TA : Pembuatan Film Pendek Fiksi Ilmiah Tentang Polusi Cahaya Surabaya Dengan Special Effects Timelapse Guna Menyikapi Keindahan Cakrawala.

(1)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 5

1.4. Tujuan ... 5

1.5. Manfaat ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1. Film ... 7

2.2. Film Pendek ... 8

2.3. Mekanisme Produksi Film Pendek ... 10

2.4. Teknik Pengambilan Gambar ... 11

2.4.1. Jenis-jenis shot ... 11

2.4.2. Angle Kamera ... 16

2.4.3. Pergerakan Kamera ... 18

2.5. Genre ... 20

2.6.Typografi ... 26

2.7. Warna dan Cahaya ... 22

2.8. Suhu Warna ... 23

2.9. Time Lapse ... 24

2.10. Alur Cerita/Plot ... 25

2.11. Grafik Cerita ... 26


(2)

xii

3.1. Metodologi ... 27

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.2.1. Studi Literatur ... 28

3.2.2. Studi Eksisting ... 30

3.2.3. Wawancara ... 33

3.2.4. Segmentasi, Targeting, Positioning ... 34

3.3. Teknik Analisis Data ... 35

3.4. Reduksi dan Penyajian Data ... 36

3.5. Keyword ... 38

3.6. Analisa Warna ... 39

3.7. Analisa Tipografi ... 40

3.8. Ide dan Konsep ... 41

3.9. Perancangan Karya ... 42

3.9.1. Pra Produksi ... 43

3.9.2 Produksi ... 45

3.9.3. Pasca Produksi ... 46

3.10. Skenario ... 47

3.10.1. Sinopsis ... 47

3.10.2. Treatment ... 48

3.10.3. Storyboard ... 50

3.10.4. Callsheet ... 50

3.10.5. Karakter Tokoh ... 51

3.11. Anggaran Dana Budgeting ... 51

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 57

4.1. Produksi ... 57

4.1.1. Shoting ... 57

4.1.2. Take Audio ... 58

4.2. Editing dan Color Grading ... 59

4.3. Render ... 63


(3)

xiii

BAB V PENUTUP ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(4)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Reduksi dan Penyajian data ... 36

Tabel 3.2 Reduksi dan Penyajian data ... 37

Tabel 3.3 Karakter Tokoh ... 51

Tabel 3.4 Anggaran Dana Keseluruhan ... 51

Tabel 3.5 Anggaran dana Pra produksi ... 52

Tabel 3.6 Anggaran dana Produksi ... 52


(5)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Polusi cahaya ... 2

Gambar 2.1 Extreme Close Up ... 12

Gambar 2.2 Close Up ... 12

Gambar 2.3 Medium Close Up ... 13

Gambar 2.4 Medium Shot ... 13

Gambar 2.5 Long Shot ... 14

Gambar 2.6 Group shot ... 14

Gambar 2.7 Two Shot ... 15

Gambar 2.8 Over Shoulder shot ... 15

Gambar 2.9 Low Angle ... 16

Gambar 2.10 Straight Angle. ... 17

Gambar 2.11 High angle. ... 17

Gambar 2.12 Canted Angle. ... 18

Gambar 2.13 Contoh time lapse ... 24

Gambar 2.14 Grafik Aristoteles ... 26

Gambar 3.1 Tampilan Film Merv ... 30

Gambar 3.2 Film The Island ... 31

Gambar 3.3 Inception ... 32

Gambar 3.4 Bagan Keyword ... 39

Gambar 3.5 Warna ... 40

Gambar 3.6 Huruf serif dan Sansserif ... 40

Gambar 3.7 Font Dense ... 41

Gambar 3.8 Bagan Perancangan Karya ... 42

Gambar 3.9 Sketsa Poster ... 54

Gambar 3.10 Sketsa stiker... 55

Gambar 3.11 Sketsa cover cd ... 56


(6)

xvi

Gambar 4.1 Shoting ... 57

Gambar 4.2 Bagan Lighting ... 58

Gambar 4.3 Clip on ... 59

Gambar 4.4 editing ... 60

Gambar 4.5 Export XML ... 60

Gambar 4.6 import XML ... 61

Gambar 4.7 Davinci ... 61

Gambar 4.8 Proses Grading ... 62

Gambar 4.9 Proses Penyatuan ... 62

Gambar 4.10 Editing audio ... 63

Gambar 4.11 Rendering ... 63

Gambar 4.12 Scene 1 ... 64

Gambar 4.13 Scene 2 ... 65

Gambar 4.14 Scene 3 ... 65

Gambar 4.15 Scene 4 ... 66

Gambar 4.16 Scene 5 ... 67

Gambar 4.17 Scene 6 ... 67

Gambar 4.18 Scene 7 ... 68

Gambar 4.19 Scene 8 ... 68

Gambar 4.20 Scene 9 ... 69

Gambar 4.21 Scene 10 ... 69

Gambar 4.22 Scene 11 ... 70

Gambar 4.23 Scene 12 ... 70

Gambar 4.24 Scene 13 ... 71

Gambar 4.25 Scene 14 ... 71

Gambar 4.26 Poter Polusi Cahaya ... 72

Gambar 4.27 Sticker... 73

Gambar 4.28 Desain Cover DVD ... 73


(7)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Naskah ... 79

Lampiran 2 Call Sheet ... 93

Lampiran 3 Bukti Pembelian ... 96

Lampiran 4 Storyboard ... 97

Lampiran 5 Kartu Seminar ... 105


(8)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan sebuah film bergenre fiksi ilmiah tentang polusi cahaya. Hal ini dilatarbelakangi oleh cahaya merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia terutama di malam hari. Tanpa cahaya manusia tidak bisa melihat dan mengetahui apa yang ada di sekitar. Tetapi menggunakan cahaya yang berlebihan bisa mengakibatkan polusi yaitu polusi cahaya. Istilah Polusi Cahaya dalam Bosscha Observatory (www.bosscha. itb.ac.id) ”adalah merujuk pada suatu keadaan cahaya yang berlebih, baik dari sumber-sumber alamiah maupun dari sumber buatan”.

Polusi cahaya terjadi pada daerah padat penduduk terutama pada kota-kota besar. Polusi cahaya menimbulkan dampak negatif yaitu hilangnya pesona langit pada malam hari, hal ini didukung oleh pendapat Admiranto (2000: v) yaitu umat manusia sudah mulai tidak memperdulikan keindahan langit pada malam hari. Adanya polusi cahaya akibat lampu kota semakin mempersulit upaya manusia untuk menikmati keindahan langit pada malam hari, polusi cahaya juga dapat mengganggu pengamatan astronomi (Kerrod 2005: 21). Contoh polusi cahaya pada gambar cahaya gambar 1.1 berikut ini.


(9)

Gambar 1.1 Polusi Cahaya

(Sumber: http://heimhenge.com/skylights)

Menurut data pada website dinas kependudukan dan catatan sipil Surabaya merupakan kota besar peringkat dua di Indonesia dengan populasi penduduk kurang lebih 2.950.229 jiwa (dua juta tujuh ratus enam puluh lima ribu empat ratus delapan puluh tujuh penduduk) dengan jumlah penduduk yang tergolong banyak tidak menutup kemungkinan bagi kota Surabaya untuk tercemar oleh polusi cayahaya.

Dengan adanya masalah yang timbul di dalam polusi cahaya maka film dihanggap sebagai suatu media yang mampu memberi pengetahuan bagi masyarakat tentang polusi cahaya. Film memiliki sesuatu yang unik dan dapat dibedakan dari segenap media lain, sebab film memiliki tiga unsur yaitu gambar, suara dan gerak yang membuat citarasa kenyataan berlimpah ruah yang dapat di sampaikan, sehingga film lebih berpengaruh dibandingkan dengan media lain (Boggs, 1992: 4). Selain itu film juga dapat sebagai alat propaganda untuk


(10)

menyebarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pembuatnya (Malaky, 2004: 113). Dari penjelasan tersebut di ataslah yang menjadi alasan penulis membuat film sebagai Tugas Akhir.

Film terdiri dari beragam durasi. Film yang berdurasi kurang dari 60 menit disebut film pendek (Komputer 2008: 115). Film pendek mengarah pada pencarian bentuk alternatif pada media itu sendiri dan didukung oleh peroses pengambilan gambar yang singkat dan jelas (Prakosa, 2008: 5). Oleh karena itu dipilih media film yaitu film pendek sebagai Tugas Akhir. Film yang akan dibuat berdurasi kurang dari 60 menit dengan dukungan pengambilan gambar yang singkat dan jelas.

Film juga memiliki genre sebagai pengelompokan tipe cerita. Genre terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya aksi, komedi, kejahatan, drama, sejarah, horor, dan Fiksi Ilmiah. Genre juga mempunyai aspek-aspek tekstual khusus atau sebuah cara penyampaian pesan. Elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah genre meliputi narasi, seting, macam karakter, gaya, tanda-tanda visual dan aural (Sunarto, 2009: 102-103).

Dalam hal ini penulis memilih genre fiksi ilmiah. Genre fiksi ilmiah menurut Rampan (1999: 219) “fiksi ilmiah merupakan genre cerita film yang alur, tema dan latarnya diseting secara imajinatif didasarkan pengetahuan, teori dan spekulasi ilmiah”. Fiksi ilmiah sendiri telah dipandang oleh publik sebagai genre film yang hanya berkisah tentang teknologi, seperti yang dikatakan Broto dalam (http://www.kabarindonesia.com), dijelaskan bahwa:

“ Fiksi ilmiah sendiri oleh publik sastra tanah air secara sempit didefinisikan hanya sebagai karya sastra yang berkisah tentang


(11)

teknologi-teknologi masa depan. Padahal tidak hanya seperti itu, setiap karya sastra yang menggunakan unsur-unsur fakta, data, maupun pristiwa yang didapatkan melalui riset dengan validitas metodologi dapat digolongkan sebagai fiksi ilmiah”.

Inilah yang menjadi alasan memilih genre fiksi ilmiah sebagai genre film Tugas Akhir.

Visual effects merupakan teknik dalam pembuatan film tanpa Visual Effects film akan terasa biasa saja, di dalam hal ini tehnik yang dipili adalah tehnik Visual effect time lapse yaitu percepatan, dan dimana tehnik fotografi time lapse ini dapat sangat membantu dalam pergantian scene dari soreh hari ke malam hari.

Dengan memandang Polusi Cahaya yang memiliki dampak-dampak yang berakibat buruk bagi alam, maka penulis akan membuat film pendek bergenre fiksi ilmiah tentang polusi cahaya Surabaya dengan visual effect time lapse guna menyikapi keindahan cakrawala. Melalui film pendek ini penulis berharap dapat memberi pengetahuan terhadap penonton tentang polusi cahaya.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat diambil dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membuat film pendek bergenre fiksi ilmiah tentang polusi cahaya?


(12)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan batasan-batasan pada penelitian yang ingin dicapai. Pada tugas akhir ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada:

1. Membuat film pendek yang mengisahkan tentang atusias dan semangat seorang pemuda dalam mengatasi Polusi Cahaya.

2. Menggunakan spesial efek time lapse pada adegan tertentu.

3. Target dan segmentasi usia remaja dan dewasa 18 sampai 35 tahun.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Ingin menghasilkan film pendek fiksi ilmiah tentang polusi cahaya 2. Ingin menerapkan special effects time lapse didalam film

3. Ingin membuat film pendek yang mengisahkan tentang amtusias dan semangat seorang pemuda dalam mengatasi Polusi Cahaya.

1.5 Manfaat

Setiap hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dan penulis, adapun manfaat dari karya Tugas Akhir ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.


(13)

1. Manfaat Teoritis

a. Fiksi ilmiah merupakan genre dari film yang diharapkan dapat memberi pengetahuan terhadap penonton atau masyarakat sehingga lebih banyak masyarakat yang mengerti tentang polusi cahaya.

b. Diharapkan dapat menjadi film yang tidak hanya sekedar menghibur tetapi dapat bermanfaat bagi masyarakat melalui pesan-pesan yang disampaikan melalui film.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari tugas akhir ini diharapkan mampu mempelajari secara mendalam tentang teknik special effects time lapse dan bersaing dalam industri perfilman Indonesia.


(14)

7 2.1 Film

Trianton (2013: v) menjelaskan bahwa “Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya” sedangkan menurut Arief (2010: 3) ”film sebenarnya merupakan perkembangan dari istilah bioskop. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang artinya melihat sesuatu yang hidup atau seolah-olah hidup”. Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang menyampaikan pesan tertentu terhadap penonton, film juga sebagai alat propaganda untuk menyebarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pembuatnya (Malaky, 2004: 113).

Mengarah pada teori yang dijelaskan oleh beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa film adalah sebuah media komunikasi massa yang berfungsi sebagai alat pendidikan budaya, menyampaikan informasi, opini, hiburan dan untuk menyebarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pembuatnya.

2.2 Film Pendek

Film pendek mengarah pada pencarian bentuk alternatif pada media itu sendiri dan didukung oleh peroses pengambilan gambar yang singkat dan jelas


(15)

(Prakosa, 2008: 5). sederhananya film yang berdurasi kurang dari 60 menit disebut film pendek (komputer, 2008: 115).

Dalam sejarah film dunia, istilah film pendek mulai populer sejak dekade 50an. Alur perkembangan terbesar film pendek memang dimulai dari Jerman dan Perancis. Di Indonesia dimana film pendek saat ini selalu menjadi pihak marjinal. Dari sudut pandang pemirsa film pendek memiliki sejarahnya sendiri yang sering terlupakan. Film pendek Indonesia secara praktis mulai muncul di kalangan pembuat film indonesia sejak munculnya pendidikan sinematografi di IKJ.

Pada 1975, muncul Kelompok Sinema delapan yang dimotori Johan Teranggi dan Norman Benny. Kelompok ini secara simultan terus mengkampanyekan kepada masyarakat bahwa seluloid 8mm dapat digunakan sebagai media ekspresi kesenian. Hubungan internasional mulai terbangun, diantaranya dengan para film makker Eropa terutama dengan Festifal film pendek Oberhausen, ketika untuk pertama kalinya film pendek Indonesia berbicara dimuka dunia pada tahun 1984 keadaan ini memancing munculnya forum film pendek di Jakarta (filmpelajar.com).

2.3 Mekanisme Produksi Film Pendek

Untuk membuat film pendek yang baik dibutuhkan sebuah study literatur tentang mekanisme pembuatan film pendek. Menurut Widagdo & Gora (2007: 7) dijelaskan bahwa dalam pembuatan film pendek, ada beberapa hal-hal yang sangat diperlukan antara lain:


(16)

1. Mengolah Ide Cetrita

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengolah ide cerita menjadi sebuah sekenario dengan beberapa tahap yang dilalui agar arahnya lebih jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar dan agar kerangka ceritanya terkunci.

2. Skenario Draft Awal

Mengolah kembali skenario draft awal yang disetujui prosedur untuk kemudian dikembangkan guna mendapatkan skenario akhir. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kali briefing produksi triangle system, yakni produser, sutradara, dan penulis skenario. Salah satu tujuan pembicaraan draft final untuk menyesuaikan konsep produksi dengan budget yang tersedia, dengan pertimbangan durasi yang akan dihasilkan.

3. Kru Produksi

Merekrut kru produksi yang sesuai dengan bidang yang ada di lapangan. Setiap pembuatan film membutuhkan kru produksi.

4. Formulir Produksi

Formulir dan berbagai catatan produksi guna menghasilkan pedoman produksi secara lengkap sebagai petunjuk pelaksanaan di lapangan.

5. Casting Pemeran

Tahap casting sebenarnya tidak mudah. Dangan sampai memilih teman sebagai pemeran utamatanpa memiliki bekal seni acting. Ada beberapa pertimbangan yang harus harus dipikirkan, antara lain pembawaan naskah, acting, ataupun postur tubuh yang sesuai dengan tuntunan sekenario dan sutradara.


(17)

6. Pemantapan Pemeran

Setelah mendapatkan talent yang sesuai dengan cast yang dibutuhkan dalam sekenario

7. Menentukan Lokasi

Mencari lokasi yang sesuai dengal lokasi di dalam skenario. Dengan menggunakan still fotograpi untuk mendapatkan beberapa gambar lokasi yang akan titetapkan sebagai lokasi pengambilan gambar.

8. Penyiapan Prangkat Produksi

Menyiapkan perangkat produksi serta kelayakan pemakaian kualitas dan kapasitas kerja supaya proses produksi yang dijadwalkan tidak terlambat 9. Briefing Produksi

Breifing produksi merupakan tahap yang penting agar produksi dapat terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan.

10. Shoting

Setelah semua produksi dilakukan dengan baik, langkah berikutnya adalah tahap produksi yaitu shoting. Bisa dikatakan bahwa 70% proses produksi dihabiskan dalam tahap shoting.

11. Evaluasi Kerja Produksi

Evaluasi kerja dalam produksi bertujuan agar kesalahan dan kendala produksi pada hari tersebut tidak terulang kembali pada hari berikutnya.

12. Editing

Tahap terakhir yang dilakukan adalah editing. Hal yang dilakukan tidak hanya memilih gambar dan menggabungkan. pemberihan sentuan seni juga


(18)

perlu dilakukan, seperti visual effect dan sound effect yang mendukung jalannya cerita.

2.4 Teknik Pengambilan Gambar

Untuk Menghasilkan film yang baik penulis memerlukan kajian tentang teknik-teknik yang dibutuhkan saat produksi film. Berikut di bawah ini adalah penjelasan tentang tehnik-tehnik pengambilan gambar yang akan dipakai dalam pembuatan film.

2.4.1 Jenis-jenis Shot

Dalam pembuatan film, komposisi dalam pengambilan gambar sangat dibutuhkan agar gambar terlihat indah dan nyaman dipandang mata jenis-jenis dari pengambilan gambar yang baik dan akan digunakan dalam pembuatan filim tugas akhir adalah sebagai berikut:

1. Extreme Close UP

Merupakan ukuran close up dengan framing lebih memusat atau detail dalam salah satu bagian tubuh atau aksi yang mendukung informasi menurut Widagdo & Gora (2007: 54-57) seperti pada gambar 2.1.


(19)

Gambar2.1 Extreme Close Up (Sumber: http://www.mediacollege.com) 2. Close Up

Close up adalah teknik pengambilan gambar dimana gambar subjek terlihat dekat dan memenuhi ruang frame. seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Close Up

(Sumber: http://www.mediacollege.com/)

3. Medium Close Up

Medium close up adalah pengambilan gambar dengan komposisi framing subjek lebih jauh dari close up. Seperti pada gambar 2.3.


(20)

Gambar 2.3 Medium Close Up (Sumber: http://www.gopixpic.com/)

4. Medium Shot

Secara sedeharna, medium shot merekam gambar setengah badan komposisi framing lebih jauh dari medium close up dan memberi ruang pandang subjek. seperti pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Medium Shot


(21)

5. Long Shot

Long shot memiliki ruang pandang yang lebih luas dibandingkan medium shot seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Long Shot (Sumber: http://galleryhip.com/)

6. Group Shot

Pengambilan gambar untuk sekelompok orang atau sekelompok benda (Asura, 2005: 93). Seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Group Shot


(22)

7. Two Shot

Bila objeknya dua orang dan dalam suasana ramai, terfokus hanya pada dua orang (Asura, 2005: 93). Seperti pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Two Shot

(Sumber: https://veemoze.wordpress.com)

8. Over Shoulder Shot

Digunakan untuk mengambil adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap. Pengambilan gambar melalui bahu dan membelakangi kamera secara bergantian (Asura, 2005: 94). seperti pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Over Shoulder Shot (Sumber: http://raisedonhd.wordpress.com)


(23)

2.4.2 Angle Kamera

Camera angle akan sangat dibutuhkan dalam pembuatan film untuk memaksimalkan rasa dramatis pada cerita. Camera angle yaitu penempatan posisi kamera terhadap suatu sudut tertentu. Dengan sudut pengambilan gambar yang menarik, dapat dihasilkan suatu shot yang menarik. Jenis-jenis Angle kamera menurut Purba (2013: 25-26) adalah sebagai berikut:

1. Low Angle

Sudut posisi kamera berada di bawah mata (pengelihatan manusia). Posisi Low Angle membuat subjek tampak mempunyai kekuatan yang menonjol dan akan terlihat kekuasaannya. Seperti yang terlihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Low Angle (Sumber: http://film-english.com/) 2. Straight Angle

Sudut posisi kamera sejajar dengan pengelihatan mata manusia. Posisi kamera Straight Angle merupakan sudut pengambilan gambar yang normal. Sehingga bisa juga disebut normal angle. Seperti yang terlihat pada gambar 2.10.


(24)

Gambar 2.10 Straight Angle (Sumber: http://review.showermat.eu) 3. High Angle

Posisi sudut kamera High Angle berada di atas pengelihatan manusia. Sudut High Angle membuat subjek tampak tidak mempunyai kekuatan yang menonjol dan tidak mempunyai kekuasaan. Seperti pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 High angle

(Sumber: http://www.elementsofcinema.com) 4. Canted Angle

Canted angle dihasilkan dengan cara memiringkan kamera pada bidang horizontalnya. Gambar yang dihasilkan menjadi dinamis dan labil sehingga dapat menggambarkan fantasi, ketegangan, atau khayalan penonton. Seperti pada gambar 2.12.


(25)

Gambar 2.12 Canted Angle

(Sumber: http://ibfilmsas.wikispaces.com/)

2.4.3 Pergerakan Kamera

Adanya gerakan kamera akan memberikan dimensi yang lain dari suatu gambar dan dapat diperoleh shot-shot yang paling menarik apabila kamera bergerak mengitari dan melintasi adegan yang direkam. Shot-shot yang dihasilkan melalui gerakan kamera memungkinkan penonton mengamati subjek dari titik sudut yang berbeda-beda. Menurut Purba (2013: 32-34) pergerakan kamera terdiri dari berapa jenis diantaranya:

1. Panning

Adalah pengambilan gambar dengan menggerakkan kamera ke arah horizontal tetapi tidak merubah posisi kamera.

a. Following pan: gerakan kamera mengikuti subjek dari kiri ke kanan. Melakukan following pan dalam keadaan long shot agar penonton dapat melihat hubungan yang terjadi antara subjek dengan lingkungannya.


(26)

b. Survening pan: gerakan kamera secara perlahan-lahan menyusuri pemandangan, baik pemandangan hanya sekelompok orang atau pemandangan alam. Gerakan kamera ini akan mengakibatkan para penonton dapat melakukan pengamatan berdasarkan apa yang ingin dilihat dan apa yang terjadi.

c. Intrrupted pan: gerakan halus tapi tiba-tiba dihentikan dengan maksud menghubungkan dua buah subjek dimana subjek tersebut terpisah satu dengan lainnya.

d. Whipe pan: merupakan gerakan panning yang dilakukan demikian cepatnya, sehingga tidak dapat memperhatikan rincian gambarnya. Dengan whipe pan dapat menciptakan hubungan yang dinamis atau komperatif antara subjek-subjek, yakni menghubungkan titik pandang yang berbeda pada scene yang sama, menciptakan kontinuitas dan mengubah titik perhatian, memperlihatkan sebab akibat, memberikan perbandingan.

2. Tilting

Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera kearah vertikal tetapi tidak mengubah posisi kamera. Tujuan dari tilting adalah menunjukan ketinggian atau kedalaman dan menunjukan adanya satu hubungan.

3. Tracking

Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera menjauhi dan mendekati objek.


(27)

4. Zooming

Adalah pengambilan gambar dengan mengubah ukuran gambar dan sudut pandang antara Wide Angle dan Telephoto. Zooming mempengaruhi perspektif dalam suatu adegan.

5. Arching

Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera mengelilingi subjek utama seperti lingkaran penuh. Dalam melakukan arching, kamera melakukan gerakan sapuan sirkuler mengitari subjek.

6. Pedestal dan crane

Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera menggunakan alat penyangga pedestal/crane.

2.5 Genre

Sunarto (2009: 102-103) mengatakan bahwa genre adalah suatu jenis atau tipe cerita. Genre mempunyai aspek-aspek tekstual khusus atau sebuah cara penyampaian pesan. Elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah genre meliputi narasi, seting, macam karakter, gaya, tanda-tanda visual dan aural. Widagdo & Gora (2007: 26) menjelaskan bahwa genre terdiri dari beberapa jenis diantaranya: 1. Aksi (Action)

Film yang bertema tentang aksi mengutamakan perjuangan hidup biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita.


(28)

2. Komedi (Comedy)

Komedi adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor penyajian utama.

3. Drama

Drama adalah jenis film yang mengandalkan faktor prasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang diceritakan.

4. Horor

Horor adalah genre yang mengemas visualisasi hantu yang menegangkan penonton dengan konstruksi dramatik.

5. Kejahatan (Crime)

Genre yang menceritakan kasus-kasus kriminal biasanya berhubungan dengan perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan.

6. Sejarah (History)

Genre yang menceritakan tentang sejarah masa lalu. Baik tokoh maupun pristiwanya (Lutters, 2010: 38).

7. Fiksi Ilmiah (Science Fiction)

Fiksi ilmiah merupakan genre cerita film yang alur, tema dan latarnya diseting secara imajinatif didasarkan pengetahuan, teori dan spekulasi ilmiah (Rampan, 1999: 219).


(29)

2.6 Typografi

Typografi sangat penting bagi sebuah karya seni yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian pesan dalam sebuah media. Tipografi dalam pengertian yang lebih bersifat ilmiah adalah seni dan teknik dalam merancang maupun menata aksara dalam kaitannya untuk menyusun publikasi visual, baik cetak maupun non cetak (Kusrianto, 2010: 1).

2.7 Warna dan Cahaya

Dalam pembuatan film penulis perlu mengkaji tentang teori dasar warna cahaya. Pengertian tentang cahaya sangat penting untuk menghasilkan output yang baik. Cahaya terbagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Cahaya Primer

Cahaya primer adalah warna cahaya utama yang terdiri atas merah, hijau, dan biru. Jika ketiga warna cahaya primer ini dicampur dengan intensitas yang tepat sama maka akan di peroleh cahaya putih. Jika warna cahaya dicampur dengan intensitas yang berfariasi maka akan dihasilkan berbagai warna cahaya.

2. Cahaya Sekunder

Cahaya sekunder adalah warna cahaya yang diperoleh dari pencampuran cahaya primer dengan intensitas yang sama. Misalnya, cahaya warna kuning yang diperoleh dengan cara memadu dua warna cahaya premier merah dan hijau. Demikian pula warna cahaya magenta merupakan perpaduan cahaya warna primer merah dan biru, sedangkan cahaya warna cyan adalah hasil


(30)

perpaduan cahaya primer warna hijau dan biru. Jadi, warna cahaya kuning, magenta, dan cyan adalah warna cahaya sekunder.

3. Cahaya Komplemen

Jika dua warna cahaya dipadukan sehingga menghasilkan cahaya putih maka dikatakan warna cahaya pertama merupakan warna komplemen dari warna cahaya kedua, demikian pula sebaliknya (Umar, 2008:24-25).

2.8 Suhu Warna

Warna memberikan rasa bagi orang yang melihatnya, didalam film warna sangat penting untuk memberikan kesan pagi, siang sore, dan malam. Untuk itu penulis membutuhkan kajian tentang suhu warna secara umum suhu warna dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Tungsten

Dengan karakter kekuning-kuningan hingga kemerah-merahan. Suhu warna = 1.000 – 5.000 Kelvin.

2. Daylight

Dengan karakter normal seperti yang dilihat oleh mata, dengan karakter putih. Suhu warna = 5.500 Kelvin.

3. Flourescent

Dengan karakter kebiruan. Suhu warna = 6.000 – 20.000 Kelvin. (Widiatmoko, Bharata. 2006:55).


(31)

2.9 Time Lapse

Timelapse photography adalah pengembangan dari bidang fotografi yang menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu menjadi sebuah klip video pendek. Periode pemotretan umumnya berdurasi lama, bisa hingga

berjam-jam, sedangkan timing pengambilan foto bisa dibuat berkala setiap

beberapa detik hingga menit, tergantung kebutuhan. Obyek yang difoto biasanya adalah obyek yang punya gerakan sangat lambat, seperti gerakan awan, matahari, bulan, bintang dan sebagainya. Meski begitu timelapse boleh juga dipakai untuk merekam gerakan yang lebih cepat seperti manusia yang berjalan, meski nanti hasilnya gerakan manusia itu akan tampak sangat cepat seperti pada contoh

gambar 2.13 di bawah ini pengambilan Time Lapse dari pagi hingga malam

(Anggara. 2013).

Gambar 2.13 Contoh Time Lapse (Sumber : www.kevinanggara.com)


(32)

2.10 Alur Cerita/Plot

Alur cerita atau plot adalah hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cerita, terutama dalam pembuatan film pendek. Plot yang berkaitan dengan penulisan skenario dapat dibagi menjadi dua plot yaitu plot lurus dan plot cabang. 1. Plot lurus

Plot lurus biasa disebut juga plot linier. Plot ini banyak digunakan dalam pembuatan sekenario untuk cerita lepas semacam telesinema, film, FTV, atau juga serial lepas. Plot linier merupakan plot yang alur ceritanya hanya terfokus kepada konflik tokoh sentralnya dan tidak bisa beralih ke tokoh lain. 2. Plot Cabang

Plot bercabang biasa disebut multi plot. Plot ini paling banyak dipakai pada pembuatan sekenario film serial panjang. Multi plot merupakan plot yang alur dan ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain. Meskipun demikian melebarnya pun tidak boleh terlalu jauh dan harus masih berhubungan dengan tokoh sentral.

2.11 Grafik Cerita

Grafik cerita merupakan hal penting dalam pembuatan cerita, terutama dalam pembuatan film dan serial televisi. Grafik cerita pula berkaitan dengan irama plot yang membangun konflik pada setiap adegan dalam cerita skenario yang akan dibuat. Ada beberapa jenis grafik cerita diantaranya Grafik Aristoteles, Grafik Fraytag’s Pyramide, Grafik Misbach Yusa, Grafik Hudson dan Grafik Elizabeth Lutters. grafik yang akan digunakan adalah grafik Aristoteles dengan


(33)

menggunakan alur cerita tiga babak babak I Pembuka atau perkenalan, Babak II Masalah dan Babak ke III Penutup. Berikut adalah contoh grafik Aristoteles pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Grafik Aristoteles (Sumber : Lutters, 2010:52)

Grafik ini adalah grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles, dan sampai saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis Indonesia untuk membuat skenario, baik skenario teater, sinetron atau film. Grafik inilah yang akan digunakan dalam penyusunan cerita film Tugas Akhir (Lutters, 2010:52).


(34)

27

Pada bab III ini menjelaskan tentang metode penelitian dan konsep perancangan karya dalam pembuatan film pendek. Yang nantinya akan diimplementasikan ke dalam proses produksi karya film Tugas Akhir ini.

3.1 Metodologi

Untuk mengkaji dari permasalahan yang telah diuraikan ke dalam sebuah film, penulis membutuhkan metodologi penelitian. Metodologi penelitian adalah memperbincangkan hubungan antara teori dengan suatu penelitian (Ismail, 2009: iii). Metodologi penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini dikarenakan tujuan dari metode kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita (Raco, 2010: 2).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pemantapan karya dibutuhkan perancangan yang benar-benar matang yaitu dengan melakukan studi kelayakan tentang metode yang digunakan dalam peroses pengumpulan data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Di dalam pembuatan film pendek ini penulis membutuhkan data yang mendukung perancangan film. Untuk memenuhi kebutuhan penulis menggunakan beberapa cara yaitu:


(35)

3.2.1 Studi Literatur

Studi literatur ialah serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan-bahan penelitian (Zed, 2008: 2). Dalam hal ini penulis menggunakan sumber buku dan internet unuk mengumpulkan data. Sumber-sumber data yang digunakan sebagai berikut:

1. Buku yang berjudul The art of watching film (Joseph M. Boggs)

Dari buku yang berjudul The Art of Watching Film ini menjelaskan bahwa film memiliki sesuatu yang unik dan dapat dibedakan dari segenap media lain, disebabkan film memiliki tiga unsur yaitu gambar, suara dan gerak yang membuat citarasa kenyataan melimpah ruah yang dapat disampaikan, sehingga film lebih berpengaruh dibandingkan dengan media lain.

2. Buku yang berjudul Menjelajahi Bintang Galaksi Dan Alam Semesta (Gunawan A. Admiranto)

Polusi cahaya menimbulkan dampak negatif yaitu hilangnya pesona langit pada malam hari.

3. Buku yang berjudul Astronomi (Robin Kerrod)

Adanya polusi cahaya akibat lampu kota semakin mempersulit upaya manusia untuk menikmati keindahan langit pada malam hari. Selain itu polusi cahaya juga dapat mengganggu pengamatan astronomi.

4. Di dalam sebuah jurnal Kabar Indonesia yang berjudul Sastra Tanpa Riset (Anjrah Lelono Broto)


(36)

Fiksi ilmiah sendiri oleh publik sastra tanah air secara sempit didefinisikan hanya sebagai karya sastra yang berkisah tentang teknologi-teknologi masa depan. Padahal tidak hanya seperti itu, setiap karya sastra yang menggunakan unsur-unsur fakta, data, maupun pristiwa yang didapatkan melalui riset dengan validitas metodologi dapat digolongkan sebagai fiksi ilmiah.

5. Bosscha Observatory

Polusi cahaya adalah merujuk pada suatu keadaan cahaya yang berlebih, baik dari sumber-sumber alamiah maupun dari sumber buatan.

6. Buku yang berjudul Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film Dokumenter (Gatot Prakosa)

Film pendek mengarah pada pencarian bentuk alternatif pada media itu sendiri dan didukung oleh peroses pengambilan gambar yang singkat dan jelas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa polusi cahaya dapat mengganggu penggamatan astronomi dan keindahan langit malam yang diinformasikan melalui media film, film sendiri sebagai sarana penyampaian pesan yang lebih baik dari media lain dengan kelebihannya. Dibantu menggunakan genre fiksi ilmiah yang selama ini hanya dihanggap sebagai genre yang mengkisahkan teknologi dan masa depan.

Keyword: Visual, Polusi, Astronomi, Ilmiah, cahaya, film pendek. 7. Anggara

Timelapse photography adalah pengembangan dari bidang fotografi yang menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu menjadi sebuah klip video pendek. Periode pemotretan umumnya berdurasi lama, bisa


(37)

hingga berjam-jam, sedangkan timing pengambilan foto bisa dibuat berkala setiap beberapa detik hingga menit, tergantung kebutuhan Obyek yang difoto biasanya adalah obyek yang punya gerakan sangat lambat, seperti gerakan awan, matahari, bulan, bintang dan sebagainya. Meski begitu timelapse boleh juga dipakai untuk merekam gerakan yang lebih cepat seperti manusia yang berjalan, meski nanti hasilnya gerakan manusia itu akan tampak sangat cepat. Keyword: Fast (cepat)

3.2.2 Studi Eksisting

Untuk pematangan ide dan konsep dalam pembuatan film Tugas Akhir ini penulis membutuhkan studi eksisting untuk mengkaji karya film fiksi ilmiah yang sudah ada. Beberapa karya film fiksi ilmiah diantaranya:

1. Merv

Gambar 3.1 Tampilan Film Merv (Sumber: www.youtube.com)

Film pendek yang berjudul Merv ini bergenre fiksi ilmiah yang disutradai oleh Matt Inns bercerita tentang seorang peria yang bernama Merv hidup sendiri setelah kiamat melanda Bumi. Merv merawat tumbuhan terakhir yang ada di bumi yaitu Bunga Mawar, Limbah kesepian, membosankan hingga


(38)

pada akhirnya sinyal radio Merv pun berbunyi dan ternyata ada orang kedua. Orang keduanyapun adalah seorang wanita. Film pendek ini memiliki kisah yang menarik kesan ekperimen dalam genre fiksi ilmiah sangat terlihat. Studi eksisting yang akan diambil didalam film ini adalah eksperimen.

Keyword: Experiment (eksperimen) 2. The Island

The Island merupakan film panjang yang bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Michael Bay. Film ini menceritakan tentang penggandaan manusia (cloning) yang berada di dalam suatu tempat rahasia yang disebut The Island. Hampir semua manusia yang hidup ditempat itu palsu yang terbentuk dari hasil penggandaan. Sehingga seorang tokoh utama dalam film itu penasaran dan ingin tahu tentang tempat yang ia tinggali. Hingga akhirnya dia berhasil keluar dari tempat tersebut. Studi eksisting yang diambil dari film The Island adalah penokohan karakter yang bersifat ingin tahu.

Gambar 3.2 Film The Island (Sumber: www.imdb.com) Keyword: Enthusiastic (atusias)


(39)

3. Inception

Inception juga merupakan film panjang yang bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Christopher Nolan. Film Inception berceritakan tentang penjelajahan mimpi menggunakan teknologi. Film Inception memiliki cerita yang cukup berat dan membingungkan. Film yang membuat para penonton berfikir tentang alur ceritanya dengan kata lain mengasah otak.

Inception juga merupakan film panjang yang bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Christopher Nolan. Film Inception berceritakan tentang penjelajahan mimpi menggunakan teknologi. Film Inception memiliki cerita yang cukup berat dan membingungkan. Film yang membuat para penonton berfikir tentang alur ceritanya dengan kata lain mengasah otak.

Studi Eksisting yang diambil dari film Inception adalah tehnik penceritaan yang cukup mengasah otak.

Gambar 3.3 Film Inception (sumber: www.imdb.com) Keyword: Brain teaser (Tes Otak)


(40)

3.2.3 Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden yang bersifat pengumpulan data (Budiarto, anggraeni 2003: 40). Adapun hasil dari ringkasan data yang penulis dapatkan dari narasumber yang merupakan pakar fiksi ilmiah, astronomi dan keindahan.

1. Yusron Fuadi

Yusron Fuadi adalah orang yang berpengalaman di dalam pembuatan film fiksi ilmiah mengatakan bahwa. Film fiksi ilmiah bisa mengandung unsur apapun mau digabung sama romantic, jadinya back to the future digabung dengan filosofi jadinya 2001: A space oddysey digabung dengan thriller jadinya minority report digabung kungfu jadinya the matrix digabung kisah samurai jadinya s .

Kelebihan film fiksi ilmiah bisa jadi penanda jaman yang kalau bagus bahkan bisa menginspirasi dunia ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Kelebihan lain Indonesia masih kekurangan sutradara fiksi ilmiah. Kekurangannya bisa mahal kalau tidak pakai otak bikinnya. Sudah saatnya di bikin karya yang bisa dibanggakan di genre itu.

Keyword: Rare (langkah). 2. Hendy Wicaksono

Hendy Wicaksono adalah seorang fotografer profesional yang memiliki banyak pengalaman tentang foto malam hari. Hendy Wicaksono mengatakan dari segi pengganti foto sih ada dua hal, bisa dikatakan merusak keindahan


(41)

langit, jika kita sedang berkonsentrasi untuk mengabdikan gugusan bintang dikarenakan polusi cahaya akan turut mempengaruhi eksposure yang akan dibaca oleh kamera dan hal tersebut berpengaruh pada hasil foto yang kurang tajam serta ngefog atau berkabut dan saat kamera membaca kelangit yang notaben gelap maka pusat polusi cahaya akan over eksporsur atau kelebihan cahaya dikarenakan kamera hanya mampu membaca satu eksposure yaitu under, normal dan over. Kalau segi baiknya polusi cahaya dapat berperan sebagai point of intrest atau pusat dari perhatian mata pada saat kita melakukan foto cityscape, gugusan cahaya akan menimbulkan kesan tersendiri terhadap gambar yang dihasilkan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari data wawancara yang terdiri dari beberapa sumber adalah di Indonesia sendiri masih kekurangan sutradara fiksi ilmiah dan polusi cahaya dapat merusak keindahan langit, mengganggu pengamatan jika sedang berkonsentrasi untuk mengabdikan gugusan bintang. Keyword: Effect.

3.2.4 Segmentasi, Targeting, Positioning

Segmentasi dan targeting dibutuhkan untuk memenuhi standar pembuatan film yaitu sebagai berikut:

1. Segmentasi

Segmentasi yang digunakan dalam projek tugas akhir ini yaitu segmentasi demografis usia remaja dan dewasa 18 sampai 35 tahun


(42)

2. Targeting

Target penonton mahasiswa atau masyarakat yang terpelajar hingga dapat mudah memahami tentang polusi cahaya.

3. Positioning

Positioning yang ingin dicapai didalam Tugas Akhir ini adalah menempatkan film pendek ini dengan kisah antusias seorang pemuda dalam mengatasi Polusi Cahaya.

Keyword: Realize

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisa data interaktif, yakni terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Reduksi data

Pada tahap ini penulis meringkas dan mengklasifikasikan data-data yang penulis dapatkan berdasarkan wawancara pada pihak terkait, studi pustaka dan study eksisting.

2. Penyajian data

Pada bagian ini, penulis menyajikan hasil analisis dari wawancara, studi pustaka dan studi eksisting.

3. Kesimpulan

Pada tahap ini, penulis menyimpulkan hasil dari analisis data, untuk mendapatkan keyword untuk konsep dasar proyek tugas akhir ini.


(43)

3.4 Reduksi dan Penyajian Data

Pada tahap penyajian data ini penulis memaparkan hasil dari pengolahan data yang telah direduksi untuk dapat ditelaah lebih lanjut guna menghasilkan keyword, Seperti pada tabel 3.1 berikut ini.


(44)

(45)

3.5 Keyword

Dari penyajian data yang telah dianalisis, kembali dikaji untuk mendapatkan keyword baru. Selanjutnya keyword baru tersebut akan dipergunakan sebagai konsep dalam pembuatan film pendek.

Dari data-data pada penyajian data tersebut telah ditemukan tiga hasil data keyword yaitu modern (moderen), disrupt (mengganggu), dan innovation (inovasi). Dari keyword tersebut disederhanakan kembali menjadi keyword yang akan mewakili tiga kata tersebut yaitu intelligent (cerdas).

Dalam Oxford Dictionaries (oxforddictionaries.com) intelligent yang berarti “keadaan dan tindakan dalam menanggapi berbagai sesuatu” dan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) “Sempurna perkembangan akal budinya untuk berfikir, mengerti dan sebagainya”.

Berdasarkan keyword modern (moderen), disrupt (mengganggu), dan innovation (inovasi) masing masing dapat dicocokan dalam pengertian Advisories (Himbauan) dan Rational (Mampu berpikir bijaksana atau logis) dan disederhanakan kembali menjadi Intelligent, yaitu cerdas dalam perkembangan dan penyelesaian masalah. Dari hasil tersebut di atas dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut ini.


(46)

Gambar 3.4 Bagan Keyword (Sumber: Olahan Pribadi)

3.6 Analisa Warna

Setelah menemukan keyword selanjutnya adalah analisa warna, warna yang yang akan digunakan pada perancangan film pendek ini didapatkan dari teori Shigenobu Kobayasi, pemilihan warna mengacu pada konsep yaitu intelligent (cerdas). Warna yang dipilih seperti pada gambar 3.7 berikut ini:


(47)

Gambar 3.5 Warna (Sumber : Kobayashi, 1998)

Warna di atas berhasil didapatkan dari keyword intelligent dan didapatkan dalam jenis warna bersifat rational (rasional). Di dalam Kamus Oxford (oxforddictionaries.com) rational adalahmampu berfikir bijaksana atau logis.

3.7 Analisa Tipografi

Tipografi merupakan salah satu komponen terpenting di dalam dunia desain dan multimedia. Di dalam Tugas Akhir ini tipografi yang terpilih adalah tipografi berjenis sans serif seperti pada gambar 3.8.

Gambar 3.6 Huruf Serif dan Sans Serif (Sumber: Moser, 2003)

Jenis huruf sans serif merupakan huruf-huruf populer pada era moderen, tipografi sans serif terdiri dari dua kata yaitu sans yang artinya tidak dan serif


(48)

yang artinya font dengan lengkung diujungnya. Sifat yang tanpa lengkung menjadikan sans serif bernuansa tegas jelas dan berkarakter.

Huruf yang terpilih adalah Dense yang termaksud dalam sans serif typografi seperti pada gambar 3.7 berikut ini.

Gambar 3.7 Font Dense (Sumber: creativebloq.com)

Huruf yang dibuat oleh seniman Kanada Charles Daoud ini berkesan Serbaguna, pintar, Geometris dan elegant cocok dengan konsep Tugas Akhir yaitu Intelligent.

3.8 Ide dan Konsep

1. Ide

Ide dalam pembuatan film pendek ini yaitu membuat film pendek tentang polusi cahaya yang dapat memberitahu penonton tentang dampak dampak polusi cahaya yang dikemas di dalam salah satu media komunikasi massa yaitu media film.

2. Konsep

Berdasarkan keyword intelligent yang mencerminkan kecerdasan dalam penyelsaian masalah. Dari keyword tersebut akan dikembangkan menjadi


(49)

film pendek dengan genre film fiksi ilmiah, hal ini disebabkan karena fiksi ilmiah film yang berunsur ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan penambahan visual effect dan time lapse film ini akan sangat berbeda dengan film terdahulu.

3.9 Perancangan Karya

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat di buat konsep prancangan karya tugas akhir seperti bagan gambar 3.9 berikut ini

Gambar 3.8 Bagan Perancangan Karya (Sumber: Olahan Pribadi)

3.9.1 Pra Produksi

Pra Produksi merupakan suatu tahap awal proses pembuatan film, Dimulai dari sebuah masalah adapun kejelasannya sebagai berikut:


(50)

1. Masalah

Masalah merupakan inti dasar dari pembuatan film tugas akhir ini yang disebabkan berada di area pendidikan, masalah didapatkan dari suatu hal yang ganjil dan patut diteliti.

a. Wawancara

Setelah menemukan masalah mulailah menggumpulan data dengan berbagai metode salah satunya wawancara.

b. Studi literatur

Pengumpulan data melalui sumber-sumber internet dan buku. c. Studi Eksisting

Pengumpulan data dengan cara mengkaji karya sejenis yang pernah ada. 2. Riset

Setelah melakukan pembelajaran tentang masalah didapatkanlah data-data yang akan diolah menjadi konsep dan ide cerita.

3. Ide Cerita dan Konsep

Ide cerita dan konsep merupakan gagasan awal dalam pembuatan film, ide cerita terdiri dari:

a. Sinopsis

b. Naskah Skenario c. Treatment d. Story Board


(51)

4. Kru Produksi

Setiap pembuatan film membutuhkan kru produksi yang sesuai dengan bidang yang ada di lapangan, yang terdiri dari beberapa divisi sebagai berikut.

a. Produser b. Sutradara c. Casting d. Reherseal e. Artistik f. Sound

g. Director Of Photograpy h. Editor

i. Visual effect j. Music 5. Casting

Tahap casting merupakan salahsatu bagian yang tidak mudah yaitu memilih pemeran untuk film yang akan di buat.

6. Location

Menentukan lokasi penggambilan gambar. 7. Budgeting

Menentukan dan menyiapkan anggaran keseluruhan yang dibutuhkan dalam pembuatan film.


(52)

8. Chall sheet

Chall sheet merupakan susunan jadwal kerja dalam pembuatan film. 9. Briefing produksi

Briefing produksi merupakan tahap yang penting agar produksi dapat terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan (Widagdo & Gora 2007: 5-7).

3.9.2 Produksi

Tahap produksi mulai pada pembuatan karya yang telah direncanakan dan tiperhitungkan adapun proses produksi sebagai brikut.

1. Shoting

Shoting merupakan proses penggambilan gambar, shoting pula yang menentukan berhasil atau tidak seorang sutradara dalam pembuatan film. Shoting juga terdiri dari beberapa komponen penting yaitu sebagai berikut: a. Tata Setting

b. Tata cahaya c. Tata kostum d. Tata rias 2. Take Audio

Disaat produksi tidah hanya melakukan pengambilan gambar tetapi juga melakukan pengambilan suara yang dilakukan bersamaan di saat shoting, penggambilan suara.


(53)

3. Evaluasi Kerja Produksi

Evaluasi kerja dalam produksi bertujuan agar kesalahan dan kendala produksi pada hari tersebut tidak terulang kembali pada hari berikutnya.

4. Editing Video

Proses editing merupakan proses memilih hasil shooting yang sempurna lalu digabungkan melalui komputer dengan menggunakan aplikasi editing video. 5. Visual Effect

Visual effect merupakan sentuhan effect visual yang diberikan ke dalam film dan video.

6. Color Grading

Mengoreksi warna dalam video agar warna yang dihasilkan sesuai dengan konsep.

7. Editing Audio

Editing audio berfungsi untuk memperbaiki suara suara yang sekiranya tidak sesuai dengan yang diinginkan.

8. Musik

Pemberian nada pada suatu adegan agar suasana cerita dapat dirasakan secara nyata (Widagdo & Gora 2007: 5-7).

3.9.3 Pasca Produksi

Pasca produksi merupakan proses setelah produksi, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut.


(54)

1. Ofline

Editing yang hanya sebatas struktur yang sesuai dengan jalan cerita 2. Online

Editing yang telah tuntas dan siap dipreview 3. Preview

Melihat kembali lebih detil hasil video atau film yang telah selsai. 4. Revisi

Memperbaiki jika ada kesalahan disaat preview. 5. Publikasi

Penerbitan film atau video yang berhasil dibuat (Widagdo & Gora 2007: 5-7).

3.10 Sekenario

Skenario adalah blue print dalam sebuah film adapun urutannya yang terdiri sebagai berikut.

3.10.1 Sinopsis

Fatih merupakan seorang anak dari keluarga ilmuan. Setelah ayah dan ibunya meninggal Fatih tinggal bersama bibinya yang merupakan dosen di universitas kesenian. dia berhasil menjadi sarjana seni di Universitas Kesenian dengan keahlian fotografinya.

Fatih sangat mencintai kesunyian pada malam hari. Fatih selalu merasa risih dan berfikir tentang bintang-bintang yang selalu bersembunyi pada saat malam hari. Fatih sadar bahwa kota terkena polusi cahaya. Fatih memulai petualangnya


(55)

lalu Fatih bertemu dengan seorang mahasiswa astronomi yang bernama Nimitya ambrawati.

Penelitian dimulai oleh Fatih dan Nimitya segala rintangan mereka hadapi bersama, namun tiba-tiba data penelitian Faith dicuri. Fatih Frustasi dan kebingungan antara melanjutkan atau membatalkan penelitiannya.

3.10.2 Treatment

1. INT.KAMAR FATIH.SOREH HARI

Fatih sedang mengetik lalu mengklik submit your photo pada layar laptop. suara klik. Fatih berdiri dari tempat duduknya mengemaasi telescopenya. Time lapse dari ketinggian lampu rumah menyala satu persatu. View kota dari ketinggian

2. EXT.TAMAN.MALAM HARI

Fatih membuka tas mengambil kertas dan pulpen dan menggambar typografi. Fatih menaruh kertas dipaha menggambar “withot darkness stars cant shine stop light polution”. lampu jalan/taman menyala. Nimitya berjalan lalu duduk di sebelah Fatih dan memainkan hp. Suara tangis ber bisik bisik. Fatih menoleh ke arah Nimitya. Nimitya menutup mulut dan hidungnya sambil menangis.

3. EXT.JALAN.MALAM.HARI


(56)

4. INT.KAMAR.MALAM HARI

Fatih mengeliarkan telescope dan kertas lalu menempelkan hasil karyanya di mading.

5. EXT.TAMAN.MALAM HARI

Fatih duduk di kursi taman dan sedang mengetik lalu mengklik submit your photo(twitter). Sesaat Nimityapun datang dan memberi tahu Fatih tempat melihat bintang.

6. INT.KAMAR.MALAM HARI

Fatih mengeluarkan telescopenya lalu diletakan di atas meja, Fatih membuka komputer dan mengketik earth hour. Fatih berbicara sambil menutup mulut menggunakan tangannya dan tersenyum. Suara printer.

7. EXT.JALANAN.MALAM HARI

Fatih memasang poster polusi cahaya di jalanan 8. INT. KAMAR FATIH.MALAM HARI

Fatih memasang poster polusi cahaya di mading 9. INT.KAMAR FATIH. SOREH HARI

Suara notification dari laptop 10x secara beruntun, establishingfoto2 dikamar fatih, fatih membuka laptop. Fatih memegang dagunya sambil tersenyum. Fatih melihat gambar typo earth hour yang ada nomernya Nimitya. Fatih bergegas pergi. Setelah pergi seseorang mencuri leptop Fatih.

10. EXT.TAMAN.SOREH HARI

Fatih berjalan menuju tempat duduk taman. Nimitya duduk di bangku taman sambil membaca buku lalu Fatih datang dan duduk di samping Nimitya.


(57)

11. INT.KAMAR FATIH.MALAM HARI

Fatih duduk di kursi meja laptop nunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

12. INT.KAMARFATIH.PAGI HARI

Dua bulan kemudian, meja Fatih penuh dengan debu, establishing kamar Fatih, Fatih sedang tertidur terlihat sangat berantakan. Suara hp. fatih menulis dengan jari di atas mejanya yang berdebu.

13. EXT.BUKIT.MALAM HARI

Lampu kota mati satu persatu. Kota gelap dan terlihat bintang yang indah.

3.10.3 Storyboard

Terlampir

3.10.4 Call Sheet


(58)

3.10.5 Karakter Tokoh

Di dalam film ini penulis menggunakan dua karakter tokoh, kedua karakter ini memiliki karakter yang berbeda. Berikut penjelasan kedua karakter pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Tokoh

3.11 Anggaran Dana Budgeting

Dana merupakan hal yang penting dalam pembuatan film rincian anggaran dana dimulai dari anggaran dana keseluruhan, pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Adapaun anggaran dana keseluruhan seperti pada tabel 3.4 berikut:

No Tokoh Fisiologis Psikologis Sosiologis

1 Muhammad Al Fatih -Tampan -Rambut pendek - tindikan - Santai - Tegas - Pendiam - menyukai langit -Tinggal di rumah - Seorang fotografer

2 Nimitya Ambarwati - Cantik - kulit bersih - Rambut panjang - Pintar - Cengeng - menyukai langit -Tinggal di rumah - seorang astronom


(59)

Tabel 3.4 Anggaran Dana Keseluruhan

Setelah anggaran keseluruhan penulis akan menjelaskan anggaran dana pra produksi pada tabel 3.5 berikut

Tabel 3.5 Anggaran dana Pra produksi

Setelah merincikan dana yang dibutuhkan didalam pra produksi penulis melanjutkan anggaran dana produksi dan apa saja yang dibutuhkan dalam produksi seperti pada tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Anggaran dana Produksi

No Keterangan Biaya

1 Pra produksi 838.000

2 Produksi 11.570.000

3 Pasca produksi 1.700.000


(60)

Tabel 3.6 Anggaran dana Produksi

Setelah produksi mulailah merincikan anggaran dana pasca produksi yang merupakan kebutuhan publikasi, seperti pada gambar 3.7 berikut:

Table 3.7 Anggaran dana Pasca produksi

No Keterangan Harga satuan Qty Total

1 Kartu nama 5.000 20 100.000

2 Sticker 10.000 5 50.000

3 Pameran 1.500.000 - 1.500.000

4 Poster 50.000 1 50.000

Total 1.700.000

3.11 Publikasi

Dalam tahap publikasi penulis merancang desain konsep pada poster sticker dan cover cd.


(61)

1. Poster

Konsep yang digunakan pada poster adalah dua karakter tokoh melakukan perannya, Fatih menggambar dan Nimitya membaca mereka dikelilingi oleh bintang dan di bagian bawah terdapat gambaran kota yang sedang tercemar polusi cahaya. Contoh sketsa padagambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9 Sketsa poster (Sumber: Olahan Pribadi) 2. Stiker

Konsep pada sticker menggunakan desain yang sama pada poster tetepi ukurang sticker lebih kecil dari ukuran poster. Contoh pada gambar 3.10 berikut.


(62)

Gambar 3.10 Sketsa Sticker (Sumber: Olahan Pribadi) 3. Cover dan Sampul DVD

Cover dvd menggunakan konsep bintang-bintang dilangit. dan sampul dvd melihatkan polusi cahaya. Kesimpulanya dibalik polusi cahaya ada bintang-bintang yang indah contoh pada gambar 3.11 dan 3.12 berikut.

Gambar 3.11 Sketsa cover DVD (Sumber: Olahan Pribadi)


(63)

Gambar 3.12 Sketsa sampul DVD (Sumber: Olahan Pribadi)


(64)

75 5.1 Kesimpulan

Didalam pembuatan proyek Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Fiksi Ilmiah Tentang Polusi Cahaya Surabaya Dengan Visual Effects Timelapse Guna Menyikapi Keindahan Cakrawala” dapat di simpulkan Total durasi 18 menit, dan melalui proses Praproduksi, Produksi hingga Pasca produksi, didukung dengan genre fiksi ilmiah dan visual effects time lapse didalamnya sehingga memberikan kesan pengetahuan yang wajib dimengerti oleh para penonton.

5.2 Saran

Diharapkan dari pembuatan proyek tugas akhir ini dapat di implementasikan dengan bijaksana umumnya bagi kalangan yang berpendidikan tentang masalah besar polusi cahaya.

Diharapkan pula penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dengan tehnik-tehnik yang lebih menarik dan konsep yang lebih mendalam tentang polusi cahaya.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Admiranto A. Gunawan. 2009. Menjelajahi Bintang Galaksi Dan Alam Semesta.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Asura, Enang Rokajat. 2005. Menulis Skenario Dari Iklan Sampai Sinetron.

Yokyakarta: Penerbit ANDI.

Arief, M. Sarif. 2010. Politik Film Di Hindia Belanda. Jakarta Penerbit:

Komunitas Bambu.

Boggs, M. Joseph. 1992. The Art Of Watching Film. Jakarta: Penerbit Yayasan

Citra.

Budiarto, Dr. Eko & Anggraeni Dr. Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi.

Jakarta: Penerbit EGC.

Ismail, Rizabuana. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Medan: Penerbit

USUpress.

Mosser, Mike. 2003. United We Brand. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kerrod, Robbin. 2005. Astronomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kobayashi, Shigenobu. 1992. Color Image Scale. USA: Penerbit Kodansha.

Komputer, Wahana. 2008. Video Editing Dan Video Production. Jakarta: Penerbit

PT Elex Media Komputindo.

Kusrianto, Adi. 2010. Pengantar Tipografi. Jakarta: Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

Lutters. Elisabeth. 2010. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Penerbit

PT.Grasindo.

Malaky, Al Ekky. 2004. Remaja Doyan Nonton. Jakarta : Penerbit DAR! Mizan.

Prakosa, Gatot. 2008. Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, Dan Film


(66)

Purba, Januarius Andi, S.Sn, SE, S.PT. 2013. Shooting Yang Benar!. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Raco, Dr. J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Rampan, Korrie Layun. 1999. Aliran Jenis Cerita Pendek. Jakarta: Penerbit Balai

Pustaka.

Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan, Dan Perempuan. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Penerbit Graha

Ilmu.

Umar, Dr Efrizon. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Penerbit Media Pusindo.

Widagdo, M. Bayu & Gora, S. Winastwan. 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah.

Yoyakarta: Penerbit ANDI.

Widiatmoko, Destria & Bharata, Wahyudi Jimmy. 2006. Dunia Fotografi dan

Seni Digital. Jakarta: Pernerbit Pt Elex Media Komputindo

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Penerbit Yayasan

Obor Indonesia.

Sumber Internet:

Anggara, Kevin. 2013 “Belajar Bikin Time Lapse”

(http://www.kevinanggara.com/2013/12/belajar-bikin-timelapse.html). Diakses 20 Agustus 2015.

Broto, Anjrah Lelono. 2014 “Sastra Tanpa Riset” Kabar Indonesia

(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Sastra+Tanpa+Ri set&dn=20141002194402). Diakses 21 Oktober 2014.

Observatory, Bosscha. 2011. ”Informasi Polusi Cahaya”. Institut Teknologi

Bandung.


(1)

1. Poster

Konsep yang digunakan pada poster adalah dua karakter tokoh melakukan perannya, Fatih menggambar dan Nimitya membaca mereka dikelilingi oleh bintang dan di bagian bawah terdapat gambaran kota yang sedang tercemar polusi cahaya. Contoh sketsa padagambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9 Sketsa poster (Sumber: Olahan Pribadi) 2. Stiker

Konsep pada sticker menggunakan desain yang sama pada poster tetepi ukurang sticker lebih kecil dari ukuran poster. Contoh pada gambar 3.10 berikut.


(2)

Gambar 3.10 Sketsa Sticker (Sumber: Olahan Pribadi) 3. Cover dan Sampul DVD

Cover dvd menggunakan konsep bintang-bintang dilangit. dan sampul dvd melihatkan polusi cahaya. Kesimpulanya dibalik polusi cahaya ada bintang-bintang yang indah contoh pada gambar 3.11 dan 3.12 berikut.

Gambar 3.11 Sketsa cover DVD (Sumber: Olahan Pribadi)


(3)

Gambar 3.12 Sketsa sampul DVD (Sumber: Olahan Pribadi)


(4)

75

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Didalam pembuatan proyek Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Fiksi Ilmiah Tentang Polusi Cahaya Surabaya Dengan Visual Effects Timelapse Guna Menyikapi Keindahan Cakrawala” dapat di simpulkan Total durasi 18 menit, dan melalui proses Praproduksi, Produksi hingga Pasca produksi, didukung dengan genre fiksi ilmiah dan visual effects time lapse didalamnya sehingga memberikan kesan pengetahuan yang wajib dimengerti oleh para penonton.

5.2 Saran

Diharapkan dari pembuatan proyek tugas akhir ini dapat di implementasikan dengan bijaksana umumnya bagi kalangan yang berpendidikan tentang masalah besar polusi cahaya.

Diharapkan pula penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dengan tehnik-tehnik yang lebih menarik dan konsep yang lebih mendalam tentang polusi cahaya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Admiranto A. Gunawan. 2009. Menjelajahi Bintang Galaksi Dan Alam Semesta.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Asura, Enang Rokajat. 2005. Menulis Skenario Dari Iklan Sampai Sinetron.

Yokyakarta: Penerbit ANDI.

Arief, M. Sarif. 2010. Politik Film Di Hindia Belanda. Jakarta Penerbit:

Komunitas Bambu.

Boggs, M. Joseph. 1992. The Art Of Watching Film. Jakarta: Penerbit Yayasan

Citra.

Budiarto, Dr. Eko & Anggraeni Dr. Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi.

Jakarta: Penerbit EGC.

Ismail, Rizabuana. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Medan: Penerbit

USUpress.

Mosser, Mike. 2003. United We Brand. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kerrod, Robbin. 2005. Astronomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kobayashi, Shigenobu. 1992. Color Image Scale. USA: Penerbit Kodansha.

Komputer, Wahana. 2008. Video Editing Dan Video Production. Jakarta: Penerbit

PT Elex Media Komputindo.

Kusrianto, Adi. 2010. Pengantar Tipografi. Jakarta: Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

Lutters. Elisabeth. 2010. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Penerbit

PT.Grasindo.

Malaky, Al Ekky. 2004. Remaja Doyan Nonton. Jakarta : Penerbit DAR! Mizan.

Prakosa, Gatot. 2008. Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, Dan Film


(6)

Purba, Januarius Andi, S.Sn, SE, S.PT. 2013. Shooting Yang Benar!. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Raco, Dr. J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Rampan, Korrie Layun. 1999. Aliran Jenis Cerita Pendek. Jakarta: Penerbit Balai

Pustaka.

Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan, Dan Perempuan. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Penerbit Graha

Ilmu.

Umar, Dr Efrizon. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Penerbit Media Pusindo.

Widagdo, M. Bayu & Gora, S. Winastwan. 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah.

Yoyakarta: Penerbit ANDI.

Widiatmoko, Destria & Bharata, Wahyudi Jimmy. 2006. Dunia Fotografi dan

Seni Digital. Jakarta: Pernerbit Pt Elex Media Komputindo

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Penerbit Yayasan

Obor Indonesia. Sumber Internet:

Anggara, Kevin. 2013 “Belajar Bikin Time Lapse”

(http://www.kevinanggara.com/2013/12/belajar-bikin-timelapse.html). Diakses 20 Agustus 2015.

Broto, Anjrah Lelono. 2014 “Sastra Tanpa Riset” Kabar Indonesia

(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Sastra+Tanpa+Ri set&dn=20141002194402). Diakses 21 Oktober 2014.

Observatory, Bosscha. 2011. ”Informasi Polusi Cahaya”. Institut Teknologi

Bandung.