Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Rational Emotive Behaviour
Kalau digambaran hubungan antara peristiwa, sistem keyakinan dan reaksi, seperti digambar sebagai berikut:
A B C D
Antecedent Belief
Emotional Disputing Event
Consequence Gambar 2.1 Hubungan Dimensi ABCD
Setelah ABC menyusul Disputing D yaitu penerapan metode ilmiah untuk membantu konseling menantang keyakinan keyakinan emosional yang telah
mengakibatkan gangguan gangguan emosi dan tingkah laku.
Jadi, sistem keyakinan individu dalam terapi rational emotive behaviour berkiar pada dua kemungkinan, yaitu rasional atau tidak rasional. Jika
individu mampu berpikir secara rasional maka tidak akan mengalami hambatan emosional. Begitu juga sebaliknya. Terapi rational emotive
behaviour tentang kepribadian menggunakan formula A-B-C, akan tetapi dilengkapi oleh Ellis sebagai teori konseling menjadi
A-B-C-D-E antecedent event - belief - emotional consequence – disputing - effect.
Effect E yang dimaksud disini adalah keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses konseling.
Menurut Spiegler Guevremont dalam Siregar 2013:19, menyatakan bahwa sebagai langkah penting dalam memenuhi masalah partisipan dengan
lebih tepat berdasarkan pendekatan cognitive behaviour, perlu dilakukan analisa fungsional atau analisa masalah berdasarkan prinsip SORC.
Adapun prinsip SORC, sebagai berikuit ini: S stimulus
: Peristiwa yang terjadi sebelum individu menunjukkan perilaku tertentu
O organism : Partisipasi dengan aspek kognisi C dan emosi E
didalamnya. R response
: Apa yang dilakukan oleh individu atau organism, sering juga disebut dengan perilaku behaviour, baik perilaku
yang tampak ataupun perilaku yang tidak nampak. C Consequence : Peristiwa yang terjadi setelah atau sebagai suatu hasil
dari sebuah perilaku.