Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA
MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh

SUSI TRISNAWATY
091301026

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2013/2014

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Universitas
Sumatera Utara yang Bekerja
Susi Trisnawaty dan Filia Dina Anggaraeni
ABSTRAK

Efikasi diri merupakan pertimbangan individu terhadap kapasitas yang
dimilikinya. Efikasi diri memprediksi tujuan yang telah ditentukan dan performa
yang akan dicapai oleh individu (Bandura, 1997). Prestasi akademik merupakan
salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat performa seorang
mahasiswa (Opacic, 2003). Pada mahasiswa yang memiliki pekerjaan sampingan,
selain harus memenuhi tuntutan akademis, mereka juga harus memenuhi tuntutan
pekerjaan yang dilakukannya. Jika mahasiswa tersebut tidak yakin dengan apa
yang diputuskannya, maka hasil akhir yang didapat bisa tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran pengaruh efikasi diri
terhadap prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Subjek dalam penelitian ini
adalah 99 mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang memiliki pekerjaan
sampingan yang diambil dengan incidental sampling. Hasil analisis menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif efikasi diri terhadap prestasi akademik pada
mahasiswa yang memiliki pekerjaan sampingan. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi pertimbangan bagi mahasiswa terhadap keputusannya untuk
melakukan pekerjaan sampingan atau tidak.
Kata kunci: efikasi diri, prestasi akademik, mahasiswa bekerja

Universitas Sumatera Utara


The Effect of Self- Efficacy on Student Academic Achievement at University of
North Sumatra which have Part-time Job
Susi Trisnawaty and Filia Dina Anggaraeni
ABSTRACT
Self-efficacy is an individual's considerations of their own capacity. Self-efficacy
predicts setted goals and performance that will be achieved by the individual
(Bandura, 1997). One of the indicators that used to see student’s performances is
academic achievement (Opacic, 2003). Students with a part-time job must fulfill
their academic demands. If the student is not sure of what decision they make,
then the result they will not get what are they expected. This study aims to provide
an overview of the effect of self-efficacy on academic achievement in students
with part-time job. Subjects in this study were 99 students of the University of
North Sumatra with a part-time job, by incidental sampling. The analysis showed
that there is a positive self-efficacy effect on student academic achievement who
has a part-time job. The results of this study are expected to be considered by
student before they make their decision to perform a part-time job or not.
Keywords : self-efficacy, academic achievement, student work, part-time job

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini guna memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan serta meraih gelar sarjana di
Fakultas Psikologi Univeristas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini akan
sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan saudara yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih
sayang kepada penulis.
2. Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah
memberikan dukungan yang terbaik untuk kesuksesan seluruh mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
3. Filia Dina Anggaraeni, S. Sos., M.Pd. selaku Pembantu Dekan III dan
dosen

pembimbing skripsi

membimbing,


mendukung,

yang telah

rela

memberikan

kritik

meluangkan
dan

saran

waktu
yang

membangun bagi penyusun skripsi penulis.

4. Dian Ulfasari, M. Psi., psikolog selaku dosen pembimbing akademik
penulis yang telah memberikan arahan, saran dan memotivasi penulis
selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara.

i
Universitas Sumatera Utara

5. Fasti Rola, M.Psi, psikolog dan Etti Rahmawati, M.Si selaku dosen
penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan,
kritik, dan saran yang bermanfaat dalam penelitian ini.
6. Terkasih, Andy Herman yang telah memberikan dorongan dan dukungan
yang tiada henti kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat yang sudah dianggap sebagai keluarga, yakni Desy
Christina yang baiknya seperti Bunda, Ni Putu Defi yang manja dan rewel
seperti adik bungsu, Margaretha yang sabar dan pengertian seperti saudari
perempuan, Florence yang cerewet seperti nenek-nenek, Antony yang
sakit-sakit seperti kakek-kakek, Janvencius Valerius (baya) yang selalu
membantu penulis. Semoga persahabatan kami tidak akan lekang oleh
waktu.

8. Dosen-dosen pengajar di Fakultas Psikologi yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu, Anda sekalian telah memberikan segala hal yang
terbaik untuk penulis.
9. Para staf pegawai di Fakultas Psikologi yang tidak mungkin disebutkan
satu per satu, Anda sekalian telah memberikan segala bantuan yang
terbaik untuk penulis.
10. Para subjek penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya.
11. Teman-teman yang telah membantu penulis untuk mencari subjek
penelitian yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

ii
Universitas Sumatera Utara

12. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan (2009) atas kebersamaannya
selama masa perkuliahan ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan saudara-saudara semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan yang ada, namun
sumbangan pemikiran yang penulis sampaikan mudah-mudahan bermanfaat bagi

pembaca.
Medan, 3 Mei 2014
Penulis,

Susi Trisnawaty

iii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iv


DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Penelitian

1

B. Perumusan Masalah


8

C. Tujuan Penelitian

9

D. Manfaat Penelitian

9

E. Sistematika Penulisan

10

BAB II

11

LANDASAN TEORI


A. Efikasi Diri

11

B. Mahasiswa yang Bekerja

17

C. Prestasi Akademik

19

D. Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa
yang Bekerja

22

E. Hipotesis Penelitian


27

BAB III

28

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

28

iv
Universitas Sumatera Utara

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

29

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

30

D. Metode Pengumpulan Data

31

E. Uji Coba Alat Ukur

34

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian

35

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

37

BAB IV

40

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

40

B. Hasil Penelitian

42

C. Pembahasan

48

BAB V

51

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

51

B. Saran

51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategorisasi IPK

22

Tabel 2. Bobot Pernyataan Skala Efikasi Diri

32

Tabel 3. Blueprint Penyusunan Skala Efikasi Diri

33

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri sebelum Uji Coba

34

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri setelah Uji Coba

36

Tabel 6. Persebaran Subjek Penelitian

40

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Variabel Efikasi Diri dan IPK

43

Tabel 8. Hasil Uji Linieritas Variabel Efikasi Diri dan IPK

43

Taebl 9. Hasil Analisis Regresi

44

Tabel 10. Koefisien Regresi

44

Tabel 11. Skor Empirik dan Skor Hipotetik Efikasi Diri

45

Tabel 12. Kategori Skal Efikasi Diri

46

Tabel 13. Kategorisasi Subjek Penelitian berdasarkan IPK

47

Tabel 14. Kategori Subjek Penelitian berdasarkan Tingkat Efikasi Diri dan
IPK

48

vi
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Efikasi Diri

56

Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas

64

Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas

70

Lampiran 4. Hasil Uji Linieritas

73

Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi

75

Lampiran 6. Kategorisasi Subjek Penelitian

78

vii
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Universitas
Sumatera Utara yang Bekerja
Susi Trisnawaty dan Filia Dina Anggaraeni
ABSTRAK
Efikasi diri merupakan pertimbangan individu terhadap kapasitas yang
dimilikinya. Efikasi diri memprediksi tujuan yang telah ditentukan dan performa
yang akan dicapai oleh individu (Bandura, 1997). Prestasi akademik merupakan
salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat performa seorang
mahasiswa (Opacic, 2003). Pada mahasiswa yang memiliki pekerjaan sampingan,
selain harus memenuhi tuntutan akademis, mereka juga harus memenuhi tuntutan
pekerjaan yang dilakukannya. Jika mahasiswa tersebut tidak yakin dengan apa
yang diputuskannya, maka hasil akhir yang didapat bisa tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran pengaruh efikasi diri
terhadap prestasi akademik mahasiswa yang bekerja. Subjek dalam penelitian ini
adalah 99 mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang memiliki pekerjaan
sampingan yang diambil dengan incidental sampling. Hasil analisis menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif efikasi diri terhadap prestasi akademik pada
mahasiswa yang memiliki pekerjaan sampingan. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi pertimbangan bagi mahasiswa terhadap keputusannya untuk
melakukan pekerjaan sampingan atau tidak.
Kata kunci: efikasi diri, prestasi akademik, mahasiswa bekerja

Universitas Sumatera Utara

The Effect of Self- Efficacy on Student Academic Achievement at University of
North Sumatra which have Part-time Job
Susi Trisnawaty and Filia Dina Anggaraeni
ABSTRACT
Self-efficacy is an individual's considerations of their own capacity. Self-efficacy
predicts setted goals and performance that will be achieved by the individual
(Bandura, 1997). One of the indicators that used to see student’s performances is
academic achievement (Opacic, 2003). Students with a part-time job must fulfill
their academic demands. If the student is not sure of what decision they make,
then the result they will not get what are they expected. This study aims to provide
an overview of the effect of self-efficacy on academic achievement in students
with part-time job. Subjects in this study were 99 students of the University of
North Sumatra with a part-time job, by incidental sampling. The analysis showed
that there is a positive self-efficacy effect on student academic achievement who
has a part-time job. The results of this study are expected to be considered by
student before they make their decision to perform a part-time job or not.
Keywords : self-efficacy, academic achievement, student work, part-time job

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Semakin majunya zaman, semakin banyak pula persaingan yang terjadi
dalam berbagai bidang, diantaranya adalah bidang pendidikan. Negara Indonesia
menduduki peringkat ke empat jumlah penduduk terbanyak di dunia tahun 2014
(Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia-RI Masuk 4 Besar, 2014). Jumlah
penduduk yang besar dan lapangan kerja yang terbatas menimbulkan persaingan
yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Salah satu upaya dalam mendapat
pekerjaan dan penghasilan yang memadai adalah dengan memiliki latar belakang
pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itulah semakin banyak orang tua yang
menganjurkan dan memandu anak-anaknya untuk memasuki perguruan tinggi
negeri, di mana mereka memiliki pendapat bahwa perguruan tinggi negeri lebih
berkualitas dan memiliki nama baik di mata masyarakat sehingga kedepannya
akan lebih mudah mendapat pekerjaan (Djohan & Handianto, 2006). Salah satu
perguruan tinggi negeri yang paling banyak diminati di Sumatera Utara adalah
Universitas Sumatera Utara, hal ini bisa dilihat dari bertambahnya jumlah pelamar
yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri ini dari tahun ke tahun (Biro
Kemahasiswaan, 2014).
Kesempatan bekerja akan lebih terbuka lebar pada pelamar yang memiliki
latar belakang pendidikan tinggi apalagi dari perguruan tinggi yang ternama
karena potensi yang dimiliki mahasiswa tersebut telah terasah selama ia menjalani
proses perkuliahannya. Selama proses perkuliahan, tak jarang para mahasiswa
1
Universitas Sumatera Utara

2

berlomba menunjukkan kebolehannya baik dalam kegiatan sosial, akademik,
maupun kreativitas untuk mendapatkan prestasi yang bagus. Namun, di zaman
krisis seperti sekarang ini, biaya pendidikan sangatlah mahal, untuk memenuhi
biaya pendidikan ini, tidak sedikit mahasiswa yang mencari pekerjaan sambilan
(Daulay & Rola, 2010). Ditambah lagi dengan kenaikan harga bahan bakar
minyak (Harga BBM dinaikan mulai Sabtu, 2013) dan tarif listrik (Tarif Tenaga
Listrik, 2014) sehingga membuat orang tua semakin sulit memenuhi kebutuhan
anak-anaknya. Hal ini didapat peneliti dari komunikasi personal dengan tetangga
peneliti yang memiliki anak yang sedang kuliah di USU, yakni:
“Biaya perkuliahan di USU sekarang sudah lebih mahal, kalau seperti adek
kan lumayan 500 ribu, sekarang anak tante biayanya 1,5 juta per semester
loh, belum lagi tahun kemarin harga BBM naik, sedangkan tahun sekarang
lebih susah lagi dek, harga gas naik, harga air naik, tarif listrik juga naik.
Untung anak tante ada ngajar les sehingga biaya kuliah sehari-hari seperti
buku, pulpen, kertas, ongkos bisalah dia bayar sendiri. Semoga anak tante
cepat tamat kuliah deh..”
(E, Komunikasi Personal, 12 Mei 2014)
Kuliah sambil kerja bukanlah hal baru bagi masyarakat kota. Salah satu
bentuk pekerjaan yang paling diminati oleh mahasiswa adalah jenis pekerjaan
paruh waktu (Cohen dalam Daulay & Rola, 2010). Ada beberapa alasan yang
melatarbelakangi mahasiswa untuk bekerja, mulai dari membantu orang tua,
belajar mandiri (Pottre Koneng Kerja sambil Kuliah, 2013), mengisi waktu luang
(Yenni dalam Daulay & Rola, 2010), mencari pengalaman baru dan menambah
pengetahuan sebelum terjun ke masyarakat (Kuliah sambil Kerja: Sekali Dayung
dapat Ilmu dan Materi, 2013).
Mahasiswa yang melakukan pekerjaan sampingan umumnya adalah
mahasiswa yang mengikuti perguruan tinggi swasta, akan tetapi tidak menutup

Universitas Sumatera Utara

3

kemungkinan bahwa mahasiswa yang mengikuti perguruan tinggi negeri, terutama
USU, juga melakukan pekerjaan sampingan. Peneliti melakukan komunikasi
personal dengan beberapa mahasiswa yang mengambil program strata-1 di
Universitas Sumatera Utara, yakni:
“Saya kuliah sambil kerja, Kak. Sewaktu saya SMA dulu saya sudah
ngajar kak. Hitung-hitung buat uang tabungan untuk berbisnis Kak.”
(S, Komunikasi Personal, 5 Juli 2013)
Kuliah sambil kerja tentu memiliki dampak positif dan negatif bagi
mahasiswa. Dampak positifnya adalah mahasiswa bisa belajar mengatur waktu,
menambah pengalaman, wawasan, dan pergaulan. Sedangkan dampak negatifnya
adalah mahasiswa yang bekerja bisa saja terlalu menikmati pekerjaannya sehingga
melupakan tugasnya sebagai seorang mahasiswa untuk belajar. Hal ini membuat
prestasi akademik mahasiswa menurun, kelulusannya menjadi tertunda, dan tidak
menutup kemungkinan bahwa mahasiswa ini bisa di-drop out (DO) (Kuliah
sambil Kerja: Sekali Dayung dapat Ilmu dan Materi, 2013). Hal ini sesuai dengan
kenyataan yang didapat, seperti yang diungkapkan oleh salah satu mantan
mahasiswa Teknik USU:
“saya sudah berhenti kuliah karena saya mau ngajar. Saya sudah membuka
sebuah tempat les dengan penghasilan yang lumayan. Saya sudah males
kuliah karena banyak tuntutan kuliah seperti Lab, magang, dan sebagainya.
itu sangat merepotkan sekali.”
(A, Komunikasi Personal, 6 Juli 2013)
Berdasarkan petikan wawancara di atas, terlihat bahwa mahasiswa tersebut
mengalami tekanan dalam kuliah sambil bekerja sehingga memutuskan untuk
berhenti kuliah dan fokus terhadap pekerjaannya saja. Ketika mahasiswa itu
memutuskan untuk berhenti kuliah, terlebih dahulu ia harus mempertimbangkan

Universitas Sumatera Utara

4

kemampuannya dengan seksama dalam mengorganisasikan situasi yang dihadapi
dan memprediksi tujuan akhirnya. Setelah mempertimbangkannya dengan
seksama, ia harus menyakini hasil keputusan yang diambil. Proses pertimbangan
ini disebut dengan efikasi diri (Bandura, 1997).
Efikasi diri adalah pertimbangan kapasitas individu terhadap dirinya
sendiri. Efikasi ini memprediksi tujuan yang ditentukan dan performa yang
dicapai oleh individu sendiri. Seseorang berperilaku ditentukan oleh hasil
(outcome) dari suatu pengalaman yang dialami oleh individu tersebut. Dalam hal
ini, Si A telah mempertimbangkan kemampuannya dalam mengorganisasikan
pekerjaan dan perkuliahannya serta memprediksi hasil yang akan diperolehnya
ketika ia tetap mempertahankan perkuliahannya ataupun pekerjaannya sehingga
hasil dari pertimbangan ini akan memunculkan suatu keputusan antara memilih
pekerjaan sampingan atau perkuliahan, atau bahkan kedua-duanya. Dalam
komunikasi personal yang dilakukan oleh peneliti terhadap si A, didapatkan
bahwa si A memiliki efikasi diri yang tinggi terhadap pekerjaannya sehingga ia
berani mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan perkuliahannya di
perguruan tinggi negeri USU.
Efikasi diri ini sangat penting bagi mahasiswa karena efikasi diri dapat
memprediksi tujuan dan pencapaian yang diinginkan berdasarkan pertimbangan
terhadap kapasitas yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga mereka dapat membuat
keputusan yang lebih baik (Bandura, 1997). Penelitian Opacic (2003) menyatakan
bahwa efikasi diri tidak hanya berhubungan dengan prestasi akademik, melainkan
prediktor yang signitfikan pada performa mahasiswa. Dalam penelitian Opacic

Universitas Sumatera Utara

5

(2003) ditemukan bahwa mahasiswa lebih reflektif dan optimis tentang performa
mereka dan mempunyai minat dan motivasi yang baik terhadap hal yang
dipelajarinya.
Ada tiga dimensi efikasi diri, yaitu tingkat (level), keluasan (generality),
dan kekuatan (strength). Dimensi tingkat (level) berkaitan perbedaan tingkat
kesulitan dalam pengerjaan suatu tugas. Individu memiliki efikasi diri pada tugastugas yang sederhana dan mudah atau pada tugas yang rumit dan membutuhkan
kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi
cenderung memilih tugas dengan tingkat kesukaran sesuai dengan kemampuannya.
Dalam dimensi keluasan (generality), efikasi diri berkaitan dengan penguasaan
individu terhadap suatu bidang atau tugas pekerjaan. Individu yang memiliki
efikasi diri yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk
menyelesaikan suatu tugas. Pada dimensi kekuatan (strength), efikasi individu
berkaitan dengan kekuatan dan kemantapan individu terhadap keyakinannya.
Efikasi diri menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan
memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkannya. Setiap individu khususnya
mahasiswa memiliki semua dimensi ini, akan tetapi tergantung dengan kadar yang
ada dalam dirinya (Bandura, 1997).
Efikasi diri merupakan salah satu dimensi self-regulation yang berfungsi
mengatur waktu yang sesuai ketika beraktivitas. Dalam dunia pendidikan proses
ini berfungsi untuk mengatur waktu dalam belajar, mengerjakan tugas, dan
beraktivitas di luar perkuliahan. Efikasi berkontribusi dalam pencapaian melalui
dukungan pemikiran strategis dan motivasi (Zimmerman dalam Pintrich &

Universitas Sumatera Utara

6

Schunk, 1996). Efikasi diri dapat memprediksi performa intelektual dan secara
langsung mempengaruhi performa akademik melalui kognitif. individu yang
memiliki efikasi diri yang tinggi berusaha melakukan tugas yang lebih menantang
dan berusaha lebih keras dalam mengerjakan tugasnya. Jika terjadi kegagalan,
individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi mengatribusikannya sebagai usaha
yang kurang atau lingkungan yang kurang mendukung. Jika tugas yang dilakukan
berhasil, mereka merasa bahwa hal itu merupakan hasil dari kemampuan mereka
sendiri (Tenaw, 2013).
Tenaw (2013) melakukan penelitian terhadap mahasiswa jurusan Kimia di
Perguruan tinggi Debre Markos dan hasil yang didapatkan adalah mahasiswa yang
memiliki efikasi diri yang tinggi lebih berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas
dan menunjukkan prestasi akademik yang lebih baik. Prestasi akademis adalah
hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah maupun di
perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian. Prestasi akademis merupakan hasil dari pelaksanaan
kemampuan kognitif melalui motivasi dan kemampuan regulasi diri lainya. Ketika
mengalami kesulitan, individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi tetap
bertahan sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung
untuk berhenti atau menyerah (Bandura & Schunck dalam Bandura, 1997).
Efikasi diri memiliki hubungan tak langsung dengan persepsi diri.
Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi terhadap prestasi akademiknya
mempunyai persepsi yang positif dan efikasi diri yang tinggi. Kekhasan persepsi
dan penyesuaian kinerja tugas secara khusus dapat mempengaruhi efikasi diri

Universitas Sumatera Utara

7

mahasiswa tersebut. Efikasi diri juga berkaitan dengan peningkatan metode
belajar dan dapat memprediksi hasil prestasi mahasiswa, khususnya mahasiswa
yang memiliki regulasi diri yang baik. Mahasiswa yang bekerja juga harus
memiliki efikasi diri dalam mengatur metode belajar yang mereka gunakan agar
prestasi akademis mereka di perkuliahan tidak menurun (Zimmerman, 2000).
Individu yang memotivasi diri mereka dengan membuat tujuan hidup
mengalami progres yang cepat, dapat menguasai materi, dan mengembangkan
rasa efikasi yang tinggi. Mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang rendah sangat
rentan mengalami kecemasan prestasi (achievement anxiety) dalam memenuhi
tuntutan akademis. Mahasiswa ini menganggap daripada berkonsentrasi pada
penguasaan cara belajar dan kemampuan kognitif, lebih baik memperkuat
ketidakmampuan mengerjakan tugas dan kepribadian mereka dengan cara
mengingat kegagalan masa lalu dan merasa cemas dengan konsekuensi yang akan
datang, serta berpikir mereka dalam kondisi emosional yang distress dan performa
yang buruk (Bandura, 1997).
Klausmeier (dalam Djaali, 2008) menyatakan bahwa perbedaan motivasi
berprestasi dapat ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi terhadap prestasi
belajar tergantung dengan situasi lingkungan dan situasi individu. Mahasiswa
yang motivasi berprestasinya tinggi akan mencapai prestasi akademis tinggi,
apabila rasa takut pada kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk
sukses dan tugas-tugas di kelas cukup menantang, tidak terlalu sulit, tetapi tidak
terlalu mudah sehingga memiliki kesempatan untuk berhasil (Djaali, 2008).
Motivasi yang dimaksud merupakan efikasi diri. Berdasarkan survei sederhana

Universitas Sumatera Utara

8

yang dilakukan peneliti terhadap 142 mahasiswa Fakultas Psikologi USU pada
tanggal 17 Mei 2013, ditemukan 34 mahasiswa yang bekerja sambilan atau sekitar
23,94%. Dari 34 mahasiswa yang bekerja tersebut terdapat 13 mahasiswa yang
bekerja namun memiliki IPK di bawah 3, sedangkan 21 mahasiswa yang bekerja
memiliki IPK di atas 3.
Menurut Santrock (2004), efikasi diri dapat mempengaruhi prestasi
akademik mahasiswa, akan tetapi ada faktor lain yang juga mempengaruhi
prestasi akademik yaitu regulasi diri, motivasi, konsep diri, dll. Akan tetapi,
Schunk (dalam Santrock, 2004) lebih banyak menerapkan konsep efikasi diri pada
banyak aspek prestasi pada mahasiswa.
Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk melihat pengaruh efikasi diri
pada mahasiswa yang kuliah sambil kerja terhadap prestasi akademik di
Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa USU dipilih oleh peneliti karena USU
merupakan universitas negeri yang paling diminati oleh calon-calon mahasiswa.
Hal ini terbukti dari peningkatan mahasiswa yang mendaftar ke USU tiap
tahunnya setelah mengikuti ujian masuk (Biro Kemahasiswaan, 2014).
Berdasarkan pengamatan tidak terstruktur peneliti, universitas ini memiliki
banyak mahasiswa yang kuliah sambil kerja.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh efikasi diri terhadap pretasi akademik pada
mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang bekerja?

Universitas Sumatera Utara

9

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri
terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang
bekerja.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun
dari segi praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam
bidang psikologi, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan, mengenai
efikasi diri terhadap prestasi akademis pada mahasiswa USU yang bekerja
sehingga dapat memperkaya teori-teori yang sudah ada sebelumnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pembaca
khususnya mahasiswa psikologi serta para pendidik mengenai pengaruh
efikasi diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa USU yang bekerja.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi penelitian-penelitian sejenis dalam bidang Psikologi
Pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan secara
psikologis terhadap mahasiswa yang bekerja.

Universitas Sumatera Utara

10

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai efikasi diri dan
mahasiswa yang bekerja.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan penelitian.

BAB II

: LANDASAN TEORITIS
Bab ini menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi
variabel dalam penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori
mengenai efikasi diri, prestasi akademik, dan mahasiswa yang
bekerja.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode-metode dasar dalam
penelitian

yaitu

identifikasi

variabel

penelitian,

definisi

operasional, populasi dan sampel, metode dan alat pengumpulan
data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan
penelitian dan metode analisis data.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efikasi Diri
1. Definisi Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu.
Konsep efikasi diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Efikasi diri mengacu
pada keyakinan seseorang atas kemampuannya dalam mengorganisasikan dan
melaksanakan performa yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang telah
ditentukan sebelumnya (Bandura, 1997). Sejalan dengan pendapat Baron dan
Byrne (2006) bahwa efikasi diri adalah kepercayaan bahwa individu dapat
mencapai tujuan sebagai hasil dari tindakannya sendiri. Hal ini juga sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Schultz (2005) yang mendefinisikan efikasi diri sebagai
perasaan individu terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan dalam
mengatasi masalah kehidupan. Lebih tegas lagi yang diungkapkan oleh Pintrich &
Schunck (1996) yang menyatakan bahwa efikasi diri merupakan pertimbangan
manusia

terhadap

kemampuan

mereka

dalam

mengorganisasikan

dan

melaksanakan rangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang
sudah direncanakan.
Bandura (1997) menguraikan ada beberapa proses psikologis yang
mempengaruhi efikasi diri manusia. Proses-proses tersebut dapat dijelaskan
melalui cara-cara dibawah ini:

11
Universitas Sumatera Utara

12

a) Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan dan
sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut dipengaruhi oleh
penilaian individu akan kemampuan kognitifnya. Fungsi kognitif memungkinkan
individu untuk memprediksi kejadian-kejadian sehari-hari yang akan berakibat
pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin
efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan
ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak
dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Individu akan meramalkan
kejadian

dan

mengembangkan

cara

untuk

mengontrol

kejadian

yang

mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan proses kognitif yang efektif
dari berbagai macam informasi.
b) Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya
untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi diri
dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan
tindakan yang akan direalisasikan. Terdapat beberapa macam motivasi kognitif
yang dibangun dari beberapa teori yaitu atribusi penyebab yang berasal dari teori
atribusi dan pengharapan akan hasil yang terbentuk dari teori nilai-pengharapan.
Fritson (dalam Bandura, 1997) mengatakan bahwa efikasi diri memiliki korelasi
yang positif dengan keinginan yang kuat untuk sukses dalam area yang
berhubungan dengan life function. Dengan keinginan yang kuat maka efikasi diri

Universitas Sumatera Utara

13

juga akan meningkat. Efikasi diri mempengaruhi atribusi penyebab. Hal ini
dimaksudkan individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi menilai
kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya
usaha, sedangkan individu dengan efikasi diri yang rendah menilai kegagalannya
disebabkan oleh kurangnya kemampuan.
c) Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan
mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir
yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan
mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi
tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas yang sulit atau
bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman
tidak akan membangkitkan pola pikir yang mengganggu. Individu yang tidak
percaya akan kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena
tidak mampu mengelola ancaman tersebut.
d) Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi
tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah laku
membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika
menghadapi masalah atau situasi sulit. Efikasi diri dapat membentuk hidup

Universitas Sumatera Utara

14

individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu
melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang diyakini
mampu menangani. Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan
sosial atas pilihan yang ditentukan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, efikasi
diri adalah keyakinan bahwa individu dapat mencapai tujuan dan mengatasi
masalah kehidupan dengan mengorganisasikan tindakannya untuk mendapat
performa yang sudah direncanakan.
2. Dimensi Efikasi Diri
Bandura (1997) mengemukakan bahwa efikasi diri individu dapat dilihat
dari tiga dimensi, yaitu :
a) Tingkat (level)
Efikasi individu dalam mengerjakan suatu tugas dengan tingkat kesulitan
yang berbeda. Kemampuan seorang individu dilihat berdasarkan perwakilan
tingkat tugas yang dianggap sebagai tantangan atau hambatan. Individu memiliki
efikasi diri yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada
tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang
memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat
kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.
b) Keluasan (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap suatu atau
beberapa bidang kegiatan. Penguasaan ini dapat terlihat dari kemampuan
mengekpresikan dan mengatur diri yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai.
Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang

Universitas Sumatera Utara

15

sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas sedangkan individu yang memiliki
efikasi diri yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam
menyelesaikan suatu tugas.
c) Kekuatan (strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau
kemantapan individu terhadap keyakinannya. Efikasi diri menunjukkan bahwa
tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan individu. Efikasi diri menjadi dasar dirinya melakukan usaha
yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.
3. Sumber-sumber Efikasi Diri
Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) menjelaskan bahwa efikasi diri pada
individu dapat ditingkatkan atau berkurang. Peningkatan atau penurunan efikasi
dipengaruhi oleh salah satu atau kombinasi dari empat sumber efikasi diri, yaitu:
a) Pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences)
Pengalaman menguasai sesuatu adalah sumber yang paling besar
pengaruhnya terhadap efikasi diri individu karena didasarkan pada pengalaman
otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan efikasi diri individu
meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya
efikasi diri, khususnya jika kegagalan terjadi ketika efikasi diri individu belum
benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan efikasi diri
individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya usaha atau
pengaruh dari keadaan luar.

Universitas Sumatera Utara

16

b) Modeling sosial (vicarious experiences)
Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalan
dan kesuksesan sebagai sumber efikasi dirinya. Efikasi diri juga dipengaruhi oleh
pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain
dalam bidang tertentu akan meningkatkan efikasi diri individu tersebutpada
bidang yang sama. Individu melakukan persuasi terhadap dirinya dengan
mengatakan jika individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu
tersebut juga memiliki kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan
individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan
banyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendir dan
mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang
memungkinkan efikasi diri individu mudah dipengaruhi oleh pengalaman individu
lain, yaitu kurangnya pemahaman individu tentang kemampuan orang lain dan
kurangnya pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.
c) Persuasi sosial
Persuasi sosial dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa individu
memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang
diinginkan.
d) Kondisi fisik dan emosional
Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas
sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan keadaan
fisiologis yang dialami individu memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal
yang tidak diinginkan sehingga situasi yang menekan cenderung dihindari.

Universitas Sumatera Utara

17

Informasi dari keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan
gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi yang dihadapinya berada di
atas kemampuannya.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses efikasi diri
meliputi proses kognitif yang memprediksi kejadian-kejadian yang berpengaruh
dimasa depan, proses motivasi yang berguna untuk menetapkan keyakinan pada
tindakan yang dilakukan, proses afeksi yang menentukan intensitas pengalaman
emosional yang berguna untuk mengontrol kecemasan, dan proses seleksi yang
bertujuan menyeleksi perilaku dan lingkungan yang tepat.
B. Mahasiswa yang Bekerja
1. Pengertian Mahasiswa
Menurut Papalia dan Olds (2007), umur 17 atau 18 sampai dengan umur
21 tahun termasuk dalam kategori masa dewasa muda. Tugas perkembangan
dewasa muda menurut Hurlock (1993), yaitu mendapatkan suatu pekerjaan,
mencari pasangan hidup, belajar hidup bersama pasangan membentuk suatu
keluarga, membesarkan anak-anak, mengatur rumah tangga, menerima tanggung
jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang
sesuai dengannya. Akan tetapi di Indonesia kategori umur tersebut masih belum
mandiri. Pada masa ini diharapkan individu sebagai mahasiswa dapat belajar
dengan baik kemudian bekerja, akan tetapi ada juga individu yang kuliah sambil
bekerja, pendidikan dan pekerjaan dijalankan pada waktu yang sama.
Kuliah merupakan bagian penting dari tahap menuju masa dewasa.
Universitas atau perguruan tinggi dijadikan tempat untuk mempelajari dan

Universitas Sumatera Utara

18

meningkatkan intelektual dan pertumbuhan diri, khususnya keterampilan verbal,
berpikir kritis, dan penalaran moral. Pengalaman kuliah dapat mengarahkan
perubahan fundamental pada cara berpikir individu sebagai mahasiswa sekaligus
sebagai pencari nafkah untuk dirinya sendiri. Individu telah memasuki ranah sudut
pandangan dan ide yang luas, mereka diserang oleh ketidakpastian dalam hidup.
Individu akan mengganggap hal ini hanya sementara saja dan berharap akan
mendapat jawaban yang benar dari ketidakpastiannya. Seiring berjalannnya waktu
mereka akan menyadari bahwa opini mereka maupun orang lain memiliki
kebenaran (valid), bahkan orang tua dan guru tidak dapat mengajari cara
menemukan makna atau nilai dalam sistem dan kepercayaan yang rumit tersebut,
semua itu akan dipelajarinya sendiri pada masa ini. Selanjutnya mereka akan
melihat bahwa semua pengetahuan dan nilai saling berkaitan. Akhirnya mereka
dapat membuat keputusan sendiri dan memilih kepercayaan dan nilai meskipun
terdapat ketidakpastian di dalamnya, dan mengenal kemungkinan lain yang valid.
Menurut Sarwono (2003), mahasiswa adalah kelompok pelajar yang
sudah menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah umum/kejuruan
kemudian mendaftar dan diterima di universitas.
2. Bekerja
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
pasal 1 ayat (3), pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain. Waktu kerja penuh menurut UU No. 13
tahun 2003 pasal 77 ayat (1), yaitu setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan kerja. Ayat (2) yaitu waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Universitas Sumatera Utara

19

meliputi: 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu)
hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu (Marbun, 2013).
Berdasarkan ketentuan kerja di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
bekerja sambilan atau bekerja sampingan adalah pekerja yang melakukan kerja
dalam waktu kurang dari 40 jam selama 1 minggu. Mahasiswa yang bekerja
dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang melakukan suatu kerja dan menerima
upah atau imbalan berupa uang dengan ketentuan waktu kerja kurang dari 40 jam
seminggu.
C. Prestasi Akademik
1. Pengertian Prestasi Akademik
Chaplin (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa prestasi adalah
sesuatu yang telah dicapai. Secara akademis, prestasi merupakan suatu tingkat
khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari
keahlian dalam tugas akademis yang dinilai oleh pembimbing atau pengajar
dengan tes yang dibakukan. Menurut Djamarah (2002), prestasi adalah suatu
kegiatan belajar berupa serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sejalan dengan dengan pendapat Suryabrata (1994), prestasi akademik adalah
hasil penilaian belajar untuk mengetahui sejauh mana peserta didik berusaha
belajar dan berlatih.

Universitas Sumatera Utara

20

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Suryabrata (2002) menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik seorang peserta didik, yaitu:
a. Faktor yang berasal dari luar diri peserta yang disebut faktor eksternal. Faktor
eksternal ini meliputi:
(a) Faktor non-sosial
Contohnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, peralatan
yang dipakai dalam proses belajar akan mempengaruhi prestasi akademik
peserta didik.
(b) Faktor sosial
Misalnya ketika sedang ujian, suara kendaraan yang lalu lalang membuat
peserta didik tidak dapat berkonsentrasi menjawab pertanyaan ujian, hal
ini tentu mempengaruhi prestasi akademik peserta didik.
b. Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang disebut faktor internal.
Faktor internal ini meliputi:
(a) Faktor fisiologis
Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor jasmani dan
keadaan fungsi fisiologis peserta didik. Faktor jasmani, misalnya peserta
didik belajar dalam keadaan lapar, tentu akan menganggu konsentrasinya
saat belajar daripada ketika dalam keadaan tidak lapar. Saat belajar, fungsi
fisiologis harus bekerja baik, misalnya mata, jika saat mengerjakan soal
ujian peserta didik kurang tidur sehingga matanya merah, berair, dan kabur,
tentu hal itu akan mempengaruhi prestasi akademik peserta didik tersebut.

Universitas Sumatera Utara

21

(b) Faktor psikologis
Ada beberapa hal yang mendorong peserta didik untuk belajar dan
berprestasi, yaitu:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia
2) Adanya sifat kreatif dan keinginan untuk maju
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman
4) Adanya rasa aman bila menguasai pelajaran
5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar, dll.
3. Indikator Prestasi Akademik
Muhibbin (2010) menyatakan bahwa salah satu indikator untuk
mengukur prestasi akademik yang dicapai oleh mahasiswa adalah melalui IPK
(Indeks Prestasi Kumulatif). Sesuai dengan pendapat Azwar (2004) bahwa
prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikatorindikator, salah satunya berupa IPK. IPK sering digunakan sebagai prediktor
utama kemampuan mahasiswa. IPK yang rendah memiliki dampak yang kurang
menguntungkan bagi mahasiswa, yakni mahasiswa tidak dapat menyelesaikan
studinya tepat waktu dan bisa dikeluarkan dari perguruan tinggi karena nilai IPK
yang tidak mencukupi (Nugrahasanti, 2006). Rentang IPK dan predikat yang
berlaku di Universitas Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 1. Kategorisasi IPK
IPK
0,00-1,99
2,00-2,75
2,76-3,50
3,51-4,00

Predikat
Tidak Memuaskan
Memuaskan
Sangat Memuaskan
Cumlaude (tidak melebihi batas waktu studi
dan tidak ada nilai D)

(Sumber: Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi USU tahun
2008)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa prestasi akademik dapat diukur melalui IPK. IPK adalah hasil penilaian
yang diperoleh dari hasil tes, tugas-tugas kuliah, dan keaktifan mahasiswa di
dalam kelas.
D. Pengaruh Efikasi Diri terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa yang
Bekerja
Efikasi adalah kemampuan pengaturan diri yang ada dalam diri individu.
Tingkat motivasi, keadaan afeksi, dan tindakan seorang individu lebih didasarkan
pada apa yang diyakininya daripada kenyataan yang ada. Efikasi diri ini dimiliki
oleh setiap individu, akan tetapi kadarnya berbeda dalam tiap diri individu. Efikasi
diri merupakan kemampuan generatif pada sub keahlian kognitif, sosial,
emosional, dan perilaku yang terorganisasi dan secara efektif tersusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Pada mahasiswa yang menjalani perkuliahan sambil
melakukan pekerjaan sampingan, efikasi diri ini sangat penting. Mahasiswa yang
bekerja harus memiliki keyakinan bahwa keputusan yang telah ditetapkannya
akan memiliki akhir yang baik sehingga mahasiswa tersebut akan melakukan
berbagai tindakan yang mendukung dan atau mendorong agar tujuan yang
ditetapkannya tercapai. Ketika mahasiswa memutuskan untuk bekerja, dia harus

Universitas Sumatera Utara

23

yakin pada dirinya bahwa dia bisa mengikuti kegiatan perkuliahan sambil
melakukan pekerjaan sampingan dengan baik. Hal ini sangat penting karena
ketika mahasiswa tersebut yakin, maka dia akan bisa belajar membagi waktu
untuk belajar dan bekerja sampingan sehingga kegiatan ekstra yang dilakukan
tidak membuat prestasi yang dimiliki mahasiswa tersebut menurun. Ada beberapa
pekerjaan sampingan yang umumnya dilakukan oleh mahasiswa, yaitu menjual
pulsa, makanan, pakaian, menjaga toko, menjadi guru les, tutor, asisten
laboratorium, dll. Semua pekerjaan sampingan itu dapat dilakukan karena
waktunya yang fleksibel sehingga ketika ada tugas yang mengharuskan
mahasiswa untuk terjun ke lapangan, mahasiswa tersebut bisa melakukannya
tanpa mengganggu pekerjaan sampingannya tersebut.
Efikasi diri ini memiliki tiga dimensi, yakni dimensi tingkat (level),
keluasaan (generality), dan kekuatan (strength). Pada dimensi tingkat (level),
individu yakin dapat mengerjakan suatu tugas dengan tingkat kesulitan yang
berbeda. Individu yang memiliki keyakinan yang tinggi akan cenderung memilih
tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, ataupun tugas-tugas yang
membutuhkan kompetensi yang tinggi. Pada mahasiswa yang bekerja, pemilihan
keputusan untuk menjalani perkuliahan sambil bekerja merupakan suatu tugas
yang membutuhkan kompetensi yang tinggi sehingga individu tersebut memiliki
keyakinan positif pada dimensi ini. Ketika seorang mahasiswa bekerja, dia akan
menghadapi dua tantangan yakni tantangan dalam menghadapi tugas dan kegiatan
dalam perkuliahan serta tantangan dalam melakukan kerja sampingan. Kedua
tantangan ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, tergantung dengan materi

Universitas Sumatera Utara

24

tugas yang diberikan oleh dosen dan juga jenis pekerjaan sampingan yang
dikerjakan oleh mahasiswa tersebut. Jika mahasiswa ini memiliki keyakinan diri
yang kuat, maka ia akan sanggup mengerjakan dan menyelesaikan beberapa tugas
perkuliahan sekaligus sebelum tenggat waktu tugas tersebut berakhir serta bisa
mengerjakan pekerjaan sampingan lainya tanpa memiliki kendala yang berarti.
Misalnya ketika dia sedang mengerjakan laporan kegiatan perkuliahan, tiba-tiba
ada temannya yang ingin membeli pulsa atau menanyakan tentang harga produk
yang dijualnya, mahasiswa tersebut bisa dengan tenang memberikan respon tanpa
harus mengganggu penyelesaian laporan yang sedang dibuatanya.
Pada dimensi ke dua, yakni keluasan (generality), berkaitan dengan
penguasaan individu terhadap suatu bidang atau beberapa bidang sekaligus untuk
menyelesaikan suatu tugas. Individu yakin dapat menggunakan satu atau beberapa
keahlian yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas. Pada mahasiswa yang
bekerja, kemampuan untuk menguasai beberapa bidang sekaligus menjadi penting
karena adanya peran atau tugas yang harus dikerjakan pada suatu waktu yang
bersamaan. Misalnya ketika ada beberapa tugas perkuliahan yang menumpuk,
maka mahasiswa yang bekerja ini akan mencoba menyesuaikan diri dengan cara
membagi waktu untuk mengerjakan tugas serta menguasai materi perkuliahan
sembari melakukan melakukan pekerjaan sampingannya. Selain harus memahami
dan menguasai materi perkuliahan, mahasiswa ini juga harus memahami dan
menguasai kekurangan dan kelebihan pekerjaan sampingan yang dikerjakannya
agar dapat menyeimbangkan diri saat melakukan kedua hal tersebut dalam waktu
yang bersamaan. Apabila keyakinan yang dimiliki mahasiswa ini tinggi maka ia

Universitas Sumatera Utara

25

akan berusaha menguasai dan mengerjakan tugasnya sebaik mungkin agar tidak
terjadi kesalahan di dalam tugas-tugas yang dikerjakannya walaupun sambil
melakukan pekerjaan sampingan.
Sedangkan pada dimensi yang ke tiga (strength), yakni kekuatan,
menekankan

pada

tingkat

kekuatan

atau

kemantapan

invidu

terhadap

keyakinannya. Individu yang memiliki keyakinan tinggi terhadap hal yang
diyakininya akan berusaha melakukan segala sesuatu yang mendukung
tercapainya tujuan tersebut, maka dari itu diimensi ini dapat dilihat dari hasil yang
telah dicapai individu. Pada mahasiswa yang bekerja, keputusan untuk berkuliah
sambil kerja pasti disertai dengan harapan bahwa kedua kegiatan terserbut bisa
berhasil sehingga untuk mencapai keberhasilan tersebut mahasiswa ini harus
berusaha sebaik mungkin menjalani semua kegiatan kuliah dan melakukan
pekerjaan sampingan secara bersamaan. Hasil akhir dari keyakinan mahasiswa ini
dapat dilihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dicapai oleh
mahasiswa tersebut. Misalnya, mahasiswa bekerja yang memiliki keyakinan
tinggi akan berusaha mengerjakan segala tugas perkuliahan dari yang sederhana
sampai yang paling rumit dan melakukan pekerjaan sampingan walaupun pada
waktu yang bersamaan. Kemudian mahasiswa tersebut akan menggunakan
keahlian-keahlian yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut
sehingga keahlian-keahlian yang dia miliki akan secara tidak langsung terasah dan
akhirnya akan membuat mahasiswa tersebut terampil dalam menggunakan
keahlian-keahlian yang dimilikinya. Dalam proses-proses ini akan terlihat
seberapa kuatnya atau mantapnya keyakinan yang dimiliki mahasiswa dalam

Universitas Sumatera Utara

26

menjalani perkuliahannya. Hasil yang dapat dilihat secara jelas dalam menjalani
perkuliahannya adalah IPK mahasiswa tersebut.
Prestasi akademik merupakan sebuah indikator keberhasilan seorang
mahasiswa

dalam

menjalankan

perkuliahannya.

Suryabrata

(1994)

mendefenisikan prestasi akademik adalah hasil penilaian belajar untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik berusaha belajar dan berlatih. Hal ini dapat
dilihat melalui Indeks Prestasi yang dicapai oleh mahasiswa tersebut. Ketika
seorang mahasiswa tidak mampu dalam memenuhi setiap tuntutan dalam proses
perkuliahan, maka seorang mahasiswa mulai merasa cemas atau mengalami
tekanan yang akan berdampak pada menurunnya prestasi akdemik. Tuntutan
untuk menca