jangka panjang atau peristiwa traumatis di tempat kerja dapat menyebabkan masalah psikologis dan menjadi konduktif untuk
gangguan kejiwaan yang mengakibatkan absen dari pekerjaan dan mencegah para pekerja untuk dapat bekerja lagi Leka, dkk., dkk.,
2003.
Saat sedang stres, orang merasa sulit untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan non-kerja. Pada saat yang
sama, mereka mungkin terlibat dalam kegiatan yang tidak sehat, seperti merokok, minum, dan penyalahgunakan narkoba. Stres juga dapat
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, mempengaruhi kemampuan orang untuk melawan infeksi Leka, dkk., 2003.
Hal yang dapat terjadi saat dipengaruhi oleh stres kerja yaitu, menjadi semakin tertekan dan mudah tersinggung, menjadi tidak dapat bersantai
atau berkonsentrasi, mengalami kesulitan berpikir logis dan membuat keputusan, kurang menikmati pekerjaan dan merasa kurang
berkomitmen untuk itu, merasa lelah, tertekan, cemas, mengalami kesulitan tidur, dan pengalaman masalah fisik yang serius, seperti:
penyakit jantung, gangguan sistem pencernaan, peningkatan tekanan darah, sakit kepala, gangguan muskuloskeletal seperti nyeri punggung
dan gangguan ekstremitas atas Leka, dkk., 2003.
2.2 Shift Kerja
Shift kerja didefinisikan sebagai jadwal kerja khusus dari serangkaian proses kerja yang berkelanjutan yang telah diatur agar proses kerja tidak terhenti.
Shift kerja merupakan metode pengaturan waktu kerja yang membuat para pekerja bisa saling berhasil sehingga kondisi kerja yang baik akan
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan jam-jam kerja dari pekerja secara individu pada hari-hari dan jam-jam yang berbeda ILO, 2004.
Rumah sakit atau Puskesmas yang memberikan pelayanan rawat inap mengharuskan adanya pengaturan shift kerja agar pelayanan kesehatan terus
diberikan kepada seluruh pasiennya. Di dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha atau pelayanan kesehatan diwajibkan untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Menurut Keputusan Menteri Tenaga kerja
dan Transmigrasi, No. Kep. 102MENVI2004 ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem yaitu: 1 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja
dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau 2 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu. Karena ada ketentuan tersebut dan proses kerja tidak bisa berhenti, maka diaturlah pembagian waktu kerja bagi setiap karyawan atau pegawai
dengan shift kerja. Periode kerja dibagi menjadi 3, yaitu periode pagi sampai sore, periode sore sampai malam, dan ada yang bekerja pada periode malam
sampai pagi Undang-undang No 13, 2003.
Pengalihan pekerjaan dari satu kelompok karyawan atau pegawai kepada kelompok karyawan atau pegawai yang lain dimaksudkan agar proses kerja
tidak berhenti dengan mempertimbangkan kemampuan fisik karyawan atau pegawai sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 13 tentang
Ketenagakerjaan. Di dalam sebuah rumah sakit atau Pusat Kesehatan masyarakat pengalihan kerja ini sangat penting karena objek pelayanan
kesehatan adalah manusia. Perkembangan kondisi kesehatan pasien harus terus dicermati dari waktu ke waktu dan tercatat. Informasi progress kondisi
pasien yang tercatat tersebut kemudian dijadikan dasar bagi dokter untuk memberikan tindakan medis berikutnya. Oleh karena itu pekerjaan
mengawasi kondisi pasien tidak bisa berhenti karena tidak ada perawat yang melanjutkan pekerjaan atau perawat kelelahan yang dapat berakibat pada
kelalaian pengawasan
terhadap pasien.
Dengan demikian
sistem shift adalah pengaturan jam kerja oleh suatu tempat kerja untuk mengerjakan sesuatu yang biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam
Ikrimadhani, 2015.
Harrington 2001 mengatakan bahwa di dalam sistem shift periode kerjanya berkisar 6
– 12 jam kerja dalam periode 24 jam. Sistem shift tradisional dimulai dari pukul 06.00, 14.00, dan 22.00, tetapi ada banyak variasi
pengaturan sistem shift ini.