Latar Belakang Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah oleh Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu bentuk sistem perbankan yang paling berkembang saat ini di Indonesia adalah sistem perbankan Islam atau yang dalam istilah resmi di Indonesia disebut sebagai perbankan syariah. Perbankan syariah secara sederhana diartikan sebagai lembaga perbankan yang dalam menjalankan kegiatannya didasari atas prinsip dan ketentuan syariah. Sedikit melihat kebelakang untuk menelusuri mengenai awal mula berkembangnya sistem perbankan non-interest ini di dunia dapat kita telusuri melalui sumbernya yaitu Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, yang membentuk ideologi Islam yang dibawanya.. Islam menuangkan ketentuan-ketentuan hukumnya dalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang utama yang berfungsi sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia untuk memperoleh rahmat Allah menuju keselamatan dunia dan akhirat. Ketentuan dalam Al-Qur’an menghendaki adanya revolusi dalam segala bidang kehidupan kearah yang lebih baik, yang menyejahterakan seluruh umat manusia untuk segala zaman dan disegala tempat li kulli zaman wa makan. Salah satu revolusi yang diperintahkan dalam kitab suci Al-Quran tersebut adalah revolusi sistem ekonomi. Ajaran Islam menentang praktek ekonomi yang memeras masyarakat miskin dan hanya berpihak pada golongan kaya. Perlawanan terhadap sistem ekonomi yang tidak berdasarkan keadilan itu ditandai dengan pelarangan riba dan Universitas Sumatera Utara larangan dalam berinvestasi di bidang yang diharamkan dalam syariah Islam. Hal tersebut dapat dilihat dalam suatu ayat yang mengatur kegiatan ekonomi dalam Al-Qur’an : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” An-Nisaa’: 160-161. Selain dari ayat di atas, banyak ketentuan hukum Islam menyangkut bidang ekonomi yang terdapat didalam Al-Qur’an dan hadis yang pada pokoknya mengarahkan manusia dalam suatu sistem yang menjaga kesejahteraan semua umatnya, sehingga usaha yang dilakukan seorang manusia tidak menzalimi kehidupan manusia yang lainnya. Itulah keadilan dalam Ekonomi Islam. Sumber hukum Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW yang kemudian diaplikasikan oleh umatnya dalam perkembangan peradaban Islam berikutnya memberikan gambaran betapa suatu sistem ekonomi yang berlandaskan nilai-nilai Islam itu dapat bertahan dan memberikan manfaat positif bagi sebesar-besarnya kepentingan umat. Berkaca dari sejarah keberhasilan penerapan sistem perbankan Islam pada masa lalu tersebut timbul kehausan dari beberapa golongan untuk membangkitkan kembali sistem ekonomi tersebut, dan mengakhiri dominasi sistem ekonomi konvensional yang semakin diragukan kapabilitasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi. Konsep teori sistem perbankan Islam pertama kali muncul pada tahun 1940-an, yang mengedepankan konsep gagasan yang berdasarkan sistem bagi hasil. Melalui bukunya yang berjudul A Groundwork for Interest free Bank, Maududi Uzair membawa suatu pemikiran tentang perbankan Islam, sekaligus Universitas Sumatera Utara memberikan gambaran teknis bagi penerapannya dalam dunia ekonomi kala itu, sehingga beliau dianggap sebagai pencetus teori perbankan Islam modern. Realisasi dari teori ini kemudian juga mulai dikembangkan di beberapa negara dengan membentuk lembaga perbankan yang berdasarkan nilai-nilai Islam. Negara pelopor dibidang perbankan Syariah ini adalah Pakistan, yang ditandai dengan penghapusan sistem bunga pada tahun 1979 terhadap tiga institusi perbankannya, yang diikuti oleh Negara-negara lainnya yang membentuk bank- bank syariah pada sekitar era 1970-1980an seperti pembentukan Faisal Islamic Bank di Mesir dan Sudan, Kuwait finance house, Dubai Islamic Bank, Jordan Islamic Bank for Finance and Investment, Bahrain Islamic Bank, dan Islamic International Bank for Investment And Development di Mesir. 1 Begitu juga dengan keadaan di Indonesia, dimana kecenderungan untuk membentuk suatu sistem perbankan alternatif, selain dari sistem perbankan konvensional yang ada pada masa itu, untuk menciptakan tata kehidupan ekonomi yang lebih baik yang sesuai dengan syariat Islam. Berbagai diskursus mengenai pembentukan perbankan syariah mulai digulirkan. Salah satu pembahasan mengenai pembentukan bank syariah diaksanakan oleh Majelis Ulama Indonesia pada Musyawarah Nasional IV MUI pada Agustus 1990 dan menghasilkan rekomendasi pembentukan kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Hal mana yang mencapai hasil dengan pembentukan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia pada tahun 1992. Akan tetapi instrument hukum perbankan pada masa itu belum memfasilitasi terselenggaranya 1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek Jakarta: Gema Insani Press, 2001 hal. 18 Universitas Sumatera Utara sistem perbankan syariah secara penuh. Undang-undang nomor 7 tahun 1992 sebagai dasar hukum ”bank dengan sistem bagi hasil”–ini tidak memberikan rincian landasan hukum syariah maupun jenis usaha yang dapat dijalankan bank dengan sistem bagi hasil tersebut. Tingginya tingkat bunga perbankan sebagai bagian dari apa yang disebut sebagai bubble problem selama tahun 1998 sebagai bagian dari pemacu krisis ekonomi dikala itu mengakibatkan para debitur tidak mampu mengembalikan kreditnya yang justru memicu terjadinya kredit macet. Tingginya tingkat suku bunga itu disadadari merupakan bagian negatif dari sistem perbankan konvensional yang dikhawatirkan masyarakat dapat membawa kembali krisis ekonomi dikemudian hari, rasa kepercayaan pada lembaga keuangan pun berkurang, dan masyarakat mendambakan sistem lembaga keuangan alternatif yang dapat menghindari sisi negatif dari bank konvensional. 2 2 Zainul arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang, Tantangan dan Prospek Jakata: Alvabet, 1999 hal. 24 Secara khusus juga timbul keraguan dari kalangan umat muslim di Indonesia untuk mempergunakan jasa perbankan konvensional. Keraguan tersebut timbul dari adanya pelarangan dalam hukum Islam untuk tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang mengandung unsur perjudian maisyir, ketidakpastian gharar, bunga riba, dan kebathilan yang sering ditemui dalam praktek operasional bank konvensional, yang menjadi salah satu factor pendorong bagi pemerintah untuk mewujudkan suatu sistem perbankan alternatif yang dapat mengakomodasi permasalahan tersebut. Universitas Sumatera Utara Upaya untuk menciptakan sistem perbankan alternatif tersebut dilakukan dengan cara memperkuat landasan hukum dan pengaturan dari bank syariah, yang “bibit”nya sudah mulai dimunculkan sebagai bank dengan sistem bagi hasil seperti yang diatur dalam Undang-undang nomor 7 Tahun 1992, dengan dikeluarkannya Undan-undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Perubahan ini memberikan dampak yang besar bagi perkembangan sistem perbankan syariah di Indonesia, khususnya dalam memberikan landasan hukum bagi serta jenis usaha yang dapat dijalankan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Penambahan aturan hukum bagi perbankan syariah ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan pelaku perbankan di Indonesia. 3 Bank Syariah, seperti bank konvensional, memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana melalui jenis kegiatan usaha yang bermacam-macam. Jenis Perkembangan Landasan hukum yang memperkuat status dan penerapan sistem syariah pada bank di Indonesia juga dilakukan dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dampak dari dilahirkannya Undang-Undang tersebut adalah meningkatnya tingkat kepercayaan masyarakat pada umumnya maupun investor untuk menanamkan modalnya pada bank syariah sehingga berpengaruh pada meningkatnya asset bank syariah secara nasional. 3 Muhammad Syafii Antinio, op. cit., hal. 26 Universitas Sumatera Utara kegiatan usaha yang paling berkembang dalam Bank Syariah adalah pembiayaan secara murabahah. Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam pembiayaan murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli harga dasar dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli, dan prinsip akad murabahah mendominasi pendapatan dari produk-produk perbankan syariah yang ada dikebanyakan bank syariah. Meski demikian praktek murabahah dari segi hukum Islam tidak terlepas dari permasalahan dan perdebatan. Didalam praktek pembiayaan murabahah pada bank syariah timbul beberapa perbedaan pendapat para ulama mengenai hukum berlakunya produk syariah tersebut. Hal tersebut dipermasalahkan karena sistem ini awalnya mengadopsi praktik jual beli yang sudah berlaku umum. Namun dengan memosisikan bank sebagai lembaga pembiayaan, praktik ini dan yang sejenis –seperti leasing- pun tak lepas dari jerat riba. 4 “dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikam dalam akad atau jika terjadi perselisihan antara bank dan nasabah maka upaya penyelesaian dilakukan melalui musyawarah dan dalam hal Pada dasarnya pembiayaan murabahah adalah suatu hubungan hukum yang timbul dari adanya perjanjian yang suatu waktu dapat muncul suatu perselisihan atasnya. Untuk menyelesaikan sengketa di bidang perbankan syariah Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang berbunyi : 4 www.assyariah.com diakses pada 23 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara musyawarah sebagaimana dimaksud tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaian lebih lanjut dapat dilakukan melalui alternative penyelesaian sengketa atau badan arbitrase syariah.” 5 Dan secara jelas dalam ketentuan Undang-Undang Perbankan Syariah dinyatakan bahwa penyelesaian sengketa perbankan syariah secara litigasi merupakan kewenangan peradilan agama. 6 Sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah dual banking sistem, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri. Hasilnya, Tim Pelaksanaan pembiayaan secara murabahah di Indonesia salah satunya dilaksanakan oleh Bank Syariah Mandiri yang jenis kegiatan syariah terbesarnya berasal dari transaksi produk murabahah. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank milik Negara yang mengkonversi anak cabangnya menjadi bank syariah yang saat ini menjadi salah satu bank syariah dengan perkembangan yang sangat pesat. Bank Syariah Mandiri sendiri merupakan bank syariah yang lahir pada era krisis ekonomi pada 1998. Pada awalnya, pemerintah melakukan penggabungan merger empat bank Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo menjadi satu bank baru bernama P.T. Bank Mandiri Persero pada tanggal 31 Juli 1999. 5 Pasal 20 Ayat 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7PBI2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Menyelenggarakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 6 Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Universitas Sumatera Utara Pengembangan Perbankan Syariah melakukan konversi P.T. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah dengan nama P.T. Bank Syariah Mandiri. 7

B. Perumusan Masalah