Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Oleh Bank Syariah Mandiri

Bab IV Pembiayaan Murabahah Oleh Bank Syariah Mandiri

A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Oleh Bank Syariah Mandiri

1. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri

Pasca krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 keadaan perekonomian Indonesia sangat menghawatirkan. Perbankan Indonesia yang saat itu masih didominasi perbankan konvensional tidak dapat segera bangkit setelah krisis tersebut. Pemerintah sangat menyadari kepentingan untuk segera menggairahkan kembali perbankan Indonesia agar bisa bertahan dari dampak krisis ekonomi tersebut. Salah satu indakan yang diambil pemerintah adalah dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Disamping itu, dengan lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. Terbentuknya dual banking sistem di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 membuat banyak pihak melirik untuk mendirikan bank syariah sebagai alternative perbankan yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi. Universitas Sumatera Utara P.T. Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai YKP P.T. Bank Dagang Negara dan P.T. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 – 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo ke dalam P.T. Bank Mandiri Persero pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan P.T. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah dengan nama Bank Syariah Sakinah diambil alih oleh P.T. Bank Mandiri Persero. P.T. Bank Mandiri Persero selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan P.T. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan P.T. Bank Mandiri Persero untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama P.T. Bank Susila Bakti menjadi P.T. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 SeP.T.ember 1999 Notaris: SutjiP.T.o, SH nama P.T. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi P.T. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 124KEP. BI1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada P.T. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama P.T. Universitas Sumatera Utara Bank Susila Bakti menjadi P.T. Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya P.T. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di P.T. Bank Susila Bakti dan Manajemen P.T. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan P.T. Bank Mandiri Persero. 102

2. Aplikasi pembiayaan Murabahah oleh Bank Syariah Mandiri

Hingga saat ini Bank Syariah Mandiri diakui sebagai lembaga perbankan syariah terbesar di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat aktivitas perbankannya, sekaligus penghargaan-penghargaan dari berbagai kalangan atas prestasdi yang diraih Bank Syariah Mandiri, diantaranya Penghargaan Investor Award oleh majalah Investor sebagai Bank Syariah Terbaik 2010. Pembiayaan Murabahah merupakan produk pembiayaan bank syariah yang mendominasi praktek perbankan syariah di Indonesia. Pembiayaan murabahah berusaha untuk mengakomodasi keperluan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan atas transaksi jual-beli. Murabahah dalam kegiatan muamalah menggunakan prinsip bai’ jual-beli, dalam hal ini bank mengakomodasi keinginan nasabah untuk membeli barang dan menjualnya 102 www.syariahmandiri.co.idcategoryinfo-perusahaanprofil-perusahaansejarah. diakses pada 13 Januari 2011 Universitas Sumatera Utara kepada nasabah dengan harga awal ditambah margin keuntungan yang disepakati kedua pihak. 103 Bank Syariah Mandiri melaksanakan praktek pembiayaan murabahah kepada pesanan pembelian. Praktek tersebut muncul karena bank seringkali tidak memiliki barang yang dibutuhkan pembeli nasabah, sehingga bank harus Bank Syariah Mandiri menyadari pentingnya aktivitas pembiayaan bagi nasabah maupun bagi Bank Syariah Mandiri sendiri. Bagi nasabah, pembiayaan murabahah sangat penting apabila nasabah mengalami kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan usahanya, baik yang dikarenakan kenaikan omzet penjualan, penundaan pelunasan piutang oleh debitur nasabah, adanya tenggang waktu pendapatan, ataupun substitusi hutang pihak ketiga. Bagi Bank Syariah Mandiri pembiayaan murabahah penting sebagai kegiatan usahanya dan dari sisi lain pembiayaan murabahah juga penting untuk menjalankan prinsip ekonomi Islam, yaitu agar harta tidak berputar diantara satu golongan orang- orang kaya saja. Dalam hal pembiayaan murabahah ini Bank Syariah Mandiri berperan sebagai penjual shahibul maal dan masyarakat nasabah sebagai pembeli. Pada praktik pembiayaan murabahah, Bank Syariah Mandiri menawarkan fasilitas pembiayaan produktif dan konsumtif. Pembiayaan produktif dipergunakan sebagai suntikan modal usaha kepada nasabah, sedangkan pembiayaan konsumsi murabahah diperuntukkan bagi pembiayaan untuk tujuan pembelian kebutuhan nasabah. 103 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim, 2003 hal. 62 Universitas Sumatera Utara melakukan transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lainnya yang disebut supplier. Sementara itu, kebanyakan nasabah memilih menggunakan pembiayaan murabahah karena untuk barang yang bernilai tinggi nasabah tidak memiliki kemampuan dalam melakukan pembelian secara tunai, maka nasabah membutuhkan bantuan bank untuk melakukan jual-beli dengan pembayaran tangguh ataupun cicilan.

3. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah oleh Bank Syariah Mandiri

Prosedur pemberian pembiayaan murabahah merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank syariah Mandiri dalam memberikan fasilitas pembiayaan kepada para nasabah yang memintakan permohonan pembiayaan murabahah. Prosedur pembiayaan bank syariah harus memenuhi ketentuan perundang-undangan terkait dan prinsip-prinsip syariah dari mulai proses awal hingga akhir pelaksanaan. Dibawah ini akan diterangkan tahapan prosedur pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri. 3.1 Tahap Permohonan Pembiayaan Menurut Prosesnya permohonan pembiayaan murabahah harus dilakukan secara tertulis, yang melakukan permohonan adalah nasabah yang membutuhkan pembiayaan murabahah oleh Bank Syariah Mandiri. Tetapi dalam praktiknya nasabah dapat terlebih dahulu melakukan permohonan secara lisan untuk kemudian ditindaklanjuti dengan permohonan tertulis jika menurut officer bank nasabah tersebut layak dibiayai. Universitas Sumatera Utara Prosedur permohonan pembiayaan murabahah mewajibkan nasabah untuk melengkapi beberapa data-data tentang nasabah secara jelas. Data-data yang perlu dicantumkan nasabah dalam permohonan pembiayaan murabahah meliputi: a. Jumlah pembiayaan b. Jenis pembiayaan c. Obyek atau kebutuhan pembiayaan d. Jangka waktu pembiayaan e. Data pribadi dan keluarga f. Data usaha dan lama usaha g. Data keuangan dan kekayaan h. Data agunan 3.2 Tahap Investigasi dan Scoring Permohonan yang disampaikan nasabah dinilai oleh marketing officer dari pihak bank. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui layak-tidaknya suatu pembiayaan diberikan. Hal-hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan Marketing officer bank sebagai tindak lanjut permohonan pembiayaan nasabah adalah: 104 a. Trend usaha; Marketing officer bank yang menangani permohonan pembiayaan murabahah oleh nasabah harus memiliki pengetahuan tentang trend usaha yang memiliki peluang untuk berkembang, trend 104 Ibid. hal. 138 Universitas Sumatera Utara usaha yang cenderung mengalami kegagalan, maupun trend usaha yang memenuhi unsur-unsur penipuan belaka usaha fiktif. b. Peluang bisnis; Marketing officer bank akan mempertimbangkan peluang bisnis atas usaha tersebut dimasa depan. Usaha yang memiliki peluang bisnis yang baik tidak harus merupakan usaha yang sedang trend, karena bisa jadi usaha yang sedang trend menjadi jenuh karena terlalu banyak pemain. c. Reputasi bisnis perusahaan; Reputasi bisnis Reputasi yang baik dan pengalaman bisnis yang lama dapat menjadi pertimbangan awal untuk menentukan keputusan yang akan dibuat dalam menilai permohonan pembiayaan. Hal ini harus dipahami marketing officer bank karena banyak implementasi bisnis dilapangan yang berbeda dengan teori bisnis, dan para pelaku usaha yang telah mendapat reputasi bisnis yang baik telah memahaminya, sehingga usahanya dapat bertahan. d. Reputasi Manajemen; Terkadang terdapat perusahaan baru yang mengajukan permohonan pembiayaan, namun dikendalikan oleh manajemen yang memilki reputasi dan pengalaman bisnis yang sama atau sejenis. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan pengambilan keputusan permohonan pembiayaan. Namun, Bank Syariah Mandiri selain menilai dari aspek keuntungan financial, juga melakukan penilaian layak-tidaknya suatu pembiayaan disalurkan dari aspek ketentuan syariah. Penilaian itu meliputi apakah obyek pembiayaan Universitas Sumatera Utara murabahah merupakan jenis usaha atau barang yang dilarang oleh ketentuan syariah untuk dibiayai, jika ternyata suatu permohonan pembiayaan terhadap obyek yang dilarang syariah, maka Bank Syariah Mandiri akan menolak permohonan pembiayaan murabahah tersebut. Jika ternyata permohonan pembiayaan telah sesuai dengan prinsip syariah dan dapat bernilai positif dalam kegiatan usaha Bank Syariah Mandiri, maka Marketing officer akan melakukan penilaian lebih lanjut atas permohonan pembiayaan murabahah tersebut. 3.3 Tahap Analisis dan Evaluasi Marketing officer akan melakukan wawancara awal dengan calon nasabah untuk mendapatkan gambaran umum mengenai nasabah dan pemanfatan pembiayaan murabahah yang dimohonkannya. Apabila pemohonan pembiayaan murabahah merupakan bentuk pembiayaan modal kerja atau investasi maka harus diadakan analisis terhadap jenis dan bentuk usahanya, susunan pengurus dan pemegang saham, legalitas izin usaha, permohonan pembiayaan, riwayat usaha, riwayat hubungan bisnis dengan Bank Syariah Mandiri, dan riwayat hubungan bisnis dengan bank lain. Dalam melakukan evaluasi mengenai calon nasabah pembiayaan murabahah, Bank Syariah Mandiri menerapkan metode analisis 5C, yaitu analisis character, capacity, capital, condition, collateral. 3.3.1 Character Watak Universitas Sumatera Utara Analisa watak calon nasabah baik individu atau badan hukum dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keinginan untuk membayar pembiayaan sesuai waktu yang disepakati willingness to pay. Pada dasarnya yang coba disimpulkan adalah niat baik calon nasabah, rasa tanggung jawabnya, keseriusan dalam berbisnis, dan kejujuran calon nasabah. 3.3.2 Capacity Kemampuan Analisa kemampuan calon nasabah dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemohon dalam mengelola usaha jika pembiayaan modal kerja dan investasi dan kemampuan membayarnya. Analisa kemampuan tersebut meliputi: a. Aspek manajemen; yaitu kemampuan pemohon untuk mengelola usaha yang menjadi obyek pembiayaan. b. Aspek Produksi; yaitu kemampuan pemohon untuk melakukan produksi usahanya secara berkesinambungan. c. Aspek pemasaran; yaitu kemampuan pemohon dalam mencari pasar dan memasarkan produknya. d. Aspek personalia; yaitu kemampuan pemohon dalam menyediakan tenaga kerja yang berkualitas yang dapat menjalankan aktivitas usaha dan kemampuan pemohon untuk mengelola dan menjaga hubungan baik dengan tenaga kerja. Universitas Sumatera Utara e. Aspek keuangan; yaitu kemampuan pemohon untuk mengelola dana dari pembiayaan dan membayarkannya pada waktu yang disepakati. Analisa apek keuangan meliputi kajian neraca laba-rugi dan analisis aliran kas penggunaan dana. 3.3.3 Capital Modal Analisa modal pemohon bertujuan untuk melihat kemampuan usaha calon nasabah untuk menyediakan dana sendiri, dan kemampuan untuk melunasi pembayaran pembiayaan secara tepat waktu sesuai perjanjian. 3.3.4 Condition Kondisi Analisis kondisi bertujuan untuk melihat melihat kondisi perekonomian secara umum apakah mendukung pemberian pembiayaaan atau tidak, serta dengan melihat kondisi usaha yang hendak dibiayai secara khusus dan persaingan usaha disekitarnya. Dari penilaian kondisi ini setidaknya untuk menjamin ketahanan usaha calon nasabah dan pembiaayan menjadi benar- benar bermanfaat. 3.3.5 Collateral Agunan Jaminan pembiayaan merupakan syarat untuk pemberian pembiayaan. Agunan merupakan hak dan kekuasaan atas benda berwujud danatau benda tidak berwujud yang diserahkan oleh calon nasabah danatau pihak ketiga sebagai pemilik agunan kepada bank guna menjamin pelunasan Universitas Sumatera Utara hutang calon nasabah, apabila pembiayaan yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai dengan waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan, jenis agunan ini terbagi dua, yaitu agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok adalah agunan yang pengadaannya bersumber dari pembiayaan bank, sedangkan agunan tambahan adalah agunan diluar agunan pokok. Dalam hal ini, Bank Syariah Mandiri telah menjalankan dengan baik ketentuan mangenai analisa pembiayaan, sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 yang menyatakan : 1 Bank Syariah danatau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah danatau UUS menyalurkan dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas. 2 Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bank Syariah danatau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, Agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas. Dengan kata lain, apabila Bank tidak melakukan analisa terhadap calon nasabahnya dalam pemberian pembiayaan maka dapat dikatakan bahwa bank telah melanggar hukum. 3.4 Tahap Penerimaan atau Penolakan Pembiayaan Universitas Sumatera Utara Apabila hasil investasi dan scooring Bank Syariah Mandiri menyatakan bahwa pemohon tidak layak untuk diberikan pembiayaan maka permohonan akan ditolak. Apabila pemohon telah memenuhi semua kriteria pemberian pembiayaan oleh Bank Syariah Mandiri maka permohonan pembiayaan akan diterima. Permohonan pembiayaan yang dianggap layak tersebut disetujui oleh marketing officer dan dituangkan dalam Nota Analisa Pembiayaan NAP. 3.5 Tahap Persetujuan Komite Pembayaran NAP tersebut diajukan kepada Komite Pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang merupakan tingkat paling akhir persetujuan sebuah proposal pembiayaan, karena itu hasil akhir dari komite pembiayaan adalah penolakan atau penundaan ataupun persetujuan pembiayaan. Setelah mendapat persetujuan dari Komite Pembiayaan akan dilakukan pengikatan dalam Akad pembiayaan murabahah. 3.6 Tahap Akad Pembiayaan Setelah mendapat persetujuan pembiayaan oleh komite pembiayaan Bank Syariah Mandiri permohonan pembiayaan tersebut akan dikeluarkan Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan Murabahah SP3M. SP3M berisi keterangan mengenai jumlah pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank, jangka waktu pembiayaan, besaran margin yang diharapkan bank, agunan yang disertakan, dan keterangan lainnya yang wajib diketahui nasabah berkaitan dengan pembiayaan. SP3M tersebut selanjutnya akan diserahkan kepada calon nasabah untuk dipelajari sebelum dituangkan dalam Akad. Nasabah setelah mempelajari SP3M diwajibkan Universitas Sumatera Utara membuka rekening pada Bank Syariah Mandiri untuk memudahkan pencairan pembiayaan. Akad dilangsungkan secara tertulis antara calon nasabah dengan pihak bank, dimana klausula akad dituangkan oleh pihak bank dan ditandatangani oleh pihak nasabah dan pihak bank. Dalam proses akad pihak bank membacakan akad tertulis dan menanyakan keberatan atau apakah ada hal yang tidak dimengerti calon nasabah. Akad pembiayaan murabahah oleh Bank Syariah Mandiri dan nasabah dilakukan dihadapan notaris. Selain penandatanganan akad juga dilakukan penandatanganan mengenai persetujuan pengikatan agunan, dokumen permohonan pencairan, dan dokumen- dokumen lain yang diperlukan. 3.7 Tahap Realisasi Pembiayaan Setelah Akad ditandatangani oleh kedua pihak, nasabah diwajibkan melakukan proses-proses administrasi yang diperlukan dalam pencairan pembiayaan. Setelah nasabah menyiapkan urusan administrasi maka segala dokumen yang berkaitan diurus oleh Back Office Bank Syariah Mandiri dan dilakukan pencairan pembiayaan kepada rekening nasabah. Bank Syariah Mandiri tidak secara langsung menyerahkan dana kepada nasabah untuk melakukan pembelian obyek murabahah kepada supplier. Bank terlebih dahulu memberikan kuasa kepada nasabah melalui surat kuasa pembelian untuk melakukan pembelian atas nama Bank Syariah Mandiri. Dalam ketentuan syariah hal tersebut disebut dengan akad wakalah yang dalam hal ini merupakan Universitas Sumatera Utara akad tambahan. 105 3.8 Tahap Monitoring Maka penerapan tersebut telah sesuai dengan prinsip syariah yang pada intinya adalah akad jual-beli, yaitu bank harus menyerahkan pada nasabah suatu barang bukan uang. Untuk barang yang sulit dalam pengadaannya apabila diserahkan kepada nasabah, maka bank yang langsung berhubungan kepada supplier untuk pengadaan barang pesanan nasabah tersebut, baru kemudian bank menyerahkan barang kepada nasabah. Tahap monitoring dilakukan setelah terjadinya realisasi pembiayaan dan selama belum terjadi pelunasan atas pembiayaan. Tahap monitoring dilaksanakan untuk meminimalisir terjadinya risiko dalam pembiayaan. Secara teratur bank office akan menghubungi nasabah untuk mengingatkan kewajiban pembayaran pembiayaan, dan bagi pembiayaan modal kerja ataupun investasi bank office akan turun langsung ke lapangan untuk memantau beberapa hal diantaranya: 106 a. Memantau mutasi rekening koran nasabah b. Memantau pelunasan pembayaran c. Memantau pelaksanaan usaha nasabah dan perkembangan usahanya. Dan melihat apakah terjadi penyimpangan tujuan penggunaan pembiayaan d. Melakukan pemantauan perkembangan usaha sejenis. 105 Akad Wakalah adalah bahwa bank memberikan surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan benda, sehingga nasabah membelikan benda atas nama bank. 106 Sunarto Zulkifli, op. cit., hal 154-155 Universitas Sumatera Utara Nasabah juga diwajibkan untuk memberikan laporan keuangannya setiap 3 bulan sekali untuk dievaluasi oleh marketing officer. Dari hasil monitoring tersebut akan dilihat apakah ada permasalahan dalam pemanfaatan pembiayaan atau permasalahan nasabah dalam menjalankan usaha. Bila ada maka akan diambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya. 3.9 Pembayaran Pembiayaan Murabahah Nasabah terikat kewajiban kepada Bank Syariah Mandiri untuk melakukan pelunasan pembayaran pembiayaan murabahah. Kewajiban tersebut timbul dari akad yang telah disepakati para pihak. Dasar mengikat dari akad tersebut adalah Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan ketentuan hukum Islam sebagaimana dituangkan dalam Surat Al-Maidah ayat 1 yang menyatakan ’’Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…’’. Setiap belum terjadinya pembayaran seluruh nilai pembiayaan murabahah maka nasabah dianggap berhutang kepada bank.

B. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah oleh Bank Syariah Mandiri