Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

(1)

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR

KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH Lusia Jois Mariana

128114138 INTISARI

Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden adalah masyarakat dewasa yang berusia ≥ 18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri dan bersedia diwawancara yang dipilih secara accidental sampling.Data karakteristik responden dianalisis dengan metode statistik deskriptif dan data kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dianalisis dengan content analysis.

Sebagian besar responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri mengungkapkan obat tradisional seperti halnya jamu dan tidak memiliki efek samping. Bentuk sediaan yang paling banyak dikenal adalah cairan. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun, pengetahuan mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih rendah. Sebagian besar responden memberikan sikap positif terhadap penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami, sehingga terdapat kecenderungan melakukan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Kata kunci: obat tradisional, perilaku pengobatan mandiri, pengetahuan, sikap,


(2)

STUDY OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICE USING TRADITIONAL MEDICINES FOR SELF MEDICATION AMONG PEOPLE AT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN

WONOSOBO JAWA TENGAH Lusia Jois Mariana

128114138 ABSTRACT

Traditional medicine has been known and used by people in order to cure and care for health. Self medication by using the traditional medicine was one of health behavior ways which could be seen from knowledge, attitude and act. The aim of this research was to give description on the knowledge, attitude and act of using traditional medicine for self medication among people at Desa Dieng, Kecamatan Kejar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

This research was an observational description study with cross sectional design. The respondent were local adult people aged more than 18 years old who had applied self medication and were willing to be interviewed. Accidental sampling were used to choose the respondents. The characteristics data were analyzed using descriptive statistic and qualitative data done by using structured interviews method were analyzed using content analysis.

Most of respondents who used traditional medicine for self medication

expressed that traditional medicine like “Jamu” did not have side effect. The most widely known was in the form of liquid. “Jamu”, was well known as traditional

medicine compared by standaridized herbal medicine and phytopharmaceutical.

However, their knowledge about traditional medicine’s logo was relative low. Most

of respondents gave positive respond on the use of traditional medicine to overcome indications or pain felt. Therefore, there was a tendency on the use of traditional medicine for self medication.

Key words: traditional medicine, self medication, knowledge, attitude, act, people at Desa Dieng


(3)

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR

KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Lusia Jois Mariana

NIM : 128114138

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR

KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Lusia Jois Mariana

NIM : 128114138

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

Persetujuan Pembimbing

KAJIAN PENGETAHUAh{, SIKAP DAN TINDAKAI\ PENGGUNAAI\I

OBAT TRADISIONAL TJNTT'K PENGOBATA}I MANDIRI DI

KALANGAI{ MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR

KABTTPATEN WONOSOBO JAWA TENGAI{

Skripsi yang diajukan oleh: Lusia Jois Mariana

NIM: 128114138

telah disetujui oleh:

Pernbimbing Utama


(6)

Pengesahan Skripsi Berjudul

KAJIAN PENGETAHUAI\I, SIKAP DAN TII\DAKAhI PENGGT'NAAI\

OBAT TRADISIONAL T]NTTIK PENGOBATAI{ MANDIRI DI

KALANGAIY MASYARAKAT DESA I}IENG KECAMATAI\ KE"IAJAR

KABI]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAH Oleh:

Lusia Jois Mariana NIM: 128114138

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 2A J anuai 201 6

Mengetahui Fakultas Farmasi

Sanata Dharma Dekan

Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

Panitia Penguji:

1.

Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

2.

Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.

3.

Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

nt

f=^fl++ s'.?e+ib

#f

,'-.#-.

i

?

/i=-:--kli! '2

^

E .,!,roi,," t .-.lq


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada

-Nya, sebab Ia

yang memelihara kamu”

(1 Petrus 5:7)

Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat

terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari

kegagalan.

Mario Teguh

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, sumber segala berkat dan kekuatanku

Kedua orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem

Kakak dan adikku yang tersayang, Natalia Kristanti dan Paulina Yuliani

Sahabat-sahabatku yang selalu ada buatku


(8)

PER}TYATAAFI KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila

di

kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam

naskah

ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakart4 20 November 2015 Penulis

I'

I

/o{r't

kT

(Lusia Jois Mariana


(9)

LEMBAR PERI\TYATAAI\ PERSETUJUAI\I

PT,BLIKASI KARYA ILN,IIAH T,NTUK KEPENTINGAI\I AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Lusia Jois Mariana

Nomor Mahasiswa : l28ll4l38

Derni pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanate Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAI\[ TINDAKAN PENGGUNAA}I

OBAT TRADISIONAL I'NTUK PENGOBATAIY MANDIRI DI

KALAI\IGAI\I MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAFI KEJAJAR

KABT]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAII

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpanr

lre-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Intemet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu merninta

ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian p€myataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Janurrn 2016 Yang menyatakan

l:0

/g|.S

rr

( Lusia Jois Mariana


(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah“. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance.


(11)

viii

5. Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah atas partisipasi dan respon baik terhadap penelitian yang telah dikerjakan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Mardi selaku Kepala Desa Dieng dan keluarga yang dengan murah hati mendukung, membimbing, mengarahkan dan menerima penulis dengan baik selama berada di Desa Dieng.

8. Orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo, BA. dan Yuventia Sarjinem yang selalu mendukung, menguatkan, membimbing dan mencintaiku dengan penuh kasih sayang.

9. Kakak dan adikku yang tercinta, Natalia Kristanti, S.Pd. dan Paulina Yuliani yang selalu menyemangati dan menghiburku selama ini.

10. Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan motivasinya bagi penulis.

11. Teman-teman seperjuanganku “skripsi payung 4”,“Veronika, Yeni Mardiati Pasaribu, dan Natalia Putri Arumsari”.

12. Sahabat-sahabatku tercinta, Lotmi Sabaretnam, Lusia Christin Setiawati, Patrisia Yosepha Jelarut, Rosalia Lestari dan Sr. Ratna Sihombing untuk setiap dukungan, doa dan semangat yang membuatku terus berjuang menjadi lebih baik.


(12)

ix

13. Teman-teman kost Sekarayu, Rini, Yupita, Laurent, Keket, Deta, Mbak Yohana, Ayu, Tia, Ike, Devi, Lena, Agnes, Putri, Anggik, Febi, Debby, Mervin, Deta dan Hosea atas motivasi dan kebersamaan selama ini.

14. Teman-teman “Keluarga Cemara”, FKK B 2012 dan semua angkatan 2012 yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.


(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 7

a. Manfaat teoritis ... 7

b. Manfaat praktis ... 7


(14)

xi

1. Tujuan umum ... 7

2. Tujuan khusus ... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 9

A. Pengobatan Mandiri ... 9

B. Obat Tradisional ... 10

1. Penggolongan obat tradisional ... 12

2. Bentuk sediaan obat tradisional ... 17

C. Perilaku Pengobatan Mandiri ... 18

1. Pengetahuan (knowledge) ... 20

2. Sikap (attitude) ... 21

3. Tindakan (practice) ... 22

D. Keterangan Empiris ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24

B. Variabel Penelitian ... 24

C. Definisi Operasional ... 25

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ... 26

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

H. Instrumen Penelitian ... 29

I. Tata Cara Penelitian ... 29


(15)

xii

2. Penentuan lokasi penelitian ... 29

3. Perizinan dan etika penelitian ... 29

4. Pembuatan panduan wawancara ... 30

5. Pengumpulan data ... 31

6. Pengolahan data ... 31

I. Analisis Hasil Penelitian ... 32

1. Data karakteristik responden ... 32

2. Data kualitatif hasil wawancara ... 32

J. Keterbatasan Penelitian ... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Karakteristik Responden ... 34

1. Jenis kelamin ... 35

2. Usia ... 35

3. Status pernikahan ... 36

4. Pendidikan terakhir ... 36

5. Jenis pekerjaan ... 37

6. Pendapatan per bulan ... 38

B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat Desa Dieng ... 39

1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau swamedikasi ... 39


(16)

xiii

3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional ... 57

4. Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 71


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat

Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ... 34 Tabel II. Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai

istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi ... 42 Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban

responden ... 43 Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden

... 45 Tabel V. Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk

digunakan dalam pengobatan mandiri ... 54 Tabel VI. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional

jika sakit ... 57 Tabel VII. Respon sikap responden menyukai atau tidak menyukai

penggunaan obat tradisional jika sakit ... 59 Tabel VIII. Respon sikap responden mengenai apakah obat tradisional

bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami .... 60 Tabel IX. Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Logo Jamu. ... 13

Gambar 2. Logo Obat Herbal Terstandar ... 14

Gambar 3. Logo Fitofarmaka ... 15

Gambar 4. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 19

Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian ... 26

Gambar 6. Skema kajian penelitian payung ... 28

Gambar 7. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka ... 47

Gambar 8. Pengetahuan responden mengenai lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka ... 49

Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping ... 52


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat izin penelitian ... 72

Lampiran 2. Ethical clearance ... 74

Lampiran 3. Informed consent ... 75

Lampiran 4. Panduan wawancara ... 77

Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan ... 82

Lmapiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ... 83


(20)

xvii INTISARI

Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden adalah masyarakat dewasa yang berusia ≥ 18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri dan bersedia diwawancara yang dipilih secara accidental sampling. Data karakteristik responden dianalisis dengan metode statistik deskriptif dan data kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dianalisis dengan content analysis.

Sebagian besar responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri mengungkapkan obat tradisional seperti halnya jamu dan tidak memiliki efek samping. Bentuk sediaan yang paling banyak dikenal adalah cairan. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun, pengetahuan mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih rendah. Sebagian besar responden memberikan sikap positif terhadap penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami, sehingga terdapat kecenderungan melakukan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

Kata kunci: obat tradisional, perilaku pengobatan mandiri, pengetahuan, sikap, tindakan, masyarakat Desa Dieng


(21)

xviii ABSTRACT

Traditional medicine has been known and used by people in order to cure and care for health. Self medication by using the traditional medicine was one of health behavior ways which could be seen from knowledge, attitude and act. The aim of this research was to give description on the knowledge, attitude and act of using traditional medicine for self medication among people at Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

This research was an observational description study with cross sectional design. The respondent were local adult people aged more than 18 years old who had applied self medication and were willing to be interviewed. Accidental sampling were used to choose the respondents. The characteristics data were analyzed using descriptive statistic and qualitative data done by using structured interviews method were analyzed using content analysis.

Most of respondents who used traditional medicine for self medication expressed that traditional medicine like “Jamu” did not have side effect. The most widely known was in the form of liquid. “Jamu”, was well known as traditional medicine compared by standaridized herbal medicine and phytopharmaceutical. However, their knowledge about traditional medicine’s logo was relative low. Most of respondents gave positive respond on the use of traditional medicine to overcome indications or pain felt. Therefore, there was a tendency on the use of traditional medicine for self medication.

Key words: traditional medicine, self medication, knowledge, attitude, act, people at Desa Dieng.


(22)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pengobatan mandiri atau swamedikasi lazim dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Menurut Suryawati (cit., Citahasri, 2008), dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pengobatan mandiri merupakan upaya pertama dan yang terbanyak dilakukan masyarakat umum untuk mengatasi keluhan kesehatannya, sehingga peranannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam penelitiannya di Indonesia, Supardi, Jamal dan Raharni (2005), mengungkapkan bahwa persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi di desa dibandingkan di kota dan terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ketersediaan tanaman obat, adanya intervensi pemerintah melalui promosi pemanfaatan obat asli Indonesia, penggalakan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) dan peningkatan jumlah industri obat tradisional.

Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema back to nature, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Handayani dan Suharmiati, 2002).


(23)

World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasi penggunaan obat tradisional sebagai pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal tersebut menunjukkan dukungan WHO terhadap penggunaan obat tradisional sebagai salah satu alternatif pengobatan yang lebih dikenal dengan back to nature (Wasito, 2011).

Masyarakat menganggap obat tradisional relatif aman untuk dikonsumsi karena berasal dari bahan alam dan memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan dengan obat (Harmanto dan Subroto, 2007). Lebih dari 30.000 spesies tanaman obat tumbuh di Indonesia dan sekitar 9.000 diantaranya merupakan tanaman berkhasiat obat, tetapi baru 250 spesies yang digunakan dalam pengobatan. Hal ini menunjukkan kekayaan Indonesia akan bahan alam tidak diragukan lagi (Tilaar dan Widjaja, 2014).

Pemanfaatan bahan alam yang secara langsung berupa tanaman obat telah menjadi budaya dan kearifan lokal suatu daerah yang diwariskan kepada masyarakat setempat turun temurun secara empirik (Rahayu, Rugayah, Praptiwi, dan Hamzah, 2002). Salah satu tanaman obat yang paling populer dan habitat endemiknya di dataran tinggi Desa Dieng adalah tanaman Purwoceng yang dapat digunakan oleh masyarakat desa Dieng untuk mengatasi masalah kesehatan (Abdiyani, 2008).

Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam pegunungan di dataran tinggi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pusat layanan kesehatan berupa Puskesmas berada di balai Desa Dieng dan masih dapat dijangkau oleh masyarakat. Namun, belum terdapat apotek di area tersebut dan


(24)

apotek terdekat berada di Kecamatan Garung di luar Kecamatan Kejajar yang dapat diakses dengan transportasi umum, sehingga masyarakat harus menunggu dan berdesak-desakan. Hal ini membuat masyarakat setempat kesulitan dan terbatas untuk menemukan pelayanan kesehatan. Pada kondisi tersebut, maka perilaku pengobatan mandiri merupakan salah satu upaya yang cukup membantu untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat setempat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, terutama untuk gejala atau penyakit ringan. Salah satu pengobatan mandiri yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menggunakan obat tradisional (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012).

Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang dikategorikan ke dalam tiga domain berikut, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektif dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap dan persepsi; faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik antara lain biaya dan jarak; dan faktor penguat yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan mandiri. Hal ini terkait dengan belum pernah ada penelitian sejenis pada masyarakat Desa Dieng, sehingga menarik untuk diteliti.


(25)

1. Perumusan masalah

a. Seperti apa karakteristik responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?

b. Seperti apa profil perilaku pengobatan mandiri yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengobatan mandiri yang pernah dipublikasikan antara lain:

a. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Pangastuti, 2014). Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan penelitian desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling yang dikombinasikan dengan metode non random accidental sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square. Sebesar 62% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, 86,3% bersikap positif terhadap penggunaan obat tradisional dan 66% responden mempunyai tindakan memilih obat tradisional untuk pengobatan mandiri.


(26)

b. Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007) (Supardi dan Susyanty, 2010). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di Indonesia dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional. Kriteria responden penelitian adalah responden berumur 10 tahun ke atas yang mengeluh sakit selama sebulan terakhir sebelum survei dan menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri. Metode penelitian adalah analisis data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2007 yang mencakup 280.000 rumah tangga atau 973.660 responden di 33 propinsi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, jenis penyakit dan penggunaan obat tradisional.

c. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman (Kristina, Prabandari, Sudjaswadi, 2008). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang pengobatan sendiri, serta faktor sosiodemografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jarak ke pusat pelayanan kesehatan dan lokasi tempat tinggal) dengan perilaku pengobatan sendiri yang rasional. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah responden sebanyak 174 dipilih secara multistage random sampling tiap-tiap desa. Teknik pengambilan data dengan menggunakan kuesioner yang


(27)

diwawancarakan dan observasi. Data dianalisis dengan uji independent sample t-test, korelasi Pearson dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda.

d. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta (Hidayati dan Perwitasari, 2011). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan obat bahan alam dalam hal obat tradisional. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu lebih dari 50% mempunyai persepsi yang baik dan benar mengenai obat tradisional atau obat bahan alam. Hasil diperoleh melalui analisis statistik secara deskriptif dengan cross tab analisis dan terdapat hubungan antara persepsi dengan tingkat pendidikan seseorang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah subjek yang diteliti, yaitu masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling, pengambilan data dengan wawancara terstruktur dianalisis dengan menggunakan content analysis dan variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah belum pernah dilakukan.


(28)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan deskripsi mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

b. Manfaat praktis

Dapat menjadi data dasar dan informasi bagi instansi terkait dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi terutama dalam melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mendapat gambaran karakteristik responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(29)

b. Mendapat gambaran mengenai profil perilaku pengobatan mandiri yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(30)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengobatan Mandiri

Pengobatan mandiri sering juga disebut dengan swamedikasi (self medication). Definisi pengobatan mandiri menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998 adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional maupun obat oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang telah didiagnosis tegak oleh dokter sebelumnya. Menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP) dan The World Self-Medication Industry (WSMI) (1998), pengobatan mandiri merupakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri.

Peran pengobatan mandiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1988). Di dalam konteks pengobatan mandiri, maka tanggung jawab pengenalan gejala atau penyakit dan pemilihan serta penggunaan obatnya ada pada individu pelaku.

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pengobatan mandiri, yaitu pelayanan kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau, sehingga membuat masyarakat mencari


(31)

pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan, kemudian berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan dengan melakukan pengobatan mandiri bagi masyarakat. Selain itu, adanya promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen baik melalui media cetak maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa. Tersebarnya distribusi obat melalui puskesmas dan warung obat desa yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama obat tanpa resep (OTR) dan kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat juga dapat mempengaruhi pengobatan mandiri. Semakin banyak obat OTR (OWA, obat bebas terbatas, dan obat bebas) yang akan memperkaya pilihan obat untuk pengobatan mandiri.

Respons seseorang apabila sakit melakukan tindakan mengobati sendiri (self medication) dengan alasan fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, takut dengan dokter, takut pergi ke rumah sakit dan biayanya mahal. Masyarakat sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu dengan melakukan pengobatan mandiri sudah dapat menyembuhkan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan (Notoatmodjo, 2010).

B. Obat Tradisional

Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan kesehatan. Jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang sedang menderita suatu penyakit,


(32)

sebagian masyarakat berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang terdapat di sekitar lingkungannya untuk mereka gunakan dalam pengobatan. Pemanfaatan tanaman berkhasiat obat di masyarakat terus berkembang dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Perkembangan obat tradisional ini dimulai dari ramu-ramuan tradisional yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian berkembang menjadi suatu ramuan yang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia (Wasito, 2011).

Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tanaman atau berbahan alami. Tanaman obat yang paling banyak dijumpai di desa Dieng adalah Purwoceng. Purwoceng merupakan tanaman herba komersial yang akarnya dilaporkan berkhasiat obat sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual dan menimbulkan ereksi), diuretik (melancarkan saluran air seni) dan tonik (mampu meningkatkan stamina tubuh). Langkanya budidaya purwoceng di tingkat petani karena adanya pencurian yang terkait dengan mahalnya komoditas tersebut. Kendala lain adalah mahalnya harga bibit yang dapat mencapai Rp 4.000-Rp 10.000 per batang, bahkan harga benih dapat mencapai jutaan rupiah setiap ons (Darwati dan Roostika, 2006).

Dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I Pasal 1 ayat (9) disebutkan bahwa: “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”.


(33)

1. Penggolongan obat tradisional

Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dalam Ketentuan Umum Pasal 1 tercantum beberapa definisi sebagai berikut.

a. Jamu adalah obat tradisional Indonesia.

b. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.

c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.

Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia dalam Pasal 1 tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:

a. Jamu. Pasal 2 mengenai kriteria jamu sebagai berikut: Pasal 2

1. Jamu harus memenuhi kriteria:

a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. 3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: "Secara tradisional


(34)

Pasal 5 mengenai ketentuan logo jamu sebagai berikut: Pasal 5

1. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk

pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”

sebagaimana contoh terlampir.

2. Logo sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa “RANTING DAUN

TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas

sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.

3. Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.

4. Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah

dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”.

Gambar 1. Logo Jamu

(Keputusan BPOM RI, 2004). b. Obat herbal terstandar (OHT). Pasal 3 mengenai kriteria OHT sebagai berikut:

Pasal 3

1. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik

c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi

d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.

Pasal 7 mengenai ketentuan logo obat herbal terstandar sebagai berikut: Pasal 7

1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus

mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”


(35)

2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa” JARI-JARI DAUN (3

PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada

bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.

3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.

4. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada ayat (1)

harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan “OBAT

HERBAL TERSTANDAR”.

Gambar 2.

Logo Obat Herbal Terstandar

(Keputusan BPOM RI, 2004). c. Fitofarmaka. Pasal 4 mengenai kriteria fitofarmaka sebagai berikut:

Pasal 4 1. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:

a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik

c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi

d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.

Pasal 8 mengenai ketentuan logo fitofarmaka sebagai berikut: Pasal 8

1. Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus

mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh

terlampir.

2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN

(YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK

DALAM LINGKARAN” dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri


(36)

3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.

4. Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.

Gambar 3. Logo Fitofarmaka

(Keputusan BPOM RI, 2004). Menurut Wasito (2011), logo jamu berupa sebuah lingkaran yang secara filosofis menyatakan sebuah proses serta tanda aman berwarna hijau serta kuning yang merupakan perwujudan kekayaan alam Indonesia dengan di tengah-tengahnya terdapat gambar stilasi jari-jari daun yang melambangkan suatu proses pembuatan jamu yang sederhana. Logo OHT berupa lingkaran hijau dengan warna dasar dalam lingkaran kuning yang memiliki filosofi yang sama dengan jamu serta pada bagian dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilasi jari-jari daun sebanyak tiga pasang yang melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak tumbuhan obat. Logo fitofarmaka berupa lingkaran hijau dengan warna bagian dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilasi jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang yang melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka.


(37)

Menurut Handayani dkk. (2002), obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Obat tradisional buatan sendiri. Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.

b. Obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat dijumpai di berbagai pulau di Indonesia. c. Obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Pada umumnya yang berbentuk sediaan modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil, salep dan krim.

Pada dasarnya, minum jamu merupakan kebiasaan yang dilakukan turun-temurun dan merupakan budaya hidup sehat Indonesia. Penggunaan jamu memang cocok bagi masyarakat Indonesia karena dua hal, yaitu Indonesia kaya akan sumber alam hayatinya dan kaya akan budaya serta adat istiadat, sehingga mempengaruhi


(38)

gaya hidup masyarakatnya. Ada beberapa tujuan penggunaan jamu oleh masyarakat, antara lain: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi (Tilaar dkk., 2014).

2. Bentuk sediaan obat tradisional

Menurut Wasito (2011), obat tradisional agar lebih mudah diterima dan digunakan oleh masyarakat, maka dibuat bentuk sediaan yang beragam untuk tujuan dan penggunaan yang bermacam-macam, mulai yang sederhana hingga yang membutuhkan teknologi yang tinggi. Bentuk sediaan obat tradisional dapat dibagi menjadi:

a. Sediaan padat atau kering. Beberapa bentuk sediaan padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Biasanya proses perebusan dianggap selesai apabila air yang digunakan untuk merebus bahan obat tersisa setengah dari jumlah air sebelumnya. Namun, jika bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang dan kulit kayu, maka perebusan dianggap selesai setelah air rebusan tersisa sepertiga dari jumlah air semula. Selain itu, dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet, pil, pastiles, koyok, parem, pilis dan tapel.

b. Sediaan semi padat, yaitu sediaan dodol atau jenang dan dalam bentuk krim dan salep. Obat bentuk semi padat dapat digunakan obat dalam maupun luar.


(39)

c. Sediaan cair, yaitu seperti sirup, emulsi, suspensi, larutan, jamu cair dan bentuk cairan lainnya, baik untuk penggunaan obat dalam maupun obat luar. Jamu gendong merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional.

C. Perilaku Pengobatan Mandiri

Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan dalam memelihara kesehatan, mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 1993). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007).

Menurut Skiner (cit. Notoatmodjo, 2010), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku manusia dijelaskan melalui teori “S-O-R” (stimulus

-organisme-respons) dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.


(40)

b. Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.

(Notoatmodjo, 2010). Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang (faktor internal). Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku, yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan fisik dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku, yaitu perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Benyamin Bloom (cit. Notoatmojo, 2010), seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan perilaku manusia dibagi ke dalam 3 domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (pcychomotor). Di dalam konteks pendidikan praktis, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom tersebut, dikembangkan 3 tingkat domain perilaku, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan.

Stimulus Organisme

Respons Tertutup (covert

behavior)

•Pengetahuan

•Sikap

Respons Terbuka (overt

behavior)

•Tindakan/ Praktik

Gambar 4.


(41)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pada waktu pengindraan, dengan sendirinya menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmojo, 2010).

Secara garis besar, dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, antara lain: a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.


(42)

f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan sesorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

(Notoatmojo, 2010). 2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 1993). Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmojo, 2010). Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo, 1993).

Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang berkaitan dengan faktor resiko kesehatan (Notoatmojo, 2010). Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang karena seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:

a. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan.


(43)

b. Menanggapi (responding). Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing). Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible). Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegangi peranan penting (Fitriani, 2011). Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap juga membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain (Notoatmodjo, 2010). 3. Tindakan (practice)

Tindakan adalah suatu cara mempraktekkan apa yang telah diketahui setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang diterima (Fitriani, 2011). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,


(44)

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah tindakan adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan dan cara memperoleh pengobatan yang tepat (Notoatmodjo, 2010).

D. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(45)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Observasional deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu, artinya penelitian terhadap subjek dilakukan satu kali saja dalam jangka waktu tertentu tanpa adanya tindak lanjut (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

B. Variabel Penelitian

1. Pengetahuan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

2. Sikap masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.


(46)

3. Tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

C. Definisi Operasional

1. Pengobatan mandiri dalam penelitian ini adalah tindakan pemilihan atau penggunaan obat tradisional untuk mengobati penyakit atau gejala yang dikenali sendiri.

2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, sediaan sarian, termasuk golongan jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan digunakan dalam pengobatan mandiri.

3. Pengetahuan adalah informasi mengenai obat tradisional yang diketahui oleh masyarakat desa Dieng meliputi: pengertian obat tradisional, bentuk-bentuk sediaan yang dikenal oleh responden, jenis-jenis obat tradisional, lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping obat tradisional, contoh, manfaat dan cara penggunaan obat tradisional.

4. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dengan menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyukai (sikap positif) atau tidak menyukai (sikap negatif) menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, respons sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat dan pendapat mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit.


(47)

5. Tindakan adalah respons tindakan responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah masyarakat dewasa Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dan bersedia diwawancara. Menurut undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaan Republik Indonesia, usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang.

Skema pencarian subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian

52 responden yang bersedia diwawancara

4 responden melakukan swamedikasi menggunakan

obat

30 responden yang melakukan swamedikasi dengan obat

26 responden melakukan swamedikasi dengan obat dan

obat tradisional

5 responden melakukan swamedikasi dengan obat

tradisional

31 responden yang melakukan swamedikasi dengan obat

tradisional

17 responden dikeluarkan (11 responden tidak melakukan pengobatan

dalam satu bulan terakhir dan 6 responden melakukan pengobatan ke dokter)


(48)

Subjek dalam penelitian payung ini yang bersedia diwawancarai sebanyak 52 responden. Namun, 17 responden dikeluarkan dengan alasan responden tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir sebanyak 11 responden dan responden melakukan pengobatan ke dokter dan menerima resep dari dokter sebanyak 6 responden. Berdasarkan hasil data responden yang dikeluarkan tersebut diperoleh responden yang pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional sebanyak 31 responden. Menurut Krithikadatta (2014) dan Hardon, Hodgkin and Fresle (2004), minimal sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden dengan alasan jumlah tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal, jika penelitiannya akan dilakukan analisis statistik, seperti komparatif atau korelasi.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei dan Juni 2015. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama dilaksanakan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua dilaksanakan pada tanggal 13-15 Juni 2015.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari penelitian payung dengan judul utama yaitu “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar


(49)

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah (Upaya Awal untuk Pelestarian Lingkungan

dan Mempertahankan Kearifan Lokal)”. Penelitian ini telah memperoleh izin dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan oleh 4 mahasisiwa dengan kajian yang

berbeda-beda. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Berikut skema kajian penelitian payung yang dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6. Skema kajian penelitian payung

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara non-random sampling dengan jenis accidental sampling. Teknik non-random sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Accidental sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil

Kajian

Penggunaan obat tradisional

Pengetahuan, sikap dan tindakan

Kajian penelitian peneliti

Pola dan motivasi

Penggunaan obat

Pengetahuan, sikap dan tindakan


(50)

responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah panduan wawancara, dengan bantuan catatan wawancara, informed consent dan alat perekam (audio-video taped). Panduan wawancara divalidasi dengan metode expert judgement oleh dosen pembimbing untuk mereview panduan wawancara sebagai instrumen untuk pengambilan data penelitian ini.

I. Tata Cara Penelitian 1. Studi pustaka

Sebelum penelitian dimulai dilakukan dengan studi dan penelaahan pustaka, yaitu membaca literatur-literatur atau website mengenai pengobatan mandiri, obat tradisional, perilaku kesehatan dan metodologi penelitian, serta pembuatan panduan wawancara.

2. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

3. Perizinan dan etika penelitian

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk


(51)

memperoleh ethical clearance. Ethical clearance diperoleh pada tanggal 17 Juni 2015 dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Untuk menjamin terpenuhinya etika penelitian, maka hanya calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani informed consent yang diikutkan sebagai responden. Informed consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon subjek penelitian untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Responden mendapat penjelasan singkat mengenai penelitian ini sebelum diminta kesediaannya dalam mengisi dan menandatangani informed consent dan tidak ada unsur paksaan dalam proses rekrutmen responden. Semua data diri responden akan dirahasiakan.

Permohonan izin kedua ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Badan KESBANGLINMAS) Daerah Istimewa Yogyakarta yang kemudian diteruskan ke Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan izin, para peneliti didampingi oleh dosen pembimbing bertemu dengan Kepala Kecamatan Kejajar yang memberikan masukan dan mengarahkan para peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Dieng. Kemudian para peneliti bertemu dengan Ketua RT Desa Dieng mengenai maksud kedatangan peneliti bersama dosen pembimbing di desa Dieng tersebut.

4. Pembuatan panduan wawancara .

Panduan wawancara divalidasi dengan metode expert judgement. Tujuan dilakukan uji validitas ini adalah untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan tujuan yang akan dicapai dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang


(52)

digunakan dalam penelitian berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Namun ada penambahan pertanyaan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian.

5. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah tertulis dalam form pertanyaan dalam bentuk panduan wawancara (interview guideline) (Herdiansyah, 2015). Wawancara dilakukan langsung dengan bantuan panduan wawancara, alat perekam (audio taped) dan buku catatan. Calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani informed consent yang diikutkan sebagai responden dan sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian.

6. Pengolahan data

Langkah pertama yang dilakukan adalah dari data kualitatif hasil wawancara adalah dilakukan transkripsi data. Transkripsi data dilakukan oleh dua orang anggota tim penelitian yang bekerja secara independen. Peneliti pertama melakukan transkrip data dari data asli dalam rekaman dan catatan tertulis yang dibuat oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung. Peneliti kedua mengulang proses ini sebagai upaya pemastian keakuratan proses transkripsi. Proses transkripsi data rekaman wawancara ini mengacu pada penelitian kualitatif yang pernah dilakukan oleh Widayati, Suryawati, Crespigny and Hiller (2012).


(53)

Langkah kedua, data hasil wawancara yang didapat dikuantifikasikan sesuai panduan wawancara. Setelah itu, dihitung persentasenya dan mendeskripsikan hasil penelitian untuk masing-masing pertanyaan.

J. Analisis Hasil Penelitian 1. Data karakteristik responden

Hasil data karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan adalah teknik perhitungan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban

B : total jumlah responden 2. Data kualitatif hasil wawancara

Data kualitatif mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional sebagai pengobatan mandiri dianalisis dengan menggunakan teknik content analysis (analisis isi). Analisis isi merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan disajikan (Emzir, 2012).

P% = ஺


(54)

Menurut Payne and Payne (cit. Sarosa, 2012), content analysis didefinisikan sebagai cara mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara alokasi isi sistematis ke kategori terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian menghitung dan menginterpretasikan hasilnya. Menurut Myers (cit. Sarosa, 2012), content analysis adalah metode kuantitatif untuk menganalisis data kualitatif. Data yang didapat dikuantifikasikan untuk masing-masing pertanyaan pada panduan wawancara, kemudian dihitung persentasenya dan dideskripsikan.

K. Kerterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara non random karena peneliti hanya merekrut masyarakat desa Dieng yang kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria untuk menjadi responden, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek penelitian.

2. Penelitian ini dilakukan menggunakan panduan wawancara, sehingga tidak menggunakan skala yang dapat mengukur variabel penelitian dan terdapat keterbatasan dalam waktu saat wawancara.

3. Pada penelitian ini, terbatas hanya pada kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(55)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Subjek penelitian yang terlibat di dalam penelitian yaitu sebanyak 31 responden dan telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan sebelumnya. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan perdapatan per bulan.

Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

Karakteristik responden Persentase (%) n=31 Jenis kelamin: Perempuan Laki-laki 68 32 Usia (tahun):

Rentang usia (18-59 tahun) Median (33 tahun)

18-24 25-31 32-38 39-45 46-52 53-59 23 16 32 13 10 6 Status pernikahan: Menikah Belum menikah 84 16 Pendidikan terakhir: SD SLTP/ SMP SLTA/ SMA/ SMK S1 23 29 45 3 Jenis pekerjaan: Belum bekerja

Ibu Rumah Tangga (IRT) Karyawan

Pedagang atau wiraswasta Pengajar PAUD Petani 3 13 13 36 3 32

Pendapatan per bulan:

pendapatan < Rp 300.000

Rp 300.000 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000

Rp 1.000.000 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000

Rp 1.500.000 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000 > Rp 2.000.000

Belum memiliki pendapatan

16 26 32 7 16 3


(56)

1. Jenis kelamin

Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah perempuan yaitu sebesar 68% dan sebesar 32% adalah laki-laki. Kecenderungan swamedikasi lebih banyak dilakukan oleh perempuan, jika dibandingkan dengan laki-laki, baik untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga maupun diri sendiri (Berardi, et.al., 2002; Kristina dkk., 2008). Penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi menggunakan obat demam bagi anak mereka untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti dan Widayati, 2005). Selain itu, Kurniasari (2007) juga mengungkapkan bahwa biasanya wanita mempunyai perhatian yang lebih baik terhadap sakit dibandingkan dengan pria, terutama bagi wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga. 2. Usia

Berdasarkan karakteristik usia responden pada Tabel I menunjukkan rentang usia responden adalah 18-59 tahun. Rentang usia responden terbanyak yaitu 32-38 tahun dengan persentase 32%, kemudian diikuti pada rentang usia 18-24 tahun dengan persentase 23%. Usia produktif menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011 adalah sekelompok penduduk yang berusia 15-44 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia produktif.

Menurut Wawan dan Dewi (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Semakin cukup usia seseorang, maka kemampuan berpikir akan lebih matang dan lebih dipercaya, sehingga akan berhubungan dengan hal-hal yang diketahui responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk


(57)

pengobatan mandiri. Usia akan berpengaruh terhadap perilaku pengobatan mandiri terkait dengan pengalaman seseorang terhadap suatu pengobatan.

3. Status pernikahan

Berdasarkan karakteristik status pernikahan responden pada Tabel I menunjukkan bahwa dari 31 responden, sebesar 84% adalah responden yang sudah menikah dan sebesar 16% adalah responden yang belum menikah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2012), faktor sosio-demografi ekonomi yang berhubungan dengan pola tindakan self-care adalah status pernikahan (tidak menikah/ cerai dan menikah). Adanya anjuran dari suami atau istri bisa merupakan pendorong yang kuat bagi seseorang untuk memutuskan memilih upaya pencarian pengobatan, misalnya apakah akan berupa upaya self-care atau upaya konsultasi ke pihak lain. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan bahwa sangat penting untuk melibatkan anggota keluarga dalam meningkatkan perilaku kesehatan.

4. Pendidikan terakhir

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat daya tangkap informasi, sikap, pengetahuan dan perilaku kesehatan (Istaminingdyah, 2008).Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pemikiran dan persepsi seseorang, dalam penelitian ini adalah mengenai obat tradisional yang akan mempengaruhi pengobatan mandiri yang aman, tepat, dan rasional (Dharmasari, 2003; Hidayati dkk., 2011). Responden dengan pendidikan tinggi cenderung akan lebih mudah menerima informasi dan lebih baik untuk mengaplikasikan informasi atau pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan responden perlu diketahui.


(58)

Berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir responden pada Tabel I menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah lulusan SLTA/ SMA/ SMK sebesar 45%. Menurut Melina (2011), seseorang dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat sudah mampu dalam mengolah informasi yang didapat dan mempertimbangkan hal apa yang baik untuk dirinya. Pernyataan ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses untuk menuju ke perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Figueras, Caamano, and Gestal-Otero (2000) mengungkapkan bahwa responden berpendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan pengobatan mandiri secara rasional.

5. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku kesehatan dan kemungkinan penyakit yang akan muncul, dalam hal ini adalah penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden pada Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai pedagang atau wiraswasta dan petani dengan persentase masing-masing sebesar 36% dan 32%. Lokasi penelitian sebagian besar merupakan daerah pertanian, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap jenis pekerjaan masyarakat Desa Dieng. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sudikyakto, Yunianto, Suripto, Kurniawan (2002), yaitu mata pencaharian penduduk di wilayah Dieng didominasi oleh sektor pertanian yang ditunjukkan dengan rasio rumah tangga tani terhadap jumlah rumah tangga yang menunjukkan


(59)

angka 88,91%. Sektor pertanian yang berkembang dan menjadi tanaman andalan adalah pertanian tanaman kentang, kubis dan carica.

Responden yang bekerja umumnya sering berhubungan dengan dunia luar ataupun berinteraksi dengan rekan kerjanya. Proses yang dijalani selama bekerja setidaknya menyebabkan terjadinya tukar-menukar informasi yang akan mempengaruhi pola pikir responden dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi keputusan pengobatan mandiri yang diambil. Selain itu, jenis pekerjaan juga akan berpengaruh terhadap besarnya pendapatan seseorang dalam 1 bulan.

6. Pendapatan per bulan

Tingkat konsumtivitas konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Oleh karena itu, tingkat pendapatan berpengaruh terhadap upaya kesehatan masyarakat. Dalam hal ini adalah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Seperti yang terlihat pada Tabel I menunjukkan bahwa pendapatan per bulan dengan persentase terbesar (32%) adalah ≥ Rp 1.000.000 sampai < Rp 1.500.000 dan persentase pendapatan terendah adalah sebesar 7% yang berpendapatan ≥ Rp 1.500.000 sampai < Rp 2.000.000. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa sebesar 3% tidak memiliki pendapatan karena belum bekerja, sehingga masih ditanggung oleh keluarga.

Adikuntati (2008) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang berpengaruh terhadap sikap seseorang mengenai jenis pengobatan seseorang, termasuk swamedikasi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi akan dengan mudah mengakses sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan tingkat pendapatan


(60)

rendah akan cenderung menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam hal pencarian pengobatan.

B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat Desa

Dieng

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana seseorang dapat merespons baik secara pasif (mengetahui dan bersikap tentang sakit yang ada pada dirinya) maupun aktif berupa tindakan yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut (Wawan dan Dewi, 2011). Oleh karena itu, pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki peran penting dalam menentukan perilaku seseorang untuk mengatasi sakit yang dideritanya.

1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau swamedikasi Pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Pengobatan mandiri atau swamedikasi dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk obat tradisional.

Semua responden pada penelitian ini pernah melakukan pengobatan mandiri atau swamedikasi, walaupun sebagian besar dari responden tersebut tidak pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi. Pada kenyataannya, meskipun responden tidak pernah mendengar istilah pengobatan mandiri, tetapi responden melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/ sakit yang dialami. Hal


(61)

tersebut sudah diklarifikasi bahwa sebenarnya responden yang menggunakan obat tradisional berarti sudah melakukan pengobatan mandiri.

Dalam penelitian ini juga dibahas mengenai pengertian swamedikasi atau pengobatan mandiri menurut responden. Menurut sebagian responden mengungkapkan pengertian swamedikasi adalah penggunaan obat herbal atau tradisional, seperti temulawak dan jahe. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kutipan wawancara sebagai berikut:

Ya, seperti obat tradisional itu kan ya” (NH).

Itu bermacam-macam, ada yang pakai kimia, kalau yang tradisional pakai rempah-rempah, memang baik, tapi akhir ini di campur bahan kimia” (N).

“Meracik obat sendiri, seperti memakai temulawak, jahe. Saya biasanya pakai obat herbal” (I).

Menurut responden lainnya, swamedikasi adalah penggunaan obat, seperti Paramex®. Pada ISO Indonesia volume 46 (2011) tercatat bahwa Paramex® merupakan obat bebas terbatas yang berindikasi sebagai antipiretik dan analgesik. Obat bebas terbatas merupakan salah satu kelompok obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri dan dapat digunakan tanpa resep dokter. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut: “Seperti meminum obat Paramex®” (H).

Pengertian swamedikasi menurut responden tersebut sesuai dengan pengertian yang diungkapkan oleh WHO (1998), yaitu swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah pemilihan obat, bukan hanya obat tradisional saja, melainkan juga obat untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Mengacu pada pengertian WHO tersebut, pengertian swamedikasi menurut kutipan wawancara responden lainnya juga serupa. Responden tersebut mengatakan


(62)

bahwa swamedikasi adalah mengindentifikasi penyakit sendiri dan menggunakan obat yang biasa disimpan di rumah atas inisiatif mereka sendiri, dengan harapan masyarakat memiliki simpanan obat yang dibeli di warung dan tanpa periksa ke dokter. Hal ini juga didukung oleh pengertian menurut FIP dan WSMI (1998) yang mengungkapkan bahwa swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri. Kutipan wawancara responden dapat dilihat sebagai berikut:

“Belajar identifikasi penyakit sendiri dan mencari obat sendiri” (RH).

“Ya mungkin yang manual, maksudnya menggunakan obat di rumah” (D).

“Ya, saya sendiri banyak mempraktikkan. Keluarga saya menggunakan obat sendiri. Kalau saya pengobatan sendiri, percaya penyakit datang dan pergi itu dari yang Atas” (AIA).

“Mengobati diri sendiri tanpa bantuan orang lain” (R).

Menurut Meriati, Goenawi, Wijoyo (2013), swamedikasi dapat menjadi alternatif pengobatan yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan yang jauh dari pelayanan kesehatan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Djunarko dan Hendrawati (2011), pelayanan kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau membuat masyarakat mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan. Oleh karena itu, responden mengungkapkan pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah alternatif pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi sakit. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut.

“Pengobatan sendiri itu alternatif pengobatan yang saya ambil kalau


(1)

ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang meemberikanya?

c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang lain/keluarga, dll… mohon sebutkan)

d. Apa nama obatntya?

e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut?

f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut?

g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)? h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut? i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya?

j. Apakah ada efek samping yang dirasakan? k. Mengapa Anda memilih obat tersebut?

l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli (atau yang diberi oleh orang lain) tersebut?

m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum obat tersebut?

n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah diobati dengan obat tersebut?

=======

8. Apakah Anda mengenal obat tradisional?

a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda?

b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil, kapsul, serbuk, cairan, dll)

c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan.


(2)

i. Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA. 9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya. 10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping? 11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional

untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH: a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan

terakhir)?

b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan? c. Untuk siapa obat tradisional tersebut?

d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut? e. Untuk mengobati penyakit apa?

f. Darimana Anda memperolehnya?Kalau membeli, membeli obat tradisional dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat tradisional?Berapa harganya?

g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA PAKAI)

h. Berapa lama Anda menggunakannya?

i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut? j. Adakah efek samping yang Anda rasakan?

k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya?

l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda gunakan tersebut?

m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut?

n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek?


(3)

12.Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda sakit?

13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda sakit?

14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional? 15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern?

16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang Anda alami?

17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang anda alami?

======

18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami?

19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami?


(4)

Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan

Gambar 1 Gambar 2 Logo PT. Air Mancur Logo PT. Jamu Jago

Gambar 3 Gambar 4 Logo PT. Njonja Meneer Logo PT. Sidomuncul


(5)

Lampiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah


(6)

84

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Lusia Jois Mariana lahir di Kudap pada tanggal 15 Juni 1994, merupakan anak kedua dari pasangan Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem. Penulis telah menempuh pendidikan awal di TK Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 1998-2000, SD Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 2000-2002 dilanjutkan ke SD Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun 2002-2006, SMP Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun 2006-2009, SMA Santa Maria Pekanbaru pada tahun 2009-2012. Seusai menempuh pendidikan di jenjang SMA, penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kampus yaitu menjadi Sekretaris “Donor Darah JMKI 2014” dan “Kampanye Informasi Obat 2014”, anggota Sie. Acara “Pelayanan Kesehatan Gratis Dies Natalis ke-59 USD”, anggota aktif Herbal Garden Team (HGT), serta aktif menjadi asisten dosen praktikum Biokimia untuk tahun akademik 2014/2015 dan 2015/2016. Prestasi yang pernah diraih sebagai mahasiswa adalah anggota PKM-Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul PINBOL ANTIK (Pengenalan Simbol-Simbol Kemasan Plastik dan Pengolahan Sampah Plastik) dengan Siswa-Siswi Kelas III dan IV SDN Karangasem Condongcatur yang berhasil lolos didanai oleh DIKTI pada tahun 2015.


Dokumen yang terkait

KAJIAN POLA PERTANIAN DAN UPAYA KONSERVASI DI DATARAN TINGGI DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO

2 13 57

Faktor faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Wonosobo

4 22 100

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

1 3 13

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

0 1 15

Pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

3 15 97

Pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonoso Jawa Tengah.

0 13 111

Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

0 0 90

Hubungan antara karakteristik sosio-demografi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penggunaan antibiotika tanpa resep di kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah - USD Repository

0 0 165

Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah - USD Repository

0 5 142

Hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 3 139