Pembiayaan Bank Syariah Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah oleh Bank Syariah Mandiri

berakhir, meskipun tujuannya belum tercapai. Para ulama fiqih menetapkan sebab-sebab itu sebagai berikut : 82 a. Berakhirnya masa berlaku akad, apabila akad tersebut memiliki tenggang waktu b. Dibatalkan oleh para pihak yang ber-akad, apabila akad itu sifatnya mengikat dan dapat dibatalkan. c. Akad yang telah sah dan mengikat, dianggap berakhir jika: akad itu dinyatakan fasad, berlakunya syarat khiyar dapat memilih meneruskan akad atau tidak, atau akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak. d. Salah satu pihak dalam akad meninggal dunia. Dalam hal ini, menurut para ulama fiqih tidak semua akad berakhir dengan adanya kematian salah satu pihak, diantaranya adalah akad sewa menyewa, ar-rahn, al-kafalah, asy-syirkah, al-wakalah, dan al-muzara’ah.

B. Pembiayaan Bank Syariah

1. Pengertian Pembiayaan Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I trust, ”saya percaya” atau ”saya menaruh kepercayaan”. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan trust, berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana 82 Hasballah Thaib , op. cit.,hal. 19 Universitas Sumatera Utara tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. 83 2. Jenis-Jenis Pembiayaan Perumusan pengertian pembiayaan secara yuridis dapat dilihat dalam ketentuan umum Pasal 1 butir 25 yang menyatakan: “ Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Berdasarkan tujuan penggunaan dana yang diperoleh nasabah dari pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah pembiayaan dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok aktifitas pembiayaan. Pembagian jenis pembiayaan ini sangat penting dalam hal menentukan metode analisa pemberiaan pembiayaan dan jenis akad yang digunakan agar jenis usaha tertentu dapat diterima 83 www.pa_tanahgrogot.netutamaindex.phphukum-uang-muka-dan-jaminan-dalam- pembiayaan-murabahah oleh Tatang Sutardi, diakses pada 14 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara permohonan pembiayaannya. Jenis-jenis pembiayaan yang umum ditemukan dalam usaha perbankan syariah adalah sebagai berikut: 2.1 Pembiayaan Modal Kerja Syariah Secara umum yang dimaksud pembiayaan modal kerja PMK syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat likuid cash, piutang dagang receivable, dan persediaan inventory yang umumnya terdiri dari persediaan bahan baku raw material, persediaan barang dalam proses work in process, dan persediaan barang jadi finished goods. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas cash financing, pembiayaan piutang receivable financing, dan pembiayaan persediaan inventory financing. 84 Fasilitas PMK dapat diberikan kepada seluruh sektorsubsektor ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta yang dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa pemberian pembiayaan antara lain: 85 a. Jenis usaha. Kebutuhan modal kerja masing-masing jenis usaha berbeda-beda. 84 h ttp:zidniagus.wordpress.com20100601memperoleh-pembiayaan-dari-bank- syariah 85 Adiwarman A. Karim, op. cit., hal 234 Universitas Sumatera Utara b. Skala usaha. Besarnya kebutuhan modal kerja suatu usaha sangat bergantung pada skala usaha yang dijalankannya. Semakin besar skala usaha yang dijalankan, kebutuhan modal kerja semakin besar. c. Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan. Untuk menentukan tingkat kesulitan dari usaha yang dijalankan, bank dapat mengajukan pertanyaan: 1 Apakah proses produksi membutuhkan tenaga ahliterdidikterlatih dengan menggunakan peralatan canggih? 2 Apakah perusahaan memiliki tenaga ahli dan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi? 3 Apakah perusahaan memiliki sumber pasokan bahan baku yang tetap yang dapat menjamin kesinambungan proses produksi? 4 Apakah perusahaan memilik pelanggan tetap? d. Karakter transaksi dalam sector usaha yang dibiayai. Dalam hal ini yang harus ditelaah adalah: 1 Bagaimana sistem pembayaran pembelian bahan baku? 2 Bagaimana sistem penjuaan hasil produksi? Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis pembiayaan modal kerja dapat dibagi menjadi 5 macam: 86 a. PMK M udharabah 86 Ibid., hal 235 Universitas Sumatera Utara b. PMK Istishna c. PMK Salam d. PMK Murabahah e. PMK Ijarah Dalam melakukan penetapan akad PMK syariah, proses analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: 87 1 Pertama yang harus dilihat bank adalah jenis proyek yang akan dibiayai tersebut apakah memiliki kontrak atau belum. 2 Jika proyek tersebut memiliki kontrak, hal berikutnya yang harus dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk pembiayaan konstruksi atau untuk pengadaan barang. Untuk pembiayaan konstruksi maka akan diperlakukan pembiayaan istishna’. Namun, jika bukan untuk pembiayaan konstruksi tetapi untuk pengadaan barang, maka pembiayaan yang dilakukan adalah pembiayaan mudharabah. 3 Jika proyek tersebut tidak untuk pembiayaan konstruksi ataupun pengadaan barang , maka bank tidak layak untuk memberikan pembiayaan. 4 Dalam hal proyek tersebut tidak didasari kontrak, maka hal selanjutnya yang harus dilihat oleh bank adalah apakah proyek tersebut untuk pembelian atau penyewaan barang. untuk penyewaan barang yang 87 Ibid., hal. 235-236 Universitas Sumatera Utara dipergunakan adalah akad ijarah, sedangkan jika untuk pembelian barang yang digunakan adalah akad murabahah atau istishna. 2.2 Pembiayaan Investasi Syariah Investasi adalah kegiatan pengikutsertaan dana dalam suatu kegiatan ekonomi dengan maksud untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dikemudian hari. Pembiayaan Investasi merupakan pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk: 88 a. Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyekpabrik dalam rangka usaha baru b. Rehabilitasi, yakni penggantian mesinperalatan lama dengan mesin peralatan baru yang lebih modern c. Ekspansi, yaitu penambahan peralatanmesin baru disamping yang telah ada dalam rangka peningkatan kegiatan usaha d. Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pemindahan lokasi proyek atau pabrik secara keseluruhan ketempat yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Akad yang digunakan untuk pembiayaan investasi syariah dapat berupa: a. Pembiayaan investasi Murabahah b. Pembiayaan investasi Ijarah Muntahia Bit Tamlik c. Pembiayaan investasi Salam 88 V eitzal Rifai dan Arviyan Arivin, Islamic Banking Teori, Konsep, dan Aplikasi Jakarta,P.T. Bumi Aksara, 2010 hal. 120 Universitas Sumatera Utara d. Pembiayaan investasi Istishna Dalam menetapkan akad pembiayaan investasi syariah, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 89 a. Mengidentifikasikan apakah pembiayaan investasi tersebut untuk barang-barang yang termasuk ready stock atau goods in process. b. Jika ready stock yang harus diperhatikan apakah barang tersebut sensitive dengan tax issues atau tidak. Jika sensitive maka pembiayaan yang dilakukan adalah ijarah muntahia bit tamlik, jika tidak maka yang digunakan pembiayaan murabahah. c. Jika barang investasi tersebut termasuk goods in process, harus dilihat apakah proses barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan atau lebih. Jika kurang dari 6 bulan pembiayaan yang diberikan menggunakan akad salam, jika melebihi 6 bulan pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan istishna’. 2.3 Pembiayaan Konsumtif Syariah Pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. 90 a. Pembiayaan konsumen akad Murabahah Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan di bank syariah, pembiaan konsumtif dibagi dalam lima bagian yaitu: 89 Adiwarman Karim, op. cit., hal. 244 90 Veitzal Rifai Arviyan Arivin, op. cit., hal. 720 Universitas Sumatera Utara b. Pembiayaan konsumen akad Ijarah muntahia bit tamlik IMBT c. Pembiayaan konsumen akad Ijarah d. Pembiayaan konsumen akad Istishna’ e. Pembiayaan konsumen akad Qard dan ijarah Untuk menentukan jenis akad yang akan digunakan dalam pembiayaan konsumtif, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 91 a. Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, maka harus dilihat apakah pembiayaan tersebut untuk pembelian barang atau pengadaan jasa. b. Untuk pembelian barang, jika barang tersebut bersifat ready stock digunakan akad pembiayaan murabahah. Jika barang tersebut termasuk bersifat goods in process harus dilihat berapa lama waktu yang diperlukan untuk prosesnya, jika kurang dari 6 bulan maka digunakan akad pembiayaan salam. Jika waktu yang diperlukan lebih dari 6 bulan maka digunakan akad pembiayaan istishna’. c. Pembiayaan konsumtif yang dibutuhkan nasabah dalam bidang jasa digunakan akad ijarah.

C. Pembiayaan Murabahah oleh Bank Syariah