Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri
ANALISIS METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Melina Ernomo NIM: 109082000182
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Melina Ernomo NIM: 109082000182 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Erika Amelia, SE., M.Si NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19771109 200912 2 001
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 7 Mei 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswi: 1. Nama : Melina Ernomo
2. NIM : 109082000182 3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(4)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 27 Agustus 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi: 1. Nama : Melina Ernomo
2. NIM : 109082000182 3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(5)
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Melina Ernomo
No. Induk Mahasiswi : 109082000182 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 29 Juli 2013 Yang Menyatakan,
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Melina Ernomo
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 13 Februari 1991
3. Alamat : Perumahan Graha Indah A2/16 Jatimekar Jatiasih Bekasi 17422
4. Telepon : 0812 8157 9935
5. E-mail : melina.ernomo@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013 2. SMA Negeri 42 Jakarta Tahun 2006-2009 3. SMP Labschool Rawamangun Jakarta Tahun 2003-2006 4. SD Islam Al-Azhar 06 Jakapermai Bekasi Tahun 1997-2003 5. TK Islam Ar-Rahman Bekasi Tahun 1995-1997
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Pajak Brevet A Tahun 2011 2. Sekolah Pasar Modal (Tingkat I) Tahun 2012
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Untung Purnomo
2. Ibu : Rosita Wardhani
3. Alamat : Perumahan Graha Indah A2/16 Jatimekar Jatiasih Bekasi 17422
(7)
V. PELATIHAN DAN SEMINAR
1. ESQ Leadership Training 2008
2. Seminar Pemberantasan Korupsi dengan KPK 2009 3. Seminar Perpajakan Indonesia dengan DitJen Pajak 2011 4. Accounting Goes to IFRS Workshop dengan IBS 2011
5. AIESEC Workshop 2012
VI. PENGALAMAN KERJA
1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bhakti Pertiwi Abadi, Jakarta Posisi : Magang sebagai Accounting Staff
Periode : Juni 2012-Juli 2012
2. Bank Indonesia, Jakarta
Posisi : Magang (Divisi Pengembangan Produk & Edukasi – Grup Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan Perbankan Syariah – Departemen Perbankan Syariah) Periode : Februari 2013-Maret 2013
3. Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri, Jakarta Posisi :
Riset (Pada Accounting Division, bagian Kebijakan Akuntansi)
Magang (Accounting Division, sebagai Staff Akuntansi Operasional/Pembayaran)
(8)
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze profit recognition methods that are used on murabaha financing in PT Bank Syariah Mandiri. The analysis method used in this research was literature review and interviews. The result of this research showed that PT Bank Syariah Mandiri used the annuity method on profit recognition in murabaha financing and using combination of PSAK 102, PSAK 55.
(9)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas dalam mengakui keuntungan pembiayaan
murabahah dan menggunakan kombinasi PSAK 102, PSAK 55.
(10)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri” dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan.
Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materiil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan ridho serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Mama Rosita Wardhani yang tidak pernah letih mendoakan dan memberikan dukungan, baik moril maupun materiil, semoga Allah SWT senantiasa memberikan mama kesehatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Almarhum Papa Untung Purnomo yang telah memberikan segala pelajaran hidup yang tidak ternilai harganya. Skripsi ini penulis persembahkan untuk ayahanda tercinta. Semoga Allah SWT memberikan papa kebahagiaan di akhirat dan kelak kami dipertemukan di surga Allah SWT.
4. Segenap keluarga tercinta yang tidak pernah putus memberikan doa dan dukungan kepada penulis, terutama Shinta Purnamasari, Rudy Ernomo, Sulistyo Bayu Adhi, Lenny Adriaty, Destania Fatrisiany, Galan Munawar, Tante Rina, Tante Aisyah, Om Dzulhadriansyah, Putri Gunawan, dan Mbak Fatimah.
(11)
5. Dicky Ageng. P. yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah dan membantu saat penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Dr. Rini, SE, Ak, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku dosen Pembimbing I skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan penulis bimbingan serta ilmu yang bermanfaat selama penyusunan skripsi.
9. Ibu Erika Amelia, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing II skripsi, yang telah banyak memberikan ilmu tentang syariah kepada penulis serta membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
10.Ibu Rahmawati, SE., MM, yang telah memberikan penulis motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat tentang metodologi penelitian.
12.Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 13.Bapak Setiawan Budi Utomo, selaku Asisten Direktur, Departemen Perbankan
Syariah, Bank Indonesia, beserta rekan-rekan kerja yang telah memberikan penulis kesempatan untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bank Indonesia, serta memberikan topik penelitian untuk penulis dan ilmu yang sangat bermanfaat tentang perbankan syariah.
14.Bapak Gadang Hernandi Santoso, selaku Kepala Cabang PT Bank Syariah Mandiri Mataram, yang telah membantu penulis untuk melaksanakan riset dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri Jakarta.
15.Bapak Tegar Sangga Barkah, SE. Ak, selaku Kepala Bagian Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, beserta Bapak Asrul Aminullah, SEI, SAS., dan Ibu Winahyu Ratu Fitria, SE, selaku Staff Kebijakan Akuntansi PT
(12)
Bank Syariah Mandiri yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan riset ini.
16.Teman-teman saat SMA yang selalu mendoakan dan mendukung penulis (Dika, Sadam, Syasa, Astrid, Amanda, Wina, Fandry, Yuni, Nisa, Dimas, Zakia, Yando, Jodi, Lydia, Windi, Hang, Ayie, Noven, Fitri, Anggi).
17.Teman-teman seperjuangan saat kuliah yang selalu menghibur, menemani saat lapang maupun sempit (Fadlun Usman Al Habsyi, Meita Sagita, Nabila, Ningga Anindiarina, Desi Riani, Erna Hadian, Vicky Amalia, Diogi Putra Akhirra, Hanindito Tri Anggoro, Willya Randika, Heru Setiawan, Asaduddin Wahid, Rezza Fahlevi).
18.Teman-teman akuntansi E 2009 UIN Jakarta, yang telah banyak memberikan warna selama perkuliahan.
19.Teman-teman akuntansi 2009 UIN Jakarta yang selalu kompak.
20.Teman-teman saat PKL di Bank Indonesia (Lisa, Sela, Nung, Ridwan, Aldy, Afifah) yang sangat memotivasi penulis dalam menulis skripsi ini.
21.Teman-teman Accounting Division PT Bank Syariah Mandiri yang telah memberikan ilmu baru, selalu memberikan canda tawa, dan memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini (Mas Imam, Mbak Uwie, Mas Hery, Mas Alvi, Mas Fajar, Bapak Budi, Ibu Rida, Mas Filma, Mbak Nadia, Mas Deni, Mbak Tya, dan Mas Bayu).
22.Seluruh teman-teman lain yang memberikan semangat untuk penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 29 Juli 2013 Penulis
(13)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT . ... viii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ………. xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Peneltian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Tinjauan Literatur ... 9
1. Perbankan Syariah ... 9
a. Pengertian Bank Syariah ... 9
b. Fungsi Bank Syariah ……... 9
c. Kegiatan Usaha Bank Syariah ……….. 13
2. Murabahah ... 17
a. Pengertian Murabahah ………. 17
b. Ketentuan Murabahah ………. 18
c. Jenis-Jenis Murabahah ……… 20
d. Rukun dan Syarat Murabahah……… 22
(14)
f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Marjin
dalam Murabahah………...27
g. Perbandingan Kredit dengan Murabahah ……….. 30
h. Cakupan Standar Akuntansi Murabahah ……... 32
i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55……..43
B. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ………... 45
C. Kerangka Pemikiran ... 49
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51
B. Metode Penelitian ………... 51
1. Paradigma Penelitian ……….. 51
2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ……… 52
a. Sumber Data…………..………. 52
b. Teknik Pengumpulan Data………... 53
3. Instrumen Penelitian ………... 54
4. Teknik Analisis Data ………..……… 55
a. Data Reduction ……… 56
b. Data Display ………..…….. 56
c. Conclution Drawing atau Verification ………. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 58
A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri ………. 58
1. Sejarah Singkat ………. 58
2. Visi dan Misi Perusahaan……….. 60
3. Dewan Komisaris ………. 60
4. Dewan Pengawas Syariah ………. 61
5. Direksi ……….. 61
6. Profil dan Informasi Kepemilikan Saham ……… 61
a. Profil ……….…. 61
b. Kepemilikan Saham ……… 62
7. Produk dan Jasa ……… 62
(15)
b. Pembiayaan ……….. 63
c. Layanan ……… 64
8. Penghargaan ………65
9. Struktur Organisasi ……….71
B. Kegiatan Pembiayaan Murabahah PT Bank Syariah Mandiri ………...72
1. Persyaratan Umum ………...72
2. Persyaratan Dokumen ……….73
3. Persyaratan Khusus ……….73
C. Analisis dan Pembahasan ………..75
1. Angsuran Pokok dan Marjin ………..76
2. Jurnal Transaksi ……….80
3. Perbandingan Metode Anuitas dengan Metode Proporsional ………. 83
4. Standar Akuntansi ……….... 88
5. Jual – Beli Murabahah dan Pembiayaan Murabahah…………91
BAB V PENUTUP ………..93
A. Kesimpulan ………93
B. Implikasi ………93
C. Keterbatasan ………..95
D. Saran ………..95
DAFTAR PUSTAKA ………..97
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Komposisi Pembiayaan Pada Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah ... ... 2 1.2 Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah Dibandingkan
Transaksi Pembiayaan Lain ... 3 2.1 Perbandingan Kredit dengan Murabahah ... 30 2.2 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ... 46 4.1 Daftar Penghargaan Kepada PT Bank Syariah Mandiri . 66 4.2 Persyaratan Dokumen Pembiayaan Konsumer BSM ... 73 4.3 Skedul Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM dengan Metode Anuitas ... 76 4.4 Perhitungan Angsuran Pokok dan Marjin Menggunakan
Metode Anuitas ……… 77
4.5 Sekdul Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM dengan Metode Proporsional ... 84 4.6 Perbandingan Perhitungan Effective Rate Menggunakan
Metode Anuitas dan Metode Proporsional ………... 86
4.7 Hasil Perbandingan Metode Anuitas dengan Metode
(17)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Murabahah Berdasarkan Pesanan ... 21 2.2 Murabahah Tanpa Pesanan ... 22 2.3 Skema Kerangka Pemikiran ………. 49 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2012... 71
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp. Keterangan Halaman
I. Buletin Teknis No. 9 Ikatan Akuntan Indonesia ... 101
II. Fatwa DSN No. 84/DSN-MUI/XII/2012 ... 103
III. Surat Keterangan Riset PT Bank Syariah Mandiri ... 112
IV. Persyaratan Pembiayaan Konsumer BSM ………113
V. Simulasi Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM ... 114
VI. Surat Edaran Operasi PT Bank Syariah Mandiri ... 115
(19)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan-kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat, muncul jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan non bank syariah.
Indonesia merupakan negara dengan sekitar delapan puluh tujuh persen dari 200 juta penduduknya memeluk agama Islam (Badan Pusat Statistik dalam Laporan Tahunan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Indonesia, 2012:13). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat umum dan masyarakat muslim khususnya, terdapat keinginan untuk melakukan transaksi utang piutang dengan prinsip syariah Islam (Supramono, 2009:132). Hal tersebut dikarenakan Islam tidak menghendaki riba, salah satu ayat Al-Quran yang melandasi prinsip ini yaitu:
ابِّلا َّحو عيبلا ه لا َّحأو
...
“.... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 275)
(20)
tentang perubahan undang-undang No.7 Tahun 1992 serta dikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2003, banyak bank konvensional yang mendirikan biro-biro syariah maupun pendirian bank syariah itu sendiri (Iriyadi dan Oktafiyanthi, 2007:1). Hal ini juga disebabkan karena bank syariah mampu bertahan pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998 (Djuarni, 2011:1).
Bank syariah merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau bentuk-bentuk lainnya berdasarkan prinsip syariah dan dalam menarik imbalan jasa berdasarkan sistem bagi hasil. Terdapat beberapa jenis pembiayaan didalam bank syariah, yaitu murabahah, mudharabah, musyarakah, salam, dan
istishna. Komposisi pembiayaan pada bank umum syariah dan unit usaha syariah dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Milyar Rupiah)
Akad 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Mudharabah 5.578 6.205 6.597 8.631 10.229 12.023
Musyarakah 4.406 7.411 10.412 14.624 18.960 27.667
Murabahah 16.533 22.486 26.321 37.508 56.365 88.004
Salam 0 0 0 0 0 0
Istishna 351 369 423 347 326 376
Ijarah 516 765 1.305 2.341 3.839 7.345
Qardh 540 959 1.829 4.731 12.937 12.090
Lainnya 0 0 0 0 0 0
Total 27.994 38.195 46.886 68.181 102.655 147.505 –
(21)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
murabahah merupakan jenis pembiayaan dengan kontribusi terbesar dalam komposisi pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah dan unit usaha syariah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Widodo, 2010:19). Terkait dengan transaksi
murabahah sebagai pemberi kontribusi terbesar dalam pembiayaan, PT Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank syariah dengan jumlah pembiayaan murabahah terbesar dibandingkan dengan pembiayaan yang lain, meskipun jumlahnya tidak jauh berbeda dengan transaksi ijarah.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah Dibandingkan Transaksi Pembiayaan Lain
PT Bank Syariah Mandiri Jenis
Pembiayaan
2009 2010 2011
Piutang
murabahah
Rp 8.114.527.271.903 Rp 12.681.133.009.729 Rp 19.773.813.386.544 Piutang
Ijarah
Rp 7.822.981.065.484 Rp 12.368.814.579.379 Rp 19.336.318.545.470 Pembiayaan
mudharabah
dan
musyarakah
Rp 6.276.294.769.699 Rp 8.394.986.953.161 Rp 9.702.953.278.657
Sumber: Laporan keuangan tahunan PT Bank Syariah Mandiri
Murabahah dalam pengertiannya adalah moda jual-beli dan bukan instrumen pembiayaan. Murabahah sebagai moda pembiayaan pada awalnya muncul saat dipergunakan oleh Islamic Development Bank dalam operasional usahanya pada tahun 1975 (Tariqullah Khan dalam Widodo,
(22)
2010:19). Meskipun banyak kritik yang diarahkan kepada praktik
murabahah di perbankan syariah, namun hal ini mengindikasikan bahwa produk murabahah direspon secara luas (Rahmawaty, 2007:193). Pada tataran aplikasinya, pembiayaan murabahah mengindikasikan adanya duplikasi pinjaman atau kredit dari bank konvensional, dengan realisasi perhitungan marjinnya mengacu ke bunga bank konvensional (Widodo, 2010:34). Hal ini diperjelas dengan adanya Fatwa No. 84/DSN-MUI/XII/2012 yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 21 Desember 2012 mengenai metode pengakuan keuntungan tamwil bi al-murabahah. Fatwa tersebut menyatakan bahwa pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar) boleh dilakukan secara proporsional (thariqah mubasyirah), yaitu telah dicantumkan dalam Pernyataan Standar Akunntansi Keuangan (PSAK No. 102) tentang Akuntansi Murabahah, dan anuitas (thariqah al-hisab ‘al -tanazuliyyah/thariqah tanaqushiyyah) selama sesuai dengan „urf
(kebiasaan) yang berlaku di kalangan lembaga keuangan syariah.
Selanjutnya, fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI mengundang reaksi Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mengeluarkan Buletin Teknis No. 9 pada tanggal 16 Januari 2013. Buletin teknis ini menjelaskan bahwa fatwa mengenai metode anuitas yang dikeluarkan DSN MUI disebabkan karena pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas didasarkan pada fakta bahwa
(23)
pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana oleh lembaga keuangan syariah yang disalurkan kepada nasabah dengan mekanisme jual-beli. Dalam akuntansi kegiatan seperti ini secara substansi dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing), karena pengakuan keuntungan dengan menggunakan metode anuitas dihitung dari outstanding pokok pembiayaan dan bukan dari pokok pembiayaan. Menurut Widodo (2010: 44), dengan memperhatikan cara perhitungan imbalan atau return
murabahah tersebut, tampaklah secara jelas bahwa metode perhitungan demikian telah melakukan pergeseran fondasi transaksi atau akad
murabahah yang seharusnya hakekatnya adalah jual-beli dengan objek barang menjadi utang-piutang dengan objek uang dengan wujud yang dinamakan pembiayaan.
Selanjutnya, buletin teknis yang dikeluarkan oleh IAI menjelaskan bahwa akuntansi untuk pembiayaan murabahah yang substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing) mengacu pada PSAK No. 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK No. 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK No. 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan, dan PSAK lain yang relevan. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN No.84/DSN-MUI/XII/2012 harus melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pembiayaan murabahah sesuai dengan PSAK-PSAK tersebut, termasuk akuntansi untuk penurunan nilai
(24)
dari pembiayaan murabahah dan pengungkapan risiko secara kualitatif dan kuantitatif yang timbul dari pembiayaan tersebut.
Dengan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode pengakuan keuntungan pembiayaan
murabahah dan pedoman PSAK yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam pencatatan akuntansinya. Keunggulan penelitian ini adalah peneliti menganalisis metode anuitas di dalam penelitian ini dan membandingkannya dengan metode proporsional sehingga dapat diketahui pengakuan keuntungannya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode dan pencatatan akuntansi pengakuan pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah Mandiri? 2. Apakah metode tersebut telah sesuai dengan PSAK No. 102 tentang
Akuntansi Murabahah? C. Tujuan dan Manfaat Penlitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:
(25)
a. Metode dan pencatatan yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah; b. Kesesuaian metode yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri
dengan PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah. 2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
a. PT Bank Syariah Mandiri, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk evaluasi atas transaksi murabahah;
b. Bank Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu informasi untuk mengetahui metode yang digunakan oleh salah satu bank syariah serta analisisnya dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah;
c. Ikatan Akuntan Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan bidang akuntansi;
d. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan;
e. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang pembiayaan
murabahah;
f. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini;
(26)
g. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai perbankan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
1. Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah dikenal dengan nama lain bank tanpa bunga (la riba bank), bank Islam (Islamic bank), bank nirbunga (Nurul dan Fitriyanti, 2010:52). Menurut Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilanjutkan pada Pasal 1 ayat 7 UU No. 21 Tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
b. Fungsi Bank Syariah
Berdasarkan Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah diwajibkan untuk menjalankan
(28)
fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Di samping itu, bank syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Menurut Riza (2012:70) dalam bukunya Akuntansi Perbankan Syariah, bank syariah dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi Manajer Investasi
Fungsi ini dapat dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.
Dalam bagi hasil kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep nisbah bagi hasil atau persentase pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar atau kecilnya imbalan yang diterima oleh shahibul maal tidak hanya ditentukan oleh besarnya porsi bagi hasil yang diterima
(29)
nasabah melainkan tergantung juga pada hasil penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah. Semakin baik penyaluran dana ke arah yang produktif maka semakin besar bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Namun sebaliknya, apabila penyaluran dana oleh bank syariah tidak baik maka nilai bagi hasil yang diterima nasabah juga menjadi kecil.
2) Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana). Penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Di samping itu, dalam menginvestasikan dananya, bank syariah harus menggunakan produk investasi yang sesuai dengan syariah. Produk investasi yang sesuai dengan syariah meliputi akad jual beli (murabahah, salam, dan istishna‟), akad investasi (mudharabah dan musyarakah), akad sewa-menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik), dan akad lainnya yang dibolehkan syariah.
3) Fungsi Sosial
Fungsi ini merupakan sesuatu yang melekat pada bank-bank syariah. Ada dua instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) dan instrumen
(30)
qardhul hasan. Instrumen ZISWAF berfungsi untuk menghimpun ZISWAF dari masyarakat, pegawai bank, serta bank sendiri sebagai lembaga milik para investor. Instrumen
qardhul hasan berfungsi menghimpun dana dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh yang memberi.
ZISWAF yang telah dikumpulkan, selanjutnya disalurkan kepada yang berhak dalam bentuk bantuan atau hibah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun untuk dana qardhul hasan dapat disalurkan untuk pengadaan atau perbaikan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum masyarakat, sumbangan atau hibah kepada yang berhak, dan pinjaman tanpa bunga yang diprioritaskan kepada golongan ekonomi lemah. 4) Fungsi Jasa Keuangan
Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidak berbeda dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain sebagainya. Namun, mekanisme untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank syariah tetap menggunakan skema yang sesuai dengan prinsip syariah.
(31)
Dengan demikian, status bank syariah selain sebagai lembaga keuangan yang melayani jasa keuangan, tetapi juga juga sebagai badan sosial di masyarakat. Fungsi sosial yang dimiliki oleh bank syariah menjadi salah satu keunggulan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional.
c. Kegiatan Usaha Bank Syariah
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank syariah menjalankan beberapa kegiatan, yaitu:
1) Penghimpun Dana
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), ada dua prinsip penghimpunan dana, yaitu:
(a) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
Wadiah berarti titipan dari suatu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan, kapan pun pihak yang menitipkan menghendaki. Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah.
Wadiah yad dhamanah yaitu titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Adapun wadiah yad amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai pihak yang menitipkan mengambil kembali titipannya. Prinsip wadiah yang lazim digunakan adalah
(32)
wadiah yad dhamanah, dapat diterapkan pada kegiatan penghimpun dana berupa giro dan tabungan.
(b) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha di mana pihak pertama menyediakan dana (shahibul maal) dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (mudharib). Mudharabah terbagi menjadi tiga yaitu mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musyatarakah. Mudharabah muthlaqah adalah salah satu jenis mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut. Mudharabah muqayyadah
merupakan salah satu jenis mudharabah di mana pemilik dana memberi batasan kepada pengelola dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok, maupun konsumen. Adapun mudharabah musytarakah merupakan bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
2) Penyaluran Dana (Langsung dan Tidak Langsung)
Menurut Riza (2012:76) dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip, yaitu prinsip jual beli, prinsip investasi, dan prinsip sewa.
(33)
(a) Prinsip Jual Beli
Dalam melakukan jual beli, dapat digunakan tiga skema yang meliputi jual beli dengan skema murabahah, jual beli dengan skema salam, dan jual beli dengan skema
istishna‟. Jual beli dengan skema murabahah penjual menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli, bank syariah bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah yang membutuhkan barang bertindak sebagai pembeli. Dalam jual beli dengan skema salam pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.
Adapun dalam jual beli dengan skema istishna‟, jual beli didasarkan atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
(b) Prinsip Investasi
Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema mudharabah dan skema musyarakah. Menurut Wiyono dan Maulamin (2012:47), mudharabah adalah persetujuan antara pemilik modal dengan seorang pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam perdagangan tertentu, yang keuntungannya dibagi sesuai
(34)
dengan kesepakatan bersama, sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal. Sedangakan
musyarakah memiliki arti secara luas sebagai akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama.
(c) Prinsip Sewa
Sewa secara prinsip dapat dilakukan dengan dua skema yaitu skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik. Sewa dengan skema ijarah didefinisikan sebagai transaksi perpindahan hak guna (manfaat) suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa melalui pemindahan kepemilikan. Adapun ijarah muntahiya bittamlik merupakan kombinasi antara sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah. Dalam hal ini pihak yang menyewakan berjanji akan menjual atau menghibahkan barang yang disewakan pada akhir periode sewa (Utama, 2009:46).
3) Jasa Pelayanan
Bank syariah dapat menyediakan jasa pelayanan perbankan dengan berdasarkan akad wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn.
(35)
Menurut Wiyono dan Maulamin dalam bukunya Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia, transaksi wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu atas nama diri pihak lain. Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang atau utang dari pihak lain. Selanjutnya, transaksi kafalah timbul jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang berbentuk jaminan atas kejadian tertentu di masa yang akan datang. Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan jaminan.
2. Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan
laba atau tambahan (Widodo, 2010:19). Murabahah didefiniskan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark up atau marjin atau keuntungan yang disepakati. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 paragraf 5 tentang Murabahah
(36)
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Berdasarkan definisi tersebut, murabahah merupakan transaksi jual beli barang, di mana penjual mengungkapkan harga perolehan kepada pembeli dan memperoleh keuntungan berdasarkan marjin yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
b. Ketentuan Murabahah
Berikut ini adalah dalil-dalil umum dari quran dan Al-Hadis mengenai akad murabahah:
1) Al-Quran
(a) QS An-Nisa: 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
(b) QS Al-Baqarah: 280
“Dan jika (orang yang terutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
(37)
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
(c) QS Al-Baqarah: 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
2) Al-Hadis
Beberapa dalil dari Al-Hadis adalah sebagai berikut:
(a) Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih menurut Ibnu Hibban)
(b) Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(38)
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)
(c) “Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi akan menghapus keberkahannya”. (HR. Imam Bukhari)
(d) “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu bentuk kezaliman”. (Diriwayatkan oleh Ash-Shahihain)
(e) “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya”. (HR. Imam Muslim)
(f) “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya”. (Diriwayatkan dari Shahabat Abu Hurairrah Radhiyallahu‟anhu)
c. Jenis-jenis Murabahah
Murabahah digolongkan menjadi dua jenis oleh Riza (2012:145), yaitu:
1) Murabahah Berdasarkan Pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah
(39)
membeli barang yang dipesannya. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Adapun
murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
Negosiasi dan Persyaratan Akad
Serah terima barang Bayar Kewajiban
Beli barang Barang dikirim secara tunai
Gambar 2.1
Murabahah Berdasarkan Pesanan Sumber: Riza, 2012, hlm 145
2) Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada
Penjual (Ba‟i)
Pembeli (Musytari)
Produsen (Supplier)
(40)
yang memesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.
Barang (mabi‟)
Akad
Cost + margin
Gambar 2.2
Murabahah Tanpa Pesanan
Sumber: Riza, 2012, hlm 146
d. Rukun dan Syarat Murabahah
Menurut Widodo (2010:25) dalam bukunya Seluk Jual Beli
Murabahah Perspektif Aplikatif, rukun murabahah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Penjual (Ba‟i)
Penjual dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Islam (LKI), yaitu dapat berupa Bank Umum Syariah (BUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), atau Baitul wa Tamwil
(BMT) yang disebut dengan istilah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
Penjual (Ba‟i)
Pembeli (Musytari)
(41)
2) Pembeli (Musytari)
Pembeli dalam hal ini adalah nasabah, baik sebagai pembeli akhir ataupun selaku pedagang. Para pihak yang berakad dipersyaratkan harus cakap menurut hukum. Dalam pengertian hukum syara‟ harus sudah baligh dan dalam kaitannya dengan hukum perdata sebagai hukum positif, yang bersangkutan minimal harus berusia 21 tahun.
3) Barang yang Menjadi Objek Jual-Beli (Mabi‟)
Barang yang menjadi objek jual-beli dipersyaratkan harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan diperjualbelikan termasuk halalan thoyiban, dan tidak tergolong pada barang yang haram atau yang mendatangkan mudharat. Selain itu, sifat barang harus bernilai. Objek murabahah dipersyaratkan telah menjadi milik dan dalam penguasaan penjual.
4) Harga Barang (Tsaman)
Harga barang dan keuntungan harus disebutkan secara jelas jumlahnya dan satuan mata uangnya. Demikian juga cara pembayarannya, yaitu secara tunai atau secara kredit (tangguh). Jika dibayar secara kredit, waktu pembayaran dan jangka waktunya harus jelas. Dalam konteks pembiayaan, harga jual barang adalah batas maksimal pembiayaan yang disebut plafon atau limit.
(42)
5) Kontrak atau Akad (Sighat atau Ijab-Qabul)
Dalam praktiknya, kontrak dapat dibuat secara tertulis di bawah tangan, namun juga dapat dibuat oleh notaris. Dibandingkan dengan perjanjian di bawah tangan, perjanjian secara notarial adalah lebih kuat.
e. Metode Penentuan Harga Jual dalam Murabahah
Menurut Wiyono dan Maulamin (2012:135), dalam ba‟i al -murabahah, syariah memperbolehkan bank untuk mengambil keuntungan atau laba atas transaksi tersebut yang disebut marjin. Marjin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:879). Dalam menentukan keuntungan ada beberapa cara, yakni sebagai berikut:
1) Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk membeli barang ke bank tersebut sebesar yang disepakati kedua belah pihak, misalnya 20% dari pokok pinjaman. Apabila yang ditambahkan adalah dua kali keuntungan per tahun, maka hasilnya sama dengan 40%. Cara seperti ini memiliki kelemahan, jika dibayar lebih dari satu tahun maka keuntungannya ditambah sebesar keuntungan satu tahun dikalikan dengan jumlah tahun, hal ini seolah-olah sebagai tambahan karena meminjami yang ditentukan di muka, sehingga mengarah kepada riba. Jika hal ini dilakukan untuk
(43)
menstabilkan daya beli uang yang dipinjamkan bank, seharusnya persentase yang ditambahkan adalah sebesar estimasi inflasi yang akan datang atau dikurangi sebesar estimasi deflasi seandainya terjadi.
Rumus harga jual (cara pertama):
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah (jumlah pembiayaan) + (mark up laba x n tahun)
2) Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah, bank syariah menerapkan keuntungan transaksi misalnya 20%, jika dibayar dalam jangka satu atau dua tahun, maka untuk menstabilkan daya beli uang tersebut bank syariah dapat menambahkan sejumlah dua kali inflasi dua tahun yang akan datang. Sebagai contoh, diperkirakan inflasi 5% per tahun maka faktor
stabilizer daya beli untuk dua tahun adalah 2 x 5% = 10%. Jadi, selama dua tahun nasabah mengangsur pokok pinjaman ditambah keuntungan dan inflasi, yaitu 10% + 20% = 30%. Rumus harga jual (cara kedua):
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah (jumlah pembiayaan) + (inflasi x n) tahun + mark up
(44)
3) Dalam penentuan harga jual bank, bank dapat menerapkan metode penetapan harga jual berdasarkan cost plus mark up. Rumus harga jual (cara ketiga):
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah (jumlah pembiayaan) + cost recovery + mark up
Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasi bank syariah yang dibebankan kepada harga pokok aktiva
murabahah atau pembiayaan. Rumus perhitungan cost recovery:
Cost recovery = (harga pokok ativa murabahah atau pembiayaan) x estimasi biaya operasi satu tahun
Mark up atau laba ditentukan sekian persen dari harga pokok aktiva murabahah atau pembiayaan, misalnya 10%. Untuk menghitung marjin murabahah maka kita dapat menghitung dengan rumus:
Marjin murabahah = (cost recovery + mark up) / harga pokok aktiva murabahah (pembiayaan)
(45)
{
}
Pokok Pembiayaan (k)Menurut Muhammad dalam Anggadini (2009:190), metode penetapan harga jual murabahah paling efisien adalah pada metode penetapan harga jual ketiga, yaitu dengan menambahkan cost recovery.
f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Marjin dalam Murabahah
Berdasarkan kirteria transaksi syariah yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) bank syariah yang berlaku mulai 1 Juni 2007, menurut Widodo (2010:37) ada beberapa metode pricing di bawah ini yang sebagian dipraktikan oleh Lembaga Keuangan Islam (LKI), antara lain:
1) Metode Marjin Anuitas
Metode ini merupakan modifikasi dari metode efektif. Metode ini mengatur jumlah angsuran pokok dan marjin yang dibayar agar sama setiap bulan. Jumlah angsuran pokok setiap bulan akan semakin besar, sementara jumlah marjin akan semakin kecil.
Angsuran Pokok (k) =
{
}
Pokok Pembiayaan x(
(46)
{
} x Pokok Pembiayaan x Keterangan:
M: Marjin
n : Jangka waktu dalam tahun k : Bulan cicilan ke-..
2) Metode Keuntungan Rata-Rata
Angsuran Pokok per Bulan =
Angsuran Marjin per Bulan =
Keterangan: M: Marjin
n : Jangka waktu dalam tahun 3) Metode Effective Rate
Metode ini menghitung marjin yang harus dibayar setiap bulan sesuai dengan saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya.
Angsuran per bulan =
{
} Keterangan:
M: Marjin
(47)
4) Metode Flat Rate
Dalam metode ini, perhitungan bunga selalu menghasilkan nilai bunga yang sama setiap bulan, karena bunga dihitung dari persentasi bunga dikalikan pokok pinjaman awal.
Angsuran per bulan =
Keterangan:
Pokok pembiayaan : Harga Perolehan – Uang Muka MK : Marjin keuntungan
n : Jangka watu dalam tahun 5) Metode Keuntungan Menurun (Sliding Rate)
Metode keuntungan menurun atau sliding rate merupakan kebalikan dari metode flat rate, yaitu porsi marjin dihitung berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi marjin dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda. Dalam metode ini, porsi marjin di masa-masa awal akan sangat besar dalam angsuran perbulannya, sehingga pokok hutang akan sangat sedikit berkurang. Jika hendak melakukan pelunasan awal maka jumlah pokok hutang akan masih sangat besar meski merasa telah membayar angsuran yang jika ditotal jumlahnya cukup besar.
(48)
g. Perbandingan Kredit dengan Murabahah
Perbandingan dan perbedaan kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan murabahah dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Perbandingan Kredit dengan Murabahah
No. Perihal Kredit Murabahah
1. Sumber hukum Hukum positif Hukum syara‟ terutama Al-Quran dan Al-Hadist 2. Orientasi Keuntungan
finansial secara sepihak (Lembaga Keuangan
Konvensional) yang sifatnya duniawi
Falah, berkah dan mardho tillah, dengan jangkauan baik duniawi maupun ukhrowi 3. Prinsip dasar Pinjam meminjam
uang (loan atau
lending)
Jual-beli
4. Obyek transaksi Uang (money) Barang (goods) yang halal 5. Obyek transaksi
pembiayaan atas barang yang belum ada
Boleh Tidak boleh
6. Jangka waktu (tenor) transaksi
Berjangka pendek, menengah, panjang
Berjangka pendek dan menengah 7. Esensi Loan plus interest Cost plus margin
8. Pengertian Pinjam-meminjam uang yang pemberian dan pelunasannya dipisahkan oleh waktu dengan imbalan, yang berwujud bunga Jual-beli yang mewajibkan penjual menyampaikan harga pokok barang kepada pembeli ditambah keuntungan yang besarnya sesuai dengan kesepakatan para pihak terkait (penjual dan pembeli) Bersambung ke halaman selanjutnya
(49)
Lanjutan halaman sebelumnya
No. Perihal Kredit Murabahah
9. Imbalan (dasar) Penundaan waktu Bukan penundaan waktu
10. Imbalan (wujud)
Bunga Marjin
11. Imbalan (kaitannya dengan index)
Terkait Tidak boleh terkait
12. Imbalan (rumusan matematis)
Pelunasan = Pokok + Bunga
Harga jual = Harga pokok + Marjin 13. Imbalan (sifat) Floating rate
Penentunya adalah LKK
Fixed rate
Penentunya para pihak
14. Imbalan (potongan atau diskon) Berlaku otomatis dan pasti Hak prerogatif penjual
15. Imbalan (berlakunya potongan atau diskon)
Sebatas jangka waktu riil kredit
Nominal marjin tidak terkait waktu
16. Imbalan (kaitannya dengan time value of money)
Otomatis dan fungsional (pasti berlaku)
Tidak berlaku
17. Cara
pembayaran
Angsuran atau cicilan
Tunai, angsuran atau cicilan 18. Penggunaan
atau aplikasi transaksi Produktif dan konsumtif Produktif dan konsumtif 19. Manfaat
pembiayaan
Modal kerja dan investasi (jangka panjang)
Modal kerja dan konsumtif 20. Sifat aplikasi
kredit dan pembiayaan murabahah Terdapat bentangan waktu antara realisasi dan pelunasan Terdapat bentangan waktu antara realisasi dan pelunasan
21. Tujuan pembiayaan kredit atau murabahah Pembiayaan untuk segala hal Penggunaan modal pembiayaan Islami yang ideal, yaitu
mudharabah dan
musyarakah
(50)
Lanjutan halaman sebelumnya
No. Perihal Kredit Murabahah
22. Keterlambatan angsuran atau pelunasan
Dikenakan denda Dalam Islam tidak ada denda yang bersifat
menghukum 23. Denda
(perlakuan secara akuntansi)
Diakui sebagai pendapatan legal LKK
Dibukukan ke rekening Dana Sosial yang akan disalurkan untuk kemaslahatan umat (tidak terbatas pada kalangan muslim saja)
24. Kesimpulan Lending =/=
Murabahah
Murabahah =/=
Lending
Sumber: Widodo, 2010, hlm 113-115 h. Cakupan Standar Akuntansi Murabahah
Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku secara efektif per 1 Januari 2008. PSAK No. 102 menggantikan PSAK No. 59 yang menyangkut tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. Menurut PSAK No. 102, cakupan ketentuan akuntansi yang diatur dalam akuntansi murabahah dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli.
Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran murabahah telah diatur oleh PSAK No. 102 (2007) sebagai berikut:
(51)
1) Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Dalam transaksi ini entitas syariah akan mencatat, yakni sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Persediaan murabahah Rp xx
Kas Rp xx
2) Pengukuran persediaan murabahah setelah perolehan terbagi dua, yaitu aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah
pesanan mengikat dan pesanan tidak mengikat. Adapun pengukuran untuk aktiva tersedia untuk dijual dalam
murabahah pesanan mengikat adalah sebagai berikut: (a) Dinilai sebesar biaya perolehan, dan
(b) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Dalam hal terjadi penurunan nilai, maka akan dicatat yakni sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Beban penurunan nilai Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Kerugian penurunan dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban lain-lain dan persediaan murabahah akan berkurang sebesar nilai kerugian tersebut.
(52)
Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah
pesanan tidak mengikat maka pengukurannya adalah sebagai berikut:
(a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasikan, mana yang lebih rendah, dan
(b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Dalam hal ini entitas akan mencatat pengakuan kerugian, yakni sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Kerugian penurunan nilai persediaan murabahah
Rp xx Cadangan penurunan nilai
persediaan murabahah
Rp xx
3) Diskon atau potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai: (a) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah;
(b) kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
(c) tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual;
(d) pendapatan operasi lain, jika setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.
(53)
4) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan piutang
murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan piutang. Pada waktu akad, bank syariah akan mencatat sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
5) Keuntungan murabahah diakui:
(a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
(b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah nya:
(i) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini penerapan untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah
(54)
relatif kecil. Untuk itu, keuntungan akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
(ii)Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga. Untuk itu, jurnal yang harus dibuat saat penyerahan aset murabahah adalah sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah dan mengakui keuntungan murabahah secara proporsional dengan kas yang diterimanya:
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
(55)
(iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah
berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktiknya metode ini jarang digunakan, karena transaksi murabahah
tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. Untuk metode ini, jurnal yang harus dibuat pada saat penyerahan aset adalah sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah
secara keseluruhan dan mengakui keuntungan
murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
6) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari
(56)
waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan
murabahah.
7) Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
(a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan
murabahah. Jurnal yang harus dibuat yakni: (i) Pada saat pengakuan keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
(ii)Pada saat menerima pelunasan dan mengakui potongan angsuran sebagai pengurang keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban.
Untuk potongan pelunasan dini, entitas akan mencatat pengakuan pada saat penyelesaian dengan jurnal, yakni:
(a) Pada saat pengakuan keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
(57)
(b) Pada saat menerima pelunasan:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Rekening nasabah Rp xx Beban lain-lain – potongan
angsuran murabahah
Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
8) Denda dikenakan apabila pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan (qardhul hasan). Pada saat diterima denda diakui sebagai bagian dana sosial dan pada saat menerima denda entitas akan mengakui adanya penambahan sumber dana kebajikan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat denda:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Rekening pembeli Rp xx Rekening simpanan wadiah –
dana kebajikan (qardhul hasan)
Rp xx
9) Uang muka (urbun)
Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut: (a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar
jumlah yang diterima;
(b) jika barang dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
(58)
(c) jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Atas uang muka tersebut di atas, penjual akan membuat pencatatan, yakni:
(a) Pada saat menerima uang muka, jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Rekening pembeli Rp xx Kewajiban lain – uang muka
murabahah
Rp xx
(b) Pada saat barang dibeli oleh pembeli, jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Kewajiban lain – uang muka
murabahah
Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
(c) Jika pembeli batal membeli barang maka penjual akan mencatat pengembalian uang muka setelah dipotong biaya administrasi, jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Kewajiban lain – uang muka
murabahah
Rp xx
Pendapatan lain-lain Rp xx
(59)
Uang muka murabahah diakui sebagai bagian dari kewajiban atau utang di neraca, apabila sudah terjadi akad murabahah maka utang tersebut akan menjadi nol dan piutang murabahah akan dikurangi sebesar uang muka tersebut.
Penyajian
Penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan bergantung pada rekening yang terpengaruh oleh transaksi murbahah. Berikut adalah penyajian rekening-rekening yang berkaitan dengan transaksi murabahah:
1) Piutang Murabahah
Piutang murabahah disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama rekening piutang murabahah. Berdasarkan PSAK No. 102, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
2) Keuntungan Murabahah Tangguhan
Keuntungan murabahah tangguhan disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama keuntungan murabahah tangguhan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Piutang murabahah belum jatuh tempo terdiri atas piutang
murabahah lancer. Adapun piutang murabahah jatuh tempo terdiri atas piutang murabahah dalam perlakuan khusus,
(60)
piutang murabahah kurang lancer, piutang murabahah
diragukan, dan piutang murabahah macet. 3) Aset Murabahah
Rekening ini disajikan di neraca pada bagian aset. Namun demikian, dikarenakan setelah melakukan transaksi pembelian pihak bank syariah melakukan penyerahan aset murabahah
kepada pembeli, maka rekening ini biasanya memiliki saldo nol. Bank mendebit dan mengkredit rekening aset murabahah
secara bersamaan dengan jumlah yang sama. 4) Keuntungan Murabahah
Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan dengan nama rekening keuntungan murabahah. Rekening keuntungan murabahah merupakan gabungan total saldo murabahah akrual dan total saldo murabahah kas. Bank syariah pada umumnya menyampaikan laporan bagi hasil tahunan maupun secara bulanan kepada nasabah.
Pengungkapan
Berdasarkan PSAK No. 102, bank syariah sebagai penjual harus mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Harga perolehan aset murabahah;
2) janji pemesanan murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan;
(61)
3) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55
Buletin Teknis No. 9 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 16 Januari 2013 menyebutkan bahwa lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN No. 84/DSN-MUI/XII/2012 harus melakukan pengakuan dan pengukuran sesuai dengan ketentuan pada PSAK No. 55, termasuk akuntansi untuk penurunan nilai dari pembiayaan murabahah. Pengakuan dan pengukuran ini terdapat dalam paragraf 17 sampai paragraph 20 tentang Suku Bunga Efektif, yaitu:
1) Entitas harus memasukkan kerugian kredit yang terjadi dalam estimasi arus kas ketika menghitung suku bunga efektif (Paragraf 17).
2) Apabila entitas menerapkan metode suku bunga efektif, maka entitas tersebut mengamortisasi setiap fee, poin yang dibayarkan atau diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya yang termasuk dalam perhitungan suku bunga efektif selama perkiraan umur instrumen tersebut (Paragraf 18). 3) Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan suku bunga mengambang, estimasi ulang yang dilakukan secara berkala atas arus kas guna mencerminkan pergerakan suku
(62)
bunga pasar akan memengaruhi suku bunga efektifnya (Paragraf 19).
4) Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau kelompok instrumen keuangan) untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi yang telah direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung nilai kini dari estimasi arus kas masa depan menggunakan suku bunga efektif awal dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laba rugi (Paragraf 20).
Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:170) yang dikutip oleh Febriati (2013:210), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan berdampak pada estimasi arus kas masa depan. Jumlah cadangan kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan.
(63)
Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengakuan cadangan kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf 102, yaitu proses estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat menghasilkan satu nilai atau kisaran (range) nilai kerugian yang mungkin terjadi. Dalam hal yang terakhir, entitas harus mengakui kerugian akibat penurunan nilai sebesar estimasi terbaik dalam kisaran tersebut dengan mempertimbangkan seluruh informasi relevan yang tersedia sebelum laporan keuangan diterbitkan mengenai kondisi yang terjadi pada tanggal neraca. Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengukuran cadangan kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf 65 yang meingindikasikan bahwa kerugian penurunan nilai dapat dikatakan telah terjadi jika terdapat bukti objektif penurunan nilai, yaitu jumlah kerugian penurunan nilai untuk pinjaman yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi adalah selisih antara nilai tercatat pinjaman dengan nilai kini pembayaran pokok pinjaman dan bunga di masa datang yang didiskonto pada suku bunga efektif awal pinjaman tersebut. B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
(64)
Tabel 2.2
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Anita Rahmawaty (2007) Ekonomi Syariah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literatur
Objek penelitian, tidak dilakukan dengan studi kasus pada perbankan syariah secara langsung
Perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan murabahah karena konsep jual-beli murabahah
bergeser menjadi konsep peminjaman uang (loan)
2. Abdul Shomad (2009)
Bay; Al-Murabahah
(Deffered
Payment Sale) di Lingkungan Bank Syariah
Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literatur
Objek penelitian, tidak dilakukan dengan studi kasus pada perbankan syariah secara langsung
Praktik murabahah di
lingkungan syariah bertindak seperti meminjamkan uang. Bukan seperti jual-beli
3. Sri Dewi Anggadini (2009) Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah Pada BMT As-Salam Pacet – Cianjur
Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literature dan studi kasus
Objek penelitian, dilakukan di BMT As-Salam Pacet – Cianjur
Metode penetapan marjin yang ideal untuk digunakan adalah metode mark-up pricing
(65)
Lanjutan halaman sebelumnya
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Edib Smolo (2010)
Al-Bay Bithaman Ajil (BBA) as Practiced in Malaysia: A Critical Review
Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan studi kasus
Objek penelitian, dilakukan di Malaysia
Penggunaan kontrak BBA secara ekstensif dan ketergantungan bank syariah pada mode
pembiayaan berbasis utang akan menimbulkan konvergensi bank syariah menjadi bank
konvensional yang berbasis bunga
5. Kurneawati (2011)
Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang
Murabahah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia KCI Gubeng Surabaya
Penelitian tentang
murabahah dan dilakukan dengan studi literatur, studi kasus
Objek penelitian,
dilakukan pada PT. Bank BRI KCI Gubeng
Suarabaya
BRI Syariah memberi kuasa kepada nasabah untuk membeli barang, maka dibukukan dalam perkiraan piutang wakalah
sebesar uang yang diserahkan kepada nasabah, sedangkan apabila barangnya telah ada dan telah diserahkan kepada nasabah, baru dibukukan dalam perkiraan piutang murabahah
6. Ekaputri Ciptani Febriati (2013)
Analisis
Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai
Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan studi kasus
Tidak terdapat variabel
murabahah. Objek
penelitian, dilakukan pada PT Bank BRI.
Proses pengakuan CKPN oleh PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur
menggunakan suku bunga efektif awal instrumen, serta
mempertimbangkan seluruh eksposur pinjaman yang Bersambung ke halaman selanjutnya
(66)
Lanjutan halaman sebelumnya
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
diberikan, bukan hanya yang berkualitas rendah dalam proses estimasi terhadap penurunan nilai. Sedangkan pada proses pengukuran CKPN oleh PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk, aset keuangan dievaluasi secara kolektif diukur berdasarkan kerugian historis yang pernah dialami perusahaan, yaitu membandingkan tingkat
kerugian historis aset keuangan tersebut dengan tingkat kerugian historis dengan aset serupa yang telah diobservasi.
(1)
20 x Rp 1.031.865,57 = Rp 687.910,38 30
*) Akrual setiap bulan dapat dilihat pada tabel 3 lampiran
30 Juni 2005, Jurnal :
Db. Margin murabahah ditangguhkan 687.910,38 Kr. Pendapatan margin murabahah akrual 687.910,38 h) Pada setiap tanggal 1 (satu) / awal bulan Maret 2005 s/d Februari 2007
pada saat mereverse keuntungan / margin murabahah kol 1 (jurnal butir g.1):
1 Juli 2005, Jurnal
Db. Keuntungan / margin murabahah akrual 687.910,38 Kr. Margin / murabahah ditangguhkan 687.910,38 i) Pada setiap 1 (satu) / awal bulan Maret 2005 s/d Februari 2007 pada saat
mereverse keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 (dua) (jurnal butir g.2) ):
1 Juli 2005, Jurnal
Db. Keuntungan / margin murabahah akrual 687.910,38 Kr. Margin / murabahah ditangguhkan 687.910,38 j) 10 Agustus 2005, pada saat piutang murabahah menjadi non performing
(kol 3 s.d. 5)
Db. Keuntungan margin murabahah akrual 1.031.865,57 Kr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu 1.031.865,57 Pada saat bersamaan dibukukan dalam rekening administrative sebesar margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu sesuai butir j) sebagai berikut:
Db. Pendapatan murabahah dalam penyelesaian 1.031.865,57 Kr. Kontra – Pendapatan murabahah dalam penyelesaian 1.031.865,57 k) 22 Agustus 2005, pada saat menerima angsuran tunggakan dari nasabah
atas murabahah non perforoming:
Db. Kas/Rekening 6.238.615,30
Kr. Piutang murabahah jatuh waktu 6.238.615,30 Db. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu 1.031.865,57 Kr. Pendapatan margin murabahah 1.031.865,57 Pada saat bersamaan dibukukan dalam rekening administrative sebesar porsi keuntungan margin murabahah (sesuai butir k) diatas) sebagai berikut:
(2)
Db. Kontra – keuntungan murabahah dalam penyelesaian
Kr. Tagihan kontinjensi – keuntungan murabahah dalam penyelesaian l) Pada bulan April 2005 nasabah melakukan pelunasan dipercepat. Pada
saat pelunasan dini, nasabah diberikan potongan. Pelunasan dini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan 2 (tiga) metode berikut ini: c) Jika dilakukan pada saat penyelesaian, bank tidak memberikan
diskon.
Db. Kas/Rekening 56.147.537
Kr. Piutang murabahah 56.147.537
Db. Margin murabahah ditangguhkan 9.286.790 Kr. Pendapatan margin murabahah 9.286.790 d) Jika dilakukan pada saat penyelesaian, bank memberikan diskon
sebesar 50% dari margin yang ditangguhkan bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah.
Db. Kas/Rekening 51.504.142
Kr. Piutang Murabahah 9.286.790
Db. Margin murabahah ditangguhkan 56.147.537 Kr. Pendapatan margin murabahah 4.643.395 Perhitungan:
50% dari margin yang ditangguhkan = Rp 4.643.395,09 (Rp 9.286.790,17 x 50%)
e) Jika bank memberikan diskon sebesar 50% dari margin yang ditangguhkan dilakukan setelah penyelesaian:
Pada saat penyelesaian bank menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah
Db. Kas/Rekening 56.147.538
Kr. Piutang murabahah 56.147.538
Db. Margin murabahah ditangguhkan 9.286.790 Kr. Pendapatan margin murabahah 9.286.790 Pada saat membayar potongan pelunasan dini kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah
Db. Beban potongan pelunasan dini murabahah 4.643.395
Kr. Kas/rekening nasabah 4.643.395
m) Pada saat menerima denda dari nasabah, misalkan jika nasabah telat 2 hari membayar angsuran sehingga bank mengenakan denda sebesar Rp 8.609,29:
Db. Kas/Rekening 8.609,29
(3)
LAMPIRAN VII
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Hari / Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 4 Juni 2013
Tempat Pelaksanaan : Accounting Division, PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340, Indonesia
Waktu Pelaksanaan : 16.45 – 17.30
Narasumber : Winahyu Ratu Fitria (Staff Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri)
Pewawancara : Melina Ernomo Hasil wawancara :
Pada hari Selasa, 4 Juni 2013 pukul 16.45 – 17.30, peneliti melaksanakan wawancara dengan salah satu staff kebijakan akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, Winahyu Ratu Fitria, bertempat di Accounting Division PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. M. Thamrin No. 5 Jakarta. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri serta pencatatan akuntansi dan acuan standar akuntansi yang digunakan dalam transaksi pembiayaan murabahah.
Dalam transaksi murabahah, PT Bank Syariah Mandiri menggunakan empat metode dalam perhitungan marjin dan angsuran pokok, yaitu flat rate, sliding rate, anuitas, dan anuitas ulang tahun. Dalam mengakui keuntungannya, PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas. Untuk pencatatan akuntansinya, PT Bank Syariah Mandiri berpedoman pada PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah, sementara untuk marjin anuitasnya, mengacu pada PSAK No. 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Dalam menjalankan operasionalnya, PT Bank Syariah Mandiri tidak sepenuhnya dapat
(4)
mengaplikasikan PSAK No. 102 dalam pembiayaan murabahah dikarenakan metode pengakuan keuntungan yang terdapat dalam PSAK No. 102 adalah proporsional, sedangkan PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas, hanya saja pencatatan akuntansinya yang sesuai dengan PSAK No. 102. Namun, PT Bank Syariah Mandiri tidak dapat mengaplikasikan PSAK No, 55 sepenuhnya pula dalam transaksi murabahah. Hal ini dikarenakan PT Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan syariah, sementara PSAK No. 55 digunakan untuk lembaga keuangan konvensional.
(5)
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Hari / Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 11 Juni 2013
Tempat Pelaksanaan : Accounting Division, PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340, Indonesia
Waktu Pelaksanaan : 17.30-18.30
Narasumber : Asrul Aminullah (Staff Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri)
Pewawancara : Melina Ernomo Hasil wawancara :
Pada hari Selasa, 11 Juni 2013 pukul 17.30-18.30, peneliti melaksanakan wawancara dengan salah satu staff kebijakan akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, Asrul Aminullah, bertempat di Accounting Division PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. M. Thamrin No. 5 Jakarta. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut hasil wawancara yang dilakukan dengan Winahyu Ratu Fitria tentang metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri serta pencatatan akuntansi dan acuan standar akuntansi yang digunakan dalam transaksi pembiayaan murabahah.
Terkait dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Winahyu Ratu Fitria, pada wawancara kali ini peneliti melakukan analisis lebih lanjut mengenai alasan PT Bank Syariah Mandiri dalam menggunakan metode anuitas dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah. Saat diwawancarai, narasumber mengungkapkan alasan penggunaan metode anuitas yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri, yaitu effective rate metode anuitas yang konsisten dan stabil. Jika dihitung setiap bulannya dengan membagai marjin dengan debet dikalikan 100%, maka akan menghasilkan effective rate yang stabil. Buletin Teknis No. 9 yang dikeluarkan oleh IAI, yang mengungkapkan bahwa entitas syariah yang menggunakan metode anuitas dalam pembiayaan murabahah harus
(6)
mengacu pada PSAK No. 50, 55, dan 60, maka PT Bank Syariah Mandiri memiliki alasan untuk tetap menggunakan kombinasi PSAK No. 102 dengan PSAK No. 55. Hal ini dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut:
a. Sistem dan persiapan yang cukup lama dan mahal untuk penerapan PSAK
No. 55.
b. Sumber daya manusia yang menguasai PSAK No. 55 terbatas, sehingga akan
menambah masalah bagi perbankan syariah untuk penerapan PSAK ini.
c. Jika menggunakan PSAK No. 55, PT Bank Syariah Mandiri harus membuat
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), yaitu dilakukan melalui
evaluasi individual yakni sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan
dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto
menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Hal ini
akan membuat akad murabahah menjadi tidak sesuai dengan syariah karena
mengandung konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Mengingat
didalam akad murabahah, nominal tidak diperkenankan berubah selama
periode akad. Oleh karena itu, dalam mencadangkan kerugian atas piutang
tak tertagih, PT Bank Syariah Mandiri mengacu pada PSAK No. 102, yaitu
dengan membuat PPAP pada saat terjadinya akad. PPAP dibuat sebesar 1%
untuk Kol (1) dan 5% untuk Kol (2).
Dalam menentukan besarnya marjin, terdapat beberapa hal yang menjadi menjadi dasar penetapan, diantaranya adalah biaya overhead selama pembiayaan murabahah, risiko yang akan timbul, dan return yang diinginkan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Penentuan besarnya penalty ketika ada nasabah yang menunggak adalah sebesar 0,0162% x tunggakan x jumlah hari dan dimasukkan ke dalam akun dana sosial.