SKIRINING KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA

(1)

SKIRINING KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

RISKAWATI ABD. KADIR 20120320033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

SKIRINING KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

RISKAWATI ABD. KADIR 20120320033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN MOTTO

Inna ma’al ‘usri yusroo: Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

“Tanpa ilmu dan pengetahuan, kita seperti dilorong gelap yang dipaksa untuk berjalan” –Mahatma Gandhi

“Kita perlu melupakan siapa kita menurut pandangan kita sendiri, agar bisa menjadi diri kita apa adanya”– Paulo Coelho

“Impian besar menjadi nyata bila bermusuhan dengan rasa malas”

“Dibalik segala kesulitan jika kita selalu berusaha dan tawakkal pasti ada kemudahan” –R.AK


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada orang-orang-orang yang sangat kusayangi

Papa Abd. Kadir Karim dan Mama Adema Azis sebagai rasa terima kasih yang tak terhingga kupersembahkan karya tulis ini kepada kalian yang selalu mendukung, memberikan doa dan kasih

sayang yang tak terhingga serta nasihatnya yang menjadi jembatan perjalanan hidupku yang tak mungkin dapat kubalas

hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan persembahan yang berada di Karya Tulis ini.

Saudara Sedarah Apriyani Abd.Kadir sebagai rasa terima kasih untuk do’a dan dukungannya dan segala yang membahagiakan. Bunda Maria Ahmad sebagai rasa terima kasih yang senantiasa

memberikan kasih sayang, dukungan, do’a, dan nasihat untuk keberhasilan Karya Tulis ini.

Teman Sebimbingan Nurhikmatul Maula dan Sita Tiari ini bukti keringat yang nyata, perjuangan yang bermakna dan semangat

yang luar biasa.

Sahabat-Sahabatku Sri Fajriani, Husnul Khomsiah, Ariffah Apriana, Arum Anggaraeni, Suci Aprilia, dan Adik Siska Pratiwi

yang tak pernah lelah memberikan semangat, motivasi, dan warna-warni bahagia.

My Special Someone terima kasih atas kecapan rasa, rangkulan do’a, kesabaran dan genggaman harapan. Semoga cinta merangkul raga dalam bahagia.


(5)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riskawati Abd. Kadir

NIM : 20120320033

Prodi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanski atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Penelitian Terkait ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Landasan Teori ...7

1. Diare ...7

2. Balita ...10

3. Dehidrasi ...12

4. Skirining ...16

B. Kerangka Teori ...19

C. Kerangka Konsep...20

BAB III METODELOGI PENELITIAN ...21

A. Rancangan Penelitian...21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...21

C. Subyek Penelitian ...21


(7)

E. Instrumen Penelitian ...25

F. Tahap Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...26

G. Analisa Data...29

H. Etika Penelitian ...31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...34

A. Hasil Penelitian ...34

B. Pembahasan ...38

C. Kekuatan dan Kelemahan ...43

BAB V KESIMPUAN DAN SARAN ...44

A. Kesimpulan ...44

B. Saran ...44 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...19 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...20


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden ...49

Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden ...50

Lampiran 3. Lembar Observasi Dehidrasi ...51


(11)

(12)

Riskawati Abd. Kadir. (2016). Skrining Kejadian Dehidrasi pada Balita dengan Diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

Dosen Pembimbing : Nur Chayati, S.Kep., Ns., M.Kep.

INTISARI

Latar Belakang: Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting dan penyumbang utama ketiga angka kesakitan. Penyakit diare di kota Yogyakarta masih merupakan masalah kesehatan utama. Diare menjadi penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak berusia dibawah lima tahun. Dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Kasus dehidrasi pada balita lebih tinggi daripada anak-anak. Dehidrasi akan memicu gangguan kesehatan, dimulai dari gangguan ringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 460 populasi, dari 460 populasi tersebut diambil 10% atau 46 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil Penelitian: Karakteristik umur responden yang paling banyak antara umur 1 – 3 tahun sebanyak 32 responden (69,5%), jenis kelamin perempuan sebanyak 25 responden (54,3%), dan laki-laki sebanyak 21 responden (45,7%), suhu responden yang normal (36,5 – 37,50C) sebanyak 23 responden (50%) dan yang hipertermi (>37,50C) sebanyak 23 responden (50%). Jumlah kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta paling banyak dehidrasi ringan/sedang sebanyak 31 responden (67,4%), dehidrasi berat sebanyak 5 responden (10,9%), dan tanpa dehidrasi sebanyak 10 responden (21,7%).

Kesimpulan: Jumlah kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta yang paling banyak adalah dehidrasi ringan/sedang sebanyak 31 responden (67,4%), mayoritas berusia 1 – 3 tahun sebanyak 22 responden (47,7%), jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (34,8%), dan suhu hipertermi 18 responden (39,1%).

Saran: Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara berat badan dengan derajat dehidrasi.


(13)

Riskawati Abd. Kadir. (2016). Screening incidence diarrhea dehydration in children under five years at the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

Adviser : Nur Chayati, S.Kep., Ns., M.Kep.

ABSTRACT

Background : Diarrhea disease is still one important public health problem and a major contributor to morbidity third. Diarrhea diseases in the city of Yogyakarta is still a major health problem. Diarrhea become the number two cuse of death in children under five years. Dehydration caused by diarrhea is the leading cause of death in infants and children under five years. Cases of dehydration in children under five years is higher than infants. Dehydration will lead to health problem, starting from mild annoyances.The purpose of this study was to knowing the incidence diarrheal dehydration in children under five years at the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

Research Method :This study was an observational descriptive quantitative. The sampling technique used was consecutive sampling. Total population in this study were 460 population, a population of 460 were taken 10% or 46 respondents as sample.

Result :Characteristics of the respondent’s age at most between the ages of 1 – 3 years as many 32 respondents (69,5%), female gender as much 25 respondents (54,3%), and male as much 21 respondents (45,7%), temperature respondents were normal (36,5 – 37,50C) of 23 respondents (50%) and hyperthermia (>37,50C) of 23 respondents (50%). Total incidence of dehydration in children under five years with diarrhea in the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta most mild/moderate dehydration as much 31 respondents (67,4%), severe dehydration as much 5 respondents (10,9%), and without dehydration as much 10 respondents (21,7%).

Conclusion : Total incidence of dehydration in children under five years with diarrhea in the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta most are mild/moderate dehydration as much 31 respondents (67,4%), the majority aged 1 – 3 years as many 22 respondents (47,7%), female gender as much 16 respondents (34,8%), and hyperthermia temperature of 18 respondents (39,1%).

Suggestion : There should be more research regarding the relationship between weight gain in children under five with the degree of dehydration.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan 1,3 miliar serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2011). Diare menjadi penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak berusia dibawah lima tahun dengan 1,5 juta anak meninggal tiap tahunnya (WHO, 2009).

Menurut data United Nation Children’s (UNICEF) tahun 2013 diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita. Sebanyak 1,7 miliar kasus diare terjadi setiap tahunnya dan menyebabkan sekitar 760.000 anak meninggal dunia setiap tahunnya. Menurut WHO (2013), diare bukan hanya menjadi masalah di negara berkembang, diare juga masih merupakan masalah utama di negara maju. Di Eropa, lebih dari 160.000 anak-anak meninggal sebelum berusia 5 tahun dan lebih dari 4% kasus kematian disebabkan oleh diare.

Penyakit diare di kota Yogyakarta juga masih merupakan masalah kesehatan utama. Pasien diare yang datang berobat ke puskesmas pada tahun 2007 menempati urutan kedua setelah infeksi saluran pernapasan


(15)

atas (ISPA) dengan jumlah kasus sejumlah 7769 kasus, sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 9.640 kasus dan tahun 2009 bertambah kembali menjadi 10.995 kasus. Kasus diare yang berobat ke rumah sakit di kota Yogyakarta pada tahun 2009 adalah 8.835 kasus meningkat dari tahun 2008 dan 2007 yang masing-masing 8.819 kasus dan 2.993 kasus (Dinkes Yogyakarta, 2010). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kejadian diare dari tahun 2007 – 2009 di kota Yogyakarta.

Diare adalah suatu keadaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari tiga kali sehari yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair (Suraatmaja, 2010). Saat anak mengalami diare anak menjadi cengeng dan gelisah, gangguan gizi akibat asupan makanan berkurang, muntah-muntah, hipoglikemi, dehidrasi menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan diare (Widjaja, 2010). Menurut Prasetyo (2010), manifestasi terbanyak pada diare adalah 72,7% dehidrasi dan 50% muntah.

Menurut Gustam (2011) prevalensi kasus dehidrasi pada balita lebih tinggi daripada anak-anak (≥5 tahun). Rentang usia balita adalah 0-5 tahun (Depkes RI, 2009). Rentang usia balita menurut Manajemen Terpadu Balita Balita Sakit (MTBS) tahun 2008 adalah 2 bulan sampai 5 tahun. Dehidrasi pada balita sebesar 48% dan pada anak-anak sebesar 44,5%. Prevalensi dehidrasi juga tinggi pada balita, yaitu 70,1% (Tawaniate, 2012).


(16)

Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan pengeluaran melebihi pemasukan sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga akan disertai dengan gangguan keseimbangan elektrolit yang dapat terjadi karena kekurangan air, kekurangan natrium, dan juga kekurangan air dan natrium secara bersama-sama (Prescilla, 2009). Dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita (Huang et al, 2009). Selama episode diare, air dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, dan bikarbonat) hilang melalui tinja cair, keringat, urin, dan pernapasan (Huang et al, 2009)

Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit tidak diganti melalui larutan Oral Rehydration Salts (ORS) atau melalui infus (WHO, 2009). Dehidrasi akan memicu gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dimulai dari gangguan ringan seperti mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi ginjal (Noorastuti, Nugraheni, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 12 Desember 2015 di ruang IGD RS PKU Muhammadiyah I didapatkan bahwa tiga orang perawat di ruang IGD dapat membedakan tanda dan gejala tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Dari hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang IGD bahwa untuk pelatihan terkait dehidrasi masih jarang dilakukan sehingga perlu untuk melakukan deteksi dini dehidrasi.


(17)

Penelitian yang dilakukan Poerwati (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta ditemukan bahwa 30,5% pasien dengan diare mengalami dehidrasi ringan, 87,3% pasien dengan diare mengalami dehidrasi sedang, dan 11,7% pasien dengan diare mengalami dehidrasi berat. Berdasarkan hasil penelitian Poerwantoro (1999) tentang pola tata laksana diare dibeberapa Rumah Sakit di Jakarta, didapatkan 47,3% pasien yang mengalami dehidrasi ringan, 78% pasien yang mengalami dehidrasi sedang dan 13% pasien mengalami dehidrasi berat. Hasil penelitian yang dilakukan Kartika (2012) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, didapatkan 16,7% pasien yang mengalami dehidrasi ringan, 52,1% pasien mengalami dehidrasi sedang dan 31,3% pasien mengalami dehidrasi berat.

Dehidrasi juga dijelaskan dalam Al-quran surah Al-baqarah ayat

168 yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik

dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang

bagimu” (QS. Al-baqarah : 168).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang skrining kejadian dehidrasi pada balita dengan diare. B. Rumusan Masalah

“Berapa kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta?”


(18)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik balita diare yang tanpa dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik balita diare yang mengalami dehidrasi ringan/sedang di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

c. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik balita diare yang mengalami dehidrasi berat di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan ilmu keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi tentang kejadian dehidrasi pada balita diare dan mensosialisasikan cara screening kejadian dehidrasi pada balita diare.

2. Bagi pengembangan pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar mengenai insiden dan prevalensi kejadian dehidrasi pada balita diare.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang kejadian tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, dan


(19)

dehidrasi berat pada balita diare dan berlatih melakukan pengkajian dehidrasi pada balita diare.

E. Penelitian Terkait

Kartika pada tahun 2012 yaitu Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Dehidrasi pada Balita Diare di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui antara status gizi dengan derajat dehidrasi pada balita diare di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Hasil

penelitian menunjukkan 96 pasien yang termasuk derajat dehidrasi berat 30 pasien (31,3%), dehidrasi sedang 50 pasien (52,1%), dan dehidrasi ringan 16 pasien (16,7%). Perbedaan penelitian dengan Kartika pada tahun 2012 terletak pada metode penelitian, tujuan, dan waktu. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kuantitatif. Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengetahui kejadian dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat pada balita diare. Perbedaan metode cross sectional danmetode deskriptif kuantitatif,

pada metode cross sectional yaitupenelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat sedangkan metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat, dimana data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Diare

a. Definisi

Diare adalah peningkatan tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Sementara untuk balita, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal pada balita sebesar 5-10 g/kg/24 jam (Juffrie, 2010). Menurut Suraatmaja (2010) diare merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari tiga kali sehari yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair, dengan/tanpa darah dan dengan/tanpa lendir.

b. Etiologi diare

Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Faktor Infeksi

a) Bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

b) Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus. c) Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,


(21)

lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

2) Faktor Malabsopsi

a) Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.

b) Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang disebut triglyserida. Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.

c) Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan yang mengandung protein.

3) Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi terhadap makanan

c. Tanda dan gejala diare

Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu bab lebih dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare adalah anak gelisah, menjadi cengeng, suhu


(22)

tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan elektrolit (Kemenkes RI, 2011).

d. Patofisiologi diare

Menurut Simadibrata (2009) patofisiologi diare adalah sebagai berikut :

1) Ditinjau dari patofisiologi diare pada balita dapat dibagi menjadi diare sekresi dan diare osmotik. Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu pedas, selain itu dapat juga disebabkan defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh. Diare osmotik disebabkan karena malabsorpsi makanan, Kekurangan Energi Protein (KEP) dan berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi baru lahir.

2) Gangguan sirkulasi sebagai akibat diare dapat menyebabkan renjatan syok hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi pasien akan meninggal (Hasan, Alatas, 2009).


(23)

1. Balita a. Definisi

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau biasanya disebut dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2010). Rentang usia balita menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2008 adalah 2 bulan sampai 5 tahun tetapi menurut Depkes RI tahun 2009, rentang usia balita adalah 0 – 5 tahun. Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 – 3 tahun (batita), dan anak prasekolah (4 – 5 tahun). Usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas. Umur balita adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun dari rentang 1 – 5 tahun (Notoatmodjo, 2010).

b. Tumbuh kembang balita

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.


(24)

Pada masa balita ini daya tahan tubuh belum terbentuk sempurna sehingga beresiko terkena penyakit, salah satu penyakit yang sering menyerang yaitu diare dengan dehidrasi (Kurniadi, 2012). Menurut Evelin dan Djamaludin (2010) dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi yaitu kebutuhan akan gizi (asuh), kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih), serta kebutuhan stimulasi dini (asah).

c. Faktor-faktor yang menyebabkan balita beresiko terjadi dehidrasi saat diare.

Salah satu faktor yang menyebabkan balita beresiko terjadi dehidrasi saat diare yaitu demam. Demam menjadi penyebab utama dehidrasi pada balita. Ketika balita mengalami demam akan berkeringat dan air menguap keluar melalui kulitnya. Pada saat demam, balita juga biasanya bernapas lebih cepat, sedangkan proses bernapas akan mengurangi cairan di dalam tubuh. Dehidrasi sering terjadi pada balita, karena diusianya yang muda sehingga sangat sensitif untuk kehilangan cairan (Leksana, 2015). Menurut Suraatmaja (2014), menyatakan bahwa semakin muda usia balita semakin besar kecenderungan terkena penyakit dehidrasi saat diare, kecuali pada kelompok usia kurang dari enam bulan, yang disebabkan makanan bayi masih tergantung pada ASI. Menurut Wagiyo (2012) menyatakan bahwa apabila hilangnya air meningkat menjadi 3 – 4% dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh sehingga suhu tubuh menjadi naik. Suhu


(25)

lingkungan yang tinggi juga dapat berdampak pada kehilangan cairan tubuh (Sherwood, 2010). Dehidrasi pada balita adalah kondisi dimana balita kehilangan terlalu banyak cairan atau kurang mendapatkan cairan.

2. Dehidrasi a. Definisi

Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh dikarenakan pengeluaran cairan yang lebih besar daripada pemasukan cairan (Almatsier, 2009). Menurut Suraatmaja (2010) dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input), keadaan ini dapat timbul pada diare. Semua orang tidak tergantung usianya dapat mengalami dehidrasi, tetapi dehidrasi terjadi lebih cepat dan berbahaya pada balita. Diare sampai saat ini menjadi penyebab utama terjadinya dehidrasi. Dehidrasi disebabkan kehilangan air dan elektrolit melalui feses. Kehilangan cairan dan elektrolit bertambah bila ada muntah dan demam. Dehidrasi merupakan keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan volume darah (hipovolemia) sampai kematian bila tidak ditangani dengan tepat.

b. Derajat dehidrasi

Menurut Suraatmaja (2010) kategori dehidrasi dibagi menjadi 3 berdasarkan keadaan umum, denyut nadi, kemampuan minum, kondisi mata dan turgor kulit. Kategori dehidrasi berat adalah terdapatnya tanda-tanda letargis atau anak tidak sadar, denyut nadi


(26)

cepat dan kadang tak teraba, mata sangat cekung, anak tidak bisa minum atau malas minum serta cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat. Dehidrasi sedang terjadi apabila terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut yaitu anak menjadi gelisah dan rewel/marah, denyut nadi cepat dan lemah (120 – 140/menit), mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembalinya lambat. Dehidrasi ringan terjadi apabila terdapat dua dari tanda-tanda berikut yaitu mata cekung, anak menjadi cengeng dan gelisah, denyut nadi normal (≤120/menit), merasa haus dan selalu ingin minum, cubitan kulit perut kembalinya lambat.

Menurut Suraatmaja (2010) derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan ada 3 macam, yaitu :

1) Dehidrasi ringan yaitu apabila terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5% dengan tanda dan gejala seperti gelisah, menjadi cengeng, mata cekung, merasa haus dan selalu ingin minum, turgor kulit tidak elastis, dan suara serak.

2) Dehidrasi sedang yaitu apabila terjadi penurunan berat badan 5 – 10% dengan tanda dan gejala yang sama seperti dehidrasi ringan.

3) Dehidrasi berat, yaitu apabila terjadi penurunan berat badan > 10% dengan tanda dan gejala tidak sadar, mata cekung, tidak meras haus, cubitan pada kulit akan kembali sangat lambat. Selain itu, dehidrasi berat juga terjadi syok hipovolemik yang


(27)

akan menyebabkan penurunan volume darah sehingga tekanan darah dan oksigen menurun yang menyebabkan sianosis.

Menurut Leksana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari berat badan, yaitu :

1) Dehidrasi ringan yaitu apabila terjadi kehilangan air 5% dari berat badan.

2) Dehidrasi sedang yaitu apabila terjadi kehilangan air 10% dari berat badan.

3) Dehidrasi berat yaitu apabila terjadi kehilangan air 15% dari berat badan.

Menurut Depkes (2008) dalam buku Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) derajat dehidrasi dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Tanpa dehidrasi, apabila tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai diare dengan dehidrasi berat atau ringan/sedang.

2) Dehidrasi ringan/sedang, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, mata cekung, merasa haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.

3) Dehidrasi berat, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut yaitu letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.


(28)

c. Patogenesis dehidrasi

Air dalam tubuh mengikuti keseimbangan dinamis berdasarkan tekanan osmotik. Normalnya terjadi keseimbangan cairan antara yang masuk dan dikeluarkan tubuh. Asupan air yang tinggi akan menurunkan osmolitas plasma dan peningkatan volume arteri efektif sehingga menyebabkan regulasi osmotik dan regulasi volume teraktivitasi (Sodikin, 2011).

Kekurangan cairan atau air minum dapat meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstrakuler dan terjadi pengerutan sel sehingga menyebabkan sensor otak untuk mengontrol minum dan mengontrol ekskresi urin. Pada stadium permulaan water depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler mengandung natrium dan chlor yang berlebihan dan terjadi hipertoni. Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus. Selain itu timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan hormon antidiuretik sehingga terjadinya oliguria. Hal ini menimbulkan rasa haus, air liur kering, dan badan terasa lemas (Suraatmaja, 2010).

d. Faktor yang memperberat terjadinya dehidrasi

Menurut Leksana (2015), faktor yang memperberat terjadinya dehidrasi yaitu :


(29)

1) Stomatitis dan Faringitis

Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi asupan makanan dan minuman lewat mulut.

2) Ketoasidosis diabetes (KAD)

KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotik. Berat badan turun akibat kehilangan cairan dan katabolisme jaringan. 3) Demam

Demam dapat meningkatkan insensible water loss (IWL) dan menurunkan nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan.

Menurut Leksana (2015), faktor yang memperberat terjadinya dehidrasi juga dapat dicetuskan oleh kondisi heat stroke, tirotoksitosis, obstruksi saluran cerna, diabetes insipidus, dan luka bakar. Berdasarkan faktor saluran tersebut Leksana (2015) menyimpulkan bahwa faktor yang biasanya memperberat terjadinya dehidrasi pada balita yaitu demam, stomatitis, dan faringitis.

3. Skrining a. Definisi

Menurut Rajab (2010) skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok orang untuk mengklarifikasi mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit. Sementara Noor (2011), mengartikan skrining adalah suatu usaha untuk mendeteksi atau


(30)

menemukan penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala atau tidak nampak dalam suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap yang kemungkinan besar menderita.

b. Cara skrining dan penanganan dehidrasi dengan panduan MTBS Skrining dehidrasi dilakukan dengan mengobservasi kondisi umum, kondisi mata, mengkaji kemampuan balita dalam mengkonsumsi air, dan memeriksa turgor kulit balita kembali lambat atau sangat lambat. Untuk dehidrasi berat terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut seperti letargis atau tidak sadar, mata sangat cekung, tidak bisa minum atau malas minum dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat. Penanganan untuk dehidrasi berat saat diare adalah jika tidak ada klasifikasi berat lain maka berikan cairan untuk dehidrasi berat (Rencana Terapi C) dan tablet Zinc, jika balita juga mempunyai klasifikasi berat lain maka rujuk segera, jika masih bisa minum berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan dan jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk kolera.

Diare dengan dehidrasi ringan/sedang terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut yaitu gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus dan minum dengan lahap, serta cubitan kulit perut kembali lambat. Penanganan untuk dehidrasi ringan dan sedang yaitu beri cairan dan makanan sesuai terapi B dan tablet Zinc, jika


(31)

balita juga mempunyai klasifikasi berat lain maka rujuk segera, jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan, nasihati kapan kembali segera, dan kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.

Diare tanpa dehidrasi yaitu tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/sedang. Penanganan diare tanpa dehidrasi dengan beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A dan tablet Zinc, nasihati kapan kembali segera, dan kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.


(32)

B. Kerangka Teori

Diare

Pengeluaran berlebihan Peningkatan konsentrasi ionik

Pengerutan sel

Penurunan ion natrium dan chlor Reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal

Hipertoni

Pengeluaran air dari sel Dehidrasi

Gambar 2.1. Kerangka Teori Dehidrasi

Sumber : Suraatmaja (2010) ; Polanco, Isabel, dkk. (2009), MTBS (2008).

Tanpa Dehidrasi

Dehidrasi Berat

- Kondisi

umum baik dan sadar

- Mata normal,

tidak cekung

- Tidak haus

dan minum biasa

- Turgor kulit

kembali cepat. Sumber: MTBS (2008) - Letargi/tidak sadar

- Mata sangat

cekung

- Tidak

merasa haus

- Turgor kulit

tidak elastis

- Kehilangan

air 15% dari berat badan Sumber: Suraatmaja (2010) ; MTBS (2008)

Dehidrasi ringan/sedang

Ringan/sedang : Terdapat dua tanda atau lebih tanda-tanda seperti gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum dengan lambat, cubitan kulit kembali lambat. Sumber:MTBS (2008)

Dehidrasi sedang : terjadi apabila terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut yaitu anak menjadi gelisah dan rewel/marah, denyut nadi cepat dan lemah (120 – 140/menit), mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembalinya lambat. Sumber: Suraatmaja (2010)


(33)

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Teliti

: Tidak Teliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Suraatmaja (2010) ; Polanco, Isabel, dkk. (2009) ; MTBS (2008).

Diare

Dehidrasi

Tanpa Dehidrasi

Dehidrasi Ringan/Sedang

Dehidrasi Berat

a. Kondisi Umum b. Melihat Mata

c. Memeriksa Rasa Haus d. Memeriksa Turgor Kulit

Fever

1. Stomatitis 2. Pharyngitis 3. Ketoasidosis

diabetes 4. Heat stroke 5. Tirotoksitosis 6. Obstruksi saluran

cerna Screening


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Ditinjau dari penelitian yang akan dicapai, penelitian ini bersifat observasional deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah yang disarankan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmojo, 2012). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh distribusi dan frekuensi kejadian tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, dehidrasi berat pada balita diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2016 C. Subyek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmojo, 2012). Populasi yang akan diteliti adalah semua pasien balita yang menderita diare di IGD RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 460 orang yang datanya diambil dari jumlah balita diare yang datang ke rumah


(35)

sakit selama 4 bulan (Bulan Oktober, November, Desember 2015, Januari 2016).

b. Sampel

Menurut Notoatmojo (2012), menyebutkan bahwa sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dikatakan sampel penelitian jika dalam jumlah populasi yang besar (≥100) dapat diambil 10 – 15% atau 20 -25% (Arikunto, 2006). Pendapat tersebut sesuai menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011), menyatakan bahwa jumlah sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Penelitian ini menggunakan rumus 10% dari total populasi sehingga jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 46 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling. Menurut Nursalam (2008), pemilihan sampel dengan

consecutive adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Sampel pada penelitian ini yaitu pasien balita yang menderita diare di ruang IGD dan ruang Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


(36)

a. Anak yang berusia 1 – 5 tahun b. Anak yang menderita diare

c. Mendapat izin dari orang tua/wali untuk mengikuti penelitian

d. Anak yang masuk IGD

e. Anak yang dirawat di bangsal anak 2) Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2011). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Orang tua/wali yang ditengah pengambilan data mengundurkan diri karena kondisi tertentu misalnya orang tua mengembalikan lembar informed consent ditengah pengambilan data dengan alasan anaknya sering rewel. D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2011). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu kejadian tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat pada balita dengan diare.


(37)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoatmojo, 2012). Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan klasifikasi derajat dehidrasi dan diukur menggunakan skala pengukuran dengan ordinal, yaitu :

a. Dehidrasi ringan/sedang : Terdapat dua atau lebih tanda-tanda seperti gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.

b. Dehidrasi berat : Terdapat dua atau lebih tanda-tanda seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

c. Tanpa dehidrasi : Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dengan dehidrasi berat, ringan/sedang.

d. Umur merupakan usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun antara 1 – 5 tahun. Umur dibagi menjadi 2 yaitu usia batita (1 – 3 tahun) dan usia prasekolah (4 – 5 tahun), jika umur anak >3,7 tahun dan <5 tahun maka anak tersebut dalam kategori 4 – 5 tahun. Umur balita dinyatakan dengan skala ordinal. e. Suhu adalah suatu kondisi kulit yang diukur menggunakan

termometer raksa yang diletakkan diketiak anak. Suhu dibagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain normal (36,5 –


(38)

37,50C), dan hipertermi (>37,50C). Suhu balita dinyatakan dengan skala ordinal.

f. Skrining merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengkategorikan derajat dehidrasi. Dimana yang dilihat adalah kondisi umum, kondisi mata, rasa haus dan cubitan kulit perut pada

balita. E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi dan formulir lain yang berkaitan dengan pencacatan data dan sebagainya (Notoatmojo, 2012). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan MTBS (2008). Menurut Noor (2011), observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Tujuan dilakukan observasi adalah untuk dapat mengamati dan mancatat kejadian yang muncul. Wawancara adalah suatu proses memperoleh informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada responden. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan melengkapi data-data yang kurang detail (Noor, 2011). Untuk instrumen observasi derajat dehidrasi dengan menggunakan panduan MTBS (2008) dinyatakan dilampiran.


(39)

Tabel 1.1 Pembagian Kategori Derajat Dehidrasi

No Observasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat 1. Keadaan

Umum

Baik dan sadar Gelisah, rewel/mudah marah.

Letargis atau tidak sadar.

2. Mata Normal Cekung Mata Cekung

3. Rasa haus Tidak haus, minum biasa.

Haus, minum dengan lahap

Tidak bisa minum atau malas minum 4. Turgor kulit Cubitan kulit

perut kembali cepat.

Cubitan kulit perut kembali lambat.

Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

F. Tahapan Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Untuk memastikan hasil skrining, peneliti perlu berkolaborasi dengan dokter dan perawat dalam menentukan derajat dehidrasi pada balita diare.

Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksana.


(40)

1. Tahap Persiapan

a. Penelitian ini dimulai dengan studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta untuk mencari fenomena atau masalah yang ada.

b. Peneliti mulai menyusun proposal penelitian.

c. Peneliti mengajukan surat layak etik penelitian pada tim etik FKIK UMY dan sampai penelitian ini dinyatakan layak etik dengan No 229/EP-FKIK-UMY/VI/2016.

d. Peneliti mengurus izin untuk penelitian ke PSIK FKIK UMY dan kemudian mengajukan surat izin penelitian ke RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan di ruang IGD RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

Peneliti mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan surat izin dari RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Peneliti menemui kepala ruang IGD RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan. Setalah itu, peneliti menemui pasien balita diare untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan, jika pasien sudah menyetujui kemudian pasien diberikan lembar informed consent

oleh peneliti untuk menandatangani persetujuan menjadi responden. Selesai responden menandatangani lembar informed consent peneliti langsung melakukan observasi kepada pasien


(41)

diare dengan dehidrasi dengan menggunakan panduan MTBS. Setelah observasi peneliti melakukan kolaborasi dengan perawat terkait data yang didapatkan dari hasil observasi dalam menentukan derajat dehidrasi pada responden tersebut. Jika terjadi perbedaan hasil dalam mengkategorikan derajat dehidrasi peneliti mengklasifikasikan sesuai dengan saran dari perawat karena pengalaman perawat yang lebih lama. Setelah menentukan derajat dehidrasi peneliti mengumpulkan semua hasil observasi untuk melakukan pengolahan dan analisa data. Selesai pengolahan dan analisa data peneliti membuat bab IV yang berisi hasil penelitian dan pembahasan serta bab V yang berisi kesimpulan dan saran.

b. Pelaksanaan di ruang Ibnu Sina

Peneliti mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan surat izin dari RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Peneliti menemui kepala ruang Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, peneliti menemui pasien balita yang mengalami diare untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan, apabila pasien sudah menyetujui dan bersedia kemudian peneliti memberikan informed consent kepada pasien untuk menandatangani persetujuan menjadi responden. Setelah pasien menandatangani lembar informed consent, peneliti langsung melakukan observasi kepada pasien diare dengan dehidrasi


(42)

dengan menggunakan panduan MTBS. Setelah observasi peneliti konsultasi dengan pembimbing di ruang Ibnu Sina dan kolaborasi dengan perawat di ruang Ibnu Sina tentang data yang didapatkan dari hasil observasi dalam menentukan derajat dehidrasi pada responden tersebut. Selesai menentukan derajat dehidrasi, peneliti mengumpulkan semua hasil observasi untuk melakukan pengolahan dan analisa data. Selanjutnya, selesai pengolahan dan analisa data peneliti membuat bab IV yang berisi hasil penelitian dan pembahasan serta bab V yang membahas kesimpulan dan saran.

G. Analisa Data 1. Pengolahan data

Menurut Notoatmojo (2010), pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan data agar analisis penelitian menghasikan informasi yang benar. Ada empat proses pengolahan data yaitu :

a) Editing

Editing merupakan langkah memeriksa kembali data yang telah diperoleh atau dikumpulkan. Editing bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan jawaban dan kesesuaian antara kriteria data. Editing dilakukan setelah data terkumpul. Peneliti melakukan pengecekan kembali lembar observasi/kuesioner yang sudah didapatkan, semua data lengkap dan sudah sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan.


(43)

b) Coding

Coding merupakan langkah pemberian kode pada angka pada data yang telah didapat agar lebih mudah dalam pengolahan data yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Peneliti memberikan kode 1 untuk jenis kelamin untuk perempuan dan 2 untuk jenis kelamin laki-laki. Kode 1 untuk tanpa dehidrasi, 2 untuk dehidrasi ringan, 3 untuk dehidrasi sedang, dan 4 untuk dehidrasi berat.

c) Entry

Entry data merupakan langkah memasukkan data yang ada ke dalam database computer agar lebih muda untuk dibaca dan diinterpretasikan. Pertama, peneliti memasukkan data dari lembar observasi ke dalam program computer yaitu microsoft excel,

setelah itu peneliti memasukkan data dari excel ke SPSS. d) Cleaning

Cleaning merupakan langkah memeriksa kembali data yang telah dimasukkan sebelumnya apakah sudah benar atau belum, karena kesalahan mungkin saja terjadi pada saat proses memasukkan data ke komputer. Setelah dilakukan prosesing menggunakan SPSS peneliti melakukan pengecekan kembali pada data, tidak ada data yang hilang. Data yang ada sesuai dengan yang ada di lembar observasi, excel, dan SPSS.


(44)

e) Analizing

Analizing merupakan langkah mengelola data yang sudah dimasukkan menggunakan software statistik.

2. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan analisa univariat. Menurut Notoatmojo (2012), analisa univariat adalah menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel. Data yang dianalisa

univariat yaitu umur, jenis kelamin, suhu, tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, dan dehidrasi berat.

Menurut Riwidikdo (2013) untuk memperoleh skor prosentase yaitu dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : P : Prosentase F : Jumlah jawaban N : Jumlah skor maksimal H. Etik Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Uji etik pada penelitian ini melalui komite etik yang dilakukan di FKIK UMY. Menurut Hidayat (2010), etika penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :


(45)

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, jika responden menyetujui peneliti akan memberikan lembar informed consent untuk menandatangani persetujuan menjadi responden. Ditengah pengambilan data, ada responden yang mengundurkan diri karena kondisi tertentu. Langkah yang dilakukan peneliti yaitu mencari responden baru untuk melengkapi jumlah sampel.

2. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Dalam pengambilan data peneliti tidak menuliskan nama responden tetapi peneliti menggunakan inisial, jika terdapat nama yang sama peneliti memberikan inisial tidak hanya nama depan tetapi juga nama belakang.

3. Confidentaly (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan hasil kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan


(46)

dilaporkan pada hasil riset. Dari hasil penelitian ini semua data responden yang diperoleh hanya diketahui oleh peneliti dan tim kesehatan yang berkolaborasi dengan peneliti saat pengambilan data.


(47)

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta terletak di jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20, Gondomanan, Yogyakarta. Rumah sakit PKU Muhammadiyah didirikan pada tanggal 15 Februari 1923 oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai Ketua Persyarikatan Muhammadiyah atas inisiatif muridnya K.H. Sudjak yang pada awalnya berupa klinik dan poliklinik dengan nama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa yang seiring waktu kemudian berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat). Selain memberikan pelayanan kesehatan juga digunakan sebagai tempat pendidikan bagi calon dokter dan perawat. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Rumah Sakit yang melayani berbagai macam pelayanan pokok antara lain Rawat Jalan, Rawat Inap (VIP, I, II, III, Ruang Isolasi, ICU/ICCU, VK/Kamar Bersalin, Instalasi Gawat Laboratorium (24 jam), Radiologi (24 jam), Gizi, Fisioterapi, EKG, EEG, USG, Laparoskopi, Haemodialisa, Treadmil, TUR, Endoskopi, Bronkhoskopi CT. Scan, Audiometri, Spirometri, Brain Mapping dan Ambulans. Kapasitas dan pelayanan yang lainnnya yaitu Poliklinik (Umum, Spesialis, Gigi).

Ruang Ibnu Sina adalah ruang rawat inap khusus anak yang terdiri dari Ruang VIP terdiri dari 1 bed, kelas I terdiri dari 10 bed,


(49)

kelas II terdiri dari 6 bed, kelas III terdiri dari 7 bed, Ruang Isolasi terdiri dari 1 bed. Di ruang Ibnu Sina kompetensi perawat sudah baik serta dalam pelayanan dan pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang Ibnu Sina juga sudah optimal. Dalam penanganan diare di ruang Ibnu Sina, perawat sudah cepat dan tepat untuk memberikan intervensi pada balita diare dengan dehidrasi. Untuk ruangan balita diare dengan derajat dehidrasi yang berbeda tidak dipisahkan.

Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah pelayanan 24 jam yang tersedia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang memberikan layanan lengkap dan terpadu mencakup pelayanan laboratorium, radiologi dan farmasi. Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta langsung dilayani langsung oleh Dokter Spesialis Emergency Medicine, satu-satunya yang ada di Yogayakarta. Instalasi Gawat Darurat dilengkapi dengan Spesialis yang siap menolong pasien dengan berbagai masalah kesehatan dan memerlukan pelayanan gawat darurat. Kondisi balita saat masuk IGD ada beberapa balita yang tidak sadar, tetapi selama penelitian kondisi umum balita banyak yang masih sadar walaupun dalam keadaan lemas dan rewel. Pengananan di ruang IGD khususnya pada balita dehidrasi saat diare sudah optimal, cepat dan tepat dalam memberikan intervensi sesuai dengan kondisi balita yang dehidrasi saat diare.

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada pasien diare yang berumur 1 – 5 tahun pada ruang Ibnu Sina dan ruang Instalasi Gawat Darurat yang


(50)

berada di RS PKU Muhammadiyah dengan jumlah responden sebanyak 46 orang. Uraian secara deskriptif mengenai karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Karakteristik penelitian dengan responden yang berdasarkan umur, jenis kelamin, dan suhu badan sedangkan karakteristik dehidrasi yaitu derajat dehidrasi serta karakteristik balita dengan derajat dehidrasi. Adapun karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Responden di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Agustus 2016 (n=46)

Karakteristik Responden

Frekuensi (n) Persen (%) Umur

1 – 3 tahun 4 – 5 tahun

32 14 69,5 30,5 Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki 25 21 54,3 45,7 Suhu Normal Hipertermia 23 23 50 50

Total 46 100

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang diteliti, responden berdasarkan umur yang paling banyak antara umur 1 – 3 tahun sebanyak 32 responden (69,5%). Responden berdasarkan jenis kelamin, yang paling banyak yaitu perempuan dengan 25 responden (54,3). Jumlah responden yang mengalami hipertermi dan suhu badan normal adalah sama, masing-masing 23 responden (50%).


(51)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Derajat Dehidrasi Responden di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Agustus 2016 (n=46)

Derajat Dehidrasi Frekuensi (n) Persen (%)

Tanpa Dehidrasi 10 21,7

Dehidrasi Ringan/Sedang 31 67,4

Dehidrasi Berat 5 10,9

Total 46 100

Sumber : Data primer (2016)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang diteliti didapatkan sebagian besar responden mengalami dehidrasi ringan/sedang yaitu sebanyak 31 responden (67,4%).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Balita dengan Derajat Dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (n=46)

Karakteristik Responden Derajat Dehidrasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat Umur

1 – 3 4 – 5

7 (15,2%) 3 (6,5%) 22 (47,7%) 9 (19,5) 3 (6,5%) 2 (4,4%) Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki 7 (15,2%) 3 (6,5%) 16 (34,8%) 15 (32,6%) 2 (4,3%) 3 (6,5%) Suhu Normal Hipertermia 6 (13,0%) 4 (8,7%) 13 (28,2%) 18 (39,1%) 4 (8,7%) 1 (2,2%)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang diteliti didapatkan responden berdasarkan derajat dehidrasi yaitu dehidrasi ringan/sedang dengan karakteristik responden yang berusia 1 – 3 tahun sebanyak 22 responden 47,7 %, jenis kelamin perempuan


(52)

sebanyak 16 responden 34,8% dan suhu hipertermi sebanyak 18 responden 39,1%.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Suhu)

Peneliti mendapatkan 46 responden yang mengalami diare dengan dehidrasi atau tanpa dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan suhu.

Karakteristik responden berdasarkan umur pada penelitian ini paling banyak adalah responden yang berusia 1 – 3 tahun dengan jumlah responden sebanyak 32 responden (69,5 %). Menurut asumsi peneliti, umur merupakan salah satu faktor resiko mengalami dehidrasi saat diare, seperti halnya balita yang berusia 1 – 3 tahun lebih rentan mengalami dehidrasi. Hal ini didukung oleh penelitian Adriani (2013) yang menyatakan bahwa balita yang berusia 1 – 3 tahun itu lebih peka terhadap perubahan kadar air dan mineral. Menurut Wulandari (2013) mengemukakan bahwa dehidrasi bukan saja kondisi kekurangan cairan tubuh tetapi kehilangan mineral tubuh juga.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini responden yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah responden 25 responden (54,3%), dan laki-laki dengan jumlah 21 responden (45,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan Fauziyah (2014) yang menyatakan bahwa dehidrasi


(53)

lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena pada laki-laki komposisi otot lebih dominan sedangkan pada perempuan adanya pengaruh hormonal sehingga rentan terhadap dehidrasi dalam tubuh. Menurut Arisman (2014) mengemukakan pengaruh hormon pada perempuan menyebabkan perempuan lebih banyak mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga dapat menurunkan asupan cairan dalam tubuh. Menurut Murniwaty dkk (2013) tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan dehidrasi. Menurut penelitian yang dilakukan Cahyaningrum (2015), menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dehidrasi saat diare karena pada usia balita telah mendapatkan perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan dari segala aktifitas, nutrisi serta kebersihannya masih dalam kontrol orang tua.

Karakteristik berdasarkan suhu pada penelitian ini yaitu responden yang mempunyai suhu normal sebanyak 23 responden (50%) dan responden yang mempunyai suhu hipertermia sebanyak 23 responden (50%). Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Dimana tubuh akan langsung merespon dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2% cairan tubuh) dengan gejala merasa sangat haus, mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang, dan produksi urin menurun (Retnowati, 2011). Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3 – 4% dari berat badan,


(54)

terjadi penurunan gangguan performa tubuh sehingga suhu tubuh menjadi naik, panas dan biasanya diikuti meriang (Wagiyo, 2012). 2. Karakteristik Balita dengan Derajat Dehidrasi

Berdasarkan hasil penelitian ini yang paling banyak adalah dehidrasi ringan/sedang dengan jumlah responden sebanyak 22 responden (47,7%). Menurut asumsi peneliti di Indonesia, diare terdapat disepanjang tahun dan puncak tertinggi pada peralihan musim penghujan dan kemarau sehingga komplikasi dari diare tersebut dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. Dari beberapa referensi hasil penelitiannya menyatakan bahwa balita dengan diare lebih sering mengalami kejadian dehidrasi ringan/sedang. Hal ini didukung oleh pendapat Palupi (2012) yang melaporkan bahwa kejadian dehidrasi ringan lebih sering terjadi pada balita dibandingkan anak-anak, dimana balita diare yang mengalami dehidrasi ringan akan terjadi penurunan berat badan 2,5 – 5% dan kehilangan air 5% dari berat badan. Selain itu balita juga menjadi gelisah dan rewel, matanya menjadi cekung, dan turgor kulit balita kembali lambat. Ada beberapa hal yang mempengaruhi derajat dehidrasi antara lain usia, jenis kelamin, suhu. Hasil penelitian ini karakteristik responden yang paling banyak adalah mengalami dehidrasi ringan yang paling banyak berusia 1 – 3 tahun sebanyak 22 responden (47,7%), jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (34,8%), dan suhu hipertermi sebanyak 18 responden (39,1%).


(55)

Menurut Wulandari (2013) dehidrasi bukan saja kondisi kekurangan cairan tubuh tetapi kehilangan mineral tubuh juga. Pada balita yang berusia 1 – 3 tahun kekurangan cairan tubuh tidak bisa hanya diberikan air putih untuk menggantikan cairan yang hilang karena air bisa melarutkan mineral yang sudah rendah di dalam tubuh mereka, sehingga bisa membuat kondisi dehidrasi memburuk. Menurut Jannah (2013) menyatakan bahwa daya tahan tubuh anak-anak jauh lebih kuat dari daya tahan tubuh balita sehingga balita memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan anak-anak. Balita yang mengalami dehidrasi ringan dapat diberikan secara oral dengan pemberian oralit sebanyak 75ml/kg berat badan diberikan dalam 3 jam pertama dilayanan kesehatan, namun jika tidak tersedia dapat diganti dengan air tajin, kuah sayur, sari buah, air teh atau air matang (Depkes RI, 2011). Balita yang menderita diare dengan dehidrasi tetap diberikan makanan untuk memberikan nutrisi dan mencegah terjadinya penurunan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi derajat dehidrasi. Berdasarkan hasil penelitian ini yang paling banyak mengalami dehidrasi adalah perempuan. Menurut asumsi peneliti kemungkinan beberapa balita yang mengalami dehidrasi sedang sampai dehidrasi berat dikarenakan berat badan balita tersebut kurang. Selain itu komposisi otot juga mempengaruhi derajat dehidrasi tetapi peneliti tidak mengambil data terkait berat badan balita. Menurut Fauziyah


(56)

(2014) menyatakan bahwa dehidrasi lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki karena pada laki-laki komposisi otot lebih dominan sedangkan pada perempuan adanya pengaruh hormonal sehingga rentan terhadap dehidrasi dalam tubuh, akan tetapi menurut Andreoli (2011) pada kasus tertentu jenis kelamin mempengaruhi terjadinya penyakit namun untuk kasus diare dengan dehidrasi jenis kelamin tidak mempengaruhi.

Suhu tubuh responden dalam penelitian ini mayoritas adalah hipertermi. Suhu tubuh juga mempengaruhi derajat dehidrasi pada balita dengan diare. Hal ini didukung oleh penelitian Wagiyo (2012) yang menyatakan apabila hilangnya air meningkat menjadi 3 – 4% dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh sehingga suhu tubuh menjadi naik, panas dan biasanya diikuti meriang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa suhu lingkungan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi yang progresif. Hipertermia mengakibatkan penurunan cardiac output. Dengan menurunnya cardiac output aliran darah ke kulit secara signifikan juga menurun. Hal ini menunnjukkan bahwa aliran darah ke jaringan dan organ juga menurun. Suhu lingkungan yang tinggi dapat berdampak pada kehilangan cairan tubuh (Sherwood, 2010).


(57)

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian

a. Kekuatan penelitian ini yaitu dalam pengumpulan data yang dilakukan langsung oleh peneliti. Peneliti mengobservasi secara langsung keadaan pasien selama penelitian.

b. Lembar observasi peneliti sudah baku yaitu dengan menggunakan panduan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang sudah mewakilkan dari apa yang peneliti harapkan.

2. Kelemahan Penelitian

Peneliti tidak mengambil data terkait berat badan dan tinggi badan balita sehingga tidak mengetahui massa otot setiap balita atau penyebab dasar dehidrasi tersebut.


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 46 responden pasien balita diare di ruang Ibnu Sina dan ruang IGD di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden yang tanpa dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta mayoritas berusia 1 – 3 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan memiliki suhu normal.

2. Karakteristik responden yang mengalami dehidrasi ringan/sedang di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mayoritas berusia 1 – 3 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan memiliki suhu hipertermi.

3. Karakteristik responden yang mengalami dehidrasi berat di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta berusia 1 - 3 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan memiliki suhu normal.

4. Secara keseluruhan didapatkan hasil bahwa kejadian dehidrasi pada balita diare yang paling banyak di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta yaitu dehidrasi ringan/sedang.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan menggunakan hasil penelitian ini untuk menggiatkan program pendidikan kesehatan terkait karakteristik dehidrasi pada balita dengan diare.


(59)

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan petugas kesehatan memperhatikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap balita diare yang mengalami dehidrasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara berat badan balita dengan derajat dehidrasi.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Adriani. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan derajat dehidrasi pada balita diare di Ruang Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan 2013.

Tangerang: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman. (2014). Gambaran Balita diare serta Karakteristik di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireun 2014. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Aceh.

Depkes RI. (2009). Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Lintas Diare. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Dinkes DIY. (2010). Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta 2010. Yogyakarta.

Fauziyah. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare di Ruang Inap RSUD Bekasi. Skripsi. FKM UI. Surakarta.

Gustam, M. (2011). Hubungan Antara dehidrasi Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten Klaten. Yogyakarta: FK UGM.

Hasan, Rusepno., Alatas, H. (2010). Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Infomedika. Hidayat. (2010). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Juffrie, M. (2010). Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721.


(61)

Kartika. (2012). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Derajat Dehidrasi Pada Balita Diare di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: FK UMY.

Kementerian Kesehatan R.I. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta. Kemenkes RI. (2011). Situasi Diare dengan Dehidrasi di Indonesia. (tanggal 26

Agustus 2016) Diakses

darihttp://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf

Leksana, Eri. (2015). Strategi Terapi Cairan Pada Dehidrasi. Semarang: FK UNDIP. Vol 42 No 1. Diakses 11 Januari 2016 dari

http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_224Praktis-Strategi%20Terapi%20Cairan%20pada%20Dehidrasi.pdf

Murniwaty, dkk. (2013). Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi Ginjal pada Diare Akut. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek

Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Noor, Nur Nasry. (2011). Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Palupi, A. (2012). Hubungan Derajat Dehidrasi dengan Kejadian Diare pada Balita. Yogyakarta: Jakarta: Salemba Medika.

Prasetyo, Dwi. (2010). Faktor Resiko Diare Akut pada Balita. Jakarta: EGC. Polanco, Isabel, dkk. (2009). Gambaran Klinis Anak Diare. Jakarta: Salemba

Medika.

Rajab, Wahyudin. (2010). Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: Kedokteran EGC.

Retnowati. (2011). Kenali Bahaya Dehidrasi yang Memicu Gangguan Kesehatan. Jakarta: EGC


(62)

Riwidikdo, H. (2013). Statistika Dengan Aplikasi Program R dan SPSS.

Yogyakarta: Rohima Press.

Simadibrata. (2009). Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. Sugiyono, dkk. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.

Jakarta: Bursa Ilmu.

Suraatmaja, S. (2010). Kapita selekta gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung Seto.

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Tawaniate. (2012). Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang Perawatan Intensif Anak. Manado: Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Sam Ratulangi RSU Prof. Dr. R.D.

Wagiyo. (2012). Pengaruh Antara Derajat Dehidrasi dan Berat Badan pada Balita Diaredi RS Cipto Mangunkusumo. Jakarta: FK UI.

Wulandari. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Penanganan Dehidrasi pada Balita dengan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Semarang. Diakses tanggal 18 Agustus 2016 dari: http//www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC30933165

World Health Organization. Diarrhoeal disease. (2009) (diunduh 27 Maret 2012.

Tersedia dari:

http://www.who.intmediacentre/factsheets/fs330/en/index.html.)

Widoyono. (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Desa Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Semarang: Universitas Muhamadiyah Semarang. Widjaja, M. C. (2010). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:


(63)

Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yogyakarta, Juli 2016 Kepada Yth. Sdra/i Responden

Di Ruang IGD

RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Riskawati Abd. Kadir NIM : 20120320033

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melaksanakan penelitian dengan judul “Screening Kejadian Dehidrasi pada Pasien dengan Diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta”.

Peneliti memohon dengan hormat kepada saudara/i untuk bersedia menjadi responden dan mau mengisi data serta memberikan tanggapan yang layak dengan sejujur-jujurnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat apapun bagi semua responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti


(64)

Lampiran 2. PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama/Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh Riskawati Abd. Kadir Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “Screening Kejadian Dehidrasi pada Balita dengan Diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta” dan saya akan mengikuti proses penelitian serta menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.

Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini dengan sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Responden


(65)

Lampiran 3. LEMBAR OBSERVASI DEHIDRASI

Petunjuk : Berikan tanda check list (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan Data Demografi :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Suhu :

No Observasi Derajat Dehidrasi Keterangan

1. Kondisi Umum a. Tanpa Dehidarsi b. Dehidrasi Ringan c. Dehidrasi Sedang d. Dehidrasi Berat 2. Melihat Mata a. Tanpa Dehidrasi

b. Dehidrasi Ringan c. Dehidrasi Sedang d. Dehidrasi Berat 3. Memeriksa Rasa Haus a. Tanpa Dehidrasi

b. Dehidrasi Ringan c. Dehidrasi Sedang d. Dehidrasi Berat 4. Memeriksa Turgor

Kulit

a. Tanpa Dehidrasi b. Dehidrasi Ringan c. Dehidrasi Sedang d. Dehidrasi Berat


(66)

Lampiran 4. FORMULIR OBSERVASI DEHIDRASI 1. Kondisi Umum

a. Tanpa dehidrasi : Baik dan sadar b. Dehidrasi ringan : Gelisah dan rewel

c. Dehidrasi sedang : Gelisah, nadi cepat dan nafas dalam d. Dehidrasi berat : Lesu, lunglai dan letargi (tidak sadar) 2. Mata

a. Tanpa dehidrasi : Normal b. Dehidrasi ringan : Cekung c. Dehidrasi sedang : Cekung d. Dehidrasi berat : Sangat cekung 3. Rasa Haus

a. Tanpa dehidrasi : Tidak haus dan minum biasa b. Dehidrasi ringan : Minum biasa dan merasa haus c. Dehidrasi sedang : Merasa haus dan selalu ingin minum d. Dehidrasi berat : Tidak bisa minum atau malas minum 4. Turgor Kulit

a. Tanpa dehidrasi : Turgor kulit kembali cepat (≤2 detik) b. Dehidrasi ringan : Turgor kulit kembali lambat

c. Dehidrasi sedang : Turgor kulit kembali lambat


(67)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perempuan 25 54.3 54.3 54.3

Laki-Laki 21 45.7 45.7 100.0

Total 46 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 8 17.4 17.4 17.4

2 14 30.4 30.4 47.8

3 10 21.7 21.7 69.6

4 5 10.9 10.9 80.4

5 9 19.6 19.6 100.0

Total 46 100.0 100.0

Derajat Dehidrasi Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tanpa Dehidrasi 10 21.7 21.7 21.7

Dehidrasi Ringan 18 39.1 39.1 60.9 Dehidrasi Sedang 13 28.3 28.3 89.1 Dehidrasi Berat 5 10.9 10.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

klasifikasi suhu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Normal 23 50.0 50.0 50.0

Hipertermi 23 50.0 50.0 100.0


(1)

perempuan dibanding

laki-laki karena pada

laki-laki komposisi otot

lebih dominan sedangkan

pada perempuan adanya

pengaruh hormonal

sehingga rentan terhadap

dehidrasi dalam tubuh31.

Pada kasus tertentu jenis

kelamin mempengaruhi

terjadinya penyakit tetapi

untuk kasus diare dengan

dehidrasi jenis kelamin

tidak mempengaruhi32

Selain itu faktor

yang mempengaruhi

derajat dehidrasi yaitu

suhu tubuh. Berdasarkan

hasil penelitian ini suhu

tubuh responden adalah

normal dan hipertermi.

Apabila hilangnya air

meningkat menjadi 3 – 4% dari berat badan,

terjadi penurunan

gangguan performa tubuh

sehingga suhu tubuh

menjadi naik, panas dan

biasanya diikuti

meriang33. Beberapa

penelitian menyebutkan

bahwa suhu lingkungan

yang tinggi dapat

mengakibatkan

terjadinya dehidrasi yang

progresif. Hipertermia

mengakibatkan

penurunan cardiac

output. Dengan

menurunnya cardiac

output aliran darah ke kulit secara signifikan

juga menurun. Hal ini

menunnjukkan bahwa

aliran darah ke jaringan

dan organ juga menurun.

Suhu lingkungan yang


(2)

pada kehilangan cairan

tubuh34.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan

kepada 46 responden pasien

balita diare di ruang Ibnu

Sina dan ruang IGD di RS

PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden

yang tanpa dehidrasi di

RS PKU Muhammadiyah

I Yogyakarta mayoritas

berusia 1 – 3 tahun, berjenis kelamin

perempuan, dan memiliki

suhu normal.

2. Karakteristik responden

yang mengalami

dehidrasi ringan/sedang

di RS PKU

Muhammadiyah

Yogyakarta mayoritas

berusia 1 – 3 tahun, berjenis kelamin

perempuan, dan memiliki

suhu hipertermi.

3. Karakteristik

responden yang

mengalami dehidrasi

berat di RS PKU

Muhammadiyah I

Yogyakarta mayoritas

usia 1 - 3 tahun,

berjenis kelamin

laki-laki dan memiliki

suhu normal.

4. Secara keseluruhan

didapatkan hasil bahwa

kejadian dehidrasi pada

balita diare yang paling

banyak di RS PKU

Muhammadiyah I

Yogyakarta yaitu


(3)

VI. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan menggunakan

hasil penelitian ini untuk

menggiatkan program

pendidikan kesehatan

dianggota masyarakat terkait

karakteristik dehidrasi pada

balita dengan diare.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan petugas

kesehatan memperhatikan

dan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan

terhadap balita diare yang

mengalami dehidrasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu diadakan penelitian

lebih lanjut terkait hubungan

antara berat badan balita

dengan derajat dehidrasi.

VII. Daftar Pustaka

1. World Health Organization. Diarrhoeal disease. 2009 (diunduh 27 Maret 2012. Tersedia dari: http://www.who.intmediacent re/factsheets/fs330/en/index.h tml.)

2. Dinkes DIY. (2010). Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta 2010. Yogyakarta.

3. Suraatmaja, S. (2010). Kapita selekta gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung Seto. 4. Widjaja, M. C.. (2010).

Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka. 5. Prasetyo, Dwi. (2010). Faktor

Resiko Diare Akut pada Balita. Jakarta: EGC.

6. Gustam, M. (2011). Hubungan Antara dehidrasi Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten Klaten. Yogyakarta: FK UGM.

7. Depkes RI. (2009). Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan.


(4)

8. Tawaniate. (2012). Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang Perawatan Intensif Anak. Manado: Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Sam Ratulangi RSU Prof. Dr. R.D. 9. Notoatmojo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

10.Riwidikdo, H. (2013). Statistika Dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta: Rohima Press. 11.Arikunto, S. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

12.Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

13.Adriani. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan derajat dehidrasi pada balita diare di Ruang Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan 2013.

Tangerang: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14.Wulandari. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Penanganan Dehidrasi pada Balita dengan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Semarang. Diakses tanggal 18 Agustus

2016 dari:

http//www.ncbi.nlm.gov/pmc /articles/PMC30933165 15.Arisman. (2014). Gambaran

Balita diare serta Karakteristik di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireun 2014. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Aceh.

16.Murniwaty, dkk. (2013). Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi Ginjal pada Diare Akut. Jakarta: Salemba Medika.

17.Retnowati. (2011). Kenali Bahaya Dehidrasi yang

Memicu Gangguan

Kesehatan. Jakarta: EGC 18.Faujiyah. (2014).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare di Ruang


(5)

Inap RSUD Bekasi. Skripsi. FKM UI. Surakarta.

19.Wagiyo. (2012). Pengaruh Antara Derajat Dehidrasi dan Berat Badan pada Balita Diare di RS Cipto Mangunkusumo. Jakarta: FK UI.

20.Simadibrata. (2009). Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 21.Sodikin. (2011). Asuhan

Keperawatan Anak Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

22.Leksana, Eri. (2015). Strategi Terapi Cairan Pada Dehidrasi. Semarang: FK UNDIP. Vol 42 No 1. Diakses 11 Januari 2016 dari http://www.kalbemed.com/Po

rtals/6/23_224Praktis-Strategi%20Terapi%20Cairan %20pada%20Dehidrasi.pdf 23.Jurnal Ilmiah Kesehatan

Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302 -1721.

24.Hasan, Rusepno., Alatas, H. (2010). Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Infomedika.

25.Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 26.Rajab, Wahyudin. (2010).

Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Kedokteran EGC. 27.Prasetyo, Dwi. (2010). Faktor

Resiko Diare Akut pada Balita. Jakarta: EGC.

28.Noor, Nur Nasry. (2011). Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

29.Polanco, Isabel, dkk. (2009). Gambaran Klinis Anak Diare. Jakarta: Salemba Medika.

30.Kemenkes RI. (2011). Situasi Diare dengan Dehidrasi di Indonesia. (tanggal 26 Agustus 2016) Diakses darihttp://www.depkes.go.id/ downloads/Buletin%20Diare _Final(1).pdf

31.Kartika. (2012). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Derajat Dehidrasi Pada Balita Diare di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: FK UMY.


(6)

32.Juffrie, M. (2010). Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI 33.Gustam, M. (2011).

Hubungan Antara dehidrasi Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kabupaten Klaten. Yogyakarta: FK UGM.