PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

I WAYAN EKO RIAWAN

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
Penelitian ini menggunakan posttest only control design. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Seputih Raman
tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini dipilih dari lima kelas dengan
teknik purposive sampling. Kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII
D sebagai kelas konvensional. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada model
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis

siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

Kata Kunci : Konvensional, Pemahaman konsep matematis, Think Pair Share

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap I Wayan Eko Riawan yang biasa disapa Ko’ atau Eko
dilahirkan di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman pada tanggal 15 Juli
1989. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak I Wayan Tarno dan
Ibu Ni Wayan Murji.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Buyut Baru Seputih Raman dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Seputih Raman dan lulus pada
tahun 2005. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Seputih Raman dan lulus pada tahun 2008.
Tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada
tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA

Negeri 1 Banyumas dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik Unila di Pekon
Sriwungu Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

Moto
“Hidup tidak menghadiahkan barang
sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja
keras.”

"Sukses tidak ada yang gratis, harus dibeli
dengan perjuangan dan pengorbanan."

Persembahan
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini
untuk orang-orang yang selalu berharga dalam hidupku
Ayah (I Wayan Tano) dan Ibuku tercinta (Ni Wayan Murji) yang telah
membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan,
serta selalu ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus
ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.
Adikku yang telah memberikan dukungan dan semangatnya padaku.
Terimakasih untuk UYer, engkau telah mendukung, mendoakan, mendampingi

serta menemaniku disaat menghadapi semua ujian.
Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku,
dari kalian aku belajar memahami arti persaudaraan.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
dan
Almamater Universitas Lampung tercinta

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan penyertaanNya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap

Tahun Pelajaran

2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ibu Dra.Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga,
saran, motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
2. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen pembimbing II yang dengan
tulus ikhlas meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk
memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan pada penulisan skripsi
ini.

ii

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung sekaligus
pembahas yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi
lebih baik.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas
Lampung.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak I Made Widana S.Pd., selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi
mitra dalam penelitian di SMP Negeri 2 Seputih Raman serta seluruh siswa
kelas VII A dan VII D yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.
9. Ayahanda I Wayan Tarno, Ibunda Ni Wayan Murji, dan Adikku serta keluarga
besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat
dalam hidupku.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Kiki, Riko, Mahardika, Dedi, Deki, Rico, Rusdi,
Tri, Nando, Aan, dan Aziz yang senantiasa memberikan perhatian dan
motivasi.

iii

11. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Kiki, Riko, Rico,
Dedi, Deki, Mahardika, Radit, Persi, Lina, Anggek, Endah, dan Eka. Terima
kasih atas persaudaraan, kebersamaan, dan semangat selama ini dan semuanya

tetap semangat untuk menjadi guru yang terbaik.
12. Kakak tingkat 2006 sampai 2007 dan adik tingkat 2009 sampai 2013.
Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini.
13. Keluarga KKN dan PPL Pekon Sriwungu Kecamatan Banyumas Kabupaten
Prengsewu Semoga kekeluargaan dan silaturahim kita akan terus terjalin.
14. Pengurus Referensi P.MIPA dan Perpustakaan UNILA yang telah melayani
dalam peminjaman buku serta skripsi.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung,

Juli 2014

Penulis,

I Wayan Eko Riawan

iv


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ..... viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................

5


D. Manfaat Penelitian .....................................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori................................................................................................

8

1.Pembelajaran Kooperatif .......................................................................

8

2.Pembelajaran Kooperatif tipe TPS ........................................................


11

3. Pemahaman Konsep Matematis............................................................

13

4. Pembelajaran Konvensional………………………………………….

16

B. Kerangka Pikir ...........................................................................................

17

C. Anggapan Dasar ........................................................................................

18

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................


18

v

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ..................................................................................

19

B. Desain Penelitian .......................................................................................

20

C. Prosedur Penelitian ....................................................................................

20

D. Data Penelitian ...........................................................................................

21


E. InstrumenPenelitian....................................................................................

21

1. Validitas isi Instrumen………………………………………………....

22

2. Uji Reliabilitas Instrumen.....................................................................

23

3. Tingkat Kesukaran................................................................................

24

4. Daya Pembeda......................................................................................

26

F.Analisis Data ...............................................................................................

27

a. Uji Normalitas…………………………………………………………

27

b. Uji Homogenitas………………………………………………………
c. Uji Hipotesis…………………………………………………………..

29
30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..........................................................................................

32

B. Pembahasan................................................................................................

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................

39

B. Saran ..........................................................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1. Data hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman………….......

19

3.2 Desain Penelitian ................................................................................ …..

20

3.3 Pedoman Penskoran Indikator Pemahaman Konsep .......................... ……

23

3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas................................................................

24

3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ................................................. ........

25

3.6 Tingkat Kesukaran Tes ....................................................................... ……

25

3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ........................................................ ……

26

3.8 Daya Pembeda Tes………………………………………………………...

27

3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas……………………………………….............

28

3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas……………………………………............

30

4.1 Rekapitulasi Hasil Pemahaman Konsep Matematis Siswa ................ ……

32

4.2 Rekapitulasi Uji Hipotesis .................................................................. ……

33

4.3 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kelas Ekperimen ................ ……

34

4.4 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kelas Kontrol ...................... ……

34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS ............................................. ….45
A.2 Lembar Kerja Siswa ............................................................................. ….77
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional……………………..107
A.4 Soal Latihan…………………………………………………………….138
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis ...................................... ...149
B.2 Post-Test. .............................................................................................. ...151
B.3 Kunci Jawaban dan Rubik Penskoran ................................................... ...152
B.4 Form Penilaian Validitas Post-Test...........................................................155
C. ANALISISDATA
C.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ............................................................ ...159
C.2 Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ............................. ...161
C.3 Hasil Post-Test Kelas Eksperimen .................................................... ...162
C.4 Hasil Post-Test Kelas Kontrol………………………………………...163
C.5 Uji Normalitas Kelas Eksperimen……………………………………..164
C.6 Uji Normalitas Kelas Kontrol……………………………………........168
C.7 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis……………....172

viii

C.8 Uji Kesamaan Dua Rata-rata .............................................................. ...173
C.9 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ............. ...175
C.10 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol ................... ...178

ix

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan
pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai
kesejahteraan hidup.

Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin

dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, harus dikembangkan
pembelajaran yang menuntut siswanya belajar lebih aktif, berpikir kritis dan tidak
hanya berpedoman pada guru yang harus dimiliki peseta didik dan bisa diterapkan
melalui pembelajaran matematika.

Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia. Dalam Pembelajaran matematika, salah satu tujuan yang ingin
dicapai adalah agar siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis.

2
Pemahaman konsep matematis yang baik perlu dikembangkan agar siswa dapat
memiliki kemampuan berfikir logis, kritis, dan kreatif.

Secara global, banyak siswa di Indonesia yang memiliki pemahaman konsep
matematis yang masih rendah, terutama pada siswa setingkat SMP. Berdasarkan
data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), yaitu suatu
organisasi internasional yang mengukur kemampuan matematika dan sains di
berbagai negara dan dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru
Indonesia, diketahui bahwa 76,6% siswa setingkat SMP di Indonesia memiliki
kemampuan matematika yang rendah. Kenyataan ini didukung oleh hasil studi
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011
(Mullis et al 2012) mempublikasikan hasil studi terbarunya yaitu rata-rata skor
matematika Indonesia adalah 386, dari rata-rata skor internasional adalah 500.
Pencapaian ini turun 11 poin dari rata-rata skor matematika Indonesia tahun 2007
yaitu 397. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa Indonesia masih rendah.

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa
masih kurang baik dipengaruhi oleh kurangnya antusias siswa untuk belajar.
Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan
enggan mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hal ini dikarenakan oleh
pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan pola interaksi
pembelajaran konvensional melalui ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, siswa harus dilibatkan secara
mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori

3
dan hukum-hukum matematika yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah.
Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan
penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya
prestasi belajar siswa yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu
pendidikan.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi persoalan yang
telah disebutkan di atas adalah memilih suatu pendekatan, strategi, metode, atau
model pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan matematika kepada siswa,
sehingga diharapkan konsep-konsep matematika yang telah disampaikan dapat
dipahami oleh siswa dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam

pembelajaran matematika di kelas diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami suatu konsep
matematis.

Nurhadi (2004: 112) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran ini menekankan pada diskusi dan kerjasama dalam
kelompok sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran. Pembelajaran ini juga membantu siswa memahami konsepkonsep sulit, berpikir kritis, serta memberikan efek terhadap sikap menerima
perbedaan antar individu.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (TPS). Tipe
pembelajaran ini menekankan pada kemampuan berpikir siswa.

Model

4
pembelajaran ini mempunyai tiga tahapan dalam pelaksanaannya. Pada tahap
pertama, siswa dituntut untuk berpikir (think) secara mandiri untuk memahami
suatukonsep matematis. Tahap kedua, siswa berpasangan (pair) untuk
mendiskusikan atau bertukar pikiran atas konsep matematis tersebut.

Tahap

terakhir, siswa dan pasangannya mempresentasikan (share) hasil diskusi di depan
kelompok lain. Tipe pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk selalu aktif
berpartisipasi, komunikatif, berpikir kritis dalam memahami konsep matematis.

Kesulitan dalam memahami konsep matematis juga dialami oleh siswa kelas VII
SMP Negri 2 Seputih Raman.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

matematika SMP Negri 2 Seputih Raman diperoleh informasi bahwa sebagian
besar siswa hanya mampu mengerjakan soal latihan yang biasa diberikan oleh
guru. Siswa mengalami kesulitan saat dihadapkan dengan soal yang menuntut
kemampuan pemahaman konsep matematis.
masih

digunakannya

paradigma

Kenyataan ini disebabkan oleh

pembelajaran

lama

yaitu

pembelajaran

konvensional.

Pembelajaran konvensional masih digunakan oleh kalangan guru di SMP Negeri
2 Seputih Raman. Siswa SMP Negeri 2 Seputih Raman kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran di kelas, yang berakibat siswa kurang memahami konsep
matematis yang disajikan oleh guru pada pembelajaran konvensional.

Oleh

karena itu akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajara
kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Seputih Raman. Diharapkan dengan tipe pembelajaran kooperatif tipe
TPS dapat memperbaiki pemahaman konsep matematis siswa di sekolah tersebut.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman?”

Dari rumusan masalah ini, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
“Apakah pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa
pada pembelajaran konvensional?”
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Seputih Raman.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan
terhadap

perkembangan

pembelajaran

matematika,

terutama

terkait

pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain.

6
a. Bagi guru, memberikan informasi tentang salah satu penerapan model
pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika.
b. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda) yang
dapat membentuk atau merubah watak. Pada penelitian ini

akan dilihat

pengaruh model pembelajaran kooperatif tepe Think Pair Share terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Model pembelajaran

Kooperatif tipe TPS dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa apabila kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tipe pembelajaran kooperatif tipe
TPS lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran
kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara
berpikir dan komunikasi siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk berpikir

(think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu,
berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan berbagi (share) dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini berpusat pada guru

7
dan siswa bersifat pasif. Pada pembelajaran ini guru menjelaskan materi,
memberi contoh soal dan memberikan soal-soal untuk menguji kemampuan
siswa.
4. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam
memahami konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa
setelah dilakukan tes. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Menyajikan konsep matematis.
d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
f. Memberi contoh dan non contoh.
g. Mengaplikasikan konsep.
5. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah garis dan sudut.

8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

Suherman (2003: 260), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menuntut
siswa bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya. Pada pembelajaran ini siswa dibekali kemampuan untuk
dapat bersosialisasi dengan baik, meningkatkan interaksi antar siswa serta
hubungan yang saling menguntungkan diantara mereka.Pembelajaran ini siswa
dituntut untuk saling bekerjasama dengan siswa lain, agar pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

MenurutIsmail(2002:

12)

pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yaitu kerja sama antar
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas
pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan
berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok
kooperatif untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar terlibat secara aktif.

9
Lebih lanjut, Trianto (2010:60) mengungkapkan terdapat unsur-unsur penting
dalam belajar kooperatif, antara lain yaitu:
1.

Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2.

Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat.Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antar siswa.

3.

Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal; (a) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompok.

Terkait dengan pembelajaran kooperatif, menurut Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur
dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri.
3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki
tujuan sama.
4. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untukbelajar bersama dalam proses belajarnya.

10
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yangditangani dalam kelompok kooperatif.

Lebih

lanjut,Djamarah(2000:157)

kooperatif mempunyai kelebihan.

mengungkapkan

bahwa

pembelajaran

Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif

diantaranya adalah
1.

Kelompok

memiliki

sumber

yang

lebih

banyak

dari

pada

individu.Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang jelas lebih banyak
dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.
2.

Anggota kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota yang
lain, yang berusaha agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberhasilan
kelompok.

3.

Kelompok dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.

4.

Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang
diambil melalui keterlibatannya dalam diskusi.

5.

Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu
dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran kooperatif mendorong terbentuknya
pribadi siswa yang utuh, karena selain mengembangkan kemampuan siswa secara
kognitif, melalui pembelajaran kooperatif siswa juga dibekali kemampuan untuk
dapat bersosialisasi dengan baik. Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah
satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi antar
siswa. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

11
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dkk di Universitas Maryland.
Menurut Nurhadi (2004:23) TPS merupakan struktur pembelajaran yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu
pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan
keterampilan siswa.

Selanjutnya Lie (2004: 57) menyatakan bahwa TPS merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

Keunggulan model

pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa.

Uno dan Nurdin (2011: 119) menyatakan bahwa kegiatan guru dalam langkahlangkah penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai
berikut.
1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri
(think)
2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair).
3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share).

Lebih lanjut Trianto (2010: 82) mengungkapkan bahwa dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut. (a) berpikir (thinking), (b) berpasangan (pairing), (c) berbagi
(sharing).Pertama guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu

12
permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa
diminta untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri untuk
beberapa saat.Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang
lain untuk mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Guru memberi waktu
untuk melakukan diskusi dengan pasangannya.Akhirnya guru meminta kepada
pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas dengan mempresentasikan tentang
apa yang telah mereka diskusikan dengan teman sekelompoknya di depan kelas.
Siswa yang lainnya menanggapi apa yang dipresentasikan dengan seksama .

Berdasarkan pendapat diatas, langkah-langkah penerapan model pembelajaran
tipe TPS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1). Tahap Think (berpikir secara invidual)
Melalui tanda dari guru, siswa diberikan batasan waktu untuk berpikir sendiri
mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan.Waktu harus ditentukan oleh
guru yang dalam penentuannya guru harus mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,
jenis dan bentuk pertanyaan yang disuguhkan, serta jadwal pembelajaran
untuk setiap kali pertemuan.Siswa akan memiliki anggapan bahwa mungkin
saja mereka mengemukakan jawaban yang salah, tapi harus dijelaskan oleh
guru bahwa hal tersebut tidak apa-apa karena setiap siswa dapat
mengemukakan jawaban berbeda.
2). Tahap Pair (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Tahap ini membantu siswa dalam melatih kemampuan
pemahaman konsep matematis yang telah mereka peroleh pada tahap

13
Thinkdalam bentuk lisan terhadap pasangannya.Tahap ini akan menumbuhkan
kepercayaan diri siswa dalam berargumen untuk mempertahankan gagasannya
ketika berdiskusi dengan pasangannya.
3). Tahap Share (berbagi)
Pada tahap akhir ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi hasil
jawaban dengan keseluruhan kelas.Tahap akhir dari pembelajaran kooperatif
tipe TPS ini memiliki beberapa keuntungan bagi siswa, diantaranya mereka
dapat melihat kesamaan konsep matematis yang diungkapkan dengan cara
yang berbeda.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses
informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan interaksi antara siswa.Tipe
TPS diawali dengan prosesberfikir (think)yaitu siswa terlebih dahulu berfikir
secara individu terhadap masalah yang disajikan oleh guru, selanjutnya
berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan tahapan terakhir yaitu berbagi (share)
dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas..

3. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 636) berarti pengertian, pendapat; pikiran, aliran; haluan;
pandangan, mengerti benar (akan); tahu benar (akan), pandai dan mengerti benar
(tentang suatu hal). Lebih lanjut, Sardiman (2008: 42) menyatakan bahwa
pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan
pikiran.Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya,

14
maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa
memahami suatu situasi.

Sagala (2008: 71) berpendapat bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh
dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
Pengertian konsep yang lain dikemukakan olehSagala (2008: 73) bahwa konsep
adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek-obyek, kejadian-kejadian,
kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut,
sifat-sifat, atau ciri-ciri umum yang sama.

Soedjadi (2000: 14) menyatakan konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek.

Sebagai

contoh, segitiga adalah nama dari suatu konsep abstrak dan bilangan asli adalah
nama suatu konsep yang lebih kompleks karena terdiri dari beberapa konsep yang
sederhana, yaitu bilangan satu, bilangan dua, dan seterusnya.

Konsep

berhubungan erat dengan definisi. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat
ilustrasi atau gambaran dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa
yang dimaksud konsep.

Berdasarkan uraian diatas, pemahaman konsep adalah pengertian mengenai
sesuatu

dalam

menggolongkan

pikiran
atau

yang

mengakibatkan

mengklasifikasikan

seseorang
sekumpulan

mampu

untuk

obyek.Konsep

merupakanhasil dari pemikiran seseorang ataupun sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sesuai dengan fakta, peristiwa, dan pengalaman yang

15
memiliki hubungan-hubungan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri umum
yang sama.

Uno (2011: 124) berpendapat matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat
hierarkis, yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi
berikutnya.Oleh karena itu, pemahaman suatu konsep matematis sangat
diperlukan siswa agar dapat memahami konsep matematis pada materi ajar
berikutnya.

Agar siswa dalam memahami suatu konsep, diperlukan contoh-

contoh yang cukup, sehingga mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut.
Siswa perlu diberi contoh yang memenuhi rumusan yang diberikan.

Menurut Wardhani(2008: 10) menyatakan bahwa indikator pemahaman konsep
matematis siswa adalah sebagai berikut.
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematis adalah kemampuan siswa untuk menguasai materi dengan cara
menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang
dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan
oleh siswa. Dalam memahami definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari

16
materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur
secara efisien dan tepat, serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman
konsep

4.

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran
yang diawali dengan cara menerangkan materi menggunakan metode ceramah,
kemudian memberikan contoh-contoh soal latihan dan penyelesaiannya. Sumarno
(2011) mengemukakan bahwa kegiatan yang lebih sering dilakukan di dalam
pembelajaran konvensional adalah pemberian informasi (telling) daripada
memperagakan (demonstaring) atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menampilkan unjuk kerja secara langsung (doing direct performance). Oleh sebab
itu, dapat dikatakan bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah.
Dalam hal ini, peran guru adalah menyiapkan dan memberikan pengetahuan atau
informasi, sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan
melakukan aktivitas-aktivitas sesuai informasi yang diberikan.

Lebih lanjut, Sukandi (2003) berpendapat pendekatan konvensional ditandai
dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan
kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk
melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan. Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud
adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai
“pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.

17
Berdasarkan uraian di atas disimpulan bahwa pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran dengan pola interaksi yang banyak didominasi oleh guru dan siswa
bersifat pasif dalam pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini pembelajaran
konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan pemberian materi oleh
guru melalui ceramah, diskusi kelompok, dan pemberian tugas.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap
pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas, dan satu
variabel terikat. Dalam hal ini, yang menjadi variabel bebas adalah model
pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan menarik,
dimana siswa dapat belajar secara aktif untuk dapat memahami konsep matematis
dengan berbagai cara, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Model kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran yang menggunakan
interaksi-interasi yang mengubah kemampuan dan bakat alami siswa menjadi
lebih bermanfaat bagi mereka dengan model pembelajaran yang dapat
memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon dan
saling membantu satu sama lain. Model pembelajaran tipe TPS dapat membuat
siwa berfikir sendiri, bekerja sama dalam kelompoknya, berbagi dengan siswa
lain, menghargai pendapat orang lain, aktif bertanya, dan mau menjelaskan ide
atau pendapatnya.Oleh sebab itu, dengan model pembelajaran tipe TPS

18
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.

Dari uraian di atas, diharapkan penerapan pembelajaran matematika dengan
pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep
matematis siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah
1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP N 2 Seputih Raman tahun
pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain
model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Penelitian.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman
konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman.
2. Hipotesis Kerja.
Pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TPS
lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran
konvensional.

19

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2
Seputih Raman Tahun Pelajaran 2013/2014.Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru diketahui bahwa di SMP Negeri 2 Seputih Raman tidak ada kelas yang
diunggulkan, kemampuan siswa antar kelas homogen. Hal ini terlihat pada ratarata nilai tes semester ganjil SMP Negeri 2 Seputih Raman Tahun Pelajaran
3013/2014 seperti tertera pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Seputih Raman
No
Kelas
1
VII A
2
VII B
3
VII C
4
VII D
5
VII E
Rata-rata nilai populasi

Rata-rata Nilai
6,51
6,68
6,64
6,63
6,42
6,57

Sampel dalam penelitian ini dipilih dari lima kelas menggunakan teknik
Purposive Sampling.Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki
rata-rata nilai kelas yang mendekati rata-rata nilai populasi, yaitu kelas VII A
dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D dengan
jumlah siswa 30 orang sebagai kelas kontrol.

20
B. Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan desain post-test onlycontrolgroup designdengan
kelompok pengendali tidak diacak sebagaimana dikemukakan Furchan (1982:
368) sebagai berikut:

Tabel 3.2. Desain Penelitian
Kelas
Perlakuan
E
X
K
C

Pos-test
Y1
Y2

Keterangan:
E = kelas eksperimen
K = kelas pengendali atau kontrol
X = perlakuan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS
C = perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional
Y1 = pemberian Post-test pada kelas eksperimen
Y2 = pemberian Post-test pada kelas kontrol

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut.
1. Melakukan observasi pada tanggal 12 November 2013 untuk melihat kondisi
lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswa, karakteristik siswa
serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan untuk
kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

21
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep matematis
sekaligus aturan penskorannya.
4. Melakukan validasi instrumen.
5. Melakukan uji coba instrumen pada tanggal 14 Maret 2014 di kelas VIIIA
SMP Negeri 2 Seputih Raman.
6. Menganalisis data hasil uji coba instrumen.
7. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
mulai tanggal 3 Maret sampai 2 April 2014.
8. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
9. Menganalisis data dan membuat laporan

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, berupa nilai yang diperoleh dari
tes pemahaman konsep matematis pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas yang menggunakan pembelajaran
konvensional.Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes.
Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, untuk melihat pengaruh model pembelajaran terhadap pemahaman
konsep matematis siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep
matematis. Perangkat tes terdiri dari lima item soal uraian (lihat pada lampiran
B.2). Penyusunan soal tes diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal, dengan

22
memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai. Untuk mendapatkan data
yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu validitas isi, reliabilitas, tingkat kesukaran
dan daya beda.

1. Validitas isi Instrumen
Validitas isi dari instrumen tespemahaman konsep matematis ini diketahui dengan
cara membandingkan isi yang terkandung dalam instrument tes dengan indikator
pembelajaran yang telah ditentukan dan indikator pemahaman konsep matematis
siswa. Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid dilakukan langkah-langkah
berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep matematis sesuai dengan
kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan indikator pemahaman konsep
matematis.
b. Membuat soal tes pemahaman konsep matematis berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat dan menyusun pemberian skor butir soal. Penyusunan pemberian
skor butir soal tes pemahaman konsep matematis sesuai dengan pedoman
penskoran seperti tertera pada tabel 3.3.
c. Validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mitra mengenai
kesesuaian

antara

kisi-kisi

dengan

soal

tes

pemahaman

konsep

matematis.Berdasarkan penilaian guru mitra, soal tes pemahaman konsep
matematis telah dinyatakan valid (lihat pada lampiran B.4), langkah
selanjutnya adalah mengadakan uji coba soal yang dilakukan di luar sampel
penelitian yaitu di kelas VIII A.

23
Menurut Yustisia (2011: 21) menyatakan pedoman penskoran tes kemampuan
pemahaman konsep matematis disajikan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
No
1.

2

Indikator
Menyatakan ulang suatu
konsep

Mengklasifikasi objek
menurut sifat tertentu sesuai
dengan konsep nya

a.
b.
c.
a.
b.
c.

3

Memberi contoh dan
noncontoh

a.
b.
c.

4

Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi
matematika

a.
b.
c.

5

Mengembangkan syarat
perlu dan syarat cukup suatu
konsep

a.
b.
c.

6

7

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur atau operasi
tertentu

a.
b.

Mengaplikasikan konsep

a.
b.
c.

c.

Ketentuan
Tidak menjawab
Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah
Menyatakan ulang suatu konsep dengan
benar
Tidak menjawab
Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
tetapi tidak sesuai dengan konsepnya.
Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya
Tidak menjawab
Memberi contoh dan noncontoh tetapi salah
Memberi contoh dan noncontoh dengan
benar
Tidak menjawab
Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika tetapi salah
Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika dengan benar
Tidak menjawab
Mengembangkan syarat perlu dan syarat
cukup dari suatu konsep tetapi salah
Mengembangkan syarat perlu dan syarat
cukup dari suatu konsep dengan benar
Tidak menjawab
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur tetapi salah
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur dengan benar
Tidak menjawab
Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat
Mengaplikasikan konsep dengan tepat

Skor
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2

2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil yang
tetap sama. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen ini didasarkan
pada pendapat Sundayana (2014: 69)yang menyatakan bahwa untuk menghitung
koefisien reliabilitas tes dapat digunakan rumus Alphayaitu sebagai berikut.
2
 n   Si 
r11  
 1
Si 2 
 n  1 

24
Keterangan:
r11

= koefisien reliabilitas tes

n

= banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

 Si
Si2

2

= jumlah varians skor dari tiap butir item
= varian total

Sundayana

(2014,

70)menginterpretasikan

koefisienreliabilitasdengan

kriteriayang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (r)
Interpretasi
0,00 ≤ r< 0,20
Sangat Rendah
0,20 ≤ r< 0,40
Rendah
0,40 ≤ r< 0,60
Sedang/Cukup
0,60 ≤ r< 0,80
Tinggi
0,80 ≤ r< 1,00
Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien realibilitas instrument tes diperoleh r11 =
0,79. Oleh karena itu, instrument tes kemampuan pemahaman konsep matematis
tersebut memiliki realibilitas yang Tinggi.( Lampiran C.1 )

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Sundayana (2014: 76) menyatakan tingkat kesukaran merupakan keberadaan
suatu butir soal apakah dipandang sukar, sedang, atau mudah dalam
mengerjakannya.
digunakan rumus:

TK 

SA  SB
IA  IB

Untuk menghitung nilai tingkat kesukaran suatu butir soal

25
Keterangan:
TK : nilai tingkat kesukaran suatu butir soal.
SA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah.
SB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah.
IA: jumlah skor ideal kelompok atas.
IB : jumlah skor ideal kelompok bawah.

Sundayana (2014: 77) menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal dengan
kriteria indeks kesukaran sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai
Interpretasi
TK = 0,00
Sangat sukar
0,00

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PEGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 203

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44