiun 1, 2 dan 3 termasuk kedalam taraf sedang yaitu pada masing-masing stasiun persentasenya sebesar 83%, 71%, dan 52% sedangkan pada stasiun 4 taraf pemahaman masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir terpadu berada pada taraf yang tinggi dengan persentase sebesar 51%.

Adapun persentase persepsi masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 19.

9% 83% 8%

Stasiun 1

Tinggi Sedang Rendah 24% 71% 5%

Stasiun 2

Tinggi Sedang Rendah 46% 52% 2%

Stasiun 3

Tinggi Sedang Rendah 51% 48% 1%

Stasiun 4

Tinggi Sedang Rendah a. d. c. b.


(58)

Gambar 19. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase persepsi responden masyarakat pesisir terhadap pengelolaan pesisir terpadu pada ke 4 stasiun rata-rata responden menyatakan setuju yang persentasenya pada masing-masing stasiun sebesar 97%, 94%, 88%, dan 93%.

Adapun persentase persepsi responden masyarakat pesisir terhadap sektor yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pesisir disajikan pada Gambar 20.

97% 3%

Stasiun 1

Setuju

Tidak Setuju

94% 6%

Stasiun 2

Setuju

Tidak Setuju

88% 12%

Stasiun 3

Setuju

Tidak Setuju

93% 7%

Stasiun 4

Setuju

Tidak Setuju a.

c. d.


(59)

Gambar 20. Persepsi Masyarakat pesisir tentang Sektor yang Perlu diperbaiki (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase persepsi responden masyarakat pesisir terhadap sektor yang perlu diperbaiki. Pada stasiun 1 dan stasiun 2 responden mengatakan sektor yang perlu diperbaiki adalah kondisi ekologis dengan masing-masing persentase sebesar 29% dan 39%, stasiun 3 sekitar 37% responden mengatakan sektor yang perlu diperbaiki adalah peraturan daerah, dan pada stasiun 4 sekitar 35% responden mengatakan kesemua sektor perlu diperbaiki.

Adapun persentase persepsi masyarakat pesisir terhadap harapan pengelolaan kawasan pesisir disajikan pada Gambar 21.

26% 22% 29% 23%

Stasiun 1

dinas-dinas terkait Peraturan daerah Kondisi ekologis Kesemuanya perlu diperbaiki 18% 24% 35% 23%

Stasiun 2

dinas-dinas terkait Peraturan daerah Kondisi ekologis Kesemuanya perlu diperbaiki 16% 37% 21% 26%

Stasiun 3

dinas-dinas terkait Peraturan daerah Kondisi ekologis Kesemuanya perlu diperbaiki 15% 29% 21% 35%

Stasiun 4

dinas-dinas terkait Peraturan daerah Kondisi ekologis Kesemuanya perlu diperbaiki a. d. c. b.


(60)

Gambar 21. Persepsi Masyarakat Pesisir Terhadap Harapan Pengelolaan Kawasan Pesisir (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase peresepsi responden masyarakat pesisir terhadap harapan pengelolaan pesisir. pada stasiun 1 sekitar 33% responden memilih menjadi kawasan konservasi, sedangkan pada stasiun 2, 3, dan 4 responden berharap kawasannya dikelola menjadi kawasan wisata yang masing-masing persentasenya sebesar 37%, 44%, dan 31%.

26% 33% 24% 17%

Stasiun 1

Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman 21% 24% 37% 18%

Stasiun 2

Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman 10% 26% 44% 20%

Stasiun 3

Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman 24% 27% 31% 18%

Stasiun 4

Budidaya Konservasi Wisata Pemukiman a.

c. d.


(61)

Keterlibatan Masyarakat Pesisir

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 4 stasiun diperoleh hasil persentase keterlibatan masyarakat pesisir terhadap pengelolaan kawasan pesisir. Adapun keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan masyarakat pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22. Keterlibatan Masyarakat Pesisir Dalam Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Bagan Kuala, (b) Desa Sentang, (c) Desa Sei Nagalawan, (d) Desa Pantai Cermin kiri.

Berdasarkan wawancara dengan responden masyarakat pesisir didapat persentase keterlibatan masyarakat pesisir dalam pengelolaan pesisir terpadu pada ke 4 stasiun rata-rata responden menyatakan ingin langsung terlibat dengan

95% 5%

Stasiun 1

Terlibat

Tidak Terlibat

98% 2%

Stasiun 2

Terlibat

Tidak Terlibat

97% 3%

Stasiun 3

Terlibat

Tidak Terlibat

95% 5%

Stasiun 4

Terlibat

Tidak Terlibat a.

c. d.


(62)

persentase pada stasiun 1 sebesar 95%, stasiun 2 sebesar 98%, stasiun 3 sebesar 97%, dan stasiun 4 sebesar 95%.

Karakteristik Responden Pengunjung Wisata Pantai

Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Umur, Taraf Pendidikan dan Pekerjaan

Wawancara untuk responden pengunujung wisata pantai hanya dilakukan pada 2 stasiun yaitu staiun 3 dan stasiun 4 dikarenakan hanya pada stasiun 3 dan stasiun 4 didapatkan pengunjung wisata pantai sementara pada stasiun 1 dan stasiun 2 telah mengalami kerusakan kawasan wisata sehingga pengunjung wisata urung datang ke kawasan tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 2 stasiun didapatkan hasil karakteristik responden pengunjung wisata pantai. Adapun persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 23.

Gambar 23. Persentase Responden Pengunjung Wisata Pantai Berdasarkan Jenis Kelamin (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

.

71% 29%

Stasiun 3

Laki-Laki

Perempuan

90% 10%

Stasiun 4

Laki-Laki

Perempuan


(63)

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapatkan penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin. Penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki pada stasiun 3 sebesar 71% dan pada stasiun 4 sebesar 90% sedangkan penyebaran responden perempuan pada stasiun 3 sebesar 29% dan stasiun 4 sebesar 10%.

Adapun persentase umur responden pengunjung wisata pantai dapat disajikan pada Gambar 24.

Gambar 24. Umur Responden Pengunjung Wisata Pantai Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapatkan penyebaran responden berdasarkan umur didominasi dengan kisaran umur antara 20-29 tahun pada masing-masing stasiun besaran persentasenya sebesar 57% dan sebesar 56%.

Adapun persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan taraf pendidikan disajikan pada Gambar 25.

57% 29%

14%

Stasiun 3

20-29

30-39

40-49 30% 56%

14%

Stasiun 4

20-29

30-39

40-49


(64)

Gambar 25. Persentase Taraf Pendidikan Responden pengunjung wisata pantai kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapatkan persentase taraf pendidikan pada stasiun 3 sebesar 68% dan stasiun 4 sebesar 70% didominasi oleh taraf pendidikan SMA.

Adapun penyebaran persentase responden pengunjung wisata pantai berdasarkan pekerjaan disajikan pada Gambar 26.

Gambar 26. Pekerjaan responden Pengunjung Wisata Pantai Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase terbesar pada stasiun 3 dan stasiun 4 adalah pekerjaan

26% 68% 6%

Stasiun 3

SMP SMA PT 10% 70% 20%

Stasiun 4

SMP SMA PT 6% 49% 14% 31%

Stasiun 3

Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil Tidak Bekerja 10% 42% 8% 40%

Stasiun 4

Buruh Wiraswasta Pegawai Negri Sipil Tidak Bekerja

a. b.


(65)

42%. Sedangkan persentase terkecil pada stasiun 1 pekerjaan Buruh sebesar 6% dan pada stasiun 2 pekerjaan PNS sebesar 8%.

Persepsi Pengunjung Wisata Pantai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 2 stasiun didapatkan hasil presentase persepsi dan pemahaman pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan kawasan pesisir. Adapun persepsi pengunjung wisata pantai terhadap pemahaman pengelolaan pesisir terpadu disajikan pada Gambar 27.

Gambar 27. Persepsi Pengunjung Wisata terhadap pemahaman Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi responden pengunjung pantai terhadap pemahaman pengelolaan pesisir terpadu yang berada pada taraf yang tinggi dengan persentase pada stasiun 3 dan stasiun 4 sebesar 46%.

Adapun persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap keindahan pantai disajikan pada Gambar 28.

46%

11% 43%

Stasiun 3

Tinggi

Sedang

Rendah

46%

14% 40%

Stasiun 4

Tinggi

Sedang

Rendah


(66)

Gambar 28. Persepsi Pengunjung Wisata Terhadap Keindahan Pantai Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap keindahan pantai. Pada stasiun 3 sebesar 71% responden mengatakan pantai indah dan pada stasiun 4 sebesar 64% responden juga mengatakan pantai indah.

Adapun persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap pengelolaan pesisir terpadu disajikan pada Gambar 29.

Gambar 29. Persepsi Pengunjung Wisata terhadap Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai 14% 71% 3% 12%

Stasiun 3

Buruk Indah Sangat Indah Tidak Tahu 6% 64% 10% 20%

Stasiun 4

Buruk Indah Sangat Indah Tidak Tahu 94% 6%

Stasiun 3

Setuju Tidak Setuju 94% 6%

Stasiun 4

Setuju Tidak Setuju

a. b.


(67)

secara terpadu rata-rata responden mengatakan setuju yang persentasenya pada stasiun 3 dan stasiun 4 sebesar 94%.

Adapaun persentase persepsi pengunjung wisata pantai tentang sektor yang perlu diperbaiki disajikan pada Gambar 30.

Gambar 30. Persepsi Pengunjung Wisata Pantai tentang Sektor yang Perlu Diperbaiki (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai tentang sektor yang perlu diperbaiki. Pada stasiun 3 sekitar 88% responden mengatakan sektor yang perlu diperbaiki adalah kesemua sektor dan pada stasiun 4 sekitar 80% responden juga mengatakan kesmuanya perlu diperbaiki.

Adapun persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap harapan pengelolaan pesisir disajikan pada Gambar 31.

3%

9%

88%

Stasiun 3

dinas-dinas terkait

Peraturan daerah

Kondisi ekologis

Kesemuanya perlu diperbaiki

2% 4%

14%

80%

Stasiun 4

dinas-dinas terkait

Peraturan daerah

Kondisi ekologis

Kesemuanya perlu diperbaiki


(68)

Gambar 31. Persepsi Pengunjung Wisata terhadap Harapan Pengelolaan Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase persepsi pengunjung wisata pantai terhadap harapan pengelolaan pesisir adalah pada stasiun 3 sebesar 80% responden berharap dikelola menjadi kawasan wisata dan pada stasiun 4 sebesar 68% responden juga berharap dikelola menjadi kawasan wisata

Keterlibatan Pengunjung Wisata Pantai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 2 stasiun didapatkan hasil persentase keterlibatan pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu. adapun presentase keterlibatan pengunjung wisata dalam pengelolaan pesisir secara terpadu disajikan pada Gambar 32.

6%

14%

80%

Stasiun 3

Budidaya

Konservasi

Wisata

28%

4% 68%

Staisiun 4

Budidaya

Konservasi

Wisata


(69)

Gambar 32. Keterlibatan Pengunjung Wisata Dalam Pengelolaan Pesisir Terpadu (a) Desa Sei Nagalawan, (b) Desa Pantai Cermin Kiri

Berdasarkan wawancara dengan responden pengunjung wisata pantai didapat persentase keterlibatan pengunjung wisata pantai dalam pengelolaan pesisir terpadu adalah pada stasiun 3 sebesar 66% menyatakan tidak terlibat dan 34% menyatakan ingin terlibat sedangkan pada stasiun 4 sebesar 56% menyatakan tidak terlibat dan 44% menyatakan terlibat.

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppotunity, Threat)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai didapatkan faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Faktor Internal dan Eksternal Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai No Kekuatan (Strength) No Kelemahan (Weakness)

1 Keterkaitan Ekologis (Mangrove, Pantai, Estuaria)

1 Belum adanya kebijakan yang dibuat pemerintah daerah dalam pengelolaan pesisir terpadu

2 Partisipasi Masyarakat Terlibat dalam Pengelolaan Pesisir

2 Tidak jelas tugas dan wewenang antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan pesisir

3 Luas Lahan Pesisir Untuk dikelola 3 Pengelolaan pesisir yang tidak Optimal

4 Pemahaman Masyarakat akan Kelestarian Lingkungan Pesisir

4 Lemahnya perekonomian masyarakat pesisir 34% 66%

Stasiun 3

Terlibat Tidak Terlibat 44% 56%

Stasiun 4

Terlibat Tidak Terlibat


(1)

Lampiran 11. Data Pemahaman dan Keterlibatan Masyarakat Pesisir dalam Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu

Tabel 24. Pemahaman Masyarakat Pesisir tentang Pengelolaan Pesisir secara Terpadu

No Pemaha man

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Jumla

h % Jumlah %

Jumla

h %

Jumla

h %

1 Tinggi 9 9 22 24 43 46 44 51

2 Sedang 77 83 68 71 49 52 41 48

3 Rendah 7 8 5 5 2 2 1 1

TOTAL 93 100 95 100 94 10

0 86 100 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 25. Persentase Keterlibatan Masyarakat Pesisir dalam Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu

No Keterliba tan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Jumla

h % Jumlah %

Jumla

h %

Jumla

h %

1 Terlibat 88 95 93 98 91 97 82 95 2 Tidak

Terlibat 5 5 2 2 3 3 4 5

TOTAL 93 100 95 100 94 10

0 86 100 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014


(2)

Lampiran 12. Data Persepsi Masayarakat Pesisir Tentang Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu

Tabel 26. Persepsi Masyarakat Pesisir tentang Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu Berdasarkan Tingkat Kesetujuan

No Persepsi

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Jumla

h % Jumlah %

Jumla

h %

Jumla

h %

1 Setuju 90 97 89 94 83 88 80 93

2 Tidak

Setuju 3 3 6 6 11 12 6 7

TOTAL 93 100 95 100 94 10

0 86 100 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 27. Persepsi Masyarakat Pesisir tentang Pengelolaan Pesisir secara Terpadu Berdasarkan Sektor yang perlu diperbaiki

No Sektor

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Jumla

h %

Jumla

h %

Jumla

h %

Jumla

h %

1

Dinas-dinas terkait

24 26 17 18 15 16 13 15

2 Peraturan

daerah 20 22 23 24 35 37 25 29

3 Kondisi

ekologis 27 29 33 35 20 21 18 21 4

Kesemuan ya perlu diperbaiki

22 23 22 23 24 26 30 35

TOTAL 93 100 95 100 94 10

0 86 100 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 28. Persepsi Masyarakat pesisir terhadap pengelolaan kawasan pesisir No Kawasan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Budidaya 24 26 20 21 10 10 21 24

2 Konservasi 31 33 23 24 24 26 23 27

3 Wisata 22 24 35 37 41 44 27 31

4 Pemukiman 16 17 17 18 19 20 15 18


(3)

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Lampiran 13. Data Karakteristik Responden Pengunjung Wisata Pantai

Tabel 29. Karakteristik Pengunjung Wisata Pantai Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis

Kelamin

Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Laki-Laki 25 71 45 90

2 Perempuan 10 29 5 10

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 30. Karakteristik Pengunjung Wisata Pantai Berdasarkan Umur No Umur

(tahun)

Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 20-29 20 57 28 56

2 30-39 10 29 15 30

3 40-49 5 14 7 14

4 50-59 0 0 0 0

5 >59 0 0 0 0

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 31. Karakteristik Pengunjung Wisata Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Tidak Sekolah 0 0 0 0

2 SD 0 0 0 0

3 SMP 9 26 5 10

4 SMA 24 68 35 70

5 PT 2 6 10 20

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 32. Karakteristik Pengunjung Wisata Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata

Pencaharian

Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Petani 0 0 0 0

2 Buruh 2 6 5 10

3 Wiraswasta 17 49 21 42

4 Pegawai

Negri Sipil 5 14 4 8

6 Tidak

Bekerja 11 31 20 40

TOTAL 35 100 50 100


(4)

Lampiran 14. Data Pemahaman dan Keterlibatan Pengunjung Wisata Pantai dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Tabel 33. Pemahaman Pengunjung Wisata Pantai tentang Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu

No Pemahaman Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi 16 46 23 46

2 Sedang 4 11 7 14

3 Rendah 15 43 20 40

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 34. Persentase Keterlibatan pengunjung wisata dalam Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu

No Keterlibatan Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Terlibat 12 34 22 44

2 Tidak Terlibat 23 66 28 56

TOTAL 35 100 50 100


(5)

Lampiran 15. Data Persepsi Pengunung Wisata Pantai tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Tabel 35. Persepsi Pengunjung Wisata Pantai tentang Keindahan Pantai

No Pemahaman Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Buruk 5 14 3 6

2 Sangat Buruk 0 0 0 0

3 Indah 25 71 32 64

4 Sangat Indah 1 3 5 10

5 Tidak Tahu 4 12 10 20

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 36. Persepsi Pengunjung Wisata Pantai tentang Pengelolaan Pesisir Terpadu

No Persepsi Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Setuju 33 94 47 94

2 Tidak Setuju 2 6 3 6

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 37. Persepsi Pengunjung Wisata Pantai tentang Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu Berdasarkan Sektor yang Perlu diperbaiki

No Sektor Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Dinas-dinas terkait 0 0 1 2

2 Peraturan daerah 1 3 2 4

3 Kondisi ekologis 3 9 7 14

4 Kesemuanya perlu

diperbaiki 31 88 40 80

TOTAL 35 100 50 100

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 38. Persepsi Pengunjung Wisata Pantai Tentang Pengelolaan Pesisir

No Kawasan Stasiun 3 Stasiun 4

Jumlah % Jumlah %

1 Budidaya 2 6 14 28

2 Konservasi 5 14 2 4

3 Wisata 28 80 34 68

4 Pemukiman 0 0 0 0


(6)

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Lampiran 16. Data Penentuan Bobot pa da Analisis SWOT

Tabel 39. Bobot Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weaknes) Faktor

Penentu

S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5 Total Bobot

S1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 16 0,09

S2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 16 0,09

S3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 0,15

S4 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 0,09

S5 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 0,09

W1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 0,09

W2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 0,09

W3 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 0,09

W4 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 0,09

W5 3 3 1 3 3 3 3 3 3 25 0,13

TOTAL 180 1

Tabel 40. Bobot Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threat) Faktor

Penentu

O1 O2 O3 O4 T1 T2 T3 T4 Total Bobot

O1 1 2 1 2 2 2 2 12 0,11

O2 3 3 1 3 3 3 3 19 0,15

O3 2 1 1 2 2 2 2 12 0,11

O4 3 3 3 3 3 3 3 21 0,19

T1 2 1 2 1 2 2 2 12 0,11

T2 2 1 2 1 2 2 2 12 0,11

T3 2 1 2 1 2 2 2 12 0,11

T4 2 1 2 1 2 2 2 12 0,11