PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Ganjil SMANegeri 1 Seputih Raman TahunPelajaran 2013/2014)
PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPASemester Ganjil SMA
Negeri 1 Seputih Raman Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
I PUTU YUDIARTA Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN(Kuasai Eksperimental Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Ganjil
SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Pelajaran 2013/2014)
(Skripsi)
Oleh
I PUTU YUDIARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(3)
(4)
(5)
(6)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pikir... ... 6
G. Hipotesis ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 9
B. Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri ... 11
C. Keterampilan Berfikir Kritis ... 16
D. Aktivitas Belajar Siswa ... 17
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
B. Populasi dan Sampel ... 20
C. Desain Penelitian ... 20
D. Prosedur penelitian ... 21
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 26
F. Teknik Analisis Data ... 30
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35
(7)
xiv
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN 1. Silabus ... 55
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58
3. Lembar Kerja Siswa ... 74
4. Soal Pretes dan Postes ... 113
5. Data Hasil Penelitian ... 125
6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 137
(8)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, menjadikan persaingan antar individu semakin ketat. Sehingga hanya yang berkualitas yang dapat memenangkan persaingan tersebut. Mereka yang berkualitas antara lain adalah orang-orang yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan ini harus dilatih melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Sekolah sebagai suatu institusi penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membantu
siswanya mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) pembelajaran biologi bertujuan agar peserta didik dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan serta dapat membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif (BSNP, 2006 : VI).
Selama ini, kemampuan berpikir kritis masih belum terjiwai oleh siswa
sehingga belum dapat berfungsi maksimal. Ini dapat dilihat dari masih terdapat lulusan yang tidak memiliki keterampilan berpikir kritis, seperti yang
(9)
bahwa terdapat tiga keluhan utama para pimpinan perusahaan terhadap lulusan sarjana, yaitu rendahnya keterampilan menulis dan komunikasi secara lisan, ketidakmampuan dalam memecahkan masalah, dan kesulitan dalam bekerja secara tim.
Proses berpikir kritis dalam pembelajaran sangat diperlukan, terutama untuk mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tidak pernah berhenti belajar. Hal ini di dukung oleh tim BBE yang menyatakan berpikir adalah salah satu
kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh setiap manusia, sehingga siswa yang memiliki kecakapan hidup (life skill) berani menghadapi problema kehidupan dan mampu memecahkannya (Tim BBE, 2002:2). Penting bagi siswa untuk menjadi pemikir kritis dan mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan dimasa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Namun, pada kenyataannya Penerapan proses belajar mengajar di Indonesia kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis (Sanjaya, 2008:1). Hal ini disebabkan pembelajaran yang disampaikan kurang menarik siswa untuk berpikir karena hanya disuguhi materi tanpa melibatkan proses penemuan yang meraka lakukan sendiri, sehingga siswa kurang mengaitkan fakta yang terjadi dilapangan dengan konsep-konsep sains. Alasan lain rendahnya kemampuan siswa dalam belajar adalah kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam mengajar (Oleyede, 2004:2).
(10)
3
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Seputih Raman diketahui bahwa selama proses pembelajaran guru belum menggunakan bahan ajar yang memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini diduga karena bahan ajar yang digunakan oleh guru sudah berupa konsep-konsep pelajaran. Akibatnya siswa hanya menerima konsep yang diberikan oleh guru bahkan hanya menghafal konsep-konsep
pembelajaran tersebut. Selain itu, pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih mengunakan metode ceramah. Dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah siswa hanya duduk diam saja dan hanya mendengarkan yang dikatakan oleh gurunya. Kondisi tersebut akan mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran terutama proses inkuiri siswa, akibatnya siswa kurang aktif dalam berpikir ataupun melakukan aktivitas fisik yang menunjang pembelajarannya.
Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan upaya untuk mencari inovasi pembelajaran untuk mengoptimalkan keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satunya dengan pemanfaatan bahan ajar dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) berbasis inkuiri . LKS berbasis inkuiri adalah lembar kerja siswa yang berdasarkan proses inkuiri. Menurut Keller (1992:28) inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan pada siswa yang memecahkan masalah dari guru atau buku teks melalui cara-cara ilmiah, melalui pustaka dan melalui pertanyaan dan guru membimbing siswa dalam menentukan proses pemecahan dan identifikasi solusi sementara dari masalah tersebut. Metode inkuiri adalah metode belajar yang menekankan pada proses menjawab masalah, bukan pada membuat masalah. Pembelajaran dilakukan untuk menemukan suatu konsep
(11)
sehingga seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Dalam memecahkan suatu masalah inilah siswa dituntut untuk berpikir secara aktif dan mengembangkan kemempuan berpikirnya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang menunjang pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Nurhidayati (2011:84) bahwa LKS berbasis inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi jaringan tumbuhan. Dengan kata lain LKS berbasis inkuiri melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh pengunaan LKS Berbasis Inkuiri terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Jaringan Tumbuhan (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penggunaan LKS berbasis inkuiri berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok jaringan tumbuhan?
2. Apakah penggunaan LKS berbasis inkuiri berpengaruh terhadap
(12)
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan LKS berbasis inkuiri terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Pengaruh penggunaan LKS berbasis inkuiri terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Peneliti yaitu memberikan pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru untuk menggali keterampilan berpikir kritis siswa dan aktivitas belajar siswa.
2. Guru biologi yaitu memberikan alternatif dalam memilih dan
mengembangkan bahan ajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Siswa yaitu memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. 4. Sekolah yaitu meningkatkan mutu pembelajaran dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran khususnya biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:
(13)
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA 2 ( kelas eksperimen) dan XI IPA 1 ( kelas kontrol) semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014 di SMA Negeri 1 Seputih Raman.
2. Bahan ajar yang digunakan yaitu LKS berbasis inkuiri
3. Aspek KBK menurut Ennis (1) Memberikan argumen, (2) Melakukan deduksi, (3) Melakukan induksi (dalam Herniza, 2011: 19).
4. Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas siswa dalam mengemukakan ide/gagasan, melakukan kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mengajukan pertanyaan
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Jaringan Tumbuhan dengan KD 2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengkait kannya dengan fungsinya, menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi adalah pembelajaran yang bukan hanya sekedar penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa, juga buka sekedar menghafal materi pembelajaran. Dalam pembelajaran biologi siswa dituntut untuk berpikir dalam menemukan konsep-konsep sendiri yang dibantu oleh guru sebagai fasilitator. Oleh karena itu siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir dari siswa dapat dikembanmgkan dengan konsep inkuiri atau memotifasi siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang
(14)
7
Y X
Salah satu cara yang diduga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah dengan pemilihan bahan ajar yang tepat. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah lembar kerja siswa yang berbasis inkuiri. LKS ini memakai azas inkuiri yaitu penemuan konsep-konsep secara mandiri melalui pemecahan suatu masalah dengan guru sebagai fasilitator. LKS ini berisi masalah-masalah yang telah dibuat oleh guru, masalah-masalah inilah yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa. Dalam proses pemecahan masalah ini siswa dituntut untuk berpikir baik secara individu maupun kelompok untuk menemukan pemecahan dari masalah yang diberikan. Proses pemecahan masalah inilah yang mendorong siswa melakukan aktivitas-aktivitas yang mendukung proses pembelajaran. Melalui aktivitas tersebut pembelajaran akan menjadi lebih berkesan bagi siswa. Hal ini yang nantinya diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan aktivitas-aktivitas belajar siswa.
Penelitian ini mengenai pengaruh penggunaan LKS berbasis Inkuiri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan LKS berbasis inkuiri dan variabel terikatnya adalah KBK siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
(15)
Keterangan:
X: Penggunaan LKS berbasis inkuiri Y: KBK Siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
G.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. H0= Tidak ada pengaruh yang signifikan pada LKS berbasis inkuiri terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
H1= Ada pengaruh yang signifikan pada LKS berbasis inkuiri terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Penggunaan LKS berbasis inkuiri berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
(16)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebuah bahan ajar paling tidak mencangkup antara lain, petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja (dapat berupa lembar kerja) dan evaluasi. Bahan ajar disusun dengan tujuan untuk, membantu siswa untuk mempelajari sesuatu, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar (Majid, 2007:60).
Bahan ajar dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok antara lain bahan cetak (printed), dengar (audio), pandang dengar (audi visual) dan interaktif (interactif teaching material). Salah satu dari contoh bahan ajar adalah lembar kerja siswa. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara okumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Majid, 2007:174).
(17)
Menurut Amri dan Ahmadi (159:2010) tujuan dan manfaat dari penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut:
Tujuan penyusunan bahan ajar
1. Menyediakan bahan ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan seting atau lingkungan sosial peserta didik. 2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar
disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diporeh. 3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Manfaat penyusunan bahan ajar bagi guru
a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
b. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
c. Memperkaya karena berkembangnya dengan mengunakan berbagai refrensi.
d. Menambah kekhasan pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulus bahan ajar.
Manfaat peyusunan bahan ajar bagi siswa
1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
2. Kesempatan belajar secara mendiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
(18)
11
3. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.
B. Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri
Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa, petunjuk, langkah-langkah menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis (Majid, 2007:176). Menurut Sunyono lembar kerja siswa merupakan media pembelajaran yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan berfungsi untuk mengembangkan keterampilan berfikir siswa (Faoziah, 2012:14).
Dalam menyiapkanya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai karena sebuah lembar kerja siswa harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/tidaknya sebuah kopetensi dasar oleh peserta didik (Majid, 2007:177). LKS dapat digunakan untuk (1) melibatkan siswa dalam pembelajaran, (2) membantu mengarahkan siswa dalam menemukan konsep melalui aktivitas sendiri atau kelompok kerja, (3) mengembangkan keterampilan proses sains, (4)
mengembangkan sikap ilmiah, dan (5) membangkitkan minat terhadap alam sekitarnya, (Hendro dan Kaligis dalam Isti R.2012:1).
Menurut Widjajanti (dalam Faoziah, 2012:15) LKS selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai beberapa fungsi yang lain, yaitu:
(19)
1. Dapat digunakan untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman materi yang telah dikuasai oleh siswa.
3. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 4. Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif
mungkin.
5. Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan atau kelompok. 6. Dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan meningkatkan rasa ingin tahu
siswa.
7. Dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar jika LKS disusun secara rapi, sistematis, dan mudah dipahami oleh siswa.
Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar menurut Prianto dan Harnoko (dalam Faoziah, 2012:15) memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan proses.
4. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar secara sistematis.
LKS berbasis inkuiri adalah LKS yang berisi tahapan-tahapan inkuiri. Melalui proses inkuiri, orang dapat menemukan hal-hal dan pengetahuan-pengetahuan yang baru Trianto ( dalam arfianti, 2013:4). Inkuiri memiliki beberapa aspek yang khas yang membedakannya dengan
(20)
13
teknik pembelajaran lain. Berikut ini adalah pendapat Gulo (dalam Arfianti, 2013:23) mengenai tahapan inkuiri:
1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Mengajukan pertanyaan atau permaslahan adalah langkah awal dalam tahapan inkuiri yang akan membawa siswa pada suatu persoalan 2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permaslahan yang dapat diuji dengan data melalui percobaan. Hipotesis haruslah memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis.
3) Mengumpulkan data
Hipotesis yang telah dirumuskan dapat digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
4) Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan dari data hasil percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah, maka siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang dilakukannya 5) Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh siswa.
(21)
Proses ikuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluhan kelompok para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri bukan dijejali dengan pengetahuan (Hamalik, 2001:220).
Pembelajaran berdasarka inkuiri berpusat pada siswa kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pernyataan melalui suatu prosedur yang digunakan secara jelas dan struktural kelompok (Hamalik, 2001:68).
Pelaksanaan pembelajaran inkuiri mempunyai tiga macam cara, yaitu: a) Inkuiri terpimpin.
Pada inkuirí terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti. Dari jawaban yang dikemukakan, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan pendapat yang telah
dikemukakan. b) Inkuiri bebas.
Dalam hal ini siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientis. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen (penyelidikan) dilakukan sendiri, dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri. c) Inkuiri bebas yang dimodifikasi.
Berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya (Sumiati dan Asra, 2008: 103).
(22)
15
Menurut Stone dan Shuaili (dalam Faoziah, 2012:17). LKS inkuiri memiliki karakteristik yaitu:
1. Hasil pengamatan belum ditetapkan sebelumnya sehingga hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa dapat beragam.
2. Pendekatanya bersifat deduktif, yaitu dengan mengamati contoh yang kompleks/khusus sehingga siswa dapat menemukan prinsip atau konsep yang dipelajari.
3. Prosedur percobaan dirancang dan dikombinasi oleh siswa.
Keunggulan inkuiri adalah
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”self-concept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka
4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif, dan merumuskan hipotesanya sendiri
5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik 6. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri
(23)
10.Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Roestiyah, 2008: 76-77).
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending).
“Mengingat”pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan,
sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan
dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori Reason (dalam Sanjaya, 2006: 228). Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi (Carolina, 2010:10).
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai sebuah proses sistematis yang
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri, atau sebuah proses terintegrasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi logika dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain. Adapun tujuan dari berpikir kritis ini adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam, dan mengungkapkan makna dari sebuah kejadian Jonshon (dalam Puspita, 2011:14).
Taksonomi kemampuan berpikir kritis dapat diklasifikasikan pada taksonomi Bloom. Taksnonomi Bloom versi baru terdiri atas remember (mengingat),
(24)
17
understand (memahami), apply (mengaplikasi), analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi), dan create (berkreasi/membuat) Widodo (dalam Sari dan Nurchasanah, 2012:2).
Keterampilan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Indikator Keterampilan berpikir kritis
No Keterampilan
Berpikir Kritis Indikator
1 Memberikan argumen
Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.
2
Melakukan deduksi
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.
3
Melakukan induksi
Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik. 4 Melakukan
evaluasi
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif. Sumber: Ennis (dalam Herniza, 2011: 19).
D. Aktivitas Belajar
Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentusesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong siswa agar siswa beraktifitas melakukan sesuatu. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tapi juga meliputri aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental (Sanjaya, 2008:170), karena pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melaksanakan aktifitas sendiri (Hamalik, 2001:171).
(25)
Karena aktifitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli
mengatakan klasifikasi atas macam-macam aktifitas tersebut. Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2001:172) aktifitas belajar aktifitas belajar dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, ialah:
1. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan atau oral
Mengemukakan suatu fakta atau peinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau dikusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental
(26)
19
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, menghubung-hubungkan, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain lain.
Menurut Hamalik (2001:175) penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pembelajaran para siswa karena
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
3. Memupuk kerjasama harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Menumpuk kedisiplinan secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6. Pembelajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis.
7. Pembelajaran di masyarakat menjadii hidup sebagaimana aktifitas dalam kehidupan di masyarakat.
(27)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil bulan September 2013 tahun pelajaran 2013/2014, di SMA Negeri 1 Seputih Raman.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seputih Raman tahun pelajaran 2013/2014. Untuk kepentingan penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling dengan mengambil dua kelas dari empat kelas yang ada dan diperoleh kelas XI A2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI A1 sebagai kelas kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretes-posttes tak ekuivalen. Kelas kontrol diberi perlakuan menggunakan LKS non-inkuiri, sedangkan kelas eksperimen dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri.
Hasil pretes dan postes pada kedua kelas subyek dengan membandingkan gain.
(28)
21
Struktur desainnya adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).
Keterangan :
I = Kelas eksperimen (Kelas XI IPA2) II = Kelas kontrol (Kelas XI IPA1) O1 = Pretes
O2 = Postes
X = Pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri C = Pembelajaran menggunakan LKS non-inkuiri
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan
masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. c. Menetapkan sampel penelitian sebagai kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
d. Membuat bahan ajar yaitu LKS berbasis inkuiri dan LKS non-inkuiri untuk setiap submateri pokok Jaringan Tumbuhan.
Kelas Pretes
Perlakuan
postes
I
O
1X
O
2(29)
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan mengunakan LKS berbasis inkuiri untuk kelas eksperimen dan LKS non-inkuiri untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
Kelas Eksperimen a. Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru.
Pertemuan I: ”Pada pembelajaran sebelumnya kalian telah sama-sama belajar bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil makhluk hidup. Lalu apakah sel itu dapat dikelompokan? ” kalau bisa, apa dasar pengelompokannya? Pertemuan II: ”Pada pertemuan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap sel
pembentuk suatu jaringan memiliki bentuk yang berbeda, mengapa sel-sel penyusun jaringan tersebut berbeda satu sama lainnya? ”
(30)
23
Pertemuan I: ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui betapa sempurnanya ciptaan Tuhan, begitu
kompleksnya penyusun suatu makluk hidup, dari sel penyusun yang paling terkecil, berkerjasama menyusun jaringan dan seterusnya.hinga membentuk suatu sistem yang membuat suatu individu dapat melakukan proses kehidupan”.
Pertemuan II: ”Dengan mempelajari materi ini, diharapkan kita dapat lebih mensyukuri karunia Tuhan karena begitu sempurna ciptaan-Nya. Jaringan tersusun oleh sel-sel yang berbeda-beda secara struktur antara jaringan satu dengan yang lainya. Perbedaan tersebut dikarenakan sel-sel tersebut melakukan fungsi yang berbeda-beda pada setiap jaringan. Dengan kerjasama antar jaringan dengan fungsi yang berbeda tersebut maka proses
kehidupan akan tetap berjalan”
b. Kegiatan Inti
1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS berbasis Inkuiri sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya.
2) Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi. Perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.
3) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
4) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang masih membuatnya bingung dan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi.
(31)
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah disampaikan.
2) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Kelas Kontrol
a. Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru.
Pertemuan I: ”Pada pembelajaran sebelumnya kalian telah sama-sama belajar bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil makhluk hidup. Lalu lalu apakan sel itu dapat di kelompok-kelompokan? ” dan apa dasar
pengelompokannya? Pertemuan II: ”Pada pertemuan
sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap sel pembentuk suatu jaringan memiliki bentuk yang berbeda, mengapa sel-sel
penyusun jaringan tersebut berbeda satu sama lainnya?
3) Siswa memperoleh motivasi dari guru.
Pertemuan I: ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui betapa sempurnanya ciptaan Tuhan, begitu
kompleksnya penyusun suatu makluk hidup, dari sel penyusun yang paling terkecil, berkerjasama menyusun jaringan dan
(32)
25
seterusnya hinga membentuk suatu sistem yang membuat suatu individu dapat melakukan proses kehidupan”.
Pertemuan II: ”Dengan mempelajari materi ini, diharapkan kita dapat lebih mensyukuri karunia Tuhan karena begitu sempurna ciptaan-Nya. Jaringan tersusun oleh sel-sel yang berbeda-beda secara struktur antara jaringan satu dengan yang lainya. Perbedaan tersebut di karenakan sel-sel tersebut melakukan fungsi yang berbeda-beda pada setiap jaringan. Dengan kerjasama antar jaringan dengan fungsi yang berbeda tersebut
maka proses kehidupan akan tetap berjalan”
b. Kegiatan Inti
1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS non-Inkuiri sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya.
2) Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi. Perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.
3) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
4) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang masih membuatnya bingung dan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi.
c. Kegiatan Penutup.
1) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah disampaikan.
(33)
2) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa skor KBK oleh siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. KBK oleh siswa ditinjau berdasarkan
perbandingan gain yang dinormalisasi dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:
Gain =
Keterangan:
Gain = rata-rata gain
Spost = rata-rata skor postes
Spre = rata-rataskor pretes
Smax = skor maksimum
Tabel 2. Kriteria gain
% Peningkatan Kriteria %g> 70
70 > %g> 30 %g< 30
Tinggi Sedang Rendah
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran mengunakan LKS berbasis inkuiri.
Spost – Spre
(34)
27
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pretes dan Postes
Data KBK adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun
kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 5 soal essay. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut Purwanto (dalam Suwandi, 2012:31).
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajara. Setiap siswa diamati skor kegiatan yang
dilakukan dengan cara memberi tanda ( ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Kegiatan pengamatan dan
pemberian skor ini di bantu oleh observer.
Tabel. 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa.
No Nama Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa
A B C D
1 2 3
S = R X 100 N
(35)
4 5 dst. Jumlah skor Skor maksimum Persentase Kriteria
Keterangan Aspek Aktivitas Belajar Siswa: A. Mengemukakan ide/gagasan berdasarkan
permasalahan yang ada pada LKS
1. Tidak mengemukakan ide/gagasan (diam saja). 2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai
dengan pembahasan pada materi pokok keragaman pada sistem organisasi kehidupan.
3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan pembahasan pada materi pokok keragaman pada sistem organisasi kehidupan.
B. Melakukan kegiatan diskusi
1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok
2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok keragaman pada sistem organisasi kehidupan. 3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan
pembahasan pada materi pokok keragaman pada sistem organisasi kehidupan.
C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 1. Siswa dalam kelompok kurang dapat
mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan.
3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.
D. Mengajukan pertanyaan
1. Tidak mengajukan pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada pembahasan pada materi pokok keragaman pada sistem organisasi kehidupan.
(36)
29
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan pembahasan pada materi pokok
keragaman pada sistem organisasi kehidupan.
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang LKS berbasis Inkuiri yang telah diterapkan dalam pembelajaran. Angket ini berupa delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif dengan dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Item pernyataan pada angket.
No. Pernyataan- Pernyataan S TS
1 Saya senang mempelajari materi pokok Jaringan Tumbuhan dengan metode belajar yang digunakan oleh guru.
2 Saya senang mempelajari materi pokok Jaringan Tumbuhan dengan LKS yang dibuat oleh guru.
3 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan metode belajar yang digunakan oleh guru.
4 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan dengan LKS yang dibuat oleh guru.
5 LKS yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan saya dalan berpikir kritis.
6 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 7 Saya merasa sulit mengerjakan LKS dengan
metode yang dibuat oleh guru.
8 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.
(37)
F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan bantuan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program SPSS versi 17.
Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, dalam Suwandi 2012:34).
b. Uji Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, dalam Suwandi 2012:35).
(38)
31
c. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Hipotesis
H0 = Rata-rata gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata gain kedua sampel tidak sama Kriteria Pengujian
Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto dalam Suwandi, 2012:35).
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hipotesis
H0 = rata-rata gain pada kelompok eksperimen sama dengan F kelompok kontrol.
H1 = rata-rata gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, dalam Suwandi, 2012:35).
● Uji Mann-Whitney U 1. Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda signifikan
H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan.
2. Kriteria Uji :
(39)
2. Data Kualitatif
a. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) oleh Siswa Tabel 5. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa
Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai.
Skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran (dimodifikasi dari
Fatimatuzzahra, 2011:37).
Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan
berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :
Tabel 6. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa
Nilai Kriteria
71 – 100 31 – 70
0 – 30
Tinggi Sedang Rendah (dimodifikasi dari Hake, 1999:1).
2) Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung No
Nama
Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
F P Kriter ia Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi No soal … No soal … No soal … Skor 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 1 2 3 4 5 dst Jumlah (F) Poin (P) Kriteria
(40)
33
persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.
1. Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:
Persentase = x 100%
2. Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 7.
Tabel 7. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
b. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan LKS Berbasis Inkuiri Data tanggapan diberikan kepada siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran mengguankan LKS berbasis inkuiri dikumpulkan
melalui penyebaran angket. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 8.
Tabel 8. Skor setiap jawaban angket.
Sifat Pernyataan
Skor
1 0
Positif S TS
Negatif TS S
Kategori indeks aktivitas siswa (%)
Interprestasi 0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
Skor perolehan Skor maksimum
(41)
Keterangan:
S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).
2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 9. Tanggapan siswa terhadap LKS berbasis inkuiri.
No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden (Siswa) Persentase 1 2 3 dst.
1 S
TS
2 S
TS
dst. S
TS
(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).
3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis Inkuiri
Tabel 10. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri.
Persentase (%) Kriteria 100
76 – 99 51 – 75
50 26 – 49
1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada
(42)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan LKS berbasis Inkuiri berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KBK siswa.
2. Ada pengaruh dari penggunaan LKS berbasis Inkuiri dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3. Sebagian besar siswa (76,45%) memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan LKS berbasis Inkuiri.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran dengan LKS berbasis Inkuiri dapat digunakan oleh guru
biologi sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan KBK siswa pada Materi Jaringan Tumbuhan.
(43)
2. Keterampilan Berfikir Kritis Siswa yang dilatih dalam LKS Berbasis Inkuiri sebaiknya lebih bervariasi sehingga lebih optimal dalam meningkatkan KBK siswa.
(44)
DAFTAR PUSTAKA
Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Arfianty, Hermie. 2013.Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Mengembangkan Ketermpilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa.diakses dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_ipa_1004679_chapter2.pdf. pada 05 april 2013 10.15 am)
BSNP. 2006. Standar dan Kompetensi DasarUntuk SMA/MA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Carolina, Hifni Septina. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Colleta, V. P. dan Phillips, J. A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California:
Department of Physics, Loyola Marymount University.
Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking:An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Diakses dari
faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThin king_51711_000. pada, (1 Maret 2013 12.05 a.m)
Faoziah, Khaerani. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia. Di akses dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0801329_chapter2.pdf pada (15 Februari 2013 09.00 p.m)
Fathurrohma. 2007. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Di akses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Fathurrohman,%20S.Pd., M.Pd/Berpikir%20Kritis.pdf pada (5 april 2013 10.40 a.m)
(45)
Fatimatuzzahra. 2011.Pengaruh Penggunaan Media Maket Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fatimatuzzahra. 2011. Pengaruh penggunaan media maket dengan model pembelajaran inkuiri terpimpin terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem(skripsi). Bandar Lampung. Universitas Lampung
Guza, A. 2009. UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen. Asa Mandiri. Jakarta.
Hake, R.R.1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855pada (15 februari 2013 10.16 p.m).
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Isti R ,delthawati. 2012. Pengembangan Lks Fisika Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Program Rsbi Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains.di akses dari
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/download/46/78/518/pdf. pada (15 februari 2013 09.15 a.m)
Keller, 1992. Journal of Motivation Disossiation and Analysis Student in
Class/Development and Use of The ARCS Model of Instructional Design Journal of Instructional Development (Line).di akses dari
http://www.scrb.journal/motivation.go.id. pada (19 februari 2013 10.15 a.m)
Majid,Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Oleyede, O.I. 2004. Effect of Small group Instructional Techniques on Chemistry Achievement of SSS slow Learners ABUJOUS. Nigeria: Scholl of Education, National Open University of Nigeria, Lagos.
Purnaningtyas,rulita. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dengan Tema “Asyiknya Berolahraga Dan Berkeringat” Guna Mengembangkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Smp Negeri 1 Klaten. di akses dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/download/66/43/133/pdf. pada (5 april 2013 09.05 p.m)
(46)
53
Puspita,laila. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Inkuiri Terpinpin Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis pada Materi Sistem Pernapasan
Manusia(skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
Roestiyah, N K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Sanjaya. Dr Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Kencana Predana Media Group. Jakarta
Sari,Dewi Nurnika dan Nurchasanah. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis Yang Tecermin Dalam Keterampilan Membaca Siswa Kelas Xi Ipa 1 Sma Islam Almaarif Singosari Malang. di akses dari
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29D9A8B1114C01B07E34063F0F7094 E9.pdf. pada (09 maret 2013 07.30 a.m)
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.
Suryanti dkk. 2008. Model – model Pembelajaran Inovatif. Surabaya.Universitas Negeri Surabaya
Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Tim BBE. 2002. Pendidikan Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas Broad Best Education (BBE).Surabaya: SIC
Wahyuni, sri. 2011.Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Ipa Berbasis Problem-Based Learning. Di akses dari
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf pada (05 april 2013 11.00 am)
(1)
34
Keterangan:
S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).
2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 9. Tanggapan siswa terhadap LKS berbasis inkuiri. No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden (Siswa) Persentase 1 2 3 dst.
1 S
TS
2 S
TS dst. S
TS
(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).
3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis Inkuiri
Tabel 10. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS berbasis inkuiri.
Persentase (%) Kriteria 100
76 – 99 51 – 75
50 26 – 49
1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan LKS berbasis Inkuiri berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KBK siswa.
2. Ada pengaruh dari penggunaan LKS berbasis Inkuiri dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3. Sebagian besar siswa (76,45%) memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan LKS berbasis Inkuiri.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran dengan LKS berbasis Inkuiri dapat digunakan oleh guru
biologi sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan KBK siswa pada Materi Jaringan Tumbuhan.
(3)
50
2. Keterampilan Berfikir Kritis Siswa yang dilatih dalam LKS Berbasis Inkuiri sebaiknya lebih bervariasi sehingga lebih optimal dalam meningkatkan KBK siswa.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Arfianty, Hermie. 2013.Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Mengembangkan Ketermpilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa.diakses dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_ipa_1004679_chapter2.pdf. pada 05 april 2013 10.15 am)
BSNP. 2006. Standar dan Kompetensi DasarUntuk SMA/MA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Carolina, Hifni Septina. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Colleta, V. P. dan Phillips, J. A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California:
Department of Physics, Loyola Marymount University.
Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking:An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Diakses dari
faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThin king_51711_000. pada, (1 Maret 2013 12.05 a.m)
Faoziah, Khaerani. 2012.Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia. Di akses dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0801329_chapter2.pdf pada (15 Februari 2013 09.00 p.m)
Fathurrohma. 2007. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Di akses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Fathurrohman,%20S.Pd., M.Pd/Berpikir%20Kritis.pdf pada (5 april 2013 10.40 a.m)
(5)
52
Fatimatuzzahra. 2011.Pengaruh Penggunaan Media Maket Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fatimatuzzahra. 2011. Pengaruh penggunaan media maket dengan model pembelajaran inkuiri terpimpin terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem(skripsi). Bandar Lampung. Universitas Lampung
Guza, A. 2009. UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen. Asa Mandiri. Jakarta. Hake, R.R.1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855pada (15 februari 2013 10.16 p.m).
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan(skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Isti R ,delthawati. 2012. Pengembangan Lks Fisika Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Program Rsbi Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains.di akses dari
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/download/46/78/518/pdf. pada (15 februari 2013 09.15 a.m)
Keller, 1992. Journal of Motivation Disossiation and Analysis Student in
Class/Development and Use of The ARCS Model of Instructional Design Journal of Instructional Development (Line).di akses dari
http://www.scrb.journal/motivation.go.id. pada (19 februari 2013 10.15 a.m)
Majid,Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Oleyede, O.I. 2004. Effect of Small group Instructional Techniques on Chemistry Achievement of SSS slow Learners ABUJOUS. Nigeria: Scholl of Education, National Open University of Nigeria, Lagos.
Purnaningtyas,rulita. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dengan Tema “Asyiknya Berolahraga Dan Berkeringat” Guna Mengembangkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Smp Negeri 1 Klaten. di akses dari http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/download/66/43/133/pdf. pada (5 april 2013 09.05 p.m)
(6)
Puspita,laila. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Inkuiri Terpinpin Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis pada Materi Sistem Pernapasan
Manusia(skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
Roestiyah, N K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Sanjaya. Dr Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Kencana Predana Media Group. Jakarta
Sari,Dewi Nurnika dan Nurchasanah. 2012.Kemampuan Berpikir Kritis Yang Tecermin Dalam Keterampilan Membaca Siswa Kelas Xi Ipa 1 Sma Islam Almaarif Singosari Malang. di akses dari
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel29D9A8B1114C01B07E34063F0F7094 E9.pdf. pada (09 maret 2013 07.30 a.m)
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung. Suryanti dkk. 2008. Model – model Pembelajaran Inovatif. Surabaya.Universitas
Negeri Surabaya
Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Tim BBE. 2002. Pendidikan Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas Broad Best Education (BBE).Surabaya: SIC
Wahyuni, sri. 2011.Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Ipa Berbasis Problem-Based Learning. Di akses dari
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf pada (05 april 2013 11.00 am)