Pengaruh Kepribadian Big Five Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(1)

PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ANISAH GAYATRI

101301072

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2013/2014


(2)

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Kepribadian Big Five terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumber secara jelas sesuai dengan norma, kaidah etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 24 Maret 2014

ANISAH GAYATRI NIM 101301072


(3)

Abstrak

Prestasi akademik seorang mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah kepribadian. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai kepribadian mengakibatkan munculnya beberapa teori yang berbeda mengenai kepribadian. Salah satunya adalah teori Five Factor Theory atau sering disebut

Big Five merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam menjelaskan prilaku belajar dan pencapaian akademis pada mahasiswa. Big Five terdiri dari 5 dimensi yaitu, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepribadian big five

terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi. Sampel dari penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa (91 Perempuan, 9 Laki-laki). Big Five Inventory

versi adaptasi bahasa indonesia digunakan untuk mengukur kepribadian mahasiswa sedangkan nilai IPK digunakan untuk mengukur prestasi akademik. Analisis regresi berganda menunjukan hasil bahawa kevariabilitasan prestasi akademik dapat diterangkan dengan menggunakan Big Five adalah sebesar 15,3 %. Conscientiousness dan agreeableness ditemukan berkorelasi secara signifikan dengan prestasi akademik mahasiswa.

.


(4)

Abstrack

Student academic achievement is influenced by several factor, one of them is personality. Previous studies on personality resulted in the emergence of several different theories about personality. One of them is the Five Factor Theory or commonly called Big Five is one of the most frequently used in explaining learning behavior and academic achievement in students. Big Five consists of five dimensions, namely extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness. This study aimed to examine the influence between Big Five personality on student’s academic performance in Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Samples from this study were 100 students (91 women, 9 men). Big Five inventory Indonesia language adaptation version is used to measure student personality and GPA skor is used to measure student academic achievement. Multiple regression analysis showed that student academic achievement variability can be explained by using the Big Five is equal to 15.3 percent. Student academic achievement was found corellate significantly with conscientiousness and agreeableness.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyeleksaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu ayah Ir. K.D. Ganeshan serta ibu Tin Maler atas dukungan serta doanya yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Ibu Rr. Lita Hadiati, M.Pd., Psikolog yang telah sangat membantu dan membimbing saya dalam merampungkan penelitian ini hingga selesai.

3. Kak Dian Ulfasari, S.Psi.,M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi USU atas segala ilmu dan bantuannya selama perkuliahan dan seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.


(6)

6. Teman-teman angkatan 2010 serta adik kelas angkatan 2011 dan 2012 atas kesediaanya mengisi skala saya.

7. Teman-teman segeng yaitu Lydia, Keke, Indah, Gati dan Ade yang telah memotivasi dan membantu saya mengerjakan skripsi ini.

8. Dan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, 24 Maret 2014


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Prestasi Akademik... 13

1. Pengertian Prestasi Akademik ... 13

2. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Prestasi Akademik ... 14

3. Penilaian Prestasi ... 19

B. Kepribadian ... 21

1. Pengertian Kepribadian ... 21

2. Faktor-faktor yang memepengaruhi kepribadian ... 21


(8)

C. Mahasiswa Fakultas Psikologi USU ... 30

D. Dinamika antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan ... 32

Prestasi Akademik E. Hipotesa Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 36

B. Definisi Operasional ... 36

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Metode Pengambilan ... 38

Sampel D. Metode Pengumpulan Data ... 39

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

F. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Subjek Penelitian ... 45

1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 45

2. Angkatan Subjek Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

1. Hasil Uji Asumsi ... 46

2. Hasil Utama Penelitian ... 48

3. Kategorisasi Skor ... 50


(9)

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

1. Saran Penelitian ... 57

2. Saran Praktis ... 58

DAFTAR PUSTAKA... 60


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Data IPK mahasiswa T.A 2012/2013 ... 3

Tabel 2 Data Mahasiswa DO Fakultas Psikologi USU ... 4

Tabel 3 Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif ... 20

Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas ... 39

Sumatera Utara 2013 Tabel 5 Blueprint BFI versi adaptasi Bahasa Indonesia ... 41

Tabel 6 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 7 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Angkatan ... 45

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas ... 46

Tabel 9 Hasil Uji Linearitas Big Five Personality dengan Prestasi.. 47

Akademik Tabel 10 Hasil Uji autokorelasi ... 47

Tabel 11 Hasil Uji multicollinearity ... 48

Tabel 12 Model Summary ... 48


(11)

Tabel 14 Pengelompokan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik ... 50

Tabel 15 Kategorisasi Skor Openness ... 51

Tabel 16 Kategorisasi skor Conscientiousness ... 51

Tabel 17 Kategorisasi Skor Extraversion ... 52

Tabel 18 Kategorisasi Skor Agreeableness ... 52


(12)

Abstrak

Prestasi akademik seorang mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah kepribadian. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai kepribadian mengakibatkan munculnya beberapa teori yang berbeda mengenai kepribadian. Salah satunya adalah teori Five Factor Theory atau sering disebut

Big Five merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam menjelaskan prilaku belajar dan pencapaian akademis pada mahasiswa. Big Five terdiri dari 5 dimensi yaitu, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepribadian big five

terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi. Sampel dari penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa (91 Perempuan, 9 Laki-laki). Big Five Inventory

versi adaptasi bahasa indonesia digunakan untuk mengukur kepribadian mahasiswa sedangkan nilai IPK digunakan untuk mengukur prestasi akademik. Analisis regresi berganda menunjukan hasil bahawa kevariabilitasan prestasi akademik dapat diterangkan dengan menggunakan Big Five adalah sebesar 15,3 %. Conscientiousness dan agreeableness ditemukan berkorelasi secara signifikan dengan prestasi akademik mahasiswa.

.


(13)

Abstrack

Student academic achievement is influenced by several factor, one of them is personality. Previous studies on personality resulted in the emergence of several different theories about personality. One of them is the Five Factor Theory or commonly called Big Five is one of the most frequently used in explaining learning behavior and academic achievement in students. Big Five consists of five dimensions, namely extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness. This study aimed to examine the influence between Big Five personality on student’s academic performance in Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Samples from this study were 100 students (91 women, 9 men). Big Five inventory Indonesia language adaptation version is used to measure student personality and GPA skor is used to measure student academic achievement. Multiple regression analysis showed that student academic achievement variability can be explained by using the Big Five is equal to 15.3 percent. Student academic achievement was found corellate significantly with conscientiousness and agreeableness.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong serta menentukan maju mundurnya suatu proses pembangunan bangsa dalam segala bidang (Hanifah & Syukriy, 2001). Pendidikan juga merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimana pun ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang (Yusniati, 2008).

Menurut Syah (dalam Yusniati, 2008) pendidikan adalah usaha yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal ditempuh melalui pendidikan di sekolah seperti SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah


(15)

terhadap dinamika ilmu pengetahuan, dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut (Harahap dalam Naam, 2009). Mahasiswa secara umum merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktifitas dan kreatifitasnya, sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya (Baharuddin & Makin dalam Naam, 2009).

Menurut Naam (2009) kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang diperolehnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar, sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh siswa (Sobur, 2006). Prestasi akademik pula yang menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman siswa terhadap materi tertentu yang telah diberikan setelah siswa mengalami proses belajar pada jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai (Naam, 2009).

Prestasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat melalui nilai bobot rata-rata yang biasanya disebut Indeks Prestasi (IP). Dalam buku pengaturan akademik dijelaskan bahwa indeks Prestasi dibedakan atas Indeks Prestasi Semester yang berjalan (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Perhitungan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan pada akhir semester, dengan menghitung nilai yang telah masuk pada semester yang dimaksud. Indeks Prestasi Kumulatif digunakan sebagai bahan masukan evaluasi keberhasilan studi mahasiswa dan penetapan sanksi akademik .


(16)

Menurut Lim & Mellisa (2012) prestasi akademik berupa IPK yang baik adalah hal yang sangat penting bagi mahasiswa karena akan meningkatkan kemungkinan mendapatkan beasiswa, mempengaruhi pekerjaan yang bisa didapatkan pada saat dewasa dan pastinya mempengaruhi masa depan mahasiswa tersebut. Namun sayangnya masih banyak mahasiswa yang memiliki nilai IPK yang kurang memuaskan. Seperti di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, persentase mahasiswa yang mendapatkan IPK di bawah 3,00 adalah 51,42 %, sedangkan persentase mahasiswa yang mendapatkan nilai IPK diatas 3,5 adalah 8,6% yang dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sedikit mahasiswa yang mendapat nilai yang bagus dan cukup banyak mahasiswa yang mendapat nilai yang rendah.

Tabel 1. Data IPK mahasiswa T.A 2012/2013

No Rentang IPK Jumlah mahasiswa Persentase

1 x > 1.99 33 Orang 6,42 %

2 2,00 ≤ x ≤ 2,49 56 Orang 12 %

3 2,5 ≤ x ≤ 2,99 154 Orang 33 %

4 3,00≤ x ≤ 3,50 184 Orang 39,4 %

5 x ≤ 3,51 40 Orang 8,6 %

Total 467 Orang 100 %

Sumber: Bagian Akademik Fakultas Psikologi USU

Indikator untuk melihat prestasi akademik di suatu fakultas dapat dilihat juga dengan jumlah mahasiswa drop out. Hal ini dikarenakan salah satu faktor mahasiswa akan di drop out karena tidak memenuhi beban SKS minimum yang ditentukan berdasarkan nilai IPK yang diperoleh (Universitas Sumatera Utara, 2010). Terdapat peningkatan jumlah mahasiswa drop out pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (dapat dilihat dari tabel 2). Pada tahun ajaran 2009/2010 terdapat 9 orang (1,9%) mahasiswa drop out. Jumlah mahasiswa drop


(17)

out mengalami penurunan pada tahun ajaran berikutnya menjadi 1 orang (0.22 %) dan pada tahun ajaran 2011/2012 meningkat menjadi 11 orang (2,21%).

Tabel 2. Data Mahasiswa DO Fakultas Psikologi USU

Tahun Jumlah

Mahasiswa

Persentase dibandingkan dengan Jumlah Mahasiswa Aktif pada Tahun

Ajaran Tersebut

2009/2010 9 Orang 1,9 %

2010/2011 1 Orang 0.22 %

2011/2012 11 Orang 2.21 %

Total 20 Orang 4,33 %

Sumber: Bagian Akademik Fakultas Psikologi USU

Mahasiswa yang memiliki nilai yang buruk sering dianggap masyarakat karena mereka memiliki kemampuan kognitif yang kurang. Masyarakat cenderung menganggap intelegensi sebagai faktor utama penentu pencapaian akademis (Rodhe & Thompson dalam Lim & Melissa, 2012). Namun prestasi akademik yang telah dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Penelitian di bidang psikologi pendidikan menemukan selain intelegensi, prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh faktor non-kognitif. Salah satu faktor yang tersebut adalah tipe kepribadian (Steinmayr & Spinath; Bratko dalam Lim & Melissa, 2012). Penelitian terdahulu menunjukan kepribadian membentuk prilaku seseorang dan mempengaruhi kebiasaan belajar, sehingga akan berdampak pada pencapaian akademisnya (O’Conner & Paunonen; Furnham & Heaven; De Raad dalam Lim & Melissa, 2012). Menurut Noftle & Robbins (2007) penelitian terbaru menunjukan bahwa kepribadian dapat memprediksi prestasi akademik (Duckworth & Seligman Wagerman & Funder) bahkan ketika kemampuan kognitif dan intelegensi sudah dikontrol.


(18)

Kepribadian adalah konstruk multidimensional. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai kepribadian mengakibatkan munculnya beberapa teori yang berbeda mengenai kepribadian. Salah satunya adalah teori Five Factor Theory

atau sering disebut Big Five yang paling sering digunakan dalam menjelaskan prilaku belajar dan pencapaian akademis pada siswa (Gray & Watson; Chamorro-Premuzic & Furnham; Noftle & Robins dalam Lim & Melissa 2012).

Teori Big Five yang dicetus oleh Mc Crae dan Costa (dalam Pervin dkk, 2005) menjelaskan kepribadian terdiri dari 5 dimensi, yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness. Dimensi

neuroticism memiliki sifat-sifat seperti kecenderungan mudah khawatir, gugup, emosional, sensitif, tegang, mudah cemas, inadequate dan hypochodriacal. Seseorang yang dominan pada dimensi extraversion cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah, komunikatif, bersosialisasi, aktif, talkactive, person-oriented, optimis dan fun-loving. Dimensi openness ini memiliki sifat-sifat seperti memiliki rasa ketertarikan yang luas, kreatif, imajinatif, tidak tradisional, menyenangkan, dan artistik.

Dimensi agreeableness berkarateristik berhati baik, suka menolong, pemaaf, berterus terang, ramah, kooperatif, hangat, dan mudah mempercayai orang lain. Dimensi yang terakhir yaitu conscientiousness ini memiliki sifat-sifat seperti terorganisir, reliabel, pekerja keras, disiplin, rapi, berhati-hati, dapat diandalkan, dan ambisius. Pembagian kedalam lima dimensi ini adalah hasil dari faktor analisis (dalam Pervin dkk, 2005; Friedman, 2008). Model kepribadian ini


(19)

ini ditemukan tidak bias budaya, universal, stabil, dan konsisten (Lim & Melissa, 2012).

Penelitian terdahulu telah dilakukan untuk melihat pengaruh dimensi kepribadian big five terhadap prestasi akademik. Salah satunya penelitian dari dari Gray dan Watson (dalam Lim & Melissa, 2012) yang menemukan bahwa prestasi akademik pada siswa SMA dan mahasiswa S1 yang dilihat berdasarkan IPK lebih berkaitan dengan dimesi conscientiousness daripada dimensi lain dari big five. Penemuan yang sama juga ditemukan oleh Noftle dan Robbins (2007), mereka meneliti lebih dari 10.000 mahasiswa S1 di University of California dan menemukan dimensi conscientiousness yang paling mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa dilihat dari nilai IPK.. Penelitian ini juga menemukan korelasi positif yang lemah pada dimesi openness, korelasi negatif yang lemah pada dimensi extraversion, serta korelasi positif lemah pada dimensi

agreeableness.

Komarraju (2009) mengatakan bahwa conscientiousness juga ditemukan mempengaruhi kesuksesan akademik (Dollinger & Orf; Furnham, Chamorro-Premuzic, & McDougall; Paunonen & Ashton), termasuk nilai ujian (Chamorro-Premuzic & Furnham), dan nilai IPK (Busato, Prins, Elshout, & Hamaker;Wagerman & Funder). Penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Trapmann dan Hell (2007) dengan menggunakan data dari 15 negara menemukan hanya dimensi conscientiousness yang berpengaruh terhadap nilai mahasiswa. Penelitian selama ini menemukan walaupun instrumen yang digunakan berbeda-beda (seperti NEO-PI-R, NEO FFI, dan BFI) hasil penelitiannya tetap sama yaitu


(20)

conscientiousness yang berkorelasi kuat dengan prestasi akademik pada siswa SMA dan Mahasiswa (Lieven dkk; Premuzic & Furnham; Chamorro-Premuzic & Furnham; Nguyen dkk dalam Noftle & Robins 2007).

Penelitian lain menemukan selain conscientiousness, dimensi openness

dan agreeableness berkorelasi positif dengan prestasi akademik (Lounsbury, Sundstrom, Loveland, & Gibson; Farsides & Woodfield, dalam Komarraju, 2009). Penelitian pada siswa SMA dan Mahasiswa menemukan conscientiousness yang paling mempengaruhi performa akademik, yang kedua adalah dimensi openness

(Gray & Watson dalam Noftle & Robins, 2007). Penelitian juga menemukan bahwa conscientiousness dan openness memprediksi prestasi mata kuliah tertentu (Paunonen & Ashton, 2001), sedangkan conscientiousness, openness dan

agreeableness dapat memprediksi prestasi akademik secara menyeluruh (Farsides &Woodfield; Poropat, dalam Komarraju, 2011). Beberapa penelitian menemukan korelasi yang lemah sampai sedang antara nilai dengan agreeableness (E. C. Hair & Graziano) dan neuroticism (Ridgell & Lounsbury dalam Noftle & Robbins, 2007). Penelitian lainnya menemukan neuroticism bearsosiasi negatif dengan pencapaian akademik (Chamorro-Premuzic & Furnham, dalam komarraju 2011).

Penelitian serupa pada mahasiswa di Indonesia masih tergolong sedikit. Salah satu penelitian di Indonesia dilakukan oleh Deasyana (dalam Septiarini, 2011) yang berjudul ”Hubungan Trait Kepribadian dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta”, Penelitian ini menemukan bahwa domain

conscientiousness merupakan satu-satunya prediktor signifikan pada prestasi belajar dalam penelitian ini.


(21)

Menurut Costa and McCrae (dalam Lim & Melissa, 2012) dimensi

openness berasosiasi dengan kemampuan kognitif yang tinggi seperti pemikiran divergen, sedangkan dimensi conscientiousness beasosiasi dengan prilaku disiplin, seperti merencanakan dan mengorganisir tugas dan berprilaku dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai sesuatu. Murid yang memiliki tingkat

conscientiousness yang tinggi memiliki trait seperti keinginan kuat untuk belajar dan berambisi untuk sukses di bidang akademik (Costa & McCrae; Digman & Takemoto-Chock dalam Lim & Melissa, 2012).

Individu dengan skor agreeableness yang tinggi umumnya kooperatif, dapat dipercaya dan suka menolong orang lain serta selalu menyelesaikan tugasnya tidak melewati deadline yang diberikan (Komarraju, 2011). Selain itu menurut Vermetten, Lodewijks & Vermunt agreeableness juga berhubungan dengan kepatuhan terhadap perintah guru dan berusaha fokus kepada materi pembelajaran (Poropat, 2009). Menurut De Raad dan Schouwenburg siswa dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung akan memiliki prestasi yang baik diakibatkan tinginya tingkat energi ditambah dengan attitude positif yang mengarahkan kepada keinginan untuk belajar dan memahami (Poropat 2009). Menurut De Raad & Schouwenburg (dalam Poropat, 2009) individu dengan

neuroticism yang tingi cenderung memfokuskan diri kepada perasaan mereka dan

self-talk untuk tidak fokus terhadap tugas di universitas sehingga menurunkan prestasi akademik.


(22)

Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa dimensi conscientiousness yang paling sering ditemukan mempengaruhi prestasi akademik. Berdasarkan dinamika di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kepribadian Big Five terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh kepribadian Big Five terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini melihat pengaruh kepribadian Big Five terhadap prestasi akademik mahasiswa psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan klinis, mengenai pengaruh kepribadian Big Five terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(23)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi banyak kalangan, antara lain:

a. Bagi Universitas :

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi informasi mengenai pengaruh kepribadian Big Five dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini juga diharapkan membantu pengajar untuk dapat mengenali kepribadian anak didik dan memanfaatkannya untuk mengoptimalkan prestasi pendidikan.

b. Bagi Peneliti

Dapat memenuhi salah satu tugas untuk mendapatkan gelar sarjana serta mengerti pengaruh kepribadian Big Five terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya yang menggunakan unsur tipe kepribadian.


(24)

E.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian singkat mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori prestasi akademik dan teori kepribadian

Big Five. Dalam bab ini juga memuat tentang hubungan antar variabel serta hipotesa penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian yang mencakup variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, prosedur penelitian dan metode analisa data.

BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan

Dalam analisa data akan dipaparkan mengenai hasil deskripsi data penelitian, uji hipotesa mayor dan uji minor dan menginterpretasikan data-data


(25)

masukan atau data-data tambahan dari statistik, serta pembahasan mengenai hasil penelitian.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Dalam kesimpulan terdapat jawaban atas masalah yang diajukan. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisa dan interpretasi data, dan saran dibuat dengan mepertimbangkan hasil penelitian yang diperoleh.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Prestasi Akademik

1. Pengertian Prestasi Akademik

Menurut pendapat Djamarah (dalam Rini, 2012) tentang pengertian prestasi adalah “hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok”. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Adesanjaya (dalam Rini, 2012) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat dicapai baik individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Prestasi akademik juga dapat diartikan istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh


(27)

seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009). Menurut Chaplin (1997) mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang khusus dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yaitu:

a. Faktor internal

1. Faktor Kesehatan Fisik

Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) seseorang yang mengalami kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat di mana saraf sensoris dan motoriknya terganggu dapat mengakibatkan rangsangan yang diterima melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya.

2. Intelegensi

Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) intelegensi seseorang mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian saringan masuk perguruan tinggi yang demikian ketat persaingannya secara praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi dalam hal aspek intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala bagi mahasiswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Intelegensi bukan satu-satunya yang menentukan prestasi akademik mahasiswa.


(28)

3. Motivasi

Menurut Maslow (dalam Septiarini, 2011) motivasi adalah sesuatu yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang lain. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk berprestasi.

4. Minat

Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui proses pembelajaran terhadap hal yang diminati (Septiarini, 2011). Menurut Djamarah (2002) minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar dalam mencapai ataupun memperoleh benda atau tujuan yang diinginkan. Timbulnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

5. Kepribadian

Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar (Ahmadi dalam


(29)

Septiarini, 2011). Menurut Purwanto (2004) tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda dengan orang lain. Ada orang memiliki sikap keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usahanya, halus perasaannya dan sebaliknya. Sifat-sifat kepribadiannya dapat mempengaruhi sampai manakah hasil belajar yang dapat dicapai oleh orang tesebut.

6. Fisiologis

Menurut Noehi (dalam Djamarah, 2002) kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpegaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lain cara belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki kemampuan belajar yang di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.

Selain itu menurut Neohi (dalam Djamarah, 2002) hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh, melihat model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya, sehingga kondisi mata dan telinga akan sangat mempengaruhi keefektifan manusia menerima pelajaran dan akan mempengaruhi prestasi akademiknya.


(30)

b. Faktor eksternal 1. Keadaan keluarga

Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh seseorang. Selain itu ada kemampuan keluarga untuk meberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting (Purwanto, 2004).

2. Guru dan cara mengajar

Faktor guru dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Purwanto, 2004).

3. Alat-alat pelajaran

Menurut Purwanto (2004) institusi yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik oleh guru atau dosen, dan kecakapan pengajar dalam menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat belajar seseorang.

4. Motivasi sosial

Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik.


(31)

Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara, dan teman sebaya (Purwanto, 2004).

5. Lingkungan dan kesempatan

Menurut Purwanto (2004) anak yang berasal dari keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alat yang baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Seperti jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh sehingga cukup melelahkan untuk berangkat sekolah.

Selain itu menurut Djamarah (2002) pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat menggangu pernapasan. Udara yang terlalu dingin dan terlalu panas juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Lingkungan sekolah yang asri dan kondisi kelas yang baik juga dapat mempengaruhi hasil belajar secara positif. Banyak anak-anak memiliki hasil belajar yang tidak baik karena tidak ada kesempatan seperti sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain diluar kemampuannya (Purwanto, 2004).

6. Kurikulum

Menurut Djamarah (2002) kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas belum guru programkan


(32)

sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke program yang lebih rincidan jelas sasarannya, sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanankan.

Menurut Djamarah (2002) muatan kurikulum akan mempengaruhi akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai target kurikulum, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan (Djamarah, 2002).

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, penelitian ini memfokuskan diri terhadap dampak kepribadian terhadap prestasi akademik mahasiswa.

3. Penilaian Prestasi

Prestasi akademik pada mahasiswa tergantung oleh angka indeks prestasi yang ditentukan pada setiap akhir semester. Indeks Prestasi Semester (IPS) dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan


(33)

jumlah beban kredit yang diambil (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPS dapat diukur dengan menggunakan rumus:

IPS = ∑ (K X N) ∑K

K = Jumlah SKS setiap mata kuliah yang tercantum dalam KRS pada semester yang bersangkutan.

N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.

Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1 sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPK dapat dihitung dengan rumus:

IPK = ∑ (K X N) ∑K

K = Jumlah SKS semua mata kuliah yang dijalani mulai dari semester 1 sampai dengan yang terakhir.

N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.

Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif No Kategori Indeks Prestasi Akademik

1 Memuaskan 2,00 ≤ x ≤ 2,75

2 Sangat Memuaskan 2,76 ≤ x ≤ 3,50

3 Cumlaude 3,51 ≤ x ≤ 4,00

Sumber: Buku Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara 2010


(34)

B.Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian menurut Allport (dalam Endah, 2005) didefinisikan sebagai suatu organisasi yang dinamik dalam diri individu yang merupakan sistem psikopsikal dan hal tersebut menentukan penyesuaian diri individu secara unik terhadap lingkungan. Definisi ini menekankan pada atribut eksternal seperti peran individu dalam lingkungan sosial, penampilan individu, dan reaksi individu terhadap orang lain. Menurut Feist & Feist (2009) kepribadian merupakan suatu pola yang relatif menetap, trait, disposisi atau karakteristik di dalam individu yang memberikan beberapa ukuran yang konsisten tentang perilaku.

Kepribadian itu dinamis, tidak statis. Kepribadian itu menunjukan tingkah laku yang terintegrasi dan merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada diri individu dengan lingkungannya. Kepribadian juga bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah individu bersama-sama memegang peranan dalam kepribadian. Kepribadian juga bersifat unik, artinya kepribadian mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari individu lain (dalam Purwanto, 2004).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

Menurut Purwanto (2004) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan


(35)

genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir memiliki bentuk fisik yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang berlainan menyebabkan sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula. b. Faktor Sosial

Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat yakni manusia-manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku di masyarakat itu.

Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Lingkungan pertama anak adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Demikian pula tradisi, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarga itu. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.

Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman


(36)

yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan bernada emosional. Semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.

c. Faktor Kebudayaan

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: a. Nilai-nilai (Values)

Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

1. Adat dan Tradisi

Adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.


(37)

2. Pengetahuan dan Keterampilan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya. Tiap orang memiliki pengetahuan yang berlain-lainan, dari pengetahuan yang sangat elementer sampai kepada yang tinggi dan luas. Juga jenis pengetahuan yang dimiliki berlainan pula. Demikian juga kecakapan dan keterampilan seseorang membuat atau mengerjakan sesuatu merupakan bagian dari kebudayaannya.

Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupan manusia-manusianya.

3. Bahasa

Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain. Pendeknya bagaimana cara-cara kita hidup bermasyarakat sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki serta bahasa yang berlaku dalam masyarakat.


(38)

4. Milik Kebendaan (material possessions)

Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

3. Teori Kepribadian Big Five

Menurut Schultz (1994) ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi

trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Trait

didefinisikan sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain.

Penelitian mengenai trait diawali oleh Alport dan Odbert pada tahun 1930 dan dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an. Kemudian penelitian mengenai

trait dilakukan lagi pada tahun 1960-an oleh Tupes, Christal, dan Norman (Feist & Feist, 2009). Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, Costa dan McCrae mencoba membuat taksonomi dari trait kepribadian (Feist & Feist, 2009). Mereka berusaha menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang umumnya digunakan oleh orang awam bukan hanya psikolog. Cara yang digunakan adalah meminta sampel untuk merating diri mereka sendiri ataupun orang lain berdasarkan beragam kata sifat yang diambil dan diseleksi dari kamus (John, Angleitner, & Ostendorf dalam Pervin dkk, 2005). Hasil dari rating tersebut kemudian di faktor analisakan (Pervin dkk, 2005).


(39)

Pada saat itu Costa dan McCrae hanya memfokuskan diri kepada 2 dimensi yaitu neuroticism (N) dan extraversion (E). Setelah menemukan faktor N dan E, Costa dan McCrae menemukan faktor ketiga, yang disebut Openness (O). Kebanyakan penelitian diawal Costa dan Mc Crae berfokus kepada ketiga faktor ini. Walaupun Lewis Goldberg pertama kali menggunakan istilah “Big Five” pada

tahun 1981 untuk menjelaskan penemuan yang konsisten dengan cara faktor analisis pada trait kepribadian, Costa dan McCrae tetap mefokuskan diri kepada tiga faktor (Feist & Feist, 2009).

Pada akhir 1983 Costa dan MaCrae masih tetap meneliti 3 faktor kepribadian. Pada tahun 1985 baru mereka mulai melaporkan hasil penelitian 5 faktor kepribadian. Hasil penelitian ini ditunjukan dengan Five Factor Personality

yang baru yang disebut NEO-PI. NEO-PI adalah hasil revisi dari inventory kepribadian yang belum dipublikasikan, inventory kepribadian ini hanya mengukur 3 faktor awal yaitu N, E, dan O. Pada 1985 skala untuk dua faktor lainnya yaitu agreeableness (A) dan conscientiousness (C) masih belum sempurna. Pada tahun 1992 munculah NEO-PI-R, dimana skala untuk faktor A dan C sudah cukup baik (Feist & Feist, 2009).

Pada tahun 1980-an, McCrae dan Costa melanjutkan penelitian mereka dengan memfaktor analisiskan hampir semua inventory kepribadian, termasuk

Myers-Briggs Type Indicator (Myers, 1962) dan Eysenck Personality Inventory

(H. Eysenck & S Eysenck, 1975, 1993). Pengukuran Eysenck mengenai psikotism menunjukan hasil yang sama dengan agreeableness dan conscientiousness yang


(40)

rendah namun tidak berhubungan dengan openness (McCrae & Costa dalam Feist & Feist, 2009).

Adapun karateristik yang berkorelasi dengan kelima dimensi ini adalah (dalam Pervin dkk, 2005; Friedman, 2008):

1. Openness (O) sering disebut Culture atau Intellect

Merujuk kepada keproaktifan mencari dan menghargai pengalaman karena keinginannya sendiri, toleran dan melakukan eksplorasi terhadap sesuatu yang belum dikenal. Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik memiliki ketertarikan yang luas, kreatif, imajinatif, tidak tradisional, menyenangkan, dan artistik. Individu dengan skor rendah memiliki karateristik konventional, berketertarikan sempit, membosankan, sederhana dan tidak realistis.

2. Conscientiousness (C) disebut juga Lack of Impulsivity

Merujuk pada derajat keteraturan individu, tekun, dan motivasi yang berorientasi pada tujuan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik terorganisir, reliabel, pekerja keras, disiplin, rapi, berhati-hati, dapat diandalkan, dan ambisius. Individu dengan skor rendah memiliki karateristik tidak memiliki tujuan, tidak reliabel, malas, kurang berhati-hati, berkeinginan lemah, ceroboh, berantakan, dan hedonistik.

3. Extraversion (E) sering disebut juga Surgency

Merujuk pada kuantitas dan intersitas interaksi personal, activity level, kebutuhan akan stimulasi, kapasitas untuk mendapatkan kesenangan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik penuh semangat,


(41)

antusias, dominan, ramah, komunikatif, bersosialisasi, aktif, talkactive,

person-oriented, optimis dan fun-loving. Individu dengan skor rendah memiliki karateristik task oriented, pendiam, penyendiri, pemalu, tidak percaya diri, dan submisif.

4. Agreeableness (A)

Merujuk pada kualitas orientasi interpersonal seseorang dimulai dari perasaan peduli sampai dengan perasaan permusuhan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik berhati baik, suka menolong, pemaaf, berterus terang, ramah, kooperatif, hangat, dan mudah mempercayai orang lain. Individu dengan skor rendah memiliki karateristik kasar, tidak kooperatif, sinis, curiga, dingin, konfrontatif, kejam, dan pendendam.

5. Neuroticism (N) disebut juga Emotional Instability

Merujuk pada adjustment vs emotional instability, yaitu mengidentifikasikan kecenderungan indvidu untuk mengalami distress

psikologis, ide-ide yang tidak realistik, menginginkan sesuatu secara eksesif, dan coping respon yang maladaptive. Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik mudah khawatir, gugup, emosional, sensitif, tegang, mudah cemas, inadequate dan hypochodriacal. Individu dengan skor rendah memiliki karateristik tenang, santai, tidak emosional, secure, dan merasa puas diri.


(42)

Menurut Costa & McRae (dalam Pervin dkk, 2005), setiap dimensi dari

Big Five terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah: 1. Extraversion terdiri dari:

a. Gregariousness (suka berkumpul) b. Activity level (level aktivitas) c. Assertiveness (asertif)

d. Excitement Seeking (mencari kesenangan) e. Positive Emotions (emosi yang positif) f. Warmth (kehangatan)

2. Agreeableness terdiri dari:

a. Straightforwardness (berterus terang) b. Trust (kepercayaan)

c. Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain) d. Modesty (rendah hati)

e. Tendermindedness (berhati lembut) f. Compliance (kerelaan)

3. Conscientiousness terdiri dari: a. Self-discipline (disiplin) b. Dutifulness (patuh) c. Competence (kompetensi) d. Order (teratur)

e. Deliberation (pertimbangan)


(43)

4. Neuroticism terdiri dari: a. Anxiety (kecemasan)

b. Self-consciousness (kesadaran diri) c. Depression (depresi)

d. Vulnerability (mudah tersinggung). e. Impulsiveness (menuruti kata hati). f. Angry hostility (amarah).

5. Openness terdiri dari: a. Fantasy (khayalan) b. Aesthetics (keindahan) c. Feelings (perasaan) d. Ideas (ide)

e. Actions (tindakan) f. Values (nilai-nilai)

C.Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Menurut Salim & Salim (dalam Siagian, 2011) mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Hurlock (1999) mengkategorikan usia mahasiswa ke dalam masa dewasa dini. Menurut Hurlock (1999) masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun dimana tugas perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar


(44)

pada perguruan tinggi tertentu serta berada pada masa dewasa dini dimana tugas perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan.

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara didirikan pada tanggal 17 Nopember 2007. Fakultas ini pada awalnya merupakan program studi yang berada di bawah organisasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Program studi Psikologi sudah berdiri sejak 7 April 1999. Selain program sarjana (S-1), Fakultas Psikologi menawarkan program magister (S-2). Program Studi jenjang magister memperoleh izin pembukaan Program Pendidikan Profesi Psikologi Jenjang Magister (P4JM) dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) yang disusul kemudian dengan izin dari DIKTI pada tanggal 20 Desember 2005. Peresmian Pembukaan P4JM USU dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2006 (sumber: http://www.usu.ac.id/psikologi.html).

Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia sepanjang rentang kehidupannya mulai dari masa anak-anak hingga lanjut usia, dan juga dalam berbagai bidang kehidupan. Program Studi Psikologi adalah program pendidikan akademik-profesional yang bertujuan menghasilkan tenaga sarjana psikologi dan profesi psikologi dengan kemampuan: (sumber: http://www.usu.ac.id /psikologi.html).

1. Memahami pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara obyektif sehingga dapat rnenginterpretasikan tingkah laku manusia


(45)

3. Menunjukkan kepekaan yang bertanggungjawab terhadap nilai, proses dan masalah sosial budaya, agama, politik dan ekonomi yang berpengaruh pada tingkah laku manusia, sehingga mampu menginterpretasrkan tingkah laku dalam kaitannya dengan kondisi Indonesia khususnya kondisi Wilayah Sumatera Utara yang menitik-beratkan pada bidang industri dan pengembangan wilayah.

4. Mengenal, menghayati dan mengamalkan kode etik psikologi.

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

D. Dinamika antara Kepribadian Big Five dengan Prestasi Akademik

Di dalam dunia pendidikan sendiri mahasiswa adalah substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah terhadap dinamika ilmu pengetahuan, dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut (Harahap dalam Naam, 2009). Mahasiswa juga diharapkan menunjukan kualitas daya yang dimilikinya. Kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang didapatkannya. Prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009).

Prestasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi Akademik (IPK). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung


(46)

berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1 sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil.

Indeks Prestasi Kumulatif yang baik adalah hal yang penting bagi mahasiswa karena akan mempengaruhi masa depannya. Namun sayangnya masih banyak mahasiswa yang terkendala dalam hal prestasi akademik. Prestasi akademik ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah kepribadian.

Kepribadian adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap lingkungan. Menurut Schultz & Schultz (1994) pendekatan dalam menjelaskan kepribadian adalah psikoanalisa, neopsikoanalisa, trait, life-span, humanistik, kognitif behavioral, social-learning, dan limited domain. Salah satu pendekatan adalah trait yaitu sebuah model untuk mengidentifikasi trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Salah satu teori trait adalah teori Big five atau Five Factor Model. Teori Big five membagi kepribadian menjadi 5 dimensi yaitu Neuroticism (N), Extraversion (E), Openness (O), Agreeableness (A) dan Conscientiousness (C). Kelima dimensi ini memiliki sekumpulan trait yang berbeda antar dimensi.

Berdasarkan penelitian terdahulu dimensi kepribadian conscientiousness

paling sering ditemukan mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa, namun ada beberapa penelitian lain yang menemukan dimensi kepribadian yang lain juga mempengaruhi prestasi akademik. Dimensi conscientiousness berasosiasi dengan


(47)

prilaku disiplin, seperti merencanakan dan mengorganisir tugas, berprilaku dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai sesuatu dan keinginan kuat untuk belajar dan berambisi untuk sukses di bidang akademik (Lim & Melissa, 2012). Menurut Vermetten, Lodewijks & Vermunt dimensi agreeableness berhubungan dengan kepatuhan terhadap perintah guru dan berusaha fokus kepada materi pembelajaran (Poropat, 2009).

Dimensi openness berasosiasi dengan kemampuan kognitif yang tinggi seperti pemikiran divergen (Lim & Melissa, 2012). Menurut De Raad dan Schouwenburg siswa dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung akan memiliki prestasi yang baik diakibatkan tingginya tingkat energi ditambah dengan attitude positif yang mengarahkan kepada keinginan untuk belajar dan memahami (Poropat 2009). Menurut De Raad & Schouwenburg (dalam Poropat, 2009) individu dengan neuroticism yang tinggi cenderung memfokuskan diri kepada perasaan mereka dan self-talk untuk tidak fokus terhadap tugas di universitas sehingga menurunkan prestasi akademik.

E.Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh dimensi Neuroticism terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ada pengaruh dimensi Extraversion terhadap prestasi akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(48)

3. Ada pengaruh dimensi Openness terhadap prestasi akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

4. Ada pengaruh dimensi Agreeableness terhadap prestasi akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

5. Ada pengaruh dimensi Conscientiousness terhadap prestasi akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel Dependen : Prestasi Akademik

2. Variabel Independen : Kepribadian Big Five (Neuroticism, Extraversion , Openness, Agreeableness, Conscientiousness)

B.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah adalah suatu keberhasilan yang khusus dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik di Universitas. Prestasi akademik dalam penelitian ini diukur dengan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1 sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. Rentang IPK dalam penelitian ini adalah diatas 3.51 cumlaude, 3.5-2.76 sangat memuaskan, 2.75-2.00 memuaskan dan dibawah 2.00 tidak memuaskan.


(50)

2. Kepribadian Big Five

Big Five merupakan suatu pendekatan kepribadian yang mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi lima dimensi dasar, yaitu:

1. Openness (O) ditunjukan dengan prilaku seperti cerdas dan suka berpikir, memiliki ide-ide inovatif, percaya diri, mampu mempertimbangkan dan membuat suatu rencana dan menjalankannya serta memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2. Neuroticism (N) ditunjukan dengan perilaku mudah merasa tertekan dan sedih, tidak mampu menghadapi situasi stress dengan baik, pencemas, suasana hati mudah berubah, labil, pemalu dan perhatiannya mudah terganggu.

3. Conscientiousness (C) ditunjukan dengan prilaku teliti, terorganisir, tidak pemalas, menyukai suatu pekerjaan yang rutin serta mampu bertahan dan mengerjakan suatu tugas hingga selesai.

4. Extraversion (E) ditunjukan dengan prilaku suka mengobrol, tidak pendiam, santai, mudah bergaul dan senang bekerjasama dengan orang lain.

5. Agreeableness (A) ditunjukan dengan prilaku senang membantu dan tidak egois, mudah memaafkan dan mempercayai orang lain, dan memiliki apresiasi terhadap seni, musik atau sastra.

Kepribadian Big Five akan diukur dengan skala BFI versi bahasa Indonesia yang telah diadaptasi oleh Mariyanti & Rahmawati (2011). Skor tinggi pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa dimensi kepribadian


(51)

tersebut dominan pada diri individu. Skor rendah pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa dimensi kepribadian tersebut tidak dominan pada diri individu.

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan gejala satuan yang ingin diteliti (Prasetyo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Jumlah mahasiswa Psikologi tahun 2013 adalah 479 orang.

Tabel 4. Jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Tahun 2013

Angkatan Jumlah

2007 5

2008 51

2009 84

2010 108

2011 116

2012 113

Total 479

Sumber: Bagian akademik Psikologi USU

2. Metode Pengambilan Sampel

Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti (Suryabrata, 2003). Sebagian saja dari dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti disebut sampel (Azwar, 2010). Jadi penelitian hanya dilakukan pada sampel bukan populasi (Suryabrata, 2003). Teknik pengambilan


(52)

sampel pada penelitian ini menggunakan teknik nonprobability, dalam teknik non probability adalah tidak setiap elemen populasi mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Erlina, 2011 Teknik non probability yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan keinginan peneliti (Erlina, 2011).

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

a. Tertarik dengan jurusan psikologi dengan memilih psikologi sebagai pilihan pertama pada saat tes masuk.

b. Angkatan 2010, 2011 dan 2012 3. Jumlah Sampel Penelitian

Azwar (2000), menyatakan secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Menurut Hadi (2000), menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Menurut Tabachnik dan Fidell (dalam Forshaw, 2007) dalam penelitian regresi sampel minimal yang diperlukan adalah 50 orang ditambah jumlah prekdiktor dikali 8. Jadi dalam penelitian ini dibutuhkan sampel minimal 90 orang. Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 100 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Prestasi akademik diukur berdasarkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), sedangkan kepribadian big five diukur dengan menggunakan alat tes kepribadian BFI versi bahasa Indonesia dari penelitian Mariyanti & Rahmawati (2011). BFI


(53)

versi bahasa Indonesia menggunakan sampel dewasa dini berjumlah 713 yang diambil terdiri dari 4 etnis yang ada di kota Medan, Sumatera Utara yaitu etnis Tionghoa, Jawa, Batak dan India.

Seluruh aitem pada BFI versi adaptasi Bahasa Indonesia memiliki nilai loading rata-rata di atas 0.30 dan varian yang dapat dijelaskan sebesar 41.45% sehingga dapat dikatakan memiliki validitas konstrak yang memuaskan. Alat tes ini memiliki reliabilitas sebesar 0.70 sehingga dapat dikatakan 30 % merupakan variasi skor tampak yang disebabkan oleh eror. Reliabilitas sebesar 0.70 juga membuktikan bahwa alat tes BFI versi adaptasi Bahasa Indonesia memiliki reliabilitas yang baik.

BFI versi Bahasa Indonesia terdiri dari 44 aitem favourable dan unfavourable

yang berisikan frase atau kalimat singkat dan kemudian dirating dengan meminta subjek memilih “STS” (sangat tidak setuju), “TS” (tidak setuju), “N” (netral), “S” (setuju), atau “SS” (sangat setuju). Setiap aitem favourable akan diberikan skor 1

= “STS”, 2 = “TS”, hingga 5 = “SS. Sedangkan untuk aitem unfavourable akan

diskor terbalik yaitu, 1 = “SS”, 2 = “S”, hingga 5 = “STS”.

Skor akan dijumlahkan sesuai dengan faktornya masing-masing. Semakin tinggi skor pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa dimensi kepribadian tersebut dominan pada diri individu dan skor rendah pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa dimensi kepribadian tersebut tidak dominan pada diri individu.


(54)

Tabel 5. Blueprint BFI versi adaptasi Bahasa Indonesia

No Dimensi

Kepribadian

Nomor Butir Aitem Skala

Jumlah

Aitem Persentase Aitem

Favorable

Aitem Unfavorable

1 Openness

5, 10, 11, 12, 13,15 16, 20, 25, 26, 33, 38,

40

- 13

Aitem 30 %

2 Neuroticism

4,14, 19, 29,31,37,39,

43

9, 24,34 11

Aitem 25 %

3 Conscientiousness 3, 28,35 2,8,18,23 7

Aitem 15,9 %

4 Extraversion 1, 36,42 6, 21, 27 6

Aitem 13,64 %

5 Agreeableness

7, 17, 22,30,32,

,44

41 7

Aitem 15,9 %

Total 44

Aitem

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya yang terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan.

1. Tahap Persiapan

Alat ukur diambil dari skala Big Five Inventory versi adaptasi bahasa Indonesiadari penelitian Mariyanti dan Rahmawati (2011). Skala ini terdiri dari 44 aitem, 13 aitem mengukur dimensi openness, 11 aitem mengukur dimensi neuroticism, 7 aitem mengukur dimensi conscientiousness, 7 aitem mengukur dimensi agreeableness, dan 6 aitem mengukur dimensi


(55)

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah memperbanyak skala maka dilaksanakan penelitian. Sebelum menyebarkan skala, peneliti mencari subyek penelitian yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Tahap Pengolahan

Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan paket SPSS for windows 17.0 version.

F. Metode Analisis Data

Menurut Sudjana (2001) metode korelasi bertujuan untuk dapat mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui hubungan tersebut, khususnya untuk data kuantitatif adalah koefisien korelasi. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas dengan beberapa variabel tergantung, dapat dilakukan dengan melakukan uji regresi berganda (multiple regression). Data yang diperoleh akan diolah dengan analisa statistik dengan menggunakan program SPSS version 17.0 for Windows. Analisa data dilakukan dengan perintah regression, sehingga nantinya akan diperoleh persamaan regresi:

Y= a +b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ b5X5 Dengan:

Y = variabel tergantung (Pembelian impulsif) X = variabel bebas (Kepribadian Big Five)


(56)

a = nilai konstanta b = koefisien arah regresi

Data yang akan diolah harus melalui uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, autokorelasi dan multicollinearity.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan program SPSS versi 17.0 for windows. Data tersebut dapat dikatakan memiliki sebaran normal apabila memiliki nilai p > 0.05 (Field, 2009)

2. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah data pada variabel bebas mempunyai hubungan yang linier dengan data pada variabel tergantung. Uji linieritas pada data ini dilakukan menggunakan test for linearty dengan bantuan program SPSS version 17.0 for Windows. Variabel bebas (Kepribadian Big Five) dapat dikatakan memiliki hubungan linier dengan variabel tergantung apabila nilai p pada kolom deviation from linearity menunjukan angka p > 0,05. Variabel yang mempunyai hubungan linear tersebut berarti kedua variabel tersebut mengikuti garis lurus.

3. Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui residual dari pengamatan tidak berkorelasi. Uji ini dilakukan menggunakan tes durbin watson. Persamaan regresi dapat diterima jika setiap variabel bebas, yaitu: Neuroticism (N),


(57)

Extraversion (E), Openness (O), Agreeableness (A), dan Conscientiousness (C) tidak terjadi autokorelasi.

4. Multicollinearity

Multicollinearity terjadi ketika terdapat korelasi yang kuat antara 2 atau lebih prediktor di analisa regresi. Menurut Bowerman & O’Connell (dalam Field, 2009) jika rata-rata nila VIF diatas satu maka multicollinearity akan membiaskan hasil regresi.


(58)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 100 orang yang telah memenuhi karakteristik sampel penelitian. Berdasarkan 100 orang subjek penelitian yang terpilih, diperoleh gambaran berdasarkan jenis kelamin dan angkatan.

1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu perempuan dan laki-laki yang dapat dilihat di tabel 6.

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

Perempuan 91 91%

Laki-laki 9 9%

TOTAL 100 Mahasiswa 100%

2. Angkatan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan angkatan yaitu angkatan 2010, 2011, dan 2012.

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Angkatan

Angkatan Jumlah Persentasi (%)

2010 35 Orang 35%

2011 32 Orang 32%

2012 33 Orang 33%


(59)

B.Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas sebaran, linieritas pada variabel-variabel penelitian tersebut serta uji autokorelasi. Uji asumsi tersebut dilakukan dengan bantuan SPSS version 17.0 for Windows.

a. Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas sebaran menggunakan Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai P Keterangan

Prestasi Akademik 0.095 Normal

Openness 0.097 Normal

Conscientiousness 0.057 Normal

Extraversion 0.054 Normal

Agreeableness 0.283 Normal

Neuroticism 0.062 Normal

Variabel-variabel pada tabel di atas memiliki nilai probabilitas (p) > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan normalitas sudah terpenuhi.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan test for linearty. Variabel bebas kepribadian Big Five dapat dikatakan memiliki hubungan


(60)

yang linier terhadap variabel tergantung prestasi akademik apabila nilai p pada kolom deviation from linearity menunjukan angka p > 0,05.

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas kepribadian Big five dengan prestasi akademik

Variabel Signifikan (p) Ket

Openness 0.569 Linear

Conscientiousness 0.157 Linear

Extraversion 0.565 Linear

Agreeableness 0.100 Linear

Neuroticism 0.336 Linear

Berdasarkan data pada tabel 9 di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai p pada variabel conscientiousness (0.157), variabel neuroticism

(0.336), openness (0.569), extraversion (0.565) dan agreeableness (0.100) > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut memiliki hubungan yang linear dengan prestasi akademik.

c. Uji Autokorelasi

Dari hasil output SPSS yang dapat dilihat pada tabel 10, didapatkan nilai dari test durbin-watson adalah 2.227 yang tidak dibawah 1 dan tidak diatas 3 yang berarti tidak terjadi autokorelasi (Field, 2009).

Tabel 10. Hasil uji autokorelasi

Variabel Durbin Watson

Prestasi akademik *big five 2.227

d. Multicollinearity

Berdasarkan nilai VIF pada tabel 11 ditemukan bahwa semua dimensi

big five memiliki nilai rata-rata VIF tidak lebih dari 1 yang menunjukan tidak ada collinearity pada data penelitian ini (Field, 2009).


(61)

Tabel 11. Hasil Uji multicollinearity Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Prestasi Akademik - -

Openness 0.690 1.448

Conscientiousness 0.778 1.285

Extraversion 0.850 1.176

Agreeableness 0.886 1.128

Neuroticism 0.735 1.360

2. Hasil Utama Penelitian

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh kepribadian Big Five dengan prestasi akademik. Analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Adapun hasil analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Model Summary Model R R Square Adjusted

R Square

Std Error of the Estimate

F Sig

1 0.442 0.195 0.153 0.30694 4.564 0.001

Berdasarkan tabel 12 diperoleh nilai F = 4.564 dan nilai signifikan = 0,001 <0,05. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh kepribadian

big five terhadap prestasi akademik. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) yang diperoleh adalah 0.153, maka diketahui besarnya pengaruh kepribadian big five terhadap prestasi akademik sebesar 15.3 %. Adapun sisanya sebesar 84.7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain besar variabilitas prestasi akademik yang dapat diterangkan dengan menggunakan kepribadian big five adalah sebesar 15.3 %, sedangkan 84.7 % variabilitas prestasi akademik dapat diterangkan oleh faktor-faktor lain diluar dipenelitian ini.


(1)

5. Dimensi lainnya dari kepribadian big five yaitu openness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism ditemukan pengaruhnya kurang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

B.Saran

Peneliti telah melakukan beberapa cara agar hasil penelitian ini dapat memberikan data yang tepat dan menyeluruh. Namun demikian masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

1. Saran Metodologis

a. Penelitian ini menggunakan teknik sampling non probability yang tidak dapat digeneralisasikan oleh karena itu penelitian selanjutnya hendaknya dapat menggunakan teknik sampling probability agar hasil penelitian dapat digeneralisasi mengikut populasinya.

b. Penelitian selajutnya sebaiknya menggunakan variabel kontrol intelegensi karena intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan prestasi akademik mahasiswa.

2. Saran Praktis

a. Prestasi akademik merupakan salah satu tolak ukur mahasiswa dalam menunjukkan prestasinya di Universitas. Penelitian ini menemukan dimensi conscientiousness yang berpengaruh terhadap prestasi akademik. Dimensi ini ditunjukan dengan prilaku teliti, terorganisir, tidak pemalas, menyukai suatu pekerjaan yang rutin serta mampu bertahan dan mengerjakan suatu tugas hingga selesai. Diharapkan mahasiswa dapat


(2)

mengembangkan prilaku-prilaku tersebut agar memperoleh prestasi akademik yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mahasiswa mengatur jadwal kegiatannya dan berusaha memenuhi jadwal tersebut. Selain itu mahasiswa dapat membuat komitmen untuk menyelesaikan semua tugas akademik hingga selesai.

b. Dimensi agreeableness ditemukan memiliki pengaruh yang negatif terhadap prestasi akademik. Dimensi ini berkaitan dengan prilaku apresiasi terhadap seni, musik atau sastra. Mahasiswa yang tertarik dengan seni, musik ataupun sastra akan memiliki kemungkinan yang besar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan bidang tersebut ataupun menghabiskan waktunya untuk menggeluti bidang tersebut. Sebaiknya mahasiswa membuat jadwal kegiatan dan berusaha untuk memenuhi jadwal tersebut agar kegiatan yang berkaitan dengan seni, musik ataupun satra tidak akan menggangu kegiatan akademiknya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

.(2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin, J.P. (1997). Kamus lengkap psikologi. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah, Saiful Bahri. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Endah, Mastuti. (2005). Analisis faktor alat ukur kepribadian big five (Adaptasi dari IPIP) pada mahasiswa suku jawa. INSAN, 7(3).

Erlina. (2011). Metodologi penelitian. Medan: USU Press.

Fakultas Psikologi. (2007). Diunduh tanggal 1 April 2013, dari http://www.usu.ac.id/ psikologi.html.

Feist, Jess., & Feist, Gregory J. (2009). Theories of personality (7th Edition). New York: McGraw-Hill.

Field, Andy. (2009). Discovering Statistic Using SPSS (3th Edition). Lodon: SAGE Publication.

Forshaw, Mark. (2007). Easy statistics in psychology. United Kingdom: Blackwell Publishing.

Friedman, Howard S., & Schustack, Mirriam W. (2006). Kepribadian teori klasik dan modern (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Hadi. S. (2000). Metodelogi research.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hanifah., & Syukriy, Abdulah. (2001). Pengaruh prilaku belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa akutansi. Universitas Syiah Kuala, Fakultas Ekonomi. Media Riset Akutansi, Auditing dan Informasi, 1(3), 63-86. Hurlock, B.E. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan (5th Edition). Jakarta: Erlangga.

Komarraju, Meera at al. (2009). Role of the big five personality traits in predicting college students academic motivation and achievement. Learning and Individual Differences, 19, 47–52.

.(2011). The big five personality traits, learning styles, and academic achievement. Personality and Individual Differences, 472–477.


(4)

Lim, P. S., & Melissa, Ng Abdullah L.Y. (2012). Big five personality predictors of post-secondary academic performance. Pertanika Journal Social Science & Humanika, 2(4), 973 - 988.

Mariyanti & Rahmawati, Etti (2011). Karateristik psikometri big five inventory (BFI) versi adaptasi bahasa Indonesia (Skripsi).Universitas Sumatera Utara, Fakultas Psikologi.

Naam, Sahputra. (2009). Hubungan konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa S1 keperawatan semester III kelas ekstensi PSIK FK USU medan (Skripsi). Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran. Diunduh tanggal 1 Mei 2013, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/14291/1/09E00579.

Noftle, Erik E., & Robins, Richard W. (2007). Personality predictors of academic outcomes: Big Five correlates of GPA and SAT scores. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 93(1), 116–130.

O’connor, Melissa C., & Paunonen, Sampo V. (2007). Big five personality predictors of post-secondary academic performance. Personality and Individual Differences, 23(1), 971–990.

Paunonen, Sampo V., & Ashton, Michael C. (2001). Big five predictors of academic achievement. Journal of Research in Personality, 35, 78–90. Pengaturan akademik program sarjana (S-1) Universitas Sumatera Utara. (2010). Pervin, A Lawrence., Cervone, Daniel., & John, Oliver P. (2005). Personality

theory and research. New York: John Wiley & Sons.

Poropat, Arthur E. (2009). A meta-analysis of the five factor model of personality and academik performance. American Psychological Association, 135(2), 322–338.

Prasetyo, Bambang., & Jannah, Lina Miftahul. (2005). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Purwanto, M. N. (2004). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rini, Esti Setya.(2012). Hubungan tingkat pendidikan orang tua dan prestasi

belajar siswa dengan minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kalasan tahun ajaran 2011/2012 (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ekonomi. Diunduh tanggal 20 Februari 2013, dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jkpai/artic le/download/878/697.

Schultz, Duane., & Schultz, Sydney Ellen. (1994). Theories of personality (5th Edition). California: Brooks/Cole Publishing Company.


(5)

Septiarini, Nesia. (2011). Hubungan tipe kepribadian dengan indeks prestasi pada mahasiswa program A di fakultas keperawatan universitas sumatera utara. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran. Diunduh tanggal 2 Mei 2013, dari http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/26923..

Siagian, Corry Maryana. (2011). Hubungan Antara Motif Berprestasi dengan Kecenderungan Berwirausaha Pada Mahasiswa Psikologi universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Psikologi. Diunduh tanggal 12 Mei 2012, dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789 /23570.

Sobur, Alex. (2006). Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.

Suryabrata, Sumandi. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Sudjana. (2001). Metode statistika. (Rev. Ed). Bandung: Tarsito.

Trapmann, Sabrina., & Hell, Benedikt. (2007). Meta-analysis of the relationship between the big five and academic success at university. Zeitschrift für Psychologie, 215(2), 132-151.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Yang Aktif Berorganisasi Di Universitas Sumatera Utara

15 117 62

Hubungan Kepribadian dengan Tingkat Prestasi Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 3 94

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Kepribadian Big Five Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Antara Kepribadian Big Five Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kepribadian Big Five Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 11

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kepribadian Big Five Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 4

HUBUNGAN ANTARA MINAT TERHADAP FAKULTAS DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS Hubungan Antara Minat Terhadap Fakultas Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 6 15

Hubungan Kepribadian dengan Tingkat Prestasi Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 11

Hubungan Kepribadian dengan Tingkat Prestasi Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Kepribadian Big Five 1. Sejarah - Differential Item Functioning (DIF) Etnis pada Big Five Inventory (BFI) versi Adaptasi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

0 0 27