Jarak u dan v , d u , v = u − v , u − v Basis orthonormal Diketahui V ruang hasil kali dalam dan v

Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 45 kali titik dalan ruang – n Euclides juga merupakan hasil kali dalam jadi konsep yang digunakan ini akan lebih luas daripada konsep sebelumnya. Misalkan V merupakan ruang hasil kali dalam , u , v ∈ V maka a. Panjang u = u , u ½

b. Jarak u dan v , d u , v = u − v , u − v

½ c. Misalkan φ sudut antara u dan v dalam RHD , maka besar cos φ adalah : v u v u , cos = θ Jika u dan v saling tegak lurus maka 2 2 2 v u v u + = + Bukti v u v u v u + + = + , 2 = v v u u v u , , + + + = v u v v u u , 2 , , + + = 2 2 v u + Contoh 6.2.1 Diketahui V adalah RHD dengan hasil kali dalam u , v = u 1 v 1 + 2u 2 v 2 + u 3 v 3 dengan u = u 1 ,u 2 ,u 3 , v = v 1 ,v 2 ,v 3 . Jika vektor – vektor a , b ∈ V dengan a = 1,2,3 dan b = 1,2,2 , Tentukan a. Besar cos α jika sudut yang dibentuk antara a dan b adalah α b. Jarak antara a dan b Jawab b a b a , cos = θ a , b = 1.1 + 2.2.2 + 2.3 = 15 2 2 2 3 2 . 2 1 + + = a = 18 2 2 2 2 2 . 2 1 + + = b = 13 Jadi b a b a , cos = θ = 13 18 15 = 234 15

VI.3 Basis orthonormal Diketahui V ruang hasil kali dalam dan v

1 , v 2 ,…, v n adalah vektor – vektor dalam V. Beberapa definisi penting a. H = { v 1 , v 2 ,…, v n } disebut himpunan orthogonal bila setiap vektor dalam V saling tegak lurus ,yaitu v i , v j = 0 untuk i ≠ j dan i,j = 1,2,…,n. Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 46 b. G = { v 1 , v 2 ,…, v n }disebut himpunan orthonormal bila - G himpunan orthogonal - Norm dari v i = 1 , i = 1,2,…,n atau v i , v i = 1 Metode Gramm–Schimdt Metode Gramm–Schimdt digunakan untuk merubah suatu himpunan vektor yang bebas linier menjadi himpunan yang orthonormal. , jadi dalam hal ini disyaratkan himpunan yang ditransformasikan ke himpunan orthonormal adalah himpunan yang bebas linier. Jika yang akan ditransformasikan adalah himpunan vektor yang merupakan basis dari ruang vektor V maka metode Gramm–Schimdt akan menghasilkan basis orthonormal untuk V. Sebelum membahas tentang metode ini, akan dibahas tentang proyeksi orthogonal vektor terhadap ruang yang dibangun oleh himpunan vektor. Diketahui H = { v 1 , v 2 ,…, v n } adalah himpunan vektor yang bebas linier dari ruang vektor V dengan dim ≥ n dan S = { w 1 , w 2 ,…, w n } merupakan himpunan yang orthonormal . Jika W menyatakan ruang yang dibangun oleh w 1 , w 2 ,…, w n maka untuk setiap vektor z 1 dalam W , dapat dituliskan z 1 = k 1 w 1 + k 2 w 2 +…+ k n w n dengan k 1 , k 2 , …,k n skalar. Jika u adalah sembarang vektor dalam V , maka tentunya u dapat dituliskan sebagai jumlah dari dua vektor yang saling tegak lurus misalkan z 1 dan z 2 , jadi dapat dituliskan u = z 1 + z 2 . Karena z 1 dalam W , maka sebenarnya z 1 merupakan proyeksi orthogonal u terhadap W , sedangkan z 2 merupakan komponen vektor u yang tegak lurus terhadap W. Jadi untuk menentukan z 1 , maka harus ditentukan nilai k 1 , k 2 , …,k n sedemikian hingga nilai k 1 merupakan panjang proyeksi u terhadap w 1 , k 2 merupakan panjang proyeksi u terhadap w 2 dan seterusnya sehingga k n merupakan panjang proyeksi u terhadap w n . Proyeksi orthogonal u terhadap w i adalah proy Wi u = u , w i , dikarenakan w 1 , w 2 ,…, w n merupakan vektor – vektor yang orthonormal . Jadi dapat dituliskan bahwa proyeksi orthogonal u terhadap W adalah : proy w u = z 1 = u , w 1 w 1 + u , w 2 w 2 +…+ u , w n w n dengan { w 1 , w 2 ,…, w n } merupakan himpunan orthonormal. Komponen u yang tegak lurus terhadap W adalah z 2 = u – u , w 1 w 1 + u , w 2 w 2 +…+ u , w n w n Misal diketahui K = { v 1 , v 2 , …, v n } adalah himpunan yang bebas linier, maka K dapat dirubah menjadi himpunan S = { w 1 , w 2 , …, w n } yang orthonormal dengan menggunakan metode Gramm–Schimdt yaitu : 1. 1 1 1 v v w = , ini proses normalisasi yang paling sederhana karena hanya melibatkan satu vektor saja. Pembagian dengan 1 v bertujuan agar w i memiliki panjang = 1 , pada akhir langkah ini didapatkan w 1 orthonormal. Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 47 2. 1 1 2 2 1 1 2 2 2 , , w w v v w w v v w − − = Pada akhir langkah ini didapatkan dua vektor w 1 dan w 2 yang orthonormal. 3. 2 2 3 1 1 3 3 2 2 3 1 1 3 3 3 , , , , w w v w w v v w w v w w v v w − − − − = . . . n. 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 , ... , , , ... , , − − − − − − − − − − = n n n n n n n n n n n n n w w v w w v w w v v w w v w w v w w v v w Secara umum w i = i W i i W i v pro v v pro v − − dengan W merupakan ruang yang dibangun oleh w 1 ,.., w i–1 . Pada metode ini, pemilihan v 1 , v 2 ,…, v n tidak harus mengikuti urutan vektor yang diberikan tetapi bebas sesuai keinginan kita karena satu hal yang perlu diingat bahwa basis suatu ruang vektor tidak tunggal. Jadi dengan mengubah urutan dari v 1 , v 2 ,…, v n sangat memungkinkan didapatkan jawaban yang berbeda – beda . Pemilihan urutan dari v 1 , v 2 ,…, v n yang disarankan adalah yang mengandung hasil kali dalam yang bernilai 0 yaitu v i , v j = 0, dalam kasus ini bisa diambil v 1 = v i dan v 2 = v j dan seterusnya. Contoh 6.3.1 Diketahui H = { a , b , c } dengan a = 1,1,1 , b = 1,2,1 , c = −1,1,0 a. Apakah H basis R 3 ? b. Jika ya , transformasikan H menjadi basis orthonormal dengan menggunakan hasil kali dalam Euclides Jawab a. Karena dim R 3 = 3 dan jumlah vektor dalam H = 3 , maka untuk menentukan apakah H merupakan basis R 3 atau bukan , adalah dengan cara menghitung determinan matriks koefisien dari SPL A x = b dengan b adalah sembarang vektor dalam R 3 , yaitu = det           − 1 1 1 2 1 1 1 1 . Jika det = 0 maka berarti H bukan merupakan basis R 3 , sebaliknya jika det ≠ 0 maka berarti vektor – vektor di H bebas linier dan membangun R 3 , jadi H merupakan basis R 3 . Dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ketiga, didapatkan Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 48 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 − − − = − = 3 − 2 = 1 Karena det = 1 ,ini berarti H merupakan basis dari R 3 b. Hasil kali dalam antara a , b dan c a , b = 4, a , c = 0 , b , c = 1 Untuk memilih basis yang perhitungannya lebih sederhana dapat diambil v 1 = a , v 2 = c , v 3 = b a. 3 1 , 1 , 1 1 = = a a w b. = = − − = c c w w c c w w c c w 1 1 1 1 2 , , 2 , 1 , 1 − { Karena a , c = 0 maka c , 1 w = , , = = a c a a a c } c. 2 2 1 1 2 2 1 1 3 , , , , w w b w w b b w w b w w b b w − − − − = = c c b a a b b c c b a a b b , 2 1 , 3 1 , 2 1 , 3 1 − − − − c c b a a b b , 2 1 , 3 1 − − = =          − −           −           1 1 2 1 1 1 1 3 4 1 2 1             − 3 1 6 1 6 1 =           − 2 1 1 6 1 6 1 6 6 , 2 1 , 3 1 = = − − c c b a a b b Jadi w 3 =           − 2 1 1 6 1 s Normalisasi himpunan orthogonal ke himpunan orthonormal Diketahui V RHD dan H = { v 1 , v 2 ,…, v n } ∈ V merupakan himpunan orthogonal dengan v i ≠ 0 maka bisa didapatkan himpunan orthonormal yang didefinisikan sebagai S = { s 1 , s 2 ,…, s n } dengan s i = i i v v , i = 1,2,…,n. Kalau dilihat secara seksama , sebenarnya rumusan ini merupakan rumusan dari metode Gramm– Schimdt yang telah mengalami reduksi yaitu untuk nilai proy W v i = 0 akibat dari v 1 , v 2 ,…, v n yang saling orthogonal. Proses untuk mendapatkan vektor yang orthonormal biasa disebut dengan menormalisasikan vektor. Jika dim V = n , maka S juga merupakan basis orthonormal dari V. Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 49 Contoh 6.3.2 Diketahui dan a , b , c ∈ R 3 dengan a = 2,–1,1 , b = 2,5,1 , c = –1,0,2 .Jika R 3 merupakan RHD Euclides, Transformasikan a , b , c ke basis orthonormal Jawab a , b = 0 , a , c = 0 , b , c = 0 2 2 2 1 1 2 a + − + = = 6 , 30 1 5 2 b 2 2 2 = + + = , 5 2 1 c 2 2 2 = + + − = Misalkan H = { a , b , c } maka H merupakan himpunan orthogonal Dim R 3 = 3 jadi dapat ditentukan basis orthonormal untuk R 3 . Misalkan s 1 = 1 , 1 , 2 6 1 − = a a , s 2 = 1 , 5 , 2 30 1 = b b , s 3 = 2 , , 1 5 1 − = c c Basis orthonormal untuk R 3 adalah { 1 , 1 , 2 6 1 − , 1 , 5 , 2 30 1 , 2 , , 1 5 1 − } VI.4 Perubahan Basis Seperti diketahui bahwa suatu ruang vektor bisa memiliki beberapa basis . Dari sifat inilah tentunya jika terdapat sembarang vektor x dalam suatu ruang vektor V yang memiliki himpunan vektor A dan B sebagai basisnya maka x tentunya merupakan kombinasi linier dari vektor – vektor di A dan B. Kajian yang dilakukan sekarang ini adalah melihat hubungan antar kombinasi linier tersebut . Secara sistematis , langkah – langkahnya dapat dilihat seperti berikut ini; Jika V ruang vektor, S : { s 1 , s 2 ,…, s n } merupakan basis V maka untuk sembarang x ∈ V, dapat dituliskan : x = k 1 s 1 + k 2 s 2 …+k n s n dengan k 1 , k 2 , …, k n skalar. k 1 , k 2 , …, k n juga disebut koordinat x relatif terhadap basis S. [ ]             = n S k k k x : 2 1 disebut matriks x relatif terhadap basis S. Jika S merupakan basis orthonormal , maka [ ]               = \ , : , , 2 1 n S s x s x s x x Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 50 Jika A = { x 1 , x 2 } dan B = { y 1 , y 2 } berturut – turut merupakan basis dari V , maka untuk sembarang z ∈ V bisa didapatkan [ ] A z dan [ ] B z . Bagaimana hubungan [ ] A z dan [ ] B z ? Misalkan [ ] B x 1 =       b a dan [ ] B x 2 =       d c Dari [ ] B x 1 =       b a didapatkan x 1 = a y 1 + b y 2 ……………. .1 Dari [ ] B x 2 =       d c didapatkan x 2 = c y 1 + d y 2 ……………. 2 Untuk [ ] A z =       2 1 k k maka didapatkan z = k 1 x 1 +k 2 x 2 ……...3 Dengan melakukan substitusi dari persamaan 1 dan 2 ke persamaan 3 didapatkan : z = k 1 a y 1 + b y 2 +k 2 c y 1 + d y 2 = k 1 a + k 2 c y 1 + k 1 b + k 2 d y 2 Ini berarti [ ] B z =       + + d k b k c k a k 2 1 2 1 =       d b c a       2 1 k k = P [ ] A z P disebut matriks transisi dari basis A ke basis B. Secara umum , jika A = { x 1 , x 2, …, x n } dan B = { y 1 , y 2, …, y n } berturut – turut merupakan basis dari ruang vektor V , maka matriks transisi basis A ke basis B adalah : P = [ ] [ ] [ ] [ ] B n B B x x x ... 2 1 Jika P dapat dibalik , maka P –1 merupakan matriks transisi dari basis B ke basis A. Contoh 6.4 Diketahui A = { v , w } dan B = { x , y } berturut – turut merupakan basis R 2 , dengan v = 2, 2 , w = 3, –1 , x = 1 , 3 dan y = –1 , –1 Tentukan a. Matriks transisi dari basis A ke basis B b. Hitung A              − 3 1 c. Hitung B              − 3 1 dengan menggunakan hasil pada b d. Matriks transisi dari basis B ke basis A Jawab a. Misalkan [ ] B v =       b a maka             − − =       b a 1 3 1 1 2 2 , didapatkan       b a =       − 2 dan untuk [ ] B w =       d c maka             − − =       − d c 1 3 1 1 1 3 , maka didapatkan       − − =       5 2 d c Jadi matriks transisi dari basis A ke basis B adalah : P =       − − − 5 2 2 Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 51 b. Misalkan A              − 3 1 =       2 1 k k maka ,didapatkan       2 1 k k =       −1 1 c. Dari a dan b didapatkan P =       − − − 5 2 2 dan A              − 3 1 =       −1 1 sehingga B              − 3 1 = P A              − 3 1 =       − − − 5 2 2       −1 1 =       3 2 d. Matriks transisi dari basis B ke basis A adalah P –1 dengan P merupakan matriks transisi terhadap basis A ke basis B . Jadi P –1 =      − − 2 2 5 4 1 merupakan matriks transisi dari basis B ke basis A. Ruang Hasil Kali Dalam Yuliant Sibaroni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 52 Latihan 5 1. Diketahui a , b = a 1 b 1 + a 2 2 b 2 2 dengan a = a 1 , a 2 dan b = b 1 , b 2 . Tunjukkan sifat Hasil kali dalam yang tidak dipenuhi 2. Diketahui a , b = a 1 b 1 − a 2 b 2 + a 3 b 3 dengan a = a 1 , a 2 ,a 3 dan b = b 1 , b 2 ,b 3 Periksa apakah . a , b merupakan hasil kali dalam atau tidak jika tidak tentukan aksioma mana yang tidak memenuhi 3. R 3 merupakan RHD dengan hasil kali dalam u , v = u 1 v 1 + 2u 2 v 2 + u 3 v 3 dengan u = u 1 , u 2 , u 3 , v = v 1 , v 2 , v 3 . W adalah subruang R 3 yang memiliki basis B = { −2, 2 , 2 , 1, 3, −3 } a. Transformasikan B menjadi basis orthonormal b. Misal x = 2, 2, − 4 di R 3 , nyatakan x = y + z dengan y ∈ W dan z orthogonal terhadap W 4. R 3 merupakan RHD dengan hasil kali dalam u , v = u 1 v 1 + 2u 2 v 2 + 2u 3 v 3 dengan u = u 1 , u 2 , u 3 , v = v 1 , v 2 , v 3 . W adalah subruang R 3 yang memiliki basis C = { b 1 = −1, 0 , −1 , b 2 = 2, 1, 2 } a. Hitung sin β jika β adalah sudut antara b 1 dan b 2 b. Tentukan jarak antara b 1 dan b 2

c. Misal x = 1, 2 ,