Dinamika Populasi Trophic structure and population biology of fishes in Semak Daun Island, Kepulauan Seribu

- Proses fisik terjadi dalam kondisi normal, tidak terjadi perubahan ekstrim pada salah satu atau beberapa parameter lingkungan. - Tidak terjadi perubahan biomasa yang besar akibat emigrasi dan imigrasi sehingga merubah aliran materirantai makanan. - Jumlah ikan yang tertangkap proporsional dengan kelimpahan ikan.

4.9 Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Hasil penelitian menunjukkan adanya dugaan eksploitasi berlebih terhadap jenis-jenis ikan yang berperan penting dalam menyokong struktur komunitas ikan di Pulau Semak Daun, dan perubahan lingkungan yang berakibat pada pertumbuhan tutupan alga. Beberapa indikator yang mendukung berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: - Struktur trofik komunitas ikan terlihat lebih besar pada trofik level bawah yang berarti bahwa biomasa ikan pada trofik level bawah, yaitu ikan-ikan herbivor trofik level 2,00-2,50, yang didominasi Chlorourus sordidus dan Scarus sp., mendominasi struktur trofik komunitas ikan di Pulau Semak Daun. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan produksi atau biomasa ikan pada trofik level bawah mangsa, diduga akibat intensitas penangkapan yang tinggi dari pemangsanya Jennings Polunin 1997; Urene 2010. Jenis ikan pemangsa di Pulau Semak Daun yang berperan dalam menyokong komunitas ikan adalah Epinephelus fuscoguttatus, dan ikan ini merupakan target penangkapan nelayan karena memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai ikan pangan. Hal ini juga didukung dengan rasio ekploitasi ikan ini yang lebih dari 0,5 atau dengan kata lain tingkat eksploitasi melebihi nilai optimal. Selain itu perubahan parameter populasi dan korelasi biomasa diantara kelompok trofik level juga menunjukkan bahwa kelompok paling berpengaruh terhadap biomasa ikan di trofik level bawah. - Dominasi spesies herbivor dalam struktur trofik komunitas ikan di Pulau Semak daun merupakan indikasi adanya penutupan substrat oleh makroalga, terdapat hubungan positif antara tutupan makroalga dengan kelimpahan ikan herbivor Sandin et al. 2008; Vincent et al. 2011. Kondisi ini didukung oleh biomasa dominan kelompok trofik ini yang terdiri dari spesies herbivor utama trofik level 2,00-2,50 sebanyak 61,38 dari total biomasa. Sebagaimana diketahui bahwa makroalga memiliki kemampuan tumbuh yang pesat sehingga keberadaannya perlu dikontrol. - Adanya penurunan secara signifikan biomasa ikan dari trofik level bawah ke trofik level atas. Artinya, komposisi biomasa ikan pada trofik level atas ikan karnivor, trofik level 3,51-4,00 adalah rendah 14,89 dari total biomasa yang juga merupakan indikasi adanya tekanan penangkapan. Walaupun penangkapan mengakibatkan terjadinya peningkatan biomasa mangsa namun hal ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat memulihkan atau mengembalikan biomasa ikan pada trofik level atas jenis-jenis ikan kerapu untuk menggantikan kehilangan biomasa akibat penangkapan Sale 1991; Clanahan Graham 2005; Urene 2010. - Hasil estimasi nilai panjang asimptotik L ∞ ikan-ikan yang berperan penting dalam hasil penelitian ini pada umumnya lebih rendah dibanding dengan ikan yang sama di tempat lain Jennings Polunin 1997; Gust et al. 2002. Ini merupakan indikator tekanan penangkapan karena ikan tidak mendapat kesempatan tumbuh mencapai ukuran maksimum sehingga yang tersisa di perairan adalah ikan-ikan yang berukuran kecil. Pernyataan ini juga ditunjang dengan nilai rasio ekploitasi yang sebagian besar lebih dari 0,5 yang berarti bahwa eksploitasi terhadap ikan tersebut telah melebihi optimal. Disamping karena tekanan penangkapan, rendahnya nilai L ∞ diduga juga akibat turunnya kualitas lingkungan karena nilai L ∞ juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan Gulland 1983 Berdasarkan hasil penelitian ini maka upaya pengelolaan sumberdaya ikan di perairan sekitar Pulau Semak Daun adalah melalui pengelolaan penangkapan dan dalam waktu yang bersamaan juga dilakukan pengelolaan habitat atau ekosistem.

A. Pengelolaan penangkapan

Penangkapan perlu diatur terutama terhadap jenis ikan herbivor, yaitu jenis ikan kakak tua Chlorourus sordidus dan Scarus sp., dan penangkapan terhadap jenis-jenis ikan karnivor yaitu kerapu Epinephelus fuscoguttatus dan kakap Lutjanus lutjanus. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan yang berperan penting dalam menyokong komunitas ikan di Pulau Semak Daun, berdasarkan hasil estimasi biomasa, parameter populasi, interaksi trofik serta korelasi biomasa diantara trofik level komunitas ikan di lokasi penelitian. Penerapan pengelolaan penangkapan yang konsisten dalam jangka waktu yang panjang telah terbukti meningkatkan produksi ikan Tamaki 2004. Alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan sesuai hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: - Pengaturan jenis dan ukuran alat tangkap. Hasil pencatatan harian hasil tangkapan nelayan di Pulau Semak Daun menunjukkan bahwa jenis-jenis ikan tersebut merupakan hasil tangkapan dominan dari alat tangkap jaring insang. Disamping itu, dari tiga jenis alat tangkap yang beroperasi di Pulau Semak Daun, jaring insang memiliki nilai CPUE yang tertinggi. Dengan demikian maka penggunaan jaring insang sebagai alat tangkap di lokasi penelitian perlu diatur, terutama selektivitasnya. Untuk kepentingan ini diperlukan informasi ilmiah yang memadai mengenai ukuran ikan pertama kali tertangkap L c , dan ukuran ikan pertama kali matang gonad L m . Hal ini diperlukan untuk penentuan ukuran mata jaring yang sesuai, sehingga ikan memiliki kesempatan untuk tumbuh secara maksimal dan bereproduksi sebelum tertangkap. - Pengaturan area penangkapan. Untuk pengaturan ini, diperlukan informasi ilmiah berkaitan tentang struktur populasi dan reproduksi dari jenis-jenis ikan yang berperan penting dalam hasil penelitian ini. Informasi struktur umur populasi dan reproduksi jenis-jenis ikan yang berperan penting dilakukan pada masing-masing area sesuai karakteristik dasar Pulau Semak Daun, yaitu lokasi terumbu karang, lokasi yang didominasi lamun, lokasi lamun dan berpasir, dan lokasi gobah. Hal ini diperlukan untuk mengetahui lokasi-lokasi yang penting bagi daerah asuhan, daerah pembesaran dan daerah pemijahan. Tiga hal ini merupakan dasar utama yang diperlukan untuk dapat melakukan pengaturaan area penangkapan closed area secara efektif. - Pengaturan waktu penangkapan closed season. Pengaturan ini dilakukan dengan mempertimbangkan siklus reproduksi ikan dimana pada saat-saat atau musim tertentu ikan tidak boleh ditangkap. Saat-saat ikan tidak boleh ditangkap umumnya merupakan tahap yang kritis dalam siklus pertumbuhan ikan, misalnya saat memijah atau saat ikan berukuran juvenil. Pengaturan dilakukan untuk memberi peluang bagi ikan agar dapat memperbaiki populasinya. Pengaturan waktu musim penangkapan akan efektif jika didasari pada informasi ilmiah tentang status siklus hidup ikan, mulai dari musim pemijahan, rekrutmen dan pertumbuhan.

B. Pengelolaan habitat

Sejalan dengan pengaturan penangkapan yang telah diuraikan diatas, pengelolaan habitat yang diperlukan sesuai hasil penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: - Melindungi tempat berpijah - Melindungi tempat mencari makan dan asuhan - Memulihkan kondisi habitat Sesuai tujuan tersebut terdapat dua alternatif yang sesuai bagi pengelolaan sumberdaya ikan di Pulau Semak Daun yaitu menetapkan area konservasi dan pemasangan terumbu buatan. Penetapan area konservasi area perlindungan merupakan alat pengelolaan sumberdaya ikan yang paling efektif untuk pemulihan sumberdaya ikan yang mengalami tekanan penangkapan, karena dapat melindungi stok ikan, mempertahankan biomasa sekaligus mempercepat pengkayaan spesies dan meningkatkan keragaman ikan herbivor Mc.Clanahan Graham 2005; Oropeza et al. 2011; Vincent et al. 2011. Penetapan area konservasi Cabo Pulmo National Park CPNP, dalam 10 tahun telah meningkatkan biomasa ikan karnivor 4 hingga 11 kali lipat dibandingkan sebelum penetapan area konservasi Oropeza et al. 2011. Di kawasan perlindungan laut Kenya, 52 spesies ikan dari 110 yang ditemukan di kawasan perlindungan tidak ditemukan pada terumbu karang yang mengalami tekanan penangkapan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa biomasa dan kelimpahan ikan lebih tinggi di daerah dengan intensitas penangkapan ikan yang rendah. Penerapan kawasan perlindungan laut di Kenya telah mencatat peningkatan yang cepat dari Famili Scaridae dan diikuti oleh kenaikan Famili Acanthuridae Vincent et al. 2011. Pemasangan terumbu buatan artificial reef dimaksudkan sebagai habitat tempat tumbuhnya hewan karang yang kemudian diikuti dengan berkumpulnya jenis-jenis ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang. Pembuatan artificial reef di Terminos Lagoon telah terbukti menggeser biomasa omnivor menjadi karnivor, bahkan telah meningkatkan species predator Lo’pez et al. 2005. Vincent et al. 2011 dalam penelitiannya menyatakan bahwa biomasa dan kelimpahan ikan herbivor meningkat dengan peningkatan penutupan karang, dan biomasa serta kelimpahan Famili Acanthuridae dan Pomacentridae meningkat secara signifikan dengan peningkatan penutupan karang keras.