Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Teknik Pemasangan dan Perawatan Kateter Intravena Mencegah Flebitis

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA

MENCEGAH FLEBITIS

Oleh :

ADE INDRIYA

080100206

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA

MENCEGAH FLEBITIS

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ADE INDRIYA

NIM: 080100206

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Teknik Pemasangan dan Perawatan Kateter Intravena Mencegah Flebitis

Nama : Ade Indriya NIM : 080100206

Pembimbing Penguji I

(dr. Akhyar H. Nasution, Sp.An. KAKV) ( dr. Elmeida Effendy, Sp. KJ) NIP: 19600701198702-1-002 NIP: 19720501199903-2-004

Penguji II

(dr. Sri Amelia, M. Kes) NIP: 19740913200312-2-001

Medan, 11 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220-198011-1-001


(4)

ABSTRAK

Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atu vitamin ke dalam tubuh pasien. Lebih dari 80% pasien rawat akut mendapatkan terapi intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pemasangan terapi intravena sebagian besar adalah seorang perawat. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan terapi intravena ini, salah satu komplikasinya tersering adalah flebitis. Kejadian flebitis di berbagai rumah sakit di indonesia sekitar 20-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, penedekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study dan pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Total Sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang , diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis berada dalam kategori baik yaitu sebesar 74,6% dan kategori sedang diperoleh sebesar 25,4%.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara berada pada kategori baik.


(5)

ABSTRACT

Intravenous therapy is one of the treatments used to inject the medicine or vitamin into patient’s body. More than 80 percent of acute hospitalized patient get intravenous therapy as a routine hospital treatment. In a hospital, a nurse is responsible for the installation of intravenous therapy. Oftentimes, problems or complications occur from this intravenous therapy installation, one of the complications is phlebitis. Phlebitis case in various hospitals in Indonesia happens around 20 to 80 percents. The aim of this research is to figure out the level of understanding of nursing faculty student in University of North Sumatera regarding the installation of intravenous therapy to prevent phlebitis.

This research used a descriptive research method, the approach used for the research design is cross sectional study and sampling using Total Sampling technique.

With the total sample of 59 individuals, the result shows that the respondent’s level of understanding about the installation of intravenous therapy prevent phlebitis belongs to the Well category, which is 74 % and the Medium category which is 25.4 %.

From the result mentioned above, we can conclude that the level of understanding of the nursing faculty students in University of North Sumatera belongs to the Well category.

Key words : Knowledge, the nursing faculty students, the installation of intravenous therapy.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Pemasangan dan Perawatan Kateter Intravena”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Akhyar H.Nasution Sp.An.KAKV, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Elmeida Effendi Sp.KJ dan Ibu dr. Sri Amelia M.Kes , selaku dosen penguji yang telah memberikan penilaian terhadap penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu dr. Nurfida Khairina Arrasyid M.Kes sebagai dosen pembimbing akademik yang selama ini telah banyak memberi motivasi dan dukungan kepada saya dalam perkuliahan dan selama pembuatan penelitian ini. 5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

6. Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan dan staf yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ini.

7. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Mangasing Mungkur,SH.MM


(7)

dan ibunda Hj. Ramilla Napitupulu atas doa, perhatian, dan dukungan yang tidak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya. Juga kepada saudaraku bang Wirya Dinata, kak dr.Goestrya Ernesty, bang Aditiya Warman terima kasih atas dukungan dan perhatian yang diberikan. 8. Sahabat-sahabat saya, Haris, Bebe, Nurul, Debbie, Wulan, Devie, Meme

yang setia menemani dan memerikan motivasi kepada saya.

9. Teman-teman saya, Tical, Tami, Ratna, Astrid, Rizal, Ichan, Febrine telah banyak membantu saya dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Serta terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan, Edwin Silitonga dan Ibrahim Tanaka atas kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 17 Desember 2011 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Rumusan Masalah...2

1.3.Tujuan Penelitian ...3

1.4.Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1.Terapi Intravena...4

2.1.1. Definisi Terapi Intravena ...4

2.1.2. Alat dan Bahan Terapi Intravena...4

2.1.3. Ukuran Kateter Intravena ...5

2.1.4. Pemilihan Akses Vena ...5

2.1.5. Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Penusukan Vena ...8

2.1.6. Persiapan Psikologis ...8

2.1.7. Tehnik Pemasangan Infus ...9

2.1.8. Komplikasi Terapi Intravena ...10

2.1.9. Perhitungan Kecepatan Cairan Intravena ...10

2.2.Flebitis...11

2.2.1. Definisi ...11

2.2.2. Jenis-Jenis Flebitis...11

2.2.3. Pencegahan Terjadinya Flebitis ...13

2.2.4. Penanganan ...13

2.2.5. Pola Pengobatan ...14

2.3.Konsep Dasar Pengetahuan ...14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...19


(9)

3.2.Definisi Operasional ...19

BAB 4 METODE PENELITIAN ...21

4.1.Jenis Penelitian ...21

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ...21

4.2.1. Waktu Penelitian ...21

4.2.2. Tempat Penelitian ...21

4.3.Populasi dan Sampel ...21

4.3.1. Populasi ...21

4.3.2. Sampel ...21

4.4.Teknik Pengumpulan Data ...22

4.4.1. Data Primer ...22

4.4.2. Data Sekunder ...22

4.5.Pengolahan dan Analisisi Data ...22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...23

5.1. Hasil Penelitian ... ..23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... ..23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel...23

5.2. Pembahasan ... ..24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...27

6.1. Kesimpulan ... ..27

6.2. Saran ... ..27

DAFTAR PUSTAKA...28


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Vena pada Tangan 7


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Ukuran, warna dan kecepatan aliran dari Kateter Intravena 5 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur

dan Skala Ukur

19

5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa berdasarkan Tingkat Pengetahuan

23


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Surat Persetujuan Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Lampiran 5 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atu vitamin ke dalam tubuh pasien. Lebih dari 80% pasien rawat akut mendapatkan terapi intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pemasangan terapi intravena sebagian besar adalah seorang perawat. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan terapi intravena ini, salah satu komplikasinya tersering adalah flebitis. Kejadian flebitis di berbagai rumah sakit di indonesia sekitar 20-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, penedekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study dan pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Total Sampling.

Dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang , diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis berada dalam kategori baik yaitu sebesar 74,6% dan kategori sedang diperoleh sebesar 25,4%.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara berada pada kategori baik.


(14)

ABSTRACT

Intravenous therapy is one of the treatments used to inject the medicine or vitamin into patient’s body. More than 80 percent of acute hospitalized patient get intravenous therapy as a routine hospital treatment. In a hospital, a nurse is responsible for the installation of intravenous therapy. Oftentimes, problems or complications occur from this intravenous therapy installation, one of the complications is phlebitis. Phlebitis case in various hospitals in Indonesia happens around 20 to 80 percents. The aim of this research is to figure out the level of understanding of nursing faculty student in University of North Sumatera regarding the installation of intravenous therapy to prevent phlebitis.

This research used a descriptive research method, the approach used for the research design is cross sectional study and sampling using Total Sampling technique.

With the total sample of 59 individuals, the result shows that the respondent’s level of understanding about the installation of intravenous therapy prevent phlebitis belongs to the Well category, which is 74 % and the Medium category which is 25.4 %.

From the result mentioned above, we can conclude that the level of understanding of the nursing faculty students in University of North Sumatera belongs to the Well category.

Key words : Knowledge, the nursing faculty students, the installation of intravenous therapy.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit akan di lakukan pemasangan kateter intravena. Pemasangan kateter intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. Namun tidak jarang banyak dampak yang terjadi pada pemasangan terapi ini. Baik dalam proses pemasangan maupun dalam proses perawatannya.

Lebih dari 80 % pasien rawat akut mendapatkan pemasangan kateter intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan kateter intravena ini. Mayoritas masalah yang berhubungan dengan intervena (IV) terletak pada sistem infus atau tempat penusukan vena. Infeksi ataupun komplikasi lokal bisa terjadi akibat pemasangan infus. Adanya terapi ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi antara lain yaitu flebitis. Biasanya disebabkan karena teknik pemasangan, kondisi pasien, kondisi vena, jenis pH obat dan cairan, filtrasi, serta ukuran, panjang serta materi (bahan) selang infus (Steven and Anderson, 2003 dalam Gayatri dan handiyani, 2007).

Kejadian flebitis di rumah sakit bekisar antara 20-80 %. Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis mungkin disebabkan penelitian yang berkaitan dengan terapi intravena dan publikasinya masih jarang. Contohnya angka kejadian flebitis di salah satu rumah sakit di Jakarta didapatkan 10 %. Angka tersebut memang tidak terlalu besar namun masih di atas standart yang ditetapkan oleh Intravenous Nurses Society (INS) 5% (Pujasari dan Sumawarti, 2002).

Di Sumatera Utara telah dilakukan penelitian sebelumnya melalui rekam medik tentang prevalensi kejadian flebitis di Rumah Sakit Haji Medan kurang


(16)

lebih 20 orang yang mengalami flebitis dari 98 orang (19,6%) pasien yang dilakukan pemasangan infus (Masdalifa, 2006)

Secara sederhana flebitis adalah peradangan. Flebitis berat hampir selalu diikuti dengan bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit. Kondisi demikian dikenal sebagai Tromboflebitis. Adapun gejala klinis lainnya yang ditemukan pada kasus flebitis adalah nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan, eritema, hangat dan tampak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan peradangan, infeksi dan/atau trombosis.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya flebitis adalah faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan, faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi, faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni: diabetes melitus, infeksi, luka bakar). Suatu penyebab yang sering luput perhatian adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan penggunaan filter. Maka dalam hal ini, perawat yang bertanggung jawab terhadap terapi intravena harus memperhatikan faktor-faktor di atas sebelum melakukan terapi agar tidak timbul komplikasi yang merugikan pasien (Sugiarto A, 2007).

Dalam teknik pemasangan kateter intravena selalu diinstruksikan oleh dokter tapi perawatlah yang bertanggung jawab pada pemberian dan mempertahankan perawatan kateter intravena tersebut pada pasien. Perawat juga bertanggung jawab memasang, memonitor serta mengajarkan pada pasien hal-hal yang berkaitan dengan terapi intravena. Fungsi perawat lainnya adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Menurut Undang-Undang RI. No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan atau kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan (Ali Z, 2001).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan “Apakah mahasiswa keperawatan Univeristas Sumatera Utara


(17)

mengetahui tehnik pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah terjadinya flebitis?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang tehnik pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah flebitis.

1.3.2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang

1. Teknik pemasangan dan perawatan kateter intravena atau infus yang benar. 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemasangan dan perawatan

intravena.

3. komplikasi yang bisa terjadi akibat pemasangan kateter intravena. 4. faktor yang menyebabkan flebitis.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Memberikan evaluasi tentang pengetahuan mahasiswa keperawatan

Universitas Sumatera Utara apakah diperlukan bimbingan lebih dalam mencegah komplikasi tersebut.

2. Memberikan informasi kepada mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang pencegahan flebitis akibat terapi intravena.

3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan mengenai pencegahan terjadinya komplikasi akibat pemasangan kateter intravena.

4. Memberikan masukan kepada rumah sakit untuk mengambil kebijakan baru dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terapi Intravena 2.1.1. Definisi

Pemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat.

Pemasangan kateter intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi. (World Health Organization, 2005).

2.1.2. Alat dan Bahan

Dalam melakukan pemasangan infus dibutuhkan alat dan bahan yang sebelumnya harus dipersiapkan terlebih dahulu.

1. Sarung tangan nonsteril.

2. Kateter plastik yang menyelubungi jarum (jarum infus). 3. Larutan IV untuk cairan.

4. Papan lengan (pilihan). 5. Slang infus.

6. Tiang IV (yang diletakkan di tempat tidur atau berdiri sendiri dengan roda) atau pompa IV.

7. Paket atau perlengkapan pemasangan IV, termasuk torniket (atau manset tekanan darah); plester-dengan lebar 2,5 cm (atau lebar plester 5 cm), potong); kapas alkohol (atau antiseptik yang telah direkomendasikan oleh institusi, seperti povidone); balutan kasa berukuran 5x5 cm; plester perekat ; label perekat.


(19)

9. Handuk atau penglindung linen (Smith dan Johnson Y, 2010).

2.1.3. Ukuran Kateter Intravena

Untuk pemilihan kateter, pilihlah alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar.

Warna,Ukuran Kateter dan Kecepatan Alirannya

Tabel 2.1 (Scales K, 2005)

2.1.4. Pemilihan Akses Vena Anatomi

Pembuluh darah yaitu arteri dan vena terdiri dari beberapa lapisan,masing-masing dengan struktur dan fungsi khusus.

1. Tunika intima

Merupakan lapisan paling dalam dan berkontak langsung dengan aliran vena. Lapisan ini dibentuk oleh lapisan tunggal sel-sel endotel yang menyediakan permukaan yang licin dan bersifat nontrombogenik. Pada lapisan ini terdapat katup, tonjolan semilunar, yang membantu mencegah refluks darah.

Kerusakan lapisan ini dapat terjadi akibat kanulasi traumatik, iritasi oleh alat yang kaku atau besar, serta cairan infus dan partikel yang bersifat iritan.

2. Tunika media Gauge size Catheter length(mm) Catheter colour Flow rate ml/min(H2O) Flow rate l/hr(H2O) Flow rate ml/min(blood)

22 25 Blue 42 2.5 24

20 32 Pink 67 4.0 41

18 32 Green 103 6.2 75

18 45 Green 103 6.2 63

16 45 Grey 236 14.2 167


(20)

Merupakan lapisan tengah, terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serabut muskular dan elastis. Jaringan ikat ini memungkinkan vena mentoleransi perubahan tekanan dan aliran dengan menyediakan rekoil elastis dan kontraksi muskular.

3. Tunika adventisia

Merupakan lapisan terluar, terdiri dari serabut elastis longitudinal dan jaringan ikat longgar (Dougherty L, 2008).

Vena perifer atau superfisial terletak di dalam fasia subkutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.

1. Metakarpal (gambar 2.1)

Titik mulai yang baik untuk kanulasi intravena. 2. Sefalika (gambar 2.1)

Berasal dari bagian radial lengan. Sefalika aksesorius dimulai pada pleksus belakang lengan depan atau jaringan vena dorsalis.

3. Basilika (gambar 2.1)

Dimulai dari bagian ulnar jaringan vena dorsalis, meluas ke permukaan anterior lengan tepat di bawah siku di mana bertemu vena mediana kubiti. 4. Sefalika mediana (gambar 2.2)

Timbul dari fossa antekubiti. 5. Basilika mediana (gambar 2.2)

Timbul dari fossa antekubiti, lebih besar dan kurang berliku-liku daripada sefalika.

6. Anterbrakial mediana (gambar 2.2)

Timbul dari pleksus vena pada telapak tangan, meluas ke arah atas sepanjang sisi ulnar dari lengan depan (Snell, 2006).


(21)

Lokasi Insersi pada Vena Ekstremitas Atas

Gambar 2.1 Gambar 2.2

(Sumber: Scales K, 2005)

Pemilihan

Adapun pemilihan vena untuk tempat insersi dilakukan sebelum melakukan pemasangan infus berbeda-beda(Weinstein, 2001).

1. Pada orang dewasa pemasangan kanula lebih baik pada tungkai atas dan pada tungkai bawah

2. Vena tangan paling sering digunakan untuk terapi IV yang rutin.

3. Vena depan, periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat. 4. Vena lengan atas, juga digunakan untuk terapi IV.

5. Vena ekstremitas bawah, digunakan hanya menurut kebijaksanaan institusi.

6. Vena kepala, digunakan sesual kebijaksanaan institusi, sering dipilih pada bayi dan anak.


(22)

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sisi Penusukan Vena

Pemilihan tempat insersi untuk penusukan vena juga harus teliti karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat insersi yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi.

a. Umur pasien; misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV perifer berakhir.

b. Prosedur yang diantisipasi; misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruhi apapun.

c. Aktivitas pasien; misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak dan perubahan tingkat kesadaran.

d. Jenis IV: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimus (mis: hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer).

e. Terapi IV sebelumnya; flebitis sebelumnya membuat vena tidak baik untuk digunakan: Kemoterapi membuat vena menjadi buruk (mudah pecah ata sklerosis).

f. Sakit sebelumnya; misalnya jangan digunakan ekstrimitas yang sakit pada pasien stroke.

g. Kesukaan pasien; jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan.

h. Torniquet; gunakan 4 sampal 6 inci diatas sisi pungsi yang diinginkan. i. Membentuk genggaman; minta pasien membuka dan menutup genggaman

berulang-ulang.

j. Posisi tergantung; gantung lengan pada posisi menggantung (misalnya dibawah batas jantung).

k.

2.1.6. Persiapan Psikologis Pada pasien

Kondisi pasien perlu diperhatikan sebelum dilakukannya pemasangan infus, sebaiknya lakukan komunikasi dan persiapan yang baik sebelum


(23)

pemasangan guna agar pasien tidak cemas saat dilakukan pemasangan infus, adapun persiapan psikologis pada pasien (Weinstein, 2001).

a. Jelaskan prosedur sebelum melakukan dan berikan penyuluhan jika diperlukan.

b. Berikan instruksi tentang perawatan dan keamanan IV. c. Gunakan terapi bermain untuk anak kecil.

d. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan atau masalah.

2.1.7. Pemasangan infus

Pelaksanaan dalam pemasangan infus harus dilaksanakan sebaik-baiknya guna menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan (Smith dan Johnson Y, 2010).

Berikut cara umum dalam pemasangan infus:

1. Persiapkan alat dan bahan seperti tiga buah potongan plester sepanjang 2,5 cm. Belah dua salah satu plester sampai ke bagian tengah, jarum atau kateter, kapas alkohol atau antiseptik.

2. Sambungkan cairan infus dengan infus set terlebih dahulu dan periksa tidak ada udara pada infus set.

3. Pasang torniket pada daerah proksimal vena yang akan dikaterisasi 60-80 mmHg.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

5. Pilih vena yang akan dilakukan pemasangan, untuk anak-anak lakukan teknik transiluminasi untuk mendapatkan vena.

6. Dengan kapas alkohol atau antiseptik yang tepat, bersihkan tempat insersi dan biarkan hingga mengering.

7. Dorong pasien untuk tarik nafas dalam agar pasien relaksasi dan nyaman. 8. Masukkan kateter ke vena sejajar dengan bagian terlurus vena, tusuk kulit

dengan sudut 30-45 derajat, setelah keluar darah pada ujung kateter, tarik sedikit jarum pada kateter, dorong kateter sampai ujung, dan ditekan ujung kateter dengan 1 jari.


(24)

10. Sambungkan kateter dengan cairan infus. 11. Lakukan fiksasi dengan plester atau ikat pita.

12. Lakukan monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya tempat insersi)

13. Mencatat waktu, tanggal dan pemasangan ukuran kateter

2.1.8. Komplikasi terapi intravena

Teknik pemasangan terapi intravena harus dilakukan sebaik-baiknya, adapun faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi harus dapat dicegah semaksimal mungkin. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada pemasangan infus (Weinstein, 2001).

1. Flebitis disebabkan oleh alat intravena, obat-obatan, dan/atau infeksi 2. Infiltrasi disebabkan oleh alat intravena keluar dari vena, dengan

kebocoran cairan kedalam jaringan sekitarnya.

3. Emboli udara disebabkan karena masuknya udara kedalam sistem vaskular 4. Emboli dan kerusakan kateter disebabkan karena kateter rusak pada

hubungan dan kehilangan potongan kateter ke dalam sirkulasi.

5. Kelebihan dan bebn sirkulasi disebabkan karena infus cairan terlalu cepat (anak-anak dan lansia lebih rentan).

6. Reaksi pirogenik disebabkan karena kontaminasi peralatan interavena dan larutan yang digunakan degan bakteri.

2.1.9. Perhitungan kecepatan cairan intravena

Jenis dan jumlah cairan yang akan diberikan kepada pasien adalah atas peresepan dari seorang dokter. Set pemberian yang digunakan untuk jumlah tetes per ml, disebut faktor tetes. Sangat penting untuk memberikan infus dalam periode waktu yang tepat untuk mencegah kelebihan atau kekurangan infus. (Johnson R dan Taylor W, 2004).

Jenis infus set yang digunakan dalam pemasangan terapi intravena ada dua yaitu makro drip dan mikro drip. Kedua jenis infus set ini memiliki jumlah tetes atau faktor tetes yang berbeda per ml.


(25)

1. Makro drip: 20 tetes/cc 2. Mikro drip: 60 tetes/cc

Rumus di bawah ini digunakan untuk mengitung jumlah tetesan cairan yang dibutuhkan seorang pasien permenit:

Volume cairan yang dibutuhkan (ml) x jumlah tetesan/ml (faktor tetes) Waktu pemberian infus yang diperlukan dalam menit

2.2 Flebitis

2.2.1. Definisi Flebitis

Flebitis adalah peradangan pada dinding vena akibat alat intravena, obat-obatan, atau infeksi. Tanda dan gejala yang timbul adalah kemerahan, bengkak, nyeri tekan, atau nyeri pada sisi intravena. Pasien juga dapat mengalami jalur kemerahan pada lengannya (Weinsten, 2001).

Flebitis berat ditandai dengan adanya peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah, hal ini disebut Tromboflebitis (Smeltzer S.C dan Bare B.G, 2002).

2.2.2. Jenis-jenis flebitis

Ada tiga klasifikasi dari flebitis dan berikut jenis-jenis flebitis serta tindakan perawatan untuk mencegah flebitis.

1. Flebitis Mekanik

Flebitis jenis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan penempatan kanula, ukuran kanula yang terlalu besar dibandingkan dengan ukuran vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, manipulasi berlebihan terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontol. flebitis mekanik terjadi cedera pada tunika intima vena.

Tindakan keperawatan untuk mencegah flebitis adalah:

a. Lakukan teknik insersi kanula secara benar. Untuk menghindari cedera pada saat pemasangan kanula perawat harus memiliki pengetahuan dasar dan pengalaman yang memadai dalam pemberian terapi intravena. Idealnya harus ada perawat teregistrasi atau perawat yang sudah


(26)

mendapatkan penyuluhan khusus tentang terapi IV atau sudah mendapatkan sertifikat spesialis.

b. Lakukan pemilihan lokasi secara benar, hindari vena pada area fleksi atau lipatan atau ekstreminitas dengan pergerakan maksimal. Pilih vena yang besar, lurus, panjang dan tidak rapuh. Vena yang dianjurkan adalah vena metakarpal, vena sefalika, vena basalika, vena ante brakial medialis. Hindari pemilihan vena yang sudah mengeras (hematom).

c. Lakukan pemilihan kanula secara tepat. Gunakan kanula dengan ukuran paling pendek dan diameter paling kecil. Sesuaikan dengan umur, keperluan dan lamanya terapi semakin besar nomor, maka semakin kecil ukuran panjang dan diameter. Ukuran sediaan kanula dan mulai 16, 18, 20, 22, 24 dan 24 digunakan untuk neonatus, bayi dan anak. No. 16. 18, 20 digunakan pada dewasa.

d. Perhatikan stabilitas kanula, dapat dilakukan dengan fiksasi kanula yang adekuat dengan menggunakan yang kurang kuat memungkinkan gerakan keluar masuknya kanula dan goresan ujung kanula pada lumen vena. 2. Flebitis Kimiawi

Flebitis ini berkenaan dengan respon tunika intima terhadap osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH dan osmolaritas atau obat juga karena sifat kimia bahan kanula yang digunakan.

a. Pastikan pH dan osmolaritas cairan atau obat, pH normal darah adalah 7,35-7,45 sehingga pH dan osmolaritas cairan atau obat yang Iebih rendah atau tinggi menjadi faktor predisposisi iritasi vena. Lakukan pengenceran maksimal pada pemberian obat injeksi, karena campuran obat dapat dapat meningkatkan resiko flebitis. Perhatikan kecepatan tetesan infus, tetesan lambat menyebabkan absorbsi lambat dengan hemodilusi yang lebih kecil. b. Gunakan produk kanula yang non flebitogenik, meskipun belum dapat

dipastikan jenis apa yang betul-betul mencegah flebitis. Pilih kanula yang bersifat elastis dan permukaannya lembut.

3. Flebitis Bakterial


(27)

Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:

a. Cuci tangan sebeluin dan sesudah melakukan tindakan. Prosedur baku dalam pemasangan adalah menggunakan sarung tangan pada saat melakukan pungsi vena.

b. Gunakan kassa dan sarung tangan bersih. Periksa keutuhan kemasan infus set dan cairan serta tanggal kadaluarsanya.

c. Lakukan persiapan area dengan teknik aseptik dan antiseptik. d. Observasi secara teratur tanda-tanda flebitis minimal tiap 24 jam.

e. Bersihkan dan ganti balutan infus tiap 24 jam atau kurang bila balutan rusak.

Ganti sistem infus setiap 48-72 jam dan tandai tanggal pemasangan serta penggantian balutan (Pujasari, 2002 dalam Sugiarto, 2007).

2.2.3. Pencegahan terjadinya flebitis

Beberapa cara untuk mencegah timbulnya flebitis pada pemasangan terapi intravena adalah:

1. Menggunakan teknik aseptik yang ketat pada pemasangan dan manipulasi sistem intravena keseluruhan.

2. Plester hubungan kanula dengan aman untuk menghindari gerakan dan iritasi vena selanjutnya.

3. Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika mungkin; obat-obatan terlarut dalam jumlah larutan maksimum.

4. Rotasi sisi intravena setiap 48-72 jam untuk membatasi iritasi dinding vena oleh kanula atau obat-obatan.

5. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi. 6. Observasi tanda atau reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain.

2.2.4. Penanganan flebitis

Penangan awal yang dilakukan jika ada timbul tanda-tanda flebitis adalah 1. Lepaskan alat intravena.


(28)

3. Beritahu dokter.

4. Berikan kompres panas pada ekstremitas. 5. Kaji nadi distal terhadap area yang flebitis.

6. Hindari pemasangan intravena berikutnya di bagian distal vena yang meradang (Weinstein, 2001).

2.2.5. Pola pengobatan

Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.

Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika ada infeksi) (Sambas S.A, 2011).

2.3. Konsep Dasar Pengetahuan 2.3.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, pengrabaan, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).


(29)

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. kata kerja untuk mengukur orang tahun tentang apa yang dipelajari misalnya adalah menyebutkan atau menyatakan.

2. Memahami (comprehension)

memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.


(30)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu strukstur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dan kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmojo,2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojo, 2003, ada dua faktor internal dan eksternal:

Faktor Internal 1. Umur

Singgih D. Gunarsono (1990), mengemukaan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika umur belasan tahun, selain itu Abu Ahmad (1990), juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur dan uraian data.


(31)

2. Intelegensi

Sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi bagi sesorang merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997).

3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Sedangkan menurut (Weed Harry. 1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. 4. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memperoleh pengalaman yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmojo, 2003).

Faktor Eksternal 1. Informasi

Menurut (Wied Harry : 1996), informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang itu mempunyai pendidikan yang rendah jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya: TV, radio atau surat kabar maka hal ini akan meningkatkan pengetahuan seseorang.

2. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, lingkungan memberikan pengaruh sosial pertama bagi sesorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan


(32)

seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Notoatmojo, 2003).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Tingkat pengetahuan pemasangan dan perawatan kateter

intravena

3.1Skema Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmojo, 2005).

1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dari mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang pemasangan terapi intravena mencegah timbulnya flebitis. 2. Mahasiswa keperawatan

Calon perawat yang memiliki ilmu dasar tentang teknik pemasangan terapi intravena mencegah timbulnya flebitis.

3. Terapi intravena

Terapi yang digunakan dalam proses perawatan kesehatan dengan memasukkan sejumlah cairan melalui jarum langsung ke tubuh seorang pasien.

4. Flebitis

Salah satu komplikasi yang terjadi dalam pemasangan kateter intravena dengan timbulnya tanda peradangan pada dinding vena.


(34)

Tabel 3.1 Variabel, Definisi operasional, Alat ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur

Pengetahuan Pengetahuan mahasiswa

keperawatan tentang pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah flebitis

Kuesioner Baik, apabila menjawab benar >75%

Sedang, apabila menjawab benar 40-75%

Kurang, menjawab benar <40%

Ordinal

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

- Skor 11 hingga 15 :Baik

- Skor 6 hingga 10 :Sedang


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study yang menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan S1 Universitas Sumatera Utara Semester 2008 angkatan akhir tentang pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah flebitis.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2011.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, alasannya karena mahasiswa masih melakukan proses pembelajaran di tempat ini.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan S1 Universitas Sumatera Utara semester 2008 angkatan akhir yang masih aktif melakukan proses pembelajaran di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah seluruh populasi (total populasi) mahasiswa keperawatan S1 Universitas Sumatera Utara semester 2008 angkatan akhir yang masih aktif dalam proses pembelajaran di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(36)

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari jawaban kuesioner responden mengenai pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah terjadinya flebitis.

4.4.2. Data Sekunder

Data senkunder adalah data yang didapatkan dari pihak fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa keperawatan S1 semester 2008 angkatan akhir yang masih aktif.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi, menggunakan program komputer SPSS 17.0 (Statistical Product and Service Solutions) dan akan disajikan dalam tabel dan diagram.

SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.


(37)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang terletak di dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara. Fakultas Keperawatan berada di jalan Prof. Maas 3, dan Universitas Sumatera Utara berada di Jalan Dr. Mansur No. 9.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Terdapat 59 mahasiswa yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan mahasiswa, gambaran karakteristik yang diamati adalah tingkat pengetahuan.

5.1.2.1. Tingkat Pengetahuan

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Jumlah %

Baik 44 74.6

Sedang 15 25.4

Total 59 100.0

Dari tabel 5.1. terlihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa yang paling banyak ialah baik yakni berjumlah 44 orang (74.6%) dan tingkat pengetahuan yang paling sedikit ialah sedang yakni berjumlah 15 orang (25.4%).


(38)

Tabel 5.2. Distribusi Jawaban Mahasiswa

No. Pertanyaan Benar Salah

N % N %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Indikasi pemasangan infus Definisi intravena

Kondisi dilakukannya terapi intravena Komplikasi pemasangan infus

Pengertian flebitis Klasifikasi flebitis

Pengaruh kejadian flebitis Gejala flebitis

Penyebab flebitis Radang infeksi bakteri Tindakan mencegah flebitis Tindakan keperawatan Pemilihan kanula

Prosedur pemasangan infus Perawatan infus 57 49 53 46 34 42 40 56 51 55 41 56 46 58 50 96.6 83,0 89,8 77.9 57.6 71.2 67.7 94.9 86.4 93.2 69.5 94.9 77.9 98.3 84.7 2 10 6 13 25 17 19 3 8 4 18 3 13 1 9 3.4 16.9 10.2 22.0 42.4 28.8 32.2 5.1 13.5 6.8 30.5 5.08 22.0 1.7 15.3

Dari tabel 5.2. di atas terlihat bahwa pertanyaan yang paling banyak benar ialah pertanyaan keempat belas yakni berjumlah 58 orang (98,3%) dan pertanyaan kedua belas yakni 56 orang (94,9%). Pertanyaan yang paling banyak salah adalah pertanyaan kelima yakni 25 orang (42,4%).

5.2. Pembahasan

Pemasangan kateter intravena lazimnya dilakukan dalam penanganan pada pasien di rumah sakit. Dalam pemasangan kateter intravena dibutuhkan orang-orang yang sudah terlatih, sebagian besar yang melakukan tindakan pemasangan terapi intravena di rumah sakit adalah seorang perawat tapi atas perintah seorang dokter (Ali Z, 2001).


(39)

Berdasarkan data diatas pada tabel 5.1. dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan dalam pemasangan kateter intravena yaitu baik sebanyak 44 orang (74,6%).

Menurut data yang diperoleh peneliti, kebanyakan mahasiswa sudah memiliki pengetahuan dengan kategori baik tetapi masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki pengetahuan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang (25,4%). Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan umur, tingkat pendidikan maupun jenis kelamin karena data yang diperoleh berasal dari responden yang masih dalam kategori umur dan tingkat pendidikan yang setara.

Menurut penelitian sebelumnya yang meneliti tentang tingkat pengetahuan perawat dalam memasang dan merawat kateter intravena mencegah timbulnya flebitis di Ruang Mawar RSUD Mojokerto, dari 15 orang sampel didapat hasil bahwa tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (60%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 4 orang (27%) dan tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 2 orang (13%) (Sugiarto, 2007).

Pengetahuan dan tindakan dalam melakukan suatu pekerjaan harusnya sejalan agar mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan. Pengetahuan yang didapat tersebut harusnya di terapkan sesuai ilmu yang telah di pelajari sebelumnya (Notoadmojo, 2007).

Selain pengetahuan, sikap dan tindakan juga berpengaruh dalam proses pelaksanaan pemasangan terapi intravena. Sikap dan tindakan perawat yang kurang hati-hati, kurang teliti, dan ragu-ragu dalam melakukan pemasangan terapi intravena bisa menjadi alasan terjadinya kejadian flebitis di rumah sakit. Semakin baik (hati-hati, teliti, dan tidak ragu-ragu) sikap dan tindakan seorang perawat di dalam pemasangan terapi intravena akan semakin kecil tingkat kejadian flebitis pada pasien.

Menurut penelitian sebelumnya yang telah ada tentang kejadian flebitis di salah satu rumah sakit di Sumatera Utara yaitu Rumah Sakit Haji Medan bahwa tingkat kejadian flebitis akibat pemasangan terapi intravena cukup tinggi di tahun 2006, dari 100 sampel yang diteliti terdapat kejadian flebitis sebanyak 52 orang


(40)

(52%) dan yang tidak mengalami flebitis sebanyak 48 orang (48%) (Masdalifa, 2006).

Dari ketiga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat ataupun calon perawat dan tingkat kejadian flebitis yang cukup tinggi di rumah sakit tidak sejalan. Pengetahuan perawat dalam pemasangan kateter intravena mencegah flebitis sudah cukup baik sedangkan angka kejadian flebitis akibat pemasangan kateter intravena masih cukup tinggi. Hal ini diduga bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit belum begitu memahami dalam melakukan pemasangan terapi intravena, meskipun pengetahuannya sudah cukup baik tapi tidak diterapkan dalam melakukan tindakan tersebut. Maka, seharusnya dilakukan pemantauan lebih khusus lagi dalam sikap dan tindakan seorang perawat melakukan pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi yang salah satunya yaitu flebitis.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah penulis lakukan, kesimpulan yang didapat adalah:

Mahasiswa mempunyai pengetahuan dengan kategori baik sebesar 74.6% dan pengetahuan dengan kategori sedang sebesar 25.4% serta tidak ada mahasiswa yang mempunyai pengetahuan dengan kategori kurang.

6.2. Saran

Walaupun kebanyakan mahasiswa sudah memiliki pengetahuan yang baik, peneliti menyarankan agar:

1. Masih perlunya ditingkatkan pengetahuan tentang pemasangan dan perawatan kateter intravena, karena angka kejadian timbulnya komplikasi dalam pemasangan intravena masih cukup banyak sehingga diharapkan pengetahuan yang baik dalam melakukan tindakan tersebut untuk mencegah timbulnya komplikasi.

2. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang pengetahuan pemasangan terapi itravena mencegah flebitis hendaknya menggunakan metode penelitian yang lain dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga hasilnya lebih baik lagi dan lebih akurat.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H.A., 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika, 10-15.

Dougherty, L., 2008. Akses Vena Sentral: Perawatan dan Tata Laksana. Jakarta: Erlangga, 6-21.

Gayatri, D., Handayani, H., 2007. Hubungan Jarak Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Terhadap Waktu Terjadinya Flebitis. Jurnal Keperawatan Universitas Indonesia, Volume 11, No.1, hal 1-5. Available from: repository.ui.ac.id/.../6700d2fb60561ed49a0e7b1dc8723c59f6dd9a32.pdf

[accessed 25 Maret 2011]

Johnson, R., Taylor, W., 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC, 321-329.

Masdalifa, 2006. Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Phlebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6809 [accessed 20 Maret 2011].

Notoatmojo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-3. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 127-130.

Notoatmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(43)

Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 139-142

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik. Ed-6. Jakarta: EGC, 452-480

Sugiarto, A., 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam (Memasang dan Merawat Infus) Terhadap Kejadian Flebitis di Bapelkes Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Available from: http://skripsi-d-3-perawat.blogspot.com/ [accessed 25 Maret 2011].

Scales, K., 2005, Vascular access: a guide to peripheral venous canulation. Available from: http://www.medifix.org./Files/ivc%20guide%20to%20cannul ate.pdf [Accessed 20 Maret 2011].

Smith, J., Johnson, J.Y. 2010. Prosedur Klinis Keperawatan. Ed-5. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed-8.Jakarta: EGC. Hal: 909.

Weinstein, S.M., 2001. Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC.

World Health Organization (WHO), 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakata: EGC. 68-70.


(44)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ade Indriya

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari 1991

Agama : Islam

Alamat : TASBI blok J No. 12, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Bhayangkari Medan (1997-2003) 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2003-2006) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (2006-2008)

Riwayat Pelatihan : -

Riwayat Organisasi :


(45)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Ade Indriya adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Pemasangan Terapi Intravena Mencegah Flebitis”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga anda bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika anda bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2011

Peneliti,


(46)

LAMPIRAN 3

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian :Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Pemasangan dan Perawatan Kateter Intravena Mencegah Flebitis

Nama Peneliti Utama : ADE INDRIYA

Jenis Penelitian : Deskriptif dengan desain Cross Sectional Jangka Waktu Penelitian : Oktober-November 2011

Instansi Penelitian : Fakultas Keperawatan USU

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai subjek penelitian.


(47)

( )

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan USU Tentang Pemasangan Terapi Intravena Mencegah Flebitis

A. Karakteristik Responden

1. Nomor Responden* :

2. Nama :

3. Umur :

4. Tingkat Pendidikan** :

1. Stambuk 2007 2. Stambuk 2008

Keterangan *)diisi oleh peneliti **)pilih salah satu sesuai status anda

B. Pengetahuan

1. Manakah yang benar dalam indikasi pemasangan infus? a. Dilakukan atas dasar setia pada pasien yang masuk RS

b. Hanya dilakukan untuk tindakan pengobatan dan atau kepentingan diagnostik

c. Setiap tindakan saat pasien berobat

2. Manakah yang paling tepat dari definisi Pemasangan kateter intravena? a. Memasukkan sejumlah cairan ke dalam kulit

b. Memberikan pengobatan dengan sejumlah cairan pada pasien c. Memasukkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien


(48)

3. Kondisi apa saja yang menyebabkan dilakukannya pemasangan kateter intavena pada pasien?

a. Tidak dapat menelan, tidak sadar b. Dehidrasi, syok

c. A dan B benar

4. Manakah dari dibawah ini yang juga merupakan komplikasi dari pemasangan infus

a. Infiltrasi b. Emboli udara c. A dan B benar

5. Menurut anda apa pengertian flebitis?

a. Flebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang merupakan komplikasi pada pemberian terapi intravena

b. Flebitis adalah peradangan pada aliran darah vena yang merupakan komplikasi pada pemberian terapi intravena

c. Flebitis adalah peradangan pada aliran darah arteri yang merupakan komplikasi pada pemberian terapi intravena

6. Klasifikasi flebitis berdasarkan penyebab yaitu? a. Flebitis mekanik, kimiawi, bakterial

b. Flebitis mekanik, kimiawi, infeksi c. Flebitis biologis, mekanik, kimiawi

7. Yang benar dalam mempengaruhi kejadian flebitis adalah

a. Pengenceran obat injeksi yang tidak maksimal terutama antibiotik b. Fiksasi yang kurang adekwat


(49)

8. Tanda-tanda gejala flebitis adalah? a. Bengkak, tidak ada nyeri

b. Tidak ada bengkak, hanya nyeri

c. Bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri

9. Manakah yang bisa menyebabkan terjadinya flebitis? a. Cemas, kebersihan dari pemasangan infus, tetesan infus b. Cemas, penusukan jarum

c. Gugup fiksasi

10.Merupakan radang pada vena yang berkaitan dengan infeksi bakteri adalah? a.Flebitis mekanik

b.Flebitis bakteri c.Flebitis kimiawi

11.Yang salah dalam tindakan keperawatan untuk mencegah flebitis adalah? a. Memberikan kanula yang lebih besar dari vena

b. Melakukan teknik insersi kanula secara benar

c. Melakukan pemilihan lokasi secara benar dan pemilihan kanula yang tepat memperbaiki stabilisasi kanula

12.Yang benar dalam tindakan keperawatan adalah?

a. Tidak perlu menggunakan sarung tangan, hanya mencuci tangan saja b. Membersihkan dan ganti balutan infus setiap lebih 48 jam

c. Menggunakan kasa dan sarung tangan bersih, melakukan persiapan area dengan teknik aseptik dan antisepti

13.Yang benar tentang pemilihan kanula untuk infus perifer?

a.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan tidak boleh >48-72 jam

b.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan boleh >48-72 jam


(50)

c.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan 24 jam

14.Prosedur yang salah setelah pemasangan infus? a. Menutup dengan kasa steril

b. Tidak perlu mencantumkan tanggal pemasangan c. Perlu mencantumkan tanggal pemasangan

15.Perawatan terhadap infus di bawah ini benar, kecuali?

a. Tempat tusukan hanya diperiksa dalam waktu 1 minggu sekali

b. Tempat tusukan diperiksa setiap hari hanya dengan cara meraba daerah vena tersebut


(51)

Lampiran 5

jenis kelamin sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki laki 6 10.2 10.2 10.2

perempuan 53 89.8 89.8 100.0

Total 59 100.0 100.0

umur sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20 3 5.1 5.1 5.1

21 46 78.0 78.0 83.1

22 10 16.9 16.9 100.0

Total 59 100.0 100.0

Interpretasi Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 15 25.4 25.4 25.4

Baik 44 74.6 74.6 100.0


(52)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 7.35 27.713 .839 .938

P2 7.30 27.800 .817 .938

P3 7.35 27.713 .839 .938

P4 7.35 28.134 .755 .940

P5 7.10 30.095 .420 .947

P6 7.30 27.800 .817 .938

P7 7.35 28.134 .755 .940

P8 7.30 28.326 .713 .941

P9 7.10 30.095 .420 .947

P11 7.30 28.326 .713 .941

P12 7.30 27.800 .817 .938

P13 7.25 29.039 .579 .944

P16 7.30 27.800 .817 .938

P19 7.30 28.326 .713 .941


(53)

DATA INDUK

Nama Usia

Jenis

Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Ptotal Katego

YMD 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik

FRS 21 perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 10 Sedan ENS 21 perempuan 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik CHR 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik SEM 21 laki laki 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik ELH 20 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik ISM 21 perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik NVT 22 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik ESS 21 perempuan 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik JRP 22 perempuan 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11 Sedan DS0 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 10 Sedan

HEB 21 perempuan 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 10 Sedan

DSN 22 perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 Baik TLN 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik EMS 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik RTM 21 perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik AGS 22 laki laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

DLU 20 perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 Sedan

TTP 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

DNA 21 perempuan 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 8 Sedan

SDR 21 perempuan 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 9 Sedan

WNR 21 laki laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik

NPS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik SOS 21 perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik LMR 21 perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

MDS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 8 Sedan

DPS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik MLT 22 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Baik SDS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik ANG 21 laki laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

DVA 21 perempuan 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Sedan

RSD 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik EPD 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik SSY 21 perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11 Sedan DSS 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 Baik AKG 20 laki laki 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 Baik TIK 22 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik AST 21 perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Baik PUT 21 laki laki 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik JLM 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 12 Baik


(54)

ELV 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik IRM 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik CTI 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik SEN 22 perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik NRL 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik MLU 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik AIS 21 perempuan 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan

NHZ 21 perempuan 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan

RAH 22 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik EST 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik ELV 22 perempuan 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan

IKS 21 perempuan 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 7 Sedan

YAS 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 Baik MSR 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik ISR 22 perempuan 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 Sedan SOP 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik MIS 21 perempuan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik ITN 21 perempuan 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik NND 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik


(1)

8. Tanda-tanda gejala flebitis adalah? a. Bengkak, tidak ada nyeri

b. Tidak ada bengkak, hanya nyeri

c. Bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri

9. Manakah yang bisa menyebabkan terjadinya flebitis? a. Cemas, kebersihan dari pemasangan infus, tetesan infus b. Cemas, penusukan jarum

c. Gugup fiksasi

10.Merupakan radang pada vena yang berkaitan dengan infeksi bakteri adalah? a.Flebitis mekanik

b.Flebitis bakteri c.Flebitis kimiawi

11.Yang salah dalam tindakan keperawatan untuk mencegah flebitis adalah? a. Memberikan kanula yang lebih besar dari vena

b. Melakukan teknik insersi kanula secara benar

c. Melakukan pemilihan lokasi secara benar dan pemilihan kanula yang tepat memperbaiki stabilisasi kanula

12.Yang benar dalam tindakan keperawatan adalah?

a. Tidak perlu menggunakan sarung tangan, hanya mencuci tangan saja b. Membersihkan dan ganti balutan infus setiap lebih 48 jam

c. Menggunakan kasa dan sarung tangan bersih, melakukan persiapan area dengan teknik aseptik dan antisepti


(2)

c.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan 24 jam

14.Prosedur yang salah setelah pemasangan infus? a. Menutup dengan kasa steril

b. Tidak perlu mencantumkan tanggal pemasangan c. Perlu mencantumkan tanggal pemasangan

15.Perawatan terhadap infus di bawah ini benar, kecuali?

a. Tempat tusukan hanya diperiksa dalam waktu 1 minggu sekali

b. Tempat tusukan diperiksa setiap hari hanya dengan cara meraba daerah vena tersebut


(3)

Lampiran 5

jenis kelamin sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki laki 6 10.2 10.2 10.2

perempuan 53 89.8 89.8 100.0

Total 59 100.0 100.0

umur sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20 3 5.1 5.1 5.1

21 46 78.0 78.0 83.1

22 10 16.9 16.9 100.0

Total 59 100.0 100.0

Interpretasi Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 15 25.4 25.4 25.4

Baik 44 74.6 74.6 100.0


(4)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 7.35 27.713 .839 .938

P2 7.30 27.800 .817 .938

P3 7.35 27.713 .839 .938

P4 7.35 28.134 .755 .940

P5 7.10 30.095 .420 .947

P6 7.30 27.800 .817 .938

P7 7.35 28.134 .755 .940

P8 7.30 28.326 .713 .941

P9 7.10 30.095 .420 .947

P11 7.30 28.326 .713 .941

P12 7.30 27.800 .817 .938

P13 7.25 29.039 .579 .944

P16 7.30 27.800 .817 .938

P19 7.30 28.326 .713 .941


(5)

DATA INDUK

Nama Usia

Jenis

Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Ptotal Katego

YMD 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik

FRS 21 perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 10 Sedan

ENS 21 perempuan 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

CHR 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik

SEM 21 laki laki 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

ELH 20 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

ISM 21 perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

NVT 22 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik

ESS 21 perempuan 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik

JRP 22 perempuan 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11 Sedan

DS0 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 10 Sedan

HEB 21 perempuan 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 10 Sedan

DSN 22 perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 Baik

TLN 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

EMS 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

RTM 21 perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik

AGS 22 laki laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

DLU 20 perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 Sedan

TTP 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

DNA 21 perempuan 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 8 Sedan

SDR 21 perempuan 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 9 Sedan

WNR 21 laki laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik

NPS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik

SOS 21 perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik

LMR 21 perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

MDS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 8 Sedan

DPS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik

MLT 22 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Baik

SDS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik

ANG 21 laki laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

DVA 21 perempuan 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Sedan

RSD 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

EPD 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

SSY 21 perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11 Sedan


(6)

ELV 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

IRM 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

CTI 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

SEN 22 perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik

NRL 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

MLU 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

AIS 21 perempuan 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan

NHZ 21 perempuan 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan

RAH 22 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

EST 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik

ELV 22 perempuan 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan

IKS 21 perempuan 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 7 Sedan

YAS 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 Baik

MSR 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

ISR 22 perempuan 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 Sedan

SOP 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik

MIS 21 perempuan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik

ITN 21 perempuan 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Merokok di Kalangan Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Stambuk 2010

1 60 65

Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014 Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Basic Life Support

7 67 65

Efektivitas dance/movement therapy Terhadap penurunan tingkat stres Mahasiswa matrikulasi penerimaan mahasiswa baru Fakultas kedokteran universitas sumatera utara 2012 Berdasarkan depression, anxiety and stress scale

14 116 72

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Malaria

0 48 53

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Pentingnya Serat untuk Mencegah Konstipasi Tahun 2009

1 68 49

HUBUNGAN ANTARA LAMA DAN LOKASI PEMASANGAN KATETER INFUS TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN DENGAN TERAPI INTRAVENA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 3 57

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN TINGKAT AKHIR PADA PEMBELAJARAN TENTANG TEKNIK PEMASANGAN INFUS DI UMY

0 8 56

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik fakultas kedokteran universitas sumatera utara di rsup. Haji adam malik tentang teknik pemasangan dan perawatan kateter intravena dalam pencegahan phlebitis

0 8 67

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Pentingnya Serat untuk Mencegah Konstipasi Tahun 2009

0 3 11

Hubungan Lamanya Pemasangan Kateter Intravena dengan Kejadian Flebitis

1 2 5