Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Dan Pengawasan Internal Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah (Survey Pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

(1)

1

Oleh: Putri Wulan Sari

Pembimbing:

Dr. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si.,Ak ABSTRAK

The purpose of this study is to determine how much the influence of public sector accounting and internal controls on the performance of government agencies the plantation office of West Java Province.

The method used in this research are descriptive and verifycative methods. Descriptive method is used to describe the variable of public sector accounting, internal control and performance variable. Is used statistical test using SmartPLS 2.0 software to determine the effect of application influence of public sector accounting and internal controls.

The results of this study indicate theat the implementation of public sector accounting significantly affect positively on the performance of government agencies, and unternal controls significantly affect positively to the government agency in the Plantation Office Of West Java Province.

Keywords: public sector accounting, internal control, performance I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era otonomi daerah terjadi perubahan transformasi paradigma akuntabilitas vertikal (kepada pemerintah atasan) menjadi akuntabilitas kepada masyarakat di daerah. Perubahan ini menurut mekanisme akuntabilitas dari manajemen pemda kepada masyarakat di daerah selaku pemberi mandat (Mardiasmo, 2002).Sebagaimana yang dimaksudkan di dalam Undang-undang No.22 tahun 1999 yang diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Salah satu wewenang yang menjadi urusan rumah tangganya sendiriadalah bidang Keuangan Daerah (Wawan Sukmawan. 2009).

Peran pemerintah daerah sangat menyentuh kehidupan masyarakat, bahkan sering layanan yang merupakan produk pemerintah daerah tersebut juga menyangkut kualitas hidup masyarakat dan hasil yang dicapainya menunjukan tingkat peradaban masyarakat.Masyarakat terus berkembang dengan segenap tuntutannya, demikian juga pemerintah daerah.Hal ini berimplikasi pada kompleksitas layanan yang semakin tinggi. Dan membawa pada suatu implikasi lanjutan terhadap tuntutan peningkatan kinerja dan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah (Mardiasmo, 2002).

Kinerja intansi pemerintah merupakan salah satu bagian isu kebijakan yang strategis karena saat ini perbaikan kinerja intansi pemerintah berdampak pada upaya terciptanya good governance. Perbaikan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan politik (Agus Dwiyanto,2002). Pengukuran dan penilaian kinerja merupakan hal yang sangat vital karena peningkatan kualitas dan compability informasi keuangan pemerintah menjadi tugas yang penting (Urip Santoso, 2008).

Terdapat beberapa kasus dalam kinerja intansi pemerintah yang di sampaikan oleh BPK, diantaranya adalah kelemahan pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan undang-undang. Selain itu terdapat 3 merupakan temuan yang merugikan nergara sebesar .


(2)

2

yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penetapan ukuran-ukuran yang dapat digunakan adalah adanya nilai ekonomis dan efisiensi dari laporan keuangan serta efektifitas penggunaan sumber daya (Value For Money) dan terlihat secara jelas outcome yang di hasilkan (Urip Santoso, 2008).

Di sisi lain, untuk mewujudkan kinerja pemda yang sesuai value for money (economy, efficiency, effective), perlu peningkatan peran fungsi aparat pemeriksa fungsional pemerintah lingkungan Pemda (Mardiasmo, 2009). Fungsi aparat pemeriksa fungsional melaksanakan fungsi pengawasan intern (internal control) yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan (Abdul Rohman, 2009).

Ditegaskan dalam peraturan pemerintah nomor 105 tahun 200 pasal 41 (1) yaitu pengawasan internal pengelolaan keuangan daerah bertujuan untuk menjaga efisiensi, efektivitas, dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah atas nama kepala daerah. Demikian pula dalam keputusan Presiden nomor 74 tahun 2001 pasalm(6), dinyatakan bahwa pengawasan pemerintah daerah merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Askam Tusikal, 2008).

Otonomi memberikan keleluasaan (diskresi) pada daerah untuk mengembangkan sistem pengelolaan keuangan daerah secara luas.Hal ini salah satunya dapat dicapai dengan penyusunan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Dengan demikian, otonomi daerah sarat muatan dengan membawa banyak perubahan paradigma yang juga dibawa oleh paradigma akuntansi dan audit sektor publik (Mardiasmo, 2002).

Dalam siklus akuntansi sektor publik laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Dan berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkabn tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan (Indra Bastian, 2010).

Pemerintahan yang bersih dapat di impretasikan sebagai perwujudan indikator kejujuran pemerintah. Dua puluh tahun yang lalu kejujuran pemerintah lebih diartikan sebagai stabilitas pemerintah. Sedangkan di masa reformasi, kejujuran diatrikan sebagai pemerintahan yang bersih.Akibatnya, mekanisme manipulasi yang dipraktekan di masa lalu harus diganti dengan mekanisme transparansi (Indra Bastian 2010).

Penerapan akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan akan dapat memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan dapat optimal. Perbaikan kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah diharapkan akan berimplikasi pada minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good governance dapat diwujudkan oleh Pemerintah (Urip Santoso 2008).

1.2.Rumusan Masalah

1. Seberapa besar pengaruh penerapan akuntansi sector publik terhadap kinerja intansi pemerintahan.

2. Seberapa besar pengaruh pengawasan internal terhadap akuntabilitas kinerja intansi pemerintah


(3)

3

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Besarnya pengaruh penerapan akuntansi sektor publik terhadap kinerja intansi pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

2. Besarnya pengaruh pengawasan internal terhadap kinerja intansi pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka

2.1.1.Akuntansi Sektor Publik

Istilah Sektor Publik memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik,hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Menurut Indra Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik adalah Mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.

Menurut Mardiasmo (2009:1) Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat denga penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan ( pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah, perusahaan milik Negara (BUMN dan BUMD) yayasan organisasi politik dan organisasi masa, Lembaga swadaya Masyarakat (LSM), Universitas dan organisasi nirbala lainnya.

Menurut Dedi Nordiawan (2008) akuntansi sektor publik adalah Proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Menurut Indra Bastian (2010:3) Dalam siklus akuntansi sektor publik laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Dan berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkabn tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan.

Berikut ini adalah siklus akuntansi keuangan sektor publik. Menurut Indra Bastian (2010:318) Siklus akuntansi keuangan sektor publik adalah:

1. “Analisis Bukti Transaksi 2. Pencatatan data transaksi 3. Pengikhtisaran
4. Pelaporan”

Selama satu periode akuntansi, transaksi yang dicatat dan dikelompokan kedalam buku besar kemudian. Berdasarkan catatan tersebut, dibuatlah laporan keuangan yang akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan sektor public yang telah disusun tersebut kemudian dianalisis untuk menilai kebenaran dan reliabilitasnya.”

2.1.2 Pengawasan Internal

Pengawasan dilakukan dalam upaya untuk meyakinkan bahwa implementasi suatu kebijakan telah sesuai dengan yang diharapkan. Pengawasan disini diartikan sebagai suatu kegiatan penilaian terhadap suatu objek pengawasan agar mereka melaksanakan tugas dan fungsinya dengan berdaya guna dan berhasil guna. Hakikat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan,


(4)

4

akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi oprasiaonal, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.( Swayers, 2005:57)

Menurut Sawyer’s (2005:58) tujuan pengawasan internal adalah: a) Keandalan pelaporan keuangan

b) Efektivitas dan efisiensi operasi

c) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yg berlaku

Pengawasan yang efektif dan efisien harus dilakukan kontinyu agar dapat diketahui perubahan atau perbaikan yang telah atau belum dikerjakan dari temuan beruapa kekurangan atau kelemahan antara dua atau lebih kegiatan pengawasan.

Menurut Swayer’s (2005:57) Pengawasan berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi oprasiaonal, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.”

Menurut Sawyer’s (2005:77) ada beberapa sarana oprasional yang dapat digunakan manajer untuk mengontrol fungsi didalam perusahaan, sarana tersebut adalah:

1. Organisasi (organization) 
 2. Kebijakan (Policy)

3. Prosedur (Procedure)

2.1.3 Kinerja Instansi Pemerintah

Kinerja adalah Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika

Prawirosentono (2008:2) mengemukakan bahwa kinerja adalah Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Mardiasmo (2009:21), value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaanya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefit and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Kinerja merupakan salah satu kata kunci bagi terwujudnya good governance dalam pengelolaan organisasi publik. Jadi, tidak salah jika siklus akuntansi sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik.. Kinerja organisasi dapat diraih dengan mengefektifkan dan mengefisienkan hasil dari proses organisasi, yakni perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik (Indra Bastian, 2010:88).

Menurut penelitian Bambang Pamungkas (2012:11) penerapan akuntansi sektor publik, berpengaruh terhadap kinerja instansi. Penerapan akuntansi sektor publik memberikan sumbangan bagi peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam hal penyajian informasi pertanggungjawaban mengenai tujuan, fungsi dan obyek pengeluaran.


(5)

5

dalam mencapai tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. pengawasan internal dapat memberikan dukungan terhadap responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas Pemerintah. Semakin baik pengawasan internal yang dilaksanakan akan member dampak semakin baik kinerja pemerintah daerah yang dicapai. (Wawan Sukmana, 2009:582)

Menurut Hasil penelitian Askam Tuskal (2008:82) menunjukkan bahwa Pengawasan internal berpengaruh terhadap kinerja unit satuan kerja pemerintah.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan diatas penulis memberikan hipotesis sebagai berikut :

1. Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap Kinerja Instansi Pemerintah 2. Pengawasan Internal berpengaruh terhadap Kinerja Instansi Pemerintah III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek penelitian

Menurut (Husein Umar, 2005:303) (dalam Umi Narimawati, dkk, 2010:29) objek penelitian adalah:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian .Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan.Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penerapan akuntansi sektor publik, pengawasan internal terhadap kinerja instansi pemerintah.

3.2 Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran varibel akuntansi sektor publik, pengawasan internal dan variabel kinerja .Untuk mengetahui pengaruh penerapan akuntansi sektor publik dan pengawasan internal digunakan pengujian statistic menggunakan software SmartPLS 2.0.

3.3 Oprasionalisasi variable

Operasionalisasi variabel menurut Umi Narimawati (2010:31) adalah :

“Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Defenisi operasional

menjelaskan cara tertentu dapat digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengujuran dengan

cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian.

Adapun Variabel independen pada penelitian ini adalah akuntansi sektor publik dan pengawasan internal. Sedangkan variabel dependent dalam penelitian ini adalah Kinerja instansi pemerintah.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban.Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

3.4 Jenis dan sumber data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi sektor public dan pengawasan internal terhadap kinerja instansi pemerintah adalah data primer.Data primer dalam penelitian ini adalah variabel akuntansi sektor publik,


(6)

6

40. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak populasi karna populasi berjumlah kurang dari 100. IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari yang dilakukan dalam penelitian ini, selain upaya perolehan data melalui observasi. Hasil penelitian diuraikan berdasarkan jawaban kuesioner dari responden yang berkaitan dengan variable penelitian yaitu pengaruh pengendalian intern dan pelaksanaan terhadap kinerja instansi pemerintah.

4.1.1 Pengujian Alat Ukur 1. Hasil Pengujian Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dirancang dalam bentuk kuesioner benar-benar dapat menjalankan fungsinya dengan kata lain untuk melihat apakah setiap item pernyataan dalam kuesioner telah mengukur tujuan dari variabel yang diteliti. Seperti telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika. Apabila koefisien korelasi butir pernyataan dengan skor total item lainnya > 0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai koefisien korelasi lebih besar dari kritis 0,30, hasil ini menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan yang digunakan untuk ketiga variabel telah memiliki persyaratan validitas dan tepat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data pada penelitian ini.

2. Hasil Pengujian Reabilitas

Selain valid, alat ukur juga harus memiliki keandalan atau reliabilitas, suatu alat ukur dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil yang relatif sama (tidak berbeda jauh). Untuk melihat andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas. Apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari 0.70 maka secara keseluruhan pernyataan dinyatakan andal (reliabel).

Berdasarkan Nilai koefisien reliabilitas untuk masing-masing variabel lebih besar dari 0,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan reliabel dan jawaban-jawaban yang telah diberikan oleh responden berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah tepat, dapat dipercaya (reliable) dan konsisten. Sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data kepada 40 responden secara berulang-ulang dalam waktu berbeda (range) 2 minggu.

4.2 Pengujian Model Pengukuran

4.2.1 Pengukuran Variabel Penerapan akuntansi sektor publik

Nilai loading factoruntuk masing-masing outer model (korelasi antara konstruk dengan variabel)yang secara umum sudah memenuhi Convergent Validity dimana loading factoryang diperoleh di atas nilai yang dianjurkan yakni sebesar 0,50 sehingga konstruk (variabel

manifes)untuk variabel laten Penerapan akuntansi sektor publik tidak ada yang dieliminasi dari model. Dari hasil pengujian diperoleh nilai t hitung setiap indikator lebih besar dari nilai kritis 1,96

Variabel laten Penerapan akuntansi sektor publik memiliki nilai composite reliability (CR) dari ketiga dimensi variabel Penerapan akuntansi sektor publik sebesar 0,891. Nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat kesesuaian indikator dalam membentuk konstruk variabel laten masih lebih besar dari yang di rekomendasikan yaitu 0,70

4.2.2 Pengukuran Variabel Pengawasan internal

Nilai loading factoruntuk masing-masing outer model (korelasi antara konstruk dengan variabel)yang secara umum sudah memenuhi Convergent Validity dimana loading factoryang


(7)

7

rekomendasikan yaitu 0,70.

4.2.3 Pengukuran Variabel Kinerja instansi pemerintah

Nilai loading factoruntuk masing-masing outer model (korelasi antara konstruk dengan variabel)yang secara umum sudah memenuhi Convergent Validity dimana loading factoryang diperoleh di atas nilai yang dianjurkan yakni sebesar 0,50 sehingga konstruk (variabel manifes)untuk variabel latenKinerja instansi pemerintahtidak ada yang dieliminasi dari model.

Variabel laten Kinerja instansi pemerintah memiliki nilai composite reliability (CR) dari kelima dimensi variabel Kinerja instansi pemerintah sebesar 0,877. Nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat kesesuaian indikator dalam membentuk konstruk variabel laten masih lebih besar dari yang di rekomendasikan yaitu 0,7.

4.2.4Validitas Konvergen (Convergent Validity/CV)

1. Hasil korelasi konstruk Penerapan Akuntansi sektor publik dengan indikatornya X1.1 (analisis bukti transaksi), X1.2 (pencatatan data transaksi), X1.3 (pengikhtisaran), X1.4 (pelaporan) lebih tinggi dibandingkan korelasi dengan indikator lain. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten Akuntansi sektor publik (X1) tepat dibentuk oleh indikatornya.

2. Hasil korelasi konstruk Pengawasan Internal dengan indikatornya X2.1(organisasi), X2.2(kebijakan), X2.3(prosedur) , X2.4(penganggaran) lebih tinggi dibandingkan korelasi dengan indikator lain. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten Pengawasan Internal (X2) tepat dibentuk oleh indikatornya.

3. Hasil korelasi konstruk Kinerja Instansi Pemerintah (Y) dengan indikatornya Y1 (Ekonomis), Y2 (Efisien), Y3 (Efektifitas), lebih tinggi dibandingkan korelasi dengan indikator lain. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten kinerja instansi pemerintah (Y) tepat dibentuk oleh indikatornya.

4,3 Pembahasan

4.3.1 H1: Pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik Terhadap Kinerja instansi pemerintah

Hasil pengujian hipotesis pertama untuk mengetahui pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik terhadap Kinerja instansi pemerintah menunjukkan Penerapan akuntansi sektor publik berpengaruh signifikan terhadap Kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan hasil uji t yang diperoleh dapat dilihat nilai nilai t-hitung variabel Penerapan akuntansi sektor publik terhadap Kinerja instansi pemerintah (4,381 ) lebih besar dari t-kritis(1,96)sehingga disimpulkan hipotesis teruji.

Besarnya pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik terhadap Kinerja instansi pemerintah adalah 44,8%. Nilai pengaruh ini relatif besar. Total pengaruh yang diperoleh terdiri atas pengaruh langsung Penerapan akuntansi sektor publik terhadap Kinerja instansi pemerintah sebesar 32,6% dan pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik secara tidak langsung terhadap Kinerja instansi pemerintah karena adanya hubungan dengan Pengawasan internal sebesar 12,2%.

Hal ini sesuai dengan yang peneliti temukan dilapangan yaitu, Persentase Penganalisisan buti transaksi masuk dalam kategori cukup baik, besar penilaian responden belum mencapai 100% yang di harapkan dengan adanya gap sebesar 34,0% . Gap ini menunjukan bahwa analisis bukti transaksi pada dinas perkebunan masih adanya permasalahan dalam menganalisis bukti transaksi, diakibatkan kurangnya ketelitian SDM dalam penganalisisan bukti sehingga mempengaruhi akun yang lain.

Persentase Pencatatan data transaksi masuk dalam kategori cukup baik, besar penilaian responden belum mencapai 100% yang di harapkan dengan adanya gap sebesar 25,5% . Gap ini menunjukan bahwa pencatatan data transaksi pada dinas


(8)

8

mengembangkan sistem akuntansi. .

Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa akuntansi sektor publik berpengaruh terhadap kinerja instansi pemerintahan, dimana dengan penerapan akuntansi yang optimal akan meningkatkan kinerja instansi pemerintahan di Dinas Perkebunan Jawa Barat.

Hasil penelitian ini di dukung oleh teori yang menyatakan bahwa Dalam siklus akuntansi sektor publik laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi yang menggambarkan hasil pencapaian kinerja program dan kegiatan instansi pemerintah. (Indra Bastian, 2010) dan didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa penerapan akuntansi sektor publik memberikan sumbangan bagi peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam hal penyajian informasi pertanggungjawaban mengenai tujuan, fungsi dan obyek pengeluaran.(Bambang Pamungkas, 2012)

4.3.2 H2: Pengaruh Pengawasan internal Terhadap Kinerja instansi pemerintah

Hasil pengujian hipotesis pertama untuk mengetahui pengaruh Pengawasan internal terhadap Kinerja instansi pemerintah menunjukkan Pengawasan internal berpengaruh signifikan terhadap Kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan hasil uji t yang diperoleh dapat dilihat nilai nilai t-hitung variabel Pengawasan internal terhadap Kinerja instansi pemerintah (2,172) lebih besar dari t-kritis(1,96)sehingga disimpulkan hipotesis teruji.

Besarnya pengaruh Pengawasan internal terhadap Kinerja instansi pemerintah adalah 20,1%. Nilai pengaruh ini relatif kecil. Total pengaruh yang diperoleh terdiri atas pengaruh langsung Pengawasan internal terhadap Kinerja instansi pemerintah sebesar 7,9% dan pengaruh Pengawasan internal secara tidak langsung terhadap Kinerja instansi pemerintah karena adanya hubungan dengan Penerapan akuntansi sektor publik sebesar 12,2%.

Fenomena yang terjadi di Pengawasan Internal saat ini adalah Terdapat kasus kasus penyimpangan administrasi. Tidak didukungnya SOP (Standar Oprasional), adanya perangkapan fungsi, serta petunjuknya tidak jelas. Hal itu merupakan kelemahan-kelemahan di lingkungan organisasi yang tidak dapat dikuantitatifkan dalam bentuk nilai rupiah (Hasan Bisri, 2014).

Hal ini sesuai dengan apa yang peneliti temukan dilapangan yaitu, Besaran penilaian yang diberikan responden tidak mencapai 100% yang diharapkan. Sehingga antara tingkat ideal yang diharapkan dengan kondisi aktual terdapat gap sebesar 26,1%. Gap ini menunjukkan pengawasan internal masih belum mencapai tingkat ideal. Berdasarkan persentase total skor tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa Pengawasan internal dinilai masih belum optimal sehingga masih terdapat permasalahan.

Sehingga untuk meningkatkan kinerja adalah dengan meningkatkan pengawasan. Perlunya mengkomunikasikan informasi kepada karyawan dan memperhatikan pentingnya memberikan rewards dan punishment untuk para pegawai yang berhak mendapatkannya, hal tersebut akan mampu meningkatkan kepatuhan para karyawan terhadap peraturan dan juga untuk memotivasi dalam pekerjaan, sehingga akan terciptanya kinerja yang efektif dan efisien, karena dengan pengawasan yang optimal akan berdampak baik pada kinerja pemerintah.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan kinerja yang sesuai value for money perlu peningkatan fungsi aparat pemeriksa fungsionl pemerintah. fungsi pengawasan internaluntuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi (Abdul Rohman, 2009). Dan didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa Pengawasan internal berpengaruh terhadap kinerja unit satuan kerja pemerintah baik secara parsial maupun simultan (Askam Tuskal, 2008).


(9)

9

Determinasi 32,6% dan pengaruh tidak langsung Akuntansi sektor publik terhadap kinerja akibat adanya hubungan dengan pengawasan internal sebesar 12,2% maka besar pengaruhnya 44,8,, namun Pengaruh nya tidak mencapai 100% karena masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja yang peneliti tidak teliti.

2. Pengawasan internal memberikan pengaruh terhadap Kinerja instansi pemerintah. Pengaruh pengawasan internal terhadap kinerja mencapai nilai Koefisien Determinasi 7,9%, dan pengaruh tidak langsung karena dipengaruhi akuntansi sektor publik sebesar 12,2% maka besar pengaruhnya adalah 20,1%, pengaruhnya relatif rendah karena masih memiliki masalah dan masih ada faktor lain yang memepengaruhi kinerja.

5.2 Saran

Disarankan agar peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang sama, dengan menambah indikator, metode yang sama tetapi unit analisis, populasi dan sampel yang berbeda agar diperoleh kesimpulan yang mendukung dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya, baik oleh peneliti maupun peneliti-peneliti terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku _____________________________________________________________

Indra Bastian, 2010. Akuntansi Sektor Publik Publik: Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H.Scheiner. 2005. Sawyer’s Internal Audit: Internal Audit Sawyer. Jakarta. Penerbit:Salemba4

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. Penerbit: Andi Mulyadi,2001. Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat

Jakarta.

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: GENESIS.

Abdul, Rohman 2009, Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan Dan Kinerja Pemerintah Daerah (Survei Pada Pemda Di Jawa Tengah). Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol.9 No.1 ISSN 1412-0852

Askam Tuasikal. 2008. PengaruhPengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangandan Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Pemerintah Daerah. Vol.10. No 1.ISSN : 1410-8623

Bambang Pamungkas, 2012. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Volume 12 No.2

Mardiasmo, 2002. Elaborasi Akuntansi Sektor Publik: Telaah kritis terhadap upaya aktualisasi kebutuhan system akuntansi keuangan pemerintah daerah. JAAI Vol 6 No.1 ISSN 1410-2420

Urip Santoso, 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi SektorPublik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud. ISSN: 0216-1249

Wawan Sukmana, Lia Anggarsari. 2009. Pengaruh Pengawasan Intern Dan Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. ISSN: 1907-9958 Artikel____________________________________________________________

Bahrullah Akbar, 2013. Pentingnya efektivitas penerapan sistem Pengendalian

intern dan pengelolaan risiko manajemen di ingkungan bumn. Jakarta: www.bpk.go.id/news

Bahrullah Akbar, 2014. bpk ri dorong optimalisasi pengawasan keuangan negara, Jakarta: www.bpk.go.id/news


(10)

10

LAMPIRAN

Tabel Desain Penelitian

Tujuan Penelitan

Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

Digunakan Unit Analisis Time Horizon T-1 Deskriptif &

Verifikatif Survey

Intansi Pemerintah

Cross Sectional T-2 Deskriptif &

Verifikatif Survey

Intansi Pemerintah

Cross Sectional

Tabel Oprasionalisasi variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Kuision

er

Penerpan Akuntansi Sektor Publik (X1)

Menurut Dedi Nordiawan (2008) akuntansi sektor publik adalah : “Proses pencatatan, pengklasifikasian,

penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan”.

Siklus Akuntansi Sektor publik (Indra Bastian, 2010):

1. Analisis Bukti Transaksi

2. Pencatatan data transaksi

3. Pengikhtisaran

4. pelaporan

Ordinal 1 2 3 4 Pengawasan Internal (x2)

Menurut Swayers(2005:57) adalah:Pengawasan berisi susunan organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di

perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi oprasiaonal, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.

Sawyer’s (2005:77) sarana oprasional: 1. organisasi 2. kebijakan 3. prosedur 4.Penganggaran Ordinal 5 6 7 8 Kinerja (Y)

(Prawirosentono 2008:2) Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.

Value for money (Mardiasmo,2009) 1.Ekonomis (cermat

dalam penggunaan dan alokasi sumber daya) 2.Efisiensi (Penggunaan sumber daya) 3.Efektivitas (Pencapaian tujuan) Ordinal 9 10 11


(11)

11

Pelaporan 0,792 X1.4 = 0,792 X1 + 0,373 0.627 10,379

Composite Reliability (CR) = 0,891 Average Variance Extracted (AVE) = 0,674

Sumber : Lampiran Output SmartPLS

Tabel Model pengukuran variable pengawasan internal

Variabel Manifest Loading factor Measurement model R2 thitung

Organisasi 0.820 X2.1 = 0,820 X2 + 0,327 0.673 16,684

kebijakan 0.808 X2.2 = 0,808 X2 + 0,347 0.653 8,071

Prosedur 0.731 X2.3 = 0,731 X2 + 0,466 0.534 11,268

Penganggaran 0.738 X2.4 = 0,738 X2 + 0,456 0.544 8,980

Composite Reliability (CR) = 0,857 Average Variance Extracted (AVE) = 0,601

Sumber : Lampiran Output SmartPLS

Tabel Model pengukuran variable kinerja instansi peerintah

Variabel Manifest Loading factor Measurement model R2 thitung

Ekonomis 0,880 Y1 = 0,880 Y.1 + 0,225 0.775 22,580

Efisiensi 0,841 Y2 = 0,841 Y.2 + 0,293 0.707 14,370

Efektivitas 0,796 Y3 = 0,796 Y.3 + 0,367 0.633 22,694

Composite Reliability (CR) = 0,877 Average Variance Extracted (AVE) = 0,705 Sumber : Lampiran Output SmartPLS

Tabel Nilai Convergent validity

Variabel Penerapan Akuntansi Sektor Publik (X1), Pengawasan Internal (X2), dan Kinerja Instansi Pemerintah (Y)

X1 (ASP) X2 (Pengawasan

I) Y (KINERJA) X1.1 0.889766 0.75897 0.816652

X1.2 0.882321 0.705726 0.610328

X1.3 0.706368 0.414616 0.488862

X1.4 0.792001 0.550455 0.595831

X2.1 0.720298 0.820413 0.692941

X2.2 0.478806 0.808288 0.526146

X2.3 0.637529 0.73065 0.422172


(12)

12 Tabel Nilai Composite Reliability Variabel Laten

Variabel Composite Reliability

X1 (ASP) 0,891

X2 (PENGAWASAN I) 0,857

Y (KINERJA) 0,877

Gambar Diagram jalur model lengkap

Gambar Pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik Terhadap Kinerja instansi pemerintah X1.1 X1.2 X1.3 0,208 0,222 0,501 1 Y2 Y3

Y1 0,225

0,293 0,367 0,882 0,890 0,706 0,841 0,796 0,880

1= 0,571

 0,351  X1.4 0,792 0,373 X2.1 X2.2 X2.3 0,327 0,347

0,466 2

0,808 0,820

0,731

2= 0,282

X2.4

0,456


(13)

13

Gambar Pengaruh Pengawasan internal Terhadap Kinerja instansi pemerintah

X1.3

0,501

Y3 0,367

0,706

0,796

0,351 X1.4

0,792 0,373

X2.1

X2.2

X2.3

0,327

0,347

0,466 2

Y2

Y3

Y1 0,225

0,295

0,367 0,808

0,820

0,731 0,841

0,796 0,880 2= 0,282

0,351 

X2.4

0,456


(14)

(15)

The method used in this research is descriptive and verifikatif methods. Descriptive method is used to describe variable of public sector accounting, internal control and variable performance. To determine the effect of influence application of public sector accounting and internal controls used statistical test using SmartPLS 2.0 software.

The results of this study indicate that the implementation of public sector accounting and internal controls significantly positive effect on the performance of government agencies in the Plantation Office of West Java Province.


(16)

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan akuntansi dan pengawasan internal terhadap kinerja instansi pemerintah di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran varibel akuntansi sektor publik, pengawasan internal dan variabel kinerja .Untuk mengetahui pengaruh penerapan akuntansi sektor publik dan pengawasan internal digunakan pengujian statistic menggunakan software SmartPLS 2.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan akuntansi sektor publik dan pengawasan internal berpengaruh secara signifikan positif terhadap kinerja instansi pemerintah pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.


(17)

14

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Uraian kajian pustaka diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun tinjauan pustaka pada penelitian ini meliputikonsep mengenai penerapan akuntansi sektor publik, pengawasan internal terhadap kinerja pemerintah daerah.

2.1.1 Akuntansi Sektor Publik

Pemahaman akan pentingnya akuntansi sektor publik telah muncul akhir-akhir ini keleluasaan pembahasan budang akuntansi sabagai satu sisi lain dari akuntans, mulai terasa penting dalam pengajaran akuntansi.

2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik

Sebelumnya pembahasan akuntansi sektor publik ini dipersempit lebih dikenal dengan akuntansi pemerintahan. Berikut adalah definisi mengenai akuntansi sektor publik.

Menurut Indra Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik adalah :

“Mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.


(18)

Sedangkan Akuntansi Sektor Publik menurut Mardiasmo (2009:1) adalah: “Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat denga penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan ( pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah , perusahaan milik Negara (BUMN dan BUMD) yayasan organisasi politik dan organisasi masa, Lembaga swadaya Masyarakat (LSM), Universitas dan organisasi nirbala lainnya”.

Menurut Dedi Nordiawan (2008) akuntansi sektor publik adalah :

“Proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan”.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi sektor publik adalah Mekanisme teknis dan analisis akuntansi. Yaitu proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan yang diterapkan dalam pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya yang berguna untuk pengambilan keputusan.

2.1.1.2 Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Peranan organisasi sektorpublik seperti pemerintahan dan usaha-usaha yang dilakukannya telah terbuktimenjadi tulang punggu perekonomian Negara selama lebih dari lima puluh tahun ini. Jadi, pembatasan pembahasan akuntansi sektorpublik pada pemerintahan akan menimbulkan kekosongan pengaturan praktek akuntansi sektorpublik tentunya harus dilakukan. Salah satu hal yang sangat substantial adalah konsensus akan ruang lingkup akuntansi sektor publik


(19)

Menurut Indra Basrian (2010:7) Lingkup akuntansi sektor publik, adalah : “Lingkup akuntansi sektor publik dapat dipandang sebagai turunan dari berbagai perkembangan pemikiran yang terjadi. Di Indonesia, ruang lingkup organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintahan daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi dan organisasi-organisasi publik nirlaba lainnya. Jadi, proses pelaporan dan pertanggungjawaban ke masyarakat harus segera diatur dalam kerangka standar akuntansi sektor publik”. Akuntansi Sektor Publik mempunyai empat pilar utama (Eriana K., dkk: 2009:4), empat pilar itu adalah:

1. “Manajemen, dari sisi kebijakan publik, sektor publik dipahami sebagai tuntutan pajak, birokrasi yangberlebihan, pemerintahan yang besar dan nasionalisasi versus privatisasi. jadi, sektor publik merupakan bidang yang membicarakan metode manajemen negara. Bidangmanajemen merupakan bidang akuntansi sektor publik yang mengupas akuntansi darisisi internal organisasi.

2. Informasi, beberapa literatur menyebutkan bahwa pengertian akuntansi tidak hanya sekedarmelakukan pembukuan pencatatan transaksi saja, tetapi juga merupakan wahana pelayanan jasa yang berfungsi mempersiapkan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan bidang akuntansi difokuskan pada pelaporan ke pemakai eksternal organisasi sektor publik.

3. Pembelanjaan, pemerintahan sebagai salah satu organisasi sektor publik mempunyai pengaruh besarpada kebijakan kegiatan bisnis yang dijalankan organisasi seperti menilai syarat infrastruktur fisik dan sosial, kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan perdagangan,kebijakan investasi, kebijakan industri, dan lain sebagainya.

4. Audit, organisasi audit sektor publik adalah organisasi sektor publik yang mempunyai rincian tugas untuk melakukan pemeriksaan praktek keuangan dan kepatuhan hukum/prosedur dari berbagai organisasi sektor publik. bidang audit merupakan bidang yang dikembangkan sebagai prasarana pengawasan. di sektor publik bidang audit lebih ditujukan untuk mengembangkan alat verifikasi dan pengawasan.”

2.1.1.3 Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Lembaga sektorpublik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki kinerjanyadan memanfaatkan sumber daya. Kinerja sektorpublik memanga bukan masalah teknis belaka, akan tetapi akuntamsi sektorpublik sebagai alat yang sangat vital dan signifikan. Akuntansi sektorpublikakan terus


(20)

berkembang seiring dengan meningktanya tuntutan dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

Berikut adalah tujuan akuntansi sektorpublik:

American Accounting Association (2009) menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah :

1. “Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisiensi dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengawasan manajemen (management pengawasan).

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntanbilitas (Accountability) “

Menurut Deddi Nordiawan (2008:7) akuntansi pemerintahan mempunyai beberapa tujuan :

1. “Tujuan pertanggungjawaban, dalam tujuan pertanggungjawaban pemerintah harus memberikan informasi keuangan secara lengkap, memberikan informasi keuangan secara cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat. 2. Tujuan manajerial, dalam tujuan manajerial, memberikan informasi keuangan

untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan anggaran, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah adalah tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan adanya akuntansi pemerintah.

3. Tujuan pengawasan, memiliki arti bahwa informasi yang dihasilkan akuntansi pemerintahan harus memungkinkan untuk terselenggarakan pemeriksaan oleh aparat pengawas.”

Berdasarkan definisi diatas maka tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisiensi dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi, memberikan informasi yang memungkinkan bagi


(21)

manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya. 2.1.1.4Sifat dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik

Kajian tentang organisasi sektorpublik biasanya mulai dilakukan dari sisi manajemen.Dalam perkembangannya, kajian tersebut telah memasuki wilayah karakter frase “sektor publik.”Pemahaman sektor publik lebih ditempatkan pada suatu wilayah diluar pemerintahan ditambah dengan wilayah pemerintaha itu sendiri. Dalam perkembangannya, berbagai prespektif bermunculan dan intervensi disiplin ilmu mulai terasa. Akibatnya, definisi dari frase sektor publik mulai diartikan, definisi organisasi sektor publik di Indonesia adalah organisasi yang menggunakan dana masyarakat. Jadi, organisasi sektor publik dapat di karakteristikan sebagai berikut:

Mardiasmo (2009:3) mengatakan karakteristik dari akuntansi pemerintahan adalah :

“Karakteristik akuntansi pemerintahan disebabkan karena adanya lingkungan yang mempengaruhi. Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan kompleks dan turbulence”.

Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta.Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.


(22)

Karakteristik organisasi sektor publik menurut Indra Bastian (2010:11)

adalah :

Tabel 2.1

Karakteristik Akuntansi Sektor Publik

Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani

Aktivitas Pelayanan publik (publik services) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyediaan pangan.

Sumber Pembiayaan

Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman pemerintah, serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang berlaku.

Pola

pertanggung-jawaban

Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat, seperti dalam organisasi pemerintah yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta dalam yayasan dan LSM seperti dewan pengampu.

Kultur Organisasi

Bersifat birokratis, formal dan berjenjang. Penyusunan

Anggaran

Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan anggaran program publik dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Dan akhirnya, disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD, DPRD, majelis syuro partai, dewan pengurus LSM, atau dewan pengurus yayasan.

Stekeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional termasuk lembaga Donor Internasional (seperti Bank Dunia (World Bank), International Monetery Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), United Nation Development Program (UNDP), USAID, dan pemerintah luar negeri.


(23)

Dari definisi tersebut, maka karakteristik akuntansi sektor publik disebabkan karena adanya lingkungan yang mempengaruhi. Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan kompleks

2.1.1.5 Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dan Swasta

Mardiasmo (2009:8) mengemukakan perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan sektor swasta :

Tabel 2.2

Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

Perbedaan

Sektor public Sektor swasta

Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motive

Sumber pendanaan

Pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba BUMN/BUMD, penjualan asset negara dsb.

Pembiayaan internal: modal sendiri, laba ditahan,

penjualan aktiva.

Pembiayaan eksternal : utang bank obligasi, penerbitan saham.

Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/DPRD)

Pertanggungjawaban kepada pemegam saham dan kreditor

Struktur organisasi Birokratis, kaku dan hierarkis.

Fleksibel: datar, pyramid, lintas fungsional, dsb. Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting


(24)

Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Swasta menurut Indra Bastian (2010:60) :

Tabel 2.3

Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dan Swasta

Perbedaan Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Swasta Tujuan Kesejahteraan Masyarakat Keuntungan

Organisasi Sektor Publik Swasta

Keuangan Negara, daerah, masyarakat, konstituen

Individual, perkumpulan

Indra Bastian (2010:60)

Dari tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa setiap organisasi memiliki tujuan spesifik dan unik.Sektor swasta bertujuan untuk memaksimumkan laba sedangkan sektor publik bertujuan untuk memberikan pelayanan publik.Untuk struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat resikonya. Organisasi sektor publk bertanggungjawab kepada masyarakat, organisasi sektor swasta bertanggungjawab kepada pemegang saham atau kreditor.Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting untuk menciptakan kredibilitas manajemen dan struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku dan hierarkis.Struktur organisasi sektor swasta lebih fleksibel.

Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value of money dalam menjalankan aktivitasnya, dimana value of money merupakan


(25)

konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada 3 elemen utama, 3 elemen itu adalah :

1. “Ekonomi, yaitu pemerolehan input dengan kualitas tertentu pada harga yang terendah.

2. Efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. 3. Efektivitas, yaitu tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan atau perbandingan outcome dengan ouput.

Ketiga hal tersebut merupakan pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat perlu ditambah 2 elemen yaitu keadilan (equity) mengacu pada adanya kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan pelayan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Pemerataan (equality) penggunaan uang publik tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu melainkan secara merata. Manfaat implementasi value for money :

1. “Meningkatkan pelayanan publik

2. Meningkatkan efektifitas pelayan publik, pelayan tepat sasaran

3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan input.”

2.1.1.5 Elemen Akuntansi Sektor Publik

Elemen akuntansi sektorpublik adalah bagian-bagian yang dibutuhkan dalam pengelolaan manajemen keuangan publik. Bagian-bagian tersebut adalah:

Elemen akuntansi sektor publik menurut Indra Bastian (2010) adalah : 1. “Perencanaan Publik

Aspek yang terkandung dalam perencanaan adalah perumusan tujuan dan cara mencapai tujuan kesejahteraan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

2. Penganggaran Publik

Anggaran memberikan rencana yang mendetail atas penerimaan dan pengeluaran organiasasi agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.


(26)

Realisasi anggaran terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu pencairan anggaran (pengeluaran), realisasi pendapatan, dan pelaksanaan program.

4. Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa publik adalah proses, cara, serta tindakan dalam menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat atau publik.

5. Pelaporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan.

6. Audit Sektor Publik

Audit adalah suatu proses sistematik yang secara objektif menyediakan dan mengevaluasi bukti-bukti yang berkenaan dengan asersi tentang kegiatan serta kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ada dan mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

7. Pertanggungjawaban Publik

Pertanggungjawaban publik adalah proses atau tindakan yang dilakukan oleh kepala organisasi sektor publik dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemberi amanatnya.”

2.1.1.6 Indikator Akuntansi Sektor Publik

Berikut ini adalah siklus akuntansi keuangan sektor publik. Menurut Indra Bastian (2010:318) Siklus akuntansi keuangan sektor publik adalah:

1. “Transaksi

persetujuan jual beli antara satu pihak dengan pihak lain . transaksi yang di maksud dalam hal ini adalah transaksi antara organisasi sektor publik dan pihak lain. Transaksi-transaksi inilah yang nantinya dilaporkan dalam laporan keuangan.

2. Analisis Bukti Transaksi

setiap transaksi selalu disertai dengan bukti pendukung yang berisi informasi tentang kegiatan transaksi tersebut. Dari bukti inilah yang kemudian akan dianalisis dan digunakan sebagai dasar pencatatan.

3. Pencatatan data transaksi

Dari analisis bukti transaksi tersebut akan dilakukan pencatatan atas bukti transaksi yang telah terjadi. Pencatatan transaksi dilakukan oleh bendahara dalam jurnal.

4. Pengikhtisaran

Dalam buku besar terdapat daftar nama kelompok akun yang ada pada suatu organisasi. Berdasarkan nama akun yang ad, catatan atas transaksi


(27)

tersebut dikelompokan sesuai dengan namanya masing-masing. Hal inilah yang disebut dengan posting.

5. Pelaporan

Selama satu periode akuntansi, transaksi yang dicatat dan dikelompokan kedalam buku besar kemudian. Berdasarkan catatan tersebut, dibuatlah laporan keuangan yang akan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan sektor public yang telah disusun tersebut kemudian dianalisis untuk menilai kebenaran dan reliabilitasnya.”

Dan untuk proses akuntansi apabila digambarkan akan tampak seperti dibawah ini:

Gambar 2.1 Proses Akuntansi 2.1.2 Pengawasan Internal

2.1.2.1Pengawasan

Menurut Indra Bastian (2009:129) Pengawasan (kontrol) merupakan salah satu unsur manajemen di samping planning, organizing, actuating, coordinating, directing, dan lain-lain. Pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan untuk mengamati, memahami, dan


(28)

menilai setiap pelaksanaan kegiatan tertentu sehingga dapat dicegah atau diperbaiki kesalahan atau penyimpangan yang terjadi.

2.1.2.2 Jenis-jenis Pengawasan

Menurut Indra Bastian (2009:132) jenis-jenis pengawasan dapat dibedakan berdasarkan objek, ruang lingkup dan metode pengawasannya adalah:

1. “Pengawasan Berdasarkan Objeknya a. Pengawasan Terhadap Penerimaan Negara

Pengawasan penerimaan Negara dapat dibedakan lagi menjadi 2 bagian yaitu pengawasan terhadap penerimaan pajak dan bea cukai, dan pengawasan terhdap penerimaan bukan pajak. Bila pengawasan terhdap penerimaan pajak dilakukan oleh Kantor Inspeksi Pajak dan pengawasan terhadap penerimaan bea cukai dilakukan oleh KantorInspeksi Bea dan Cukai, maka pengawasan terhadap penerimaan bukan pajak dilakukan oleh KPKN. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspeksi Pajak ditujukan baik kepada wajib pajak perorangan maupun pada wajib pajak badan yang ditunjuk oleh Undang-undang perpajakan untuk memotong atau memungut pajak orang lain. Pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh kepala Inspeksi bea dan cukai ditujukan terhadap bendaharawanpenerima/penyetor tetap inilah yang menerima pembayaran dari setiap orang atau badan yang menggunakan jasa dari bea dan cukai. Pengawasan terhadap penerimaan bukan pajak dilakukan oleh KPKN terhadap jumlah-jumlah setoran yang telah diterima oleh bendaharawan khusus penerima/penyetor tetap.Pengawasan ini dilakukan melalui laporan pertanggungjawaban bendaharawan penerima/penyetor tetap untuk masing- masingDepartemen atau lembaga Negara yang menguasai suatu jenis penerimaan bukan pajak.

b. Pengawasan Terhadap Pengeluaran Negara

Pengawasan terhadap pengeluaran Negara lebih kompak daripada pengawasan terhadap penerimaan negara.Hal ini karena pengawasan pengeluaran Negara tidak hanya dilakukan dalam waktu sedangkan atau sesudah berlangsung kegiatan, tetapi juga dilakukan pada waktu sebelum diadakannya pengeluaran.Pengawasan terhdap pengeluaran Negara yang terjadi dari belanja rutin dan belanja pembangunan ini, pada umumnya ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan APBN.

2. Pengawasan Menurut Sifatnya

a. Pengawasan Preventif, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan suatu kegiatan, atau sebelumnya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Pengawasan Detektif, adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan meneliti dan mengevaluasi dokumen-dokumen laporan pertanggungjawaban bendaharawan. Pengawasan detektif biasanya


(29)

dilaksanakan setelah dilakukan tindakan yaitu dengan membandingkan antara hal yang telah terjadi dengan hal yang seharusnya tejadi.Di samping itu, pembiayaan yang telah ditentukan itu telah mengetahui kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Pengawasan Menurut Ruang Lingkup a. Pengawasan Internal

Pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang berasal dari lingkungan internal organisasi. Fungsi pengawasan internal ini diselanggarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektor Jendral (IRJEN), Inspektorat Wilayah Daerah Kabupaten (Itwildakap) dan Inspektorat Wilayah Daerah Kota Madya (Itwildako).

b. Pengawasan Eksternal

Suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawasan yang sama sekali berasal dari luar lingkungan organisasi eksekutif. Di Indonesia pengawasan eksternal ini diselenggarakan olegh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan secara langsung oleh masyarakat.

Dari jenis pengawasan di atas, akan diuraikan tugas dari : 1. Tugas BPK yaitu:

a. Merumuskan rencana dan program pelaksanaan pengawasan bagi seluruh aparat pengawasan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

b. Melakukan koordinasi teknis pelaksanaan pengawasan yang diselenggarakan oleh aparat pengawasan fungsional di departemen/lembaga pemerintah non departemen dan instansi pemerintah lainnya di Pusat maupun di Daerah

2. Tugas Irjen yaitu:

a. Melakukan penelitian dan peninjauan atas pelaksanaan proyek pembangunan dangan jalan

- Melengkapi Laporan yang telah ada pada departemen-departemen/lembaga-lembaga pemerintah non departemen/Gubernur-Gubernur yang membawahi proyek pembangunan.

- Atas petunjuk Presiden/Wakil Presiden mandapatkan laporan dengan jalan melakukan penelitian dan peninjauan kepada proyek pembangunan yang bersangkutan dan atau dengan meminta laporan khusus dari pimpinan royek pembangunan yang bersangkutan.

b. Menyampaikan laporan laporan kepada Presiden/Wakil Presiden menganai hasil penelitian dan peninjauannya dengan menyampaikan tembusan kepada Menteri/Kepala lembaga pemerintahan non departemen/Gubernur yang membawahi proyek pembangunan.

4. Pengawasan Menurut Metode Pengawasannya a. Pengawasan Melekat

Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan langsung suatu organisasi atau unit kerja terhadap bawahan dengan tujuan untuk mengetahui atau unit kerja terhadap program kerja yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangn berlaku. Oleh karena itu, setiap pimpinan suatu instansi pemerintah baik structural maupun


(30)

ektrasruktural memiliki kewajiban untuk melaksanakn pengawasan dalam lingkungan instansi yang dipimpinnya.

b. Pengawasan Fungsional

Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional baik yang berasal dari lingkungan internal pemerintah maupun dari eksternal pemerintah. Sasaran pelaksanaan pengawasan fungsional ini mancakup baik pelaksanaan tugas umum pemerintah maupun pelaksanaan pembangunan. Dengan tujuan agar pelaksanaan tugas umum dan pembangunan itu sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan.”

Agar tercapai koordinasi dan tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan pengawasan antara masing-masing aparat pengawasan fungsional pemerintah, dususunlah Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) oleh BPKP berdasarkan usulan program kerja tahunan, pengawasan tahunan yang diajukan oleh seluruh aparat fungsional pemerintah Pusat dan Daerah. PKPT ini merupakan rencana kerja seluruh aparat pengawasan fungsional pemerintah yang memuat objek pemeriksaan, waktu pemeriksaan dan aparat yang akan melakukan.

Sumber: Indra Bastian (2009:133)

Gambar 2.2 Jenis-jenis Pengawasan

Lingkup

PENGAWASAN

Metode Sifat

Objek

Detektif Preventif Pengeluaran

Penerimaan

Meleket Fungsional

Extern Internal

Nonpajak Pajak

Luas Sempit Dari dekat


(31)

2.1.2.3 Pengertian Pengawasan Internal

Pengawasan dilakukan dalam upaya untuk meyakinkan bahwa implementasi suatu kebijakan telah sesuai dengan yang diharapkan. Pengawasan disini diartikan sebagai suatu kegiatan penilaian terhadap suatu objek pengawasan agar mereka melaksanakan tugas dan fungsinya dengan berdaya guna dan berhasil guna.

Hakikat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan, dalam mencapai tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

Menurut PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Menyebutkan bahwa :

“Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaran tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksankaan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pemimpin dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.”

Pengawasan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk tercapainya efektifitas dan efesiensi kegiatan, keandalan laporan keuangan (realisasi anggaran di sektor pemerintahan), serta ketaatan dengan peraturan yang berlaku.

Begitupun Abdul Halim (2007 : 131) mengemukakan bahwa Pengawasan Intern adalah:

“merupakan langkah sistem atau alat yang menyediakan jaminan atas keberhasilan sasaran kinerja suatu kegiatan.“


(32)

Menurut Nawawi (2000 : 120-121) Pengawasan Intern adalah:

“Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin atau manajer puncak dan atau pimpinan atau manajer unit satuan kerja dilingkungan organisasi dan unit atau satuan kerja masing-masing.”

Dan Mardiasmo (2002:78) mendefinisikan pengawasan interna adalah: “Pengawasan yang dijalankan oleh pengawas terhadap bawahannya dalam unit kerjanya.”

Pengertian Pengawasan Internal menurut Swayers (2005:57) adalah: “Pengawasan berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi oprasiaonal, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.”

Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengawasan intern merupakan kegiatan degan tujuan mengawasi kegiatan-kegiatan pemerintah mulai dari program yang dilaksanakan hingga pengelolaan keuangan daerah agar sesuai dengan prosedur yang berlaku.”

2.1.2.5 Tujuan Pengawasan Intern

Menurut Mulyadi (2000:178) Tujuan pengawasan internal adalah:

1) ”Menjaga kekayaan perusahaan

a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan,

b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya.


(33)

a. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan, b. Pencatatan transaksi yang terjadi tercatat dengan benar di dalam catatan

akuntansi perusahaan.”

Menurut Sawyer‟s (2005:58) tujuan pengawasan internal adalah:

a) Keandalan pelaporan keuangan

b) Efektivitas dan efisiensi operasi

c) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yg berlaku

Menurut Nawawi (2000:113) tujuan pengawasan internal adalah:

1. “Efektivitas dan efisiensi operasi

a. Membantu pihak yang diawasi dalam menunaikan tugasnya secara lebih baik

b. Membantu suatu organisasi dalam mencapai prestasi dan target yang menguntungkan

c. Mencegah hilangnya sumber daya

d. Membantu mengarahkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, dan terhindar dari hal yang merugikan

2. Keandalan pelaporan keuangan a. Verifikasi laporan keuangan

b. Membantu menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya 3. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

a. Memastikan suatu organisasi mematuhi undang-undang dan peraturan b. Memastikan organisasi terhindar dari reputasi yang buruk dan segala

konsekuensinya.”

Menurut Abdul Halim (2007:40-49) Tujuan utama pengawasan internal adalah:

a. “Untuk memastikan kesetiaan terhadap kebijakan manajemen dan petunjuk-petunjuk demi pencapaian tujuan organisasi

b. Untuk melindungi asset-aset

c. Untuk mengamankan perlunya informasi, informasi yang terpercaya, integritas informasi, memastikan kelengkapan serta ketepatan catatan d. Untuk memastikan adanya kerelaan terhadap tuntutan UU.”


(34)

Dari poin diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan internal untuk mendorong pemerintah dalam mewujudkan pertanggungjawaban keuangan daerah yang semakin lama semakin baik, serta diarahkan pada terciptanya transparansi dan akuntabilitas penyelenggara keuangan daerah yang bercirikan kepada penerapan Good Governance dengan mengacu pada aturan-aturan yang berlaku.

2.1.2.6 Unsur-unsur Pengawasan Internal

Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2009:160), unsur-unsur system pengawasan internal sangat penting karena sistem mempunyai babarapa unsur dan sifat-sifat tertentu yang dapat meningkatkan kemungkinan dapat dipercayainya data-data akuntansi serta tindakan pengamanan terhadap aktiva dan catatan perusahaan. Setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan internal serta langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk memenuhinya.

Unsur paling penting dari sistem pengawasan internal terletak pada para pelaksanaannya, yaitu karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya. Orang-orang yang jujur dan bekerja secara efisien selalu mampu untuk bekerja dengan segala kesungguhan, meskipun hanya didukung oleh sedikit unsur pengawasan lainnya, dan meskipun kelima unsur pengawasan lain tersebut begitu kuat, akan tetapi orang-orang yang tidak berkompeten dan tidak jujur akan dengan mudah membuat sestem menjadi berantakan.


(35)

Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2009:154) model (framework) COSO terdiri lima kelompok (unsur-unsur) yang saling berhubungan yang akan menunjang pencapaian tujuan pemerintahan yaitu:

1.”Kontrol environment (lingkungan pengawasan) 2. Risk Assisment (penaksiran risiko)

3. Kontrol Activities (aktivitas Pengawasan)

4. Information dan Communication (informasi dan komunikasi) 5. Memonitoring (pemantauan) “

Lima komponen Model COSO kontrol internal Menurut Swayer (2005:61) adalah:

1. “Lingkungan Pengawasan: Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan terhadapoprasi secara umum dan konsep pengawasan secara khusus. Hal ini mencakup : Etika, kompetensi, serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi. Juga tercakup struktur organisasi serta kebijakan dan filosofi manajeman.

2. Penentuan Risiko: Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang terus berkembang. Penentuan risiko mencakup penentuan risiko di semua aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi risiko. COSO juga menambahkan pertimbangan tujuan di semua bidang oprasi untuk memastikan bahwa semua bagian organisasi bekerja secara harmonis.

3. Aktivitas Pengawasan: komponen ini mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya dikaitkan dengan konsep pengawasan internal. Aktifitas-aktifitas ini meliputi persetujuan, tanggungjawab, dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan jujur, peperiksaan internal dan audit internal. Aktivitas-aktivitas ini harus dievaluasi risikonya untuk organisasi secara keseluruhan.

4. Informasi dan Komunikasi: Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajeman. Manajemen tidak dapat berfungsi tanpa informasi. Komunikasi informasi tentang oprasi pengawasan internal memberikansubtansi yang dapat digunakan manajeman untuk mengevaluasi efektivitas pengawasan dan untuk mengelola oprasinya. 5. Pemantauan: Merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi

yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen pengawasan.”


(36)

2.1.2.7 Fungsi Pengawasan Internal

Masing-masing lembaga mempunyai satuan kerja yang bertugas untuk mengawasi dan menjamin pelaksanaan operasional instansi agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Di tingkat pusat lembaga tersebut lazim disebut Inspektorat dan ditingkat daerah disebut Badan Pengawas (Bawas).

Menurut Anas Fauzi (2009:30) Fungsi pengawasan internal adalah membantu pimpinan instansi/lembaga dalam penyelenggaraan pemerintahan dibidang : 1. “Pengawasan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan

baik yang sudah selesai maupun on going;

2. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, fungsi

evaluasi tersebut termasuk dalam pengujian secaraberkala laporan yang dihasilkan oleh masing-masingperangkat daerah;

3. Pembinaan dan perbaikan pelaksanaan kegiatankegiatan reguler yang dilaksanakan;

4. Membantu tercapainya good corporate governance” 2.1.2.8 Indikator Pengawasan Internal

Menurut Swayer,L.B.,Dittenhofer,M.A.,Scheiner,J.H (2005:77) yang di terjemahkan oleh Adharriani, menyebutka beberapa sarana oprasional yang dapat digunakan manager untuk mengontrol fungsi di dalam perusahaan adalah:

1. “Organisasi (organization)

Organisasi sebagai sarana kontrol, merupakan struktur peran yang dituju untuk orang-orang di dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien dan ekonomis.

2. Kebijakan (Policy)

Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang dibutuhkan, menjadi pedoman atau membatasi tindakan.

3. Prosedur (Procedure)

Prosedur adalah adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.

4. Personalia (Personnel)

Orang-orang yang diperkerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk melakukan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol yang baik disamping kinerja masing-masing individu adalah supervise. Jadi, standar supervise harus ditetapkan.


(37)

5. Akuntansi (Accounting)

Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada aktivitas dan sumber daya.

6. Penganggaran (Budgeting)

Anggaran adalah suatu pernyataan hasil-hasil yang diharapkan dinyatakan dalam bentuk numerik. Sebagai sebuah kontrol, anggaran menetapkan standar masukan sumber daya dan hal-hal yang harus dicapai sebagai keluaran.

7. Pelaporan

Pada kebanyakan organisasi, manajemen berfungsi membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna dan ekonomis.”

2.1.3 Kinerja Instansi Pemerintah

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Instansi Pemerintah

Prawirosentono (2008:2) mengemukakan bahwa kinerja adalah:

“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.

Pengertian kinerja menurut Wirawan (2009:5) adalah:

”Keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu”.

Dari beberapa definisi tentang kinerja tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika


(38)

2.1.3.2Indikator Kinerja Instansi Pemerintah

Menurut Mardiasmo (2009:21), value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaanya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefit and minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.

Sedangkan menurut Nordiawan & Hertianti (2011:160) pengertian dari value for money, adalah :

“Indikator yang memberikan informasi kepada kita apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Dalam konsep ini, indikator yang dimaksud adalah ekonomi, efisien, dan efektif.

1. Ekonomis

Ekonomis adalah bersifat hati-hati dalam pengeluaran uang, penggunaan barang, tidak boros dan hemat.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.

3. Efektivitas

Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sebuah kegiatan/kebijakan dimana ukuran efektivitas merupakan refleksi output.Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output dan proses, maka efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely.”


(39)

Menurut Indra Bastian (2010:60 )value of money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada 3 elemen utama, 3 elemen itu adalah :

1. “Ekonomi, yaitu pemerolehan input dengan kualitas tertentu pada harga yang terendah.

2. Efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. 3. Efektivitas, yaitu tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan atau perbandingan outcome dengan ouput.“

Ketiga hal tersebut merupakan pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat perlu ditambah 2 elemen yaitu keadilan (equity) mengacu pada adanya kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan pelayan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Pemerataan (equality) penggunaan uang publik tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu melainkan secara merata. Manfaat implementasi value for money :

1. “Meningkatkan pelayanan publik

2. Meningkatkan efektifitas pelayan publik, pelayan tepat sasaran

3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan input.”

2.1.3.3 Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2009:25) menjelaskan manfaat pengukuran kinerja adalah:

a. “pengalaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen;

b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;

c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkan dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja;

d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang Memberikan telah disepakati;


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Internal Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah”.

Penyusunan Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti menyadari dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena didalamnya tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti baik dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pengalaman peneliti. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan karya tulis selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Selama penyusunan Skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa dorongan moril maupun materil. Terutama kepada Dr. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si.,Ak Selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga laporan ini dapat selesai.


(2)

iv

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia serta selaku penguji dan selaku dosen wali kelas akuntansi-4 angkatan 2010.

4. Adi Rachmanto S.Kom., M.Kom., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. H. Arief Santosa. SE.,MSc. Selaku kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat yang telah membantu penulis dalam penelitiannya.

6. Kedua orang tua tercinta-ayahanda P Genepiawan dan ibunda T Djenab, do‟a dan kasih sayangmu selalu menjadi kekuatan dan motivasi bagi peneliti dalam menyusun Skripsi ini, semoga anakmu ini dapat menjadi kebanggaan keluarga.

7. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta dukungan kepada peneliti selama kegiatan perkuliahan.

8. Staf Kesekretariatan Program Studi Akuntansi yang telah memberikan pelayanan dan informasi.

9. Seluruh pegawai Dinas Perkebunan Privinsi Jawa Barat yang telah membantu penelitian ini dengan kerjasamanya.


(3)

10.Adik-adikku tercinta Dwi Laras Ati Ganeva, Mivtah Fariz, Sylvia Mega ,sibungsu Ghata Maulana dan Lutfi Hadi

11.Penyemangatku tercinta Fauzi Permana Akbar dan Adzra Queenby Ghumaisha yang selalu mambantu penulis untuk tetap bersemangat.

12.Saudaraku tercinta Sherillia Septiriane.,SE, Izmavita ,riri dan Aida yang selalu sabar, dan memberikan dukungannya.

13.Teman-teman Akuntansi Angkatan 2010 khususnya kelas AK-4, terimakasih atas kebersamaannya.

14.Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan Skripsi ini.

Harapan peneliti semoga apa yang disajikan dalam Skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca.

Akhir kata peneliti panjatkan do‟a kepada Allah SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan dan do‟a yang telah diberikan kepada peneliti akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

“Amin Ya Rabbal „Alamin”

Bandung, 3 Februari 2015 Peneliti,

PutriWulan Sari NIM.21110165


(4)

148

DAFTAR PUSTAKA

Buku _____________________________________________________________ Andi Supangat. 2008. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan

Parametrik. Jakarta: Kencana Prenada

Bahtiar Arif, 2009. Akuntansi Pemerintahan. Penerbit: Akademia

Deddi Nordiawan, 2008. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba empat

Ihyaul Ulum, 2009. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit PT BumiAksara

Indra Bastian, 2010. Akuntansi Sektor Publik Publik: Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H.Scheiner. 2005. Sawyer’s Internal Audit: Internal Audit Sawyer. Jakarta. Penerbit:Salemba4

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. Penerbit: Andi Mulyadi,2001. Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat

Jakarta.

Nawawi. 2002. Pengawasan Intern. Bandung: Alfabeta

Gondodiyoto, sanyoto. (2009). Pengelolaan fungsi Audit Sistem Informasi. Mitra Wacana Media: Jakarta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: GENESIS.

Jurnal:____________________________________________________________ Abdul, Rohman 2009, Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan


(5)

149

Pemerintah Daerah (Survei Pada Pemda Di Jawa Tengah). Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol.9 No.1 ISSN 1412-0852

Arief Effendi. 2005. Peranan Komite Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol 1 No 1

Askam Tuasikal. 2008. PengaruhPengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangandan Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Pemerintah Daerah. Vol.10. No 1.ISSN : 1410-8623

Bambang Pamungkas, 2012. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Volume 12 No.2 Mardiasmo, 2002. Elaborasi Akuntansi Sektor Publik: Telaah kritis terhadap

upaya aktualisasi kebutuhan system akuntansi keuangan pemerintah daerah. JAAI Vol 6 No.1 ISSN 1410-2420

Urip Santoso, 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi SektorPublik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud. ISSN: 0216-1249

Wawan Sukmana, Lia Anggarsari. 2009. Pengaruh Pengawasan Intern Dan Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. ISSN: 1907-9958

Artikel____________________________________________________________ Bahrullah Akbar, 2013. Pentingnya efektivitas penerapan sistem Pengendalian

intern dan pengelolaan risiko manajemen di ingkungan bumn. Jakarta: www.bpk.go.id/news

Bahrullah Akbar, 2014. bpk ri dorong optimalisasi pengawasan keuangan negara, Jakarta: www.bpk.go.id/news

Hasan Bisri, 2014. bpk ri temukan 13969 kasus senilai rp5698 triliun. Jakarta: www.bpk.go.id/news

Hasan Bisri, 2012. Perjalanan dinas boros 40 persen. Jakarta: www.bpk.go.id/news Sapto Amal Damandari. 2013. belanja kl rp1 triliun bermasalah. Jakarta:

www.bpk.go.id/news

PeraturanPemerintah No.60 tahun 2008,tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


(6)

158

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

NAMA LENGKAP : PUTRI WULAN SARI

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : BANDUNG, 14 JANUARI 1992

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : ISLAM

NAMA AYAH : GENEPIAWAN

NAMA IBU : TITI DJENAB

ALAMAT : CIPADUNG NO.149

DATA PENDIDIKAN Pendidikan Formal:

1. TK AISYAH [1997-1998]

2. SDN 04 CIBIRU [1998-2007]

3. MA YAPISA [2007-2010]

Pendidikan Informal