Analisis Data Fluks dan Kumulatif Fluks CH

b 6 Pengambilan dan Pengukuran Gas Pengambilan gas CH 4 dilakukan secara manual di lapangan menggunakan boks berukuran 40 cm x 40 cm x 60 cm yang terbuat dari fleksigas. Pada saat tanaman mencapai ketinggian 60 cm digunakan box tambahan berukuran 40 cm x 40 cm x 50 cm, agar tanaman dapat masuk seluruhnya ke dalam box. Sampel gas diambil pada pukul 06.00 WIB menggunakan jarum suntik ukuran 5 ml dengan interval waktu pengambilan sampel setiap menit ke-6, 12, 18 dan 24. Pengambilan sampel dilakukan pada tempat yang sama yang telah diberi tanda Gambar 5. Sampel gas yang ada dalam injektor dibawa ke laboratorium untuk dianalisis konsentrasi gas CH 4 -nya menggunakan kromatografi gas yang dilengkapi dengan Flame Ionization Detector FID. Data yang dihasilkan berupa puncak peak akan masuk ke dalam integrator untuk diinterpretasikan dalam bentuk area. Kemudian data akan dikonversi dalam bentuk ppm menggunakan rumus sebagai berikut : C = 10.1 ppm x As Ac Keterangan : C : Konsentrasi CH 4 ppm 10.1 : Konsentrasi CH 4 standar ppm As : Area standar CH 4 Ac : Area sampel CH 4 Selanjutnya dibuat kurva linier untuk mencari perbedaan konsentrasi CH 4 per waktu ppmmenit. Data yang didapat akan dimasukkan ke dalam rumus perhitungan Fluks gas CH 4 , yaitu : F = 2 . 273 2 . 273 T x mV mW x Ach Vch x dt dc + F : Fluks gas CH 4 mgm 2 hari dcdt : Perbedaan konsentrasi CH 4 per waktu ppmmenit Vch : Volume boks m 3 Ach : Luas boks m 2 mW : Berat molekul CH 4 g mV : Tetapan volume molekul CH 4 22.41 l T : Suhu rata-rata selama pengambilan sampel C Nilai 273.2 : Tetapan suhu Kelvin IAEA 1993 Selanjutnya dari nilai fluks CH 4 yang didapat, dapat dihitung total emisi gas CH 4 kgha yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan. 7 Data Panen Data yang dimasukkan adalah komponen hasil, baik biomassa panen bobot jerami basah dan kering, hasil aktual panen Gabah Kering Giling GKG dengan kadar air 14 dan potensi hasil. Potensi hasil panen dihitung berdasarkan rumus : Potensi hasil tha = malairumpun x gabahmalai x gabah isimalai x berat 1000 butir x 10 -7 Presentase gabah hampa dan isi diambil dari 4 rumpun tanaman, berat 1000 butir diambil dari 5 rumpun secara acak, berat jerami basah dan berat jerami kering diambil dari ubinan yang berukuran 2 x 3 m.

d. Analisis Data

Data emisi CH 4 dan beberapa parameter tanaman dianalisis menggunakan program analysis of varian ANOVA untuk melihat perbedaan antar perlakuan dengan program SAS versi 6.12. Pengujian untuk melihat sejauh mana perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test DMRT yang dilanjutkan dengan analisis regresi untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati, yaitu jumlah anakan dan biomassa kering tanaman dengan fluks harian dan emisi CH 4. a Gambar 5 a Box yang digunakan untuk menangkap gas dari tanah dan tanaman padi diletakkan pada tempat yang sama b Pengambilan sampel gas CH 4. Gambar 6 Ilustrasi penanaman dan pemupukan tanaman padi pada perlakuan a Non PTT tergenang, b Non PTT intermittent, c PTT intermittent, d PTT tergenang dan e SRI. : Penggenangan : Pengeringan a b e c d HASIL

a. Fluks dan Kumulatif Fluks CH

4 Pola fluks CH 4 secara umum selama satu musim tanam dapat dilihat pada Gambar 7. Fluks CH 4 dari kelima perlakuan mengalami peningkatan di awal pertumbuhan tanaman dan cenderung menurun ketika tanaman memasuki fase reproduktif sampai menjelang panen. Selain fase pertumbuhan tanaman, cara budidaya pertanian juga mempengaruhi fluks CH 4 yang dikeluarkan. Hal ini dapat terlihat dari adanya kesamaan pola fluks CH 4 pada perlakuan yang mengalami proses penggenangan-pengeringan intermittent, di mana nilai fluks CH 4 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang mengalami penggenangan terus-menerus. Nilai fluks CH 4 tertinggi terdapat pada perlakuan PTT tergenang 1019.1 mgm 2 hari dan Non PTT tergenang 633.8 mgm 2 hari. Proses penggenangan yang terus-menerus menyebabkan nilai Eh tanah semakin menurun dan menciptakan kondisi anaerob yang sangat sesuai bagi bakteri metanogen sebagai penghasil CH 4. Sebaliknya pada perlakuan yang mengalami proses pengairan intermittent , nilai fluks CH 4 tertinggi hanya sebesar 465.1 mgm 2 hari untuk perlakuan PTT intermittent, 455.4 mgm 2 hari untuk perlakuan SRI dan 358.4 mgm 2 hari untuk perlakuan Non PTT intermittent. Data fluks CH 4 selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 4. Grafik kumulatif fluks CH 4 disajikan dalam Gambar 8. Selama pelaksanaan penelitian, secara kumulatif perlakuan PTT tergenang memiliki nilai fluks CH 4 tertinggi, kemudian diikuti oleh perlakuan Non PTT tergenang, Non PTT intermittent, PTT intermittent dan terendah pada perlakuan SRI. Pada perlakuan Non PTT intermittent dan PTT intermittent nilainya tidak jauh berbeda. Pada periode pengeringan 57-63 HSS dan 74-80 HSS, pengukuran CH 4 dilakukan setiap hari untuk mengetahui besarnya perubahan fluks CH 4 selama pengeringan. Grafik perubahan fluks selama pengeringan disajikan pada Gambar 9 dan 10. Fluks CH 4 saat pengeringan 57-63 HSS untuk perlakuan intermittent, yaitu Non PTT intermittent , PTT intermittent dan SRI cenderung menurun. Pada awal pengeringan 57 HSS fluks CH 4 tertinggi terdapat pada perlakuan SRI sebesar 126.96 mgm 2 hari diikuti oleh PTT intermittent dan Non PTT intermittent sebesar 117.83 dan 95.16 mgm 2 hari Lampiran 5. Pada pengukuran selanjutnya nilai fluks CH 4 terus menurun sampai akhir pengeringan 63 HSS dimana nilai fluks CH 4 tertinggi terdapat pada perlakuan Non PTT intermittent sebesar 21.48 mgm 2 hari, kemudian diikuti oleh perlakuan SRI dan PTT intermittent sebesar 15.17 dan 13.33 mgm 2 hari. Nilai fluks CH 4 saat pengeringan pada 74- 80 HSS tidak stabil. Secara keseluruhan nilainya lebih rendah dibandingkan dengan fluks saat pengeringan pada 57-63 HSS. Selama periode pengeringan, nilai fluks CH 4 terendah terdapat pada hari terakhir pengeringan 80 HSS, yaitu sebesar - 3.02 mgm 2 hari untuk perlakuan PTT intermittent , 1.75 mgm 2 hari untuk Non PTT intermittent dan 9.02 mgm 2 hari untuk perlakuan SRI Lampiran 5. Selain proses pengeringan fase pertumbuhan tanaman juga mempengaruhi besarnya fluks CH 4 yang dikeluarkan. Pada saat pengeringan 57-63 HSS tanaman memasuki fase vegetatif, di mana terdapat jumlah anakan maksimum yang mempengaruhi besarnya fluks CH 4 . Sedangkan pada pengeringan 74-80 HSS jumlah anakan aktif menurun, sehingga nilai fluks CH 4 lebih rendah. Grafik kumulatif fluks CH 4 pada saat pengeringan dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12. Dari gambar tersebut dapat diketahui perlakuan yang mengalami penurunan fluks CH 4 paling besar selama periode pengeringan. Gambar 11 periode pengeringan 57-63 HSS menunjukkan bahwa perlakuan PTT intermittent mengalami penurunan paling besar, kemudian diikuti oleh perlakuan SRI dan Non PTT intermittent. Pada Gambar 12 periode pengeringan 74-80 HSS penurunan fluks CH 4 paling besar terdapat pada perlakuan SRI, sedangkan untuk perlakuan PTT intermittent dan Non PTT intermittent penurunannya tidak berbeda jauh. Data kumulatif fluks CH 4 pada saat pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 5. 1000 2000 3000 4000 5000 6000 16 22 28 34 40 46 52 58 64 70 76 82 88 94 100 106 112 Hari setelah sebar HSS K u m u la ti f f lu k s C H 4 m g m 2 Non PTT Tergenang Non PTT Intermittent PTT Intermittent PTT Tergenang SRI -5 15 35 55 75 95 115 135 57 58 59 60 61 62 63 Hari setelah sebar HSS F lu k s C H 4 m g m 2 h a r i Non PTT Intermittent PTT Intermittent SRI Pengeringan Perlakuan intermittent Perlakuan tergenang Gambar 8 Kumulatif fluks CH 4 dari kelima perlakuan selama satu musim tanam. Pengeringan Gambar 7 Fluks CH 4 dari kelima perlakuan selama satu musim tanam. 200 400 600 800 1000 1200 16 22 28 34 40 46 52 58 64 70 76 82 88 94 100 106 112 Hari setelah sebar HSS F lu k s C H 4 m g m 2 h a ri Non PTT Tergenang Non PTT Intermittent PTT Intermittent PTT Tergenang SRI Pemupukan I 25 HSS Pemupukan II BWD I 48 HSS Pemupukan III BWD III 64 HSS Panen P-5 104 HSS Panen P 1-4 108 HSS Keterangan : Keterangan : Gambar 9 Fluks CH 4 saat pengeringan pada 57-63 HSS untuk perlakuan intermittent. Tergenang Tergenang Gambar 10 Fluks CH 4 saat pengeringan pada 74-80 HSS untuk perlakuan intermittent. -5 15 35 55 75 95 115 135 74 75 76 78 79 80 Hari setelah sebar HSS F lu k s C H 4 m g m 2 h a r i Non PTT Intermittent PTT Intermittent SRI Tergenang Tergenang Hujan Gambar 11 Kumulatif fluks CH 4 saat pengeringan pada 57-63 HSS untuk perlakuan intermittent. -5 95 195 295 395 495 595 695 57 58 59 60 61 62 63 Hari setelah sebar HSS F lu k s C H 4 k u m u la ti f m g m 2 Non PTT Intermittent PTT Intermittent SRI Tergenang Tergenang Gambar 12 Kumulatif fluks CH 4 saat pengeringan pada 74-80 HSS untuk perlakuan intermittent. -5 95 195 295 395 495 595 695 74 75 76 78 79 80 Hari setelah sebar HSS F lu k s C H 4 k u m u la ti f m g m 2 Non PTT Intermittent PTT Intermittent SRI Tergenang Tergenang

b. pH dan Potensial Redoks Tanah