Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Independensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik (Survey Pada Dinas Pemerintahan Kota Bandung)
The Influence of Public SectorAudit And Independence Auditor of
Accountability Public
(Survey Of Bandung Government Office)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi Oleh :
NAMA : REVY SEPTHIAN HUDANA NIM : 21107039
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
(2)
ii
Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objectif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit, untuk menunjang agar audit berjalan dengan baik, seorang auditor perlu mempunyai sikap independensi yang artinya tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, bila audit sektor publik dan independensi berjalan baik maka akan menunjang perbaikan akuntabilitas publik . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel audit kinerja sektor publik, independensi auditor dan variabel akuntabilitas publik, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara audit kinerja sektor publik terhadap akuntabilitas publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik.,Untuk mengetahui pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan uji asumsi klasik, korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan softwareSPSS14.0for windows.
Hasil dari penelitian secara simultan menunjukkan bahwa audit kinerja sektor publik dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung sebesar 68,3% tingkat keterkaitannya, dan penelitian secara parsial antara audit kinerja sektor publik terhadap akuntabilitas publik sebesar 24.2% sedangkan pengaruh independensi auditor terhadap akuntabilitas publik sebesar 37.6%
Kata kunci: Audit Kinerja Sektor Publik, Independensi Auditor,Akuntabilitas Publik
(3)
i
Performance audit is an audit conducted by objective and systematic attack against a wide range of evidence to assess the performance of the audited entity, to support that the audit went well, an auditor needs to have an attitude of independence means not having a personal interest in the performance of its duties, if the public sector audit and independence goes well it will support the improvement of public accountability.
The purpose of this study to determine the effect of public sector performance auditing and auditor independence of public accountability at the Department of Government of Bandung.
The method used in this research is descriptive method and verifikatif. Descriptive method used to determine the variable picture of public sector performance audits, auditor independence and public accountability variables, whereas verifikatif to determine the relationship between public sector performance audits of public accountability and independence of the auditors of public accountability., To know the effect of public sector performance auditing and auditor independence of public accountability. The test statistic used is the calculation of the classical assumption test, Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.
The results of simultaneous research shows that public sector performance auditing and auditor independence significant effect on public accountability at the Department of Government of Bandung at 68.3% level of association, and research is partially between public sector performance audits of public accountability for 24.2% while the influence of the independence auditors of public accountability for 37.6%
Keywords: Performance Audit of Public Sector, Independence Auditors, Public accountability
(4)
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “PENGARUH AUDIT KINERJA SEKTOR PUBLIK
DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP AKUNTABILITAS
PUBLIK SURVEY PADA DINAS PEMERINTAH KOTA BANDUNG”.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat penulis mampu melewatinya.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, sekaligus penguji sidang.
(5)
5. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.
6. Ibu Erna selaku Kepala Sub bagia Umum Inspektorat Kota Bandung yang telah memberikan ijin penelitian di Inspektorat Kota Bandung.
7. Seluruh Staff Kantor Inspektorat Kota Bandung yang telah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data guna penyusunan skripsi.
8. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi ibu Senny,ibu puji dan ibu Dona.
9. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat ku : Wahyono, Aditya Sunarya, Alfin Frediansyah, Refli Akbar, I Gusti Ketut Wisnu,Vita Noviani, Dadan Hermawan, Irvan Permana dan Yudi Kristanto, Dini Nurendah, I Komang Deni , Facrozi Yusuf, Dina Mardiana yang selalu membantu penulis dan memberi semangat untuk mengerjakan skripsi.
11. Arima Anjarhati yang selalu mensuport penulis baik dalam hal moril maupun materilil.
(6)
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Juli 2011 Penulis
Revy Septhian Hudana NIM. 21107039
(7)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam menjalankan roda pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, masing-masing telah menyelenggarakan manajemen pemerintahan melalui fungsi organik menajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi yang dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara profesional sebagai bagian dari upaya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.(inspektorat 2010)
Dalam konteks ini, pemerintahan daerah sebagai sub sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit masalah pembinaan serta pengawasan terhadap pemerintahan daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelengaraan pemerintahan, maka pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh Pemerintahan, Walikota merupakan suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah dapat berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan.
Memahami dan menyadari bahwa tugas pengawasan menanggung beban yang cukup berat, maka sebagai konsekuensinya tentu saja dalam implementasinya dibutuhkan sinergitas semua aspek pelaksanaan tugas pengawasan baik hal itu menyangkut sisi landasan hukum, kesisteman yang menyangkut kejelasan tentang kewenangan dan tanggung jawab institusi organisasi dan tata laksanyanya maupun aspek lainya seperti status kepegawaian, koordinasi antar APIP, yang dalam hal
(8)
ini secara keseluruhan semua prasyarat ini harus didukung oleh aparat pengawasan yang memiliki tingkat profesionalisme dan dedikasi berikut moral yang tinggi disamping selalu menjujung tinggi kode etik yang menjadi acuannya.
Mengetengahkan tentang landasan formal maupun sistem yang menjadi acuan dalam penyelengaraan pengawasan ini, bedasarkan keputusan Walikota Kota Bandung Nomor 70 Tahun 2002 tentang Pedoman Operasional Pemeriksaaan Inspektorat Kota Bandung, telah ditetapkan suatu acuan dasar yang digunakan sebagai pegangan para pemeriksa dilingkungan Inspektorat Kota Bandung didalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan.(inspektorat 2010)
Dalam hal ini, atas pertimbangan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terkhir ini peraturan perundangan-undangan yang mengatur tentang manajemen pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubahan dan khusunya di bidang pengawasan terkahir diatur dengan Peraturan Pemerintah No.79 Tahun 2005 tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Pasal 208 yang dalam aplikasinya secara mendasar memiliki dampak yang di mensional disamping faktor lain seperti berkembangnya dinamika masyarakat dalam menyikapi berbagai permaslahan yang timbul, semua realita ini perlu disikapi pula secara rasional yakni melalui peninjauan kembali tentang mekanisme pengawasan termasuk kedalamnya tentang acuan dasar yang digunakan oleh aparat dilingkungan Inspektorat Kota Bandung didalam melaksanakan tugas pengawasannya.(Inspekrorat 2010)
(9)
Langkah ini perlu diambil sebagai bagian dari kepedulian dan upaya yang bersifat inovatif terhadap setiap perkembangan dan dinamika yang timbul agar tujuan pengawasan dapat berjalan sesuai dengan tujuan pemberian otonomi luas kepada daerah sebagaimana diamanatkan undang-undang yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, serta pemberdayaan masyarakat.(Inspekrorat 2010)
Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat, Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih, Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitas, dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik.(achmad badjuri,2004)
Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan, Hal ini tertuang dalam ketetapan Standar Audit – Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah(SA–SAFP)Tahun 1996oleh BPKP dengan keputusan Kepala BPKP NOMOR: KEP- 911/K/JF/2005 secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik(SPAP) yang berlaku di Indonesia.(Arie Soelendro,BPKP 2005)
(10)
Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik, Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk menjamin dilakukannya pertanggung jawaban publik oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, namun pada kenyataanya tidak sesuai yang direncanakan terbukti pada kurangnya transparansi dilihat dari laporan akuntabilitas dan kinerjainstansi pemerintah (LAKIP) hanya ditunjukan secara internal kepada atasan saja.(Firmanzah,Ph.D, harian Seputar Indonesia, Selasa 07 Juli 2009 ).
Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Ihayul Ulum,2009:55)
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah, Kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif, Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak
(11)
dapat diartikan secara terpisah, Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input yang digunakan dalam operasional organisasi dapat diminimalkan, Konsep efisien memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia, Sedangkan konsep efektif berarti bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan pengguna jasa dengan tepat.
Harus disadari bahwa saat ini masih terdapat beberapa kelemahan dalam melakukan audit pemerintah di Indonesia. Kelemahan pertama bersifat intherent sedangkan kelemahan kedua bersifat struktural.Kelemahan pertama adalah tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar mengukur kinerja pemerintah. Kelemahan kedua adalah masalah kelembagaan audit Pemerintah Pusat dan Daerah yang overlapping satu dengan lainnya, sehingga pelaksanaan pengauditan tidak efisien dan tidak efektif.(Sumber Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan:2010 menyebutkan).
Masalah utama dalam audit kinerja sektor publik adalah menetapkan standar audit atau kriteria yang legitimate. Idealnya pemerintah lah yang menetapkan kriteria kinerja yang dapat di terima umum.namun kenyataanya auditorlah yang harus mengembangkan dan menetapkan standar atau kriteria kinerja sehingga kompetensi (knowledge,skill, ability dan experience) auditor menjadi faktor penentu dalam penetapan kriteria atau standar audit yang layak dan jujur untuk menilai kinerja suatu entitas sektor publik.(bushing dan belk : 2000)
Sementara permasalahan yang utama yang terdapat di Inspektorat kota Bandung mengenai audit kinerja yaitu pengumpulan dakumen-dokumen pengauditan yang lamabat sehingga pelaksanaan audit berjalan dengan lambat
(12)
karena hambatan tersebut.(Erna;kasubag evaluasi dan pelaporan;Inspektorat 2011).
Untuk menjalankan audit kinerja dengan baik maka harus di dorong juga dengan independensi auditor yang baik, Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan auditor tersebut. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Hal ini berarti bahwa auditor harus memiliki kejujuran yang tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya dan dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian independen dalam fakta atauindependen dalam kenyataan harus memelihara kebebasan sikap dan senantiasa jujur menggunakan ilmunya.(Munawir:2001:35)
Sedangkan independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau
(13)
tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak hanya harus bersikap bebas menurut faktanya, tapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang membuat orang lain meragukan kebebasannya (Munawir:2001:35).
Tidak semua auditor bersikap bebas, jujur, dan objektif/ sikap independensi dalam melakukan penugasan audit terdapat beberapa kendala yang terjadi seperti kasus Jakarta - Sekda Kota Bekasi, Tjandra Utama Effendi, diancam hukuman 5 tahun penjara. Tjandra didakwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) ikut terlibat dalam aksi suap bersama Walikota Bekasi, Muchtar Muhammad. Atas dakwaan ini, ia tidak mengajukan eksepsi.
"Bahwa terdakwa secara sendiri-sendiri, maupun secara bersama-sama dengan walikota Bekasi, memberi atau menjanjikan sesuatu, uang sebesar Rp 400 juta," ujar JPU, Risma Ansari, dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa, (28/9/2010). Rismamengatakan, Tjandra melakukan suap kepada dua pegawai negeri sub auditor Inspektorat dan BPK Jabar, Suharto dan Enang Ernawan. Uang Rp 400 juta diberikan secara bertahap agar laporan keuangan Bekasi tahun 2009 jadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Atas perbuatan itu, Tjandra didakwa telah melanggar Pasal 5 Ayat 1 Huruf a, UU Pemberantasan Tipikor dengan ancaman maksimal 5 tahun penjara. Sementara itu, Pengacara Tjandra, Sira Prayuna mengatakan jika pihaknya tidak mengajukan eksepsi karena hanya akan membuang-buang waktu saja.
"Kita tidak mengajukan eksepsi karena materi dakwaan dari JPU menurut saya sudah cukup untuk mengurai permasalahan. Alasan kedua, tidak ada preseden di
(14)
pengadilan Tipikor, sehingga buang waktu saja. Mending kita langsung ke pembuktian perkara," jelasnya (Irham,detikNews.com)
Dalam konteks skandal suap di atas, memunculkan pertanyaan apakah auditor memakai sikap indepedensianya dalam menjalankan tugas Negara.
Maka inti permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Apabila audit kinerja dan sikap independen / independensi auditor dijalankan dengan baik maka akan tercipta akuntabilitas pemerintah yang berdampak pada upaya terciptanya good governance. Perbaikan akuntabilitas pemerintah juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan politik , Dalam bidang ekonomi, perbaikan akuntabilitas pemerintah mendorong pada perbaikan iklim investasi,sedangkan dalam bidang politk akuntabilitas pemerintah akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.(Agus Dwiyanto,2002)
Akuntabilitas_merupakan_kewajiban_untuk_menyampaikan_pertanggungjaw aban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai ”pertanggung jawaban”. Namun penerjemahan secara sederhana ini dapat
(15)
mengaburkan arti kata accountability itu sendiri bila dikaitkan dengan pengertian akuntansi dan manajemen. Governmental AccountingStandard Board (GASB) di Amerika Serikat mendefinisikan istilah accountability sebagai “the requirement for government to answer to the citizenry – to justify the raising of publik resources and the purposes for which they used.
Dalam akuntabilitas publik kegiatan pemerintah tidak hanya berjalan dengan baik, tapi terdapat kendala-kendala dan permasalahan yang sangat kompleks yang harus diselesaikan oleh pemerintah antara lain, Akuntabilitas Pemerintah yang mengemuka hanya terdapat upaya meningkatkan kualitas pelayanan melalui aturan-aturan, tetapi lemah dalam peningkatan kemampuan aparat (birokrat) dalam memberikan pelayanan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Universitas Gajah Mada pada 2002 tentang kualitas pelayanan publik sejak otonomi daerah, efisiensi dan keefektifan, renposiviias, kesamaan perlakuan, dan besar kecilnya rente birokrasi masih jauh dari harapan.
Permasalahan lain pun timbul seperti PEMERIKSAAN BPK RILKDP Prov Jabar 2009 "Wajar Dengan Pengecualian"
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jabar Tahun Anggaran 2009, masih terdapat sejumlah permasalahan yang mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan, sehingga BPK RI memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP).
Selain itu, permasalahan lainnya, badan atau organisasi penerima bantuan subsidi. Belum menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan bantuan sebesar Rp2,52 triliun kepada Pemprov Jabar. Bahkan BPK menemukan, bansos sebesar
(16)
Rp300 juta belum bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Jabar serta Rp780 juta dikelola secara tidak tertib dan tidak transparan sehingga belum dapat diyakini kebenaran penggunaannya dan berindikasi tidak digunakan sebagaimana mestinya seperti yang direncanakan dalam proposal.(Ruli Adrian, pikiran-rakyat,JUMAT, 13/08/2010 - 01:37)
Melihat fenomena yang terjadi pada audit kinerja dan independensi auditor terhadap akuntabilitas pemerintah yang selalu terjadi dan saling berkaitan satu sama lain terhadap pengawasan, maka penulis memberi judul penelitian ini “ Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Independensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik ”
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifiksasi Masalah
Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. pengumpulan dokumen pengauditan yang lambat sehingga menghambat pengauditan.
(17)
2. Penyuapan kepada 2 auditor Inspektorat dan BPK Jabar oleh Walikota Bekasi agar mengeluarkan laporan keuangan bekasi wajar tanpa pengecualian (WTP) di tahun 2009.
3. Permasalahana yang pertama adalah laporan keuangan Pemda Provinsi Jawabarat tahun anggaran 2009 wajar dengan pengecualian,Masalah yang kedua BPK menemukan, bansos sebesar Rp300 juta belum bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Jabar serta Rp780 juta dikelola secara tidak tertib dan tidak transparan sesuai dengan proposal yang direncanakan
1.2.2 Rumusan Masalah
Sebagaimana yang diuraikan diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana audit kinerja sektor publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
2. Bagaimana independensi auditor pada Dinas Pemerintah Kota Bandung. 3. Bagaimana akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung. 4. Seberapa besar Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Indepedensi
Auditor_Terhadap_Akuntabilitas_Publik_Baik_Secara_Parsial_maupun_ simultan Pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
(18)
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini dimaksud untuk mendapatkan bukti-bukti empiris dilapangan mengenai Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari:
1. Untuk mengetahui audit kinerja sektor public pada Dinas Pemerintah Kota Bandung
2. Untuk mengetahui indepedensi auditor pada Dinas Pemerintah Kota Bandung
3. Untuk mengetahui akuntabilitas public pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh audit kinerja sektor publik dan indepedensi auditor terhadap akuntabilitas publik secara parsial maupun simultan pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
1.4 Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian menerangkan manfaat penulisan karya ilmiah ini yang untuk dipergunakan dengan tujuan penulisan dari segi berbagai bidang dan kebutuhan, sebagai berikut :
(19)
1.4.1 Kegunaan Praktis
Sedangkan kegunaan praktis yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari:
1. Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
2. Dalam hal pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengayaan atas teori-teori yang telah ada
3. Bagi dunia pendidikan, diharapkan dapat menjadi acuan dan sumbangan pemikiran pengembangan pendidikan akuntansi dimasa yang akandatang.
4. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini dapat menjadi tambahan literatur yang dapat menjadi rujukan dalam pengambilan keputusan, untuk menganalisisAudit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik.
5. Bagi divisi yang terkait dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
1.4.2 Kegunaan Akademik
Penelitian atas pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan, dan disamping itu, penelitian tersebut dapat memberikan manfaat bagi :
(20)
1. Bagi pengembangan ilmu akuntansi penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik.
2. Bagi peneliti sendiri diharapkan menjadi sarana untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik . Kedepannya diharapkan menjadi acuan bagi peneliti berikutnya, dalam rangka pengembangan ilmu mengenai topik ini.
3. Bagi peneliti selanjutnya, Sebagai bahan referensi bagi peneitian selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian yang sama dan juga dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Audit Kinerja Sektor Publik danIndepedensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian pada 14 Dinas Pemerintah Kota Bandung melalui survey oleh Insepktorat Pemerintah Kota Bandung yang berlokasi di jl. Terra No. 220 Bandung.
(21)
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu dan pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011.
Tabel 1.1
Pelaksanaan Penelitian
Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 I
1 Penyusunan Bab 1,2,3
2 Bimbingan dengan dosen pembimbing 3 Revisi UP
4 ACC UP
5 persiapan seminar UP II
1 pangambilan data dan pengolahan data
2 Bimbingan dengan perusahaan dan dosen pembimbing 3 Penyusunan Draft Skripsi
III
1 Penyusunan Bab 1,2,3,4,5
2 Bimbingan dengan dosen pembimbing 3 Revisi 1,2,3,4,5
4 ACC Skripsi
5 persiapan Sidang Skripsi IV
1 Penyerahan Laporan Skripsi 2 Wisuda
Tahap Pelaporan
Tahap Akhir Tahap Persiapan
Bulan Prosedur
Tahap
(22)
16 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Pada Bagian ini penulis akan membahas mengenai pengertian dan pemahaman audit kinerja sektor publik, independensi auditor dan akuntabilitas publik dengan menganalisa data-data maupun teori yang telah dikumpulkan oleh penulis yang berhubungan dengan audit kinerja sektor publik, independensi auditor, akuntabilitas publik.
2.1.1 Audit Kinerja Sektor Publik
Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku, Disamping itu, auditor sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah, Dengan demikian, bila kualitas audit sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Menurut Abdul Halim(2005:7) mengenai makna audit sektor publik adalah sebagai berikut:
“Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Audit dapat mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, maupun audit operasional, Auditornya adalah auditor pemerintah.”
(23)
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:14) mengenai pemahaman Audit pemerintah adalah sebagai berikut:
“Auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah, di indonesia lembaga yang bertangung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah badan pemeriksa keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit sektor publik merupakan Audit yang mengarah pada pemeriksaaan pemerintah, meliputi audit laporan keuangan, audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, audit ekonomi dan efisiensi operasi organisasi, audit atas program pemerintah dan BUMN dimana hasil audit itu sendiri dapat dipengaruhi oleh pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat.
2.1.1.1 Jenis Audit Sektor Publik
Ditinjau dari prespektif audit sektor publik sesuai dengan pekembangan dan tuntunan kebutuhannya, serta sifat, tujuan, dan ruang lingkungnya, menurut I Gusti Agung Rai(2008) dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:
(1). Audit keuangan (2). Audit Kinerja (3). Audit Investigasi
Adapun penjelasan masing-masing pada point diatas tersebut sebagai berikut : 1. Audit keuangan adalah secara tradisional, Pemeriksaan keuangan dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (Compliance test),dengan tujuan beikut.
(24)
2. Audit Kinerja adalah Sebagai sebuah pengujian secara sistematis, terorganisasi dan objektif atas sesuatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan kerja.
3. Audit Investigasi adalah audit dengan tujuan khusus, yaitu untuk membuktikan dugaan penyimpangan dalam bentuk: kecurangan (Fraud), Ketidakteraturan (irregularities), pengeluaran illegal (illegal expenditures) atau penyalahgunaan kewenagan (abuse of power) di bidang pengelolaan keuangan Negara.
Dari penjelasan Audit Sektor Publik diatas penelitian lebih ditekankan pada audit Kinerja sektor publik yang akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1.1.2 Audit Kinerja Sektor Publik
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.adapun pengertian audit kinerja sektor
(25)
publik sebagai berikut :
Menurut I Gusti Agung Rai (2008:24)menjelaskan definisi audit kinerja sektor publikadalah :
“audit yang dilakuakan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerjaentitas yang di audit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik “ .
Menurut Ihyaul Ulum (2009:55) menjelaskan definisi Audit Kinerja Sektor Publik adalah:
“Pengujian sistematis, Teorganisasi, dan objektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan kinerja”
Beberapa hal yang terdapat dalam audit kinerja sektor publik meliputi : 1. Penelitian awal informasi kinerja
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja 3. Fokus Pada Ukuran-Ukuran Penting
4. Perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja sektor publik 5. Pengendalian kinerja audit sektor publik
Peneliti menyimpulkan dari pengertian diatas bahwa audit kinerja sektor publik adalah suatu audit yang dilakukan di intansi sektor publik dengan tujuan menilai kinerja dalam hal ekonomi,efisiensi dan efektivitas untuk memperbaiki kinerja dan memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan kinerja.
Berikut beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang terdapat di dalam audit kinerja sektor publik:
1. Penelitian awal informasi kinerja
(26)
sumber informasi kinerja (baik kinerja keuangan maupun non keuangan) untuk memastikan adanya konsistensi antara pengetahuan auditor dengan lingkungan operasional dan struktur instansi pemerintah, khususnya yang terkait dengan sistem perencanaan dari instansi pemerintah yang diaudit.
Seperti yang dikemukakan Ihayul Ulum mengenai Tujuan penelitian awal informasi kinerja sektor publik, sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman yang memadai bagi auditor terhadap arti penting dan substansi dari berbagai dokumen yang menjadi sumber informasi kinerja.
b. Membantu auditor dalam hal :
1. Analisis terhadap konteks kinerja yang diaudit, khususnya yang berkaitan dengan sistem pengukuran kinerja.
2. Memehami arti penting capaian kinerja sampai dengan periode yang diaudit, termasuk implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan instansi pemerintah.
3. Merumuskan pernyataan sasaran-sasaran audit (statement of audit objectives), yaitu apa yang direncanakan sebagai outcome atau pengaruh dari penugasan audit tersebut.
4. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan audit yang harus didapat jawabannya sesuai dengan pernyataan-pernyataan sasaran audit. c. Melalui penelitian awal terhadap dokumen yang menjadi sumber
informasi kinerja, maka auditor dapat memperoleh gambaran penting tentang:
1. Jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh instansi pemerintah.
2. Sumber data kinerja. 3. Struktur organisasi.
4. Saat pengumpulan dan pelaporan informasi 5. Bagaiman cara-cara yang digunakan.
(27)
Landasan dasar Indikator yang digunakan oleh penulis dari kinerja audit sektor publik yaitu penelitian awal informasi kinerja, adalah maksud dan ruang lingkup:
Maksud dan ruang lingkup menurut ihyaul Ulum M.D adalah maksud dan ruang lingkup adalah dokumen sumber informasi atau laporan kinerja harus dinyatakan dengan jelas, pernyataan ruang lingkup meliputi informasi tentang kelengkapan cakupan laporan atas pelayanan dan program-program utama/penting dari entitas auditan, maksud dari kriteia ini adalah (1) untuk menginformasikan kepada pemakai tentang maksud dari dokumen/laporan tersebut, dan (2) untuk mengenditifikasi program-program dan pelayanan yang tercakup dalam laporan kinerja tersebut.
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja
Laporan harus berisikan pembahasan tentang faktor-faktor internal dan eksternal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja dan akan membantu memberikan suatu konteks guna memahami kinerja organisasi maksud dari kriteria ini adalah untuk membantu pengguna memahami faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja, termasuk kondisi-kondisi relevan yang berkaitan dengan keadaan negara, regional masyarakat, atau lingkungan operasi organisasi.
Indikator penelitian yang digunakan dalam tahap ini adalah: a. Kesesuian dengan standar profesi
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
(28)
b. Pengetahuan dan kecakapan
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncakan atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan.
c. Pendidikan berkelanjutan
Audit internal harus megikuti pelatihan-pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas profesionalisme kinerja audit.
d. Ketelitian profesionalisme
Dalam pelaksanaan audit dan penyusuanan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahirannya profesionalnya dengan cermat dan seksama. 3. Fokus pada ukuran-ukuran penting
Laporan harus berfokus pada ukuran-ukuran kinerja penting yang memberikan dasar untuk menilai hasil dari program-program dan pelayanan utama, serta tujuan dan sasaran pokok organisasi, laporan kinerja eksternal haruslah ringkas namum komprehensif dalam cangkupan terhadap kinerja yang dilaporkan, maksud dari kriteria ini adalah untuk memastikan bahwa laporan kinerja memberi para pengguna informasi yang memadai untuk mengambil kesimpulan tentang aspek-aspek penting dari kinerja suatu organisasi, tanpa memberikan informasi yang melebihi dari kebutuhan para pengguna.
Indikator yang digunakan dalam penelitian pada tahap ini: a. Perlindungan terhadap harta
(29)
Audit kinerja sektor publik mengadakan pemeriksaan khusus untuk kasus-kasus yang merugikan banyak pihak pada umunya bersifat keuangan. b. Perlindungan sumber daya secara ekonomis dan efisien
Informasi kinerja yang dilaporkan harus meliputi informasi tentang sumber-sumber daya atau biaya-biaya dari program dan pelayanan, dapat juga dilaporkan informasi kinerja yang berkaitan dengan biaya dari output atau outcome (ukuran efisien dan efektivitas biaya), maksud dari kriteria ini adalah untuk membantu penilaian atas sumber-sumber daya yang digunakan, efisiensi, efektivitas biaya, dan ekonomi dari program-program dan pelayanan.
4. Perencanaan dan Pelaksanaan Audit Kinerja Sektor Publik
Perencanaan audit kinerja perlu disusun secara matang untung menunjang kesuksesan audit kinerja, perencanaan audit yang baik merupakan faktor penting untuk dapat diperolehnya bukti audit (evidence) yang cukup dan kompeten guna mendukung isi laporan audit.
Rencana audit pada umunya berisi uraian mengenai area yang akan diaudit, jangka waktu pelaksanaan audit, personel yang dibutuhkan, dan sumber daya lain yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.
Indikator yang digunakan dalam penelitian pada tahap ini: a. Perencanaan pemeriksaan
Informasi kinerja yang dilaporkan harus meliputi informasi komparatif untuk menilai kinerja, seperti periode lainnya, target yang ditetapkan atau dari sumber-sumber eksternal dan internal, maksud dari kriteria ini adalah
(30)
untuk memberikan perbandingan yang jelas guna menilai kineja organisasi, program, dan pelayanannya.
b. Pengujian dan pengevaluasian
Ketersediaan laporan kinerja eksternal dan bagaimana mendapatkan laporan tersebut harus dikomunikasikan secara luas melalui saluran-saluran yang tepat kepada organisasi dan pengguna yang ditujukan, informasi kinerja harus dikomunikasikan melalui berbagai medium dan metode yang sesuai dengan para pengguna yang ditunjukan, maksud dari kriteria ini adalah (1) memastikan bahwa sekelompok besar dari pengguna potensial menyadari bahwa laporan kinerja tersedia, dan (2) memberi informasi kinerja dalam suatu bentuk sehingga berbagai pengguna yang berbeda dapat mengakses, memahami, dan menggunakan untuk mencapai kesimpulan terhadap hasil-hasil organisasi.
c. Penyampaian hasil pemeriksaan
Informasi kinerja yang dilaporkan harus diagregasikan atau dipilah-pilah bedasarkan kebutuhan dan kepentingan dari pengguna yang ditunjukan maksud dari kriteria ini adalah untuk memberi informasi kinerja yang (1) tidak menyesatkan sebab kurang jelas atau tidak merepresentasikan kinerja yang sebenarnya, dan (2) relevan kepada para pengguna dengan kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Identifikasikan bidang-bidang atau kegiatan-kegiatan yang kemungkinan terdapat kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga dapat
(31)
mengakibatkan tujuan entitas auditan tidak tercapai, hasil indentifikasi ini dapat dipergunakan sebagai dasar sementara dalam penentuan tujuan audit, ruang lingkup audit, sasaran audit, penentuan kriteria dan bukti-bukti audit yang diperlukan.
5. Pengendalian Kinerja Audit Sektor Publik
Mencangkup kebijakan dan prosedur dalam rangka pengendalian untuk memberikan keyakinan bahwa pentujuk yang dibuat oleh pemerintah dan manajemen telah dilaksanakan.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kebijaksanaan dan prosedur
Program audit yang dibuat, agar diperoleh ketetapan penentuan prosedur-prosedur audit sehingga terhindar dari pelaksanaan prosedur-prosedur-prosedur-prosedur audit sehingga terhindar dari pelaksanaan prosedur yang sebenarnya tidak diperlukan.
b. Pengembangan SDM Audit Internal
Teknik yang digunakan untuk menetukan kekuatan dan kelemahan pengendalian organisasi sektor publik adalah dengan melakukan survei terhadap sejumlah pegawai organisasi sektor publik yang bersangkutan penelaahan dokumen, pengamatan lapangan, dan wawancara, survey dapat dilakukan dengan menggunakan instrument kuesioner yang didesain sesuai dengan tujuan dan keperluan survei.
(32)
2.1.1.3 Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
1. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai. 2. Staf harus disupervisi dengan baik.
3. Bukti yang cukup kompeten dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi.
4. Membuat simpulan hasil audit dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan kepada pengelola entitas yang di audit.
2.1.2 Independensi Auditor
2.1.2.1 Pengertian Independensi Auditor
Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep teori auditing. Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu independensi yang sesungguhnya (real independence) dari para auditor secara individual dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan "practitioner independence". Real independence dari para auditor secara individual mengandung dua arti, yaitu kepercayaan diri (self reliance) dari setiap personalia
(33)
dan pentingnya istilah yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan keuangan. Aspek independensi yang kedua adalah independensi yang muncul/tampak (independence in appearance) dari para auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession independence".adapun pengertian independensi auditor sebagai berikut :
Menurut Moller dan Witt (2000:31) menjelaskan Indepedensi adalah: “sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.”
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:21) , Indepedensi Auditor adalah:
“pemeriksa bertanggung jawab untk mempertahnakan sikap indepedensi dalam sikap mental (independent in fact) dan indepedensi dalm penampilan prilaku (independent in appearance) pada saat melaksanakan pemeriksaan. Bersikap objective merupakan cara berpikir yang jelas tidak memihak, jujur secara intelektual dan bebas dari kepentingan.”
Peneliti menyimpulkan dari kedua pengertian diatas bahwa indepedensi auditor adalah sikap yang dimiliki seorang auditor yang harus mempunyai sikap objektif dalam melaksanakan pemeriksaan dan bersikap tidak memihak .
(34)
2.1.2.2 Tiga Aspek indepedensi Seorang Auditor
Menurut Abdul Halim (2001:21) tiga aspek indepedensi seorang auditor adalah :
(1) Independence in fact (indepedensi dalam kenyataan), yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi.
(2) Independence in apprance (indepedensi dalam penampilan), yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap indepedensi dan objektivitas. (3) Indepdence in competence(indepedensi dari sudut keahlian), yang
berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
2.1.2.3 Kode Etik Indepedensi Auditor
Adapun penjelasan tentang kode etik independensi auditor yang di dapat dari inspektorat Kota Bandung sebagai berikut :
Menurut Inspektorat Kota Bandung (2011) bahwa terdapat kode etik Indepedensi Auditor Yaitu:
1. menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar konteks pelaksanaan
2. tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tuga,
3. menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditanbaik kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik auditor mencakup hal menghindari upaya meminta atau mencari informasi, tidak mengkomunikasikan
(35)
aspek temuan dan menghindarri permintaan pelayanan dari pihak luar yang ada atau tida ada hubungannya dalam hal pemeriksaan.
2.1.3 Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik termasuk pemerintah.Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlu dilakukannya transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.
2.1.3.1 Pengertian Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. adapun pengertian lain akuntabilitas publik sebagai berikut :
Menurut Ihyaul Ulum. MD (2004:40) pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai berikut:
“Suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat atau individu dimana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
(36)
Sedangkan menurut Mahmudi (2007:9) pengertian akuntabilitas publik dalam konteks organisasi pemerintah adalah sebagai berikut:
“Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
peneliti menyimpulkan dari kedua pengertian diatas bahwa akuntabilitas publik adalah pertanggung jawaban yang di berikan oleh pemerintah kepada setiap pihak yang di beri amanah untuk pelaksanaan tugasnya.
2.1.3.2 Jenis-jenis Akuntabilitas Publik
Adapun penjelasan jenis-jenis akuntabilitas publik sebagai berikut :
Menurut Mardiasmo(2004:21)akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).
Lebih lanjut jenis-jenis akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Berlaku bagi setiap tingkatan dalam organisasi internal penyelenggaraan negara termasuk pemerintah.Dimana setiap pejabat atau petugas publik baik individu atau kelompok secara hirarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada atasan langsungnya mengenai
(37)
perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara periodik maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu.
(2)Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Melekat pada setiap lembaga negara sebagai satu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak eksternal dan lingkungannya.
2.1.3.3 Dimensi Akuntabilitas Publik
Adapun penjelasan dimensi yang peneliti dapatakan mengenai dimensi akuntabilitas publik sebagai berikut :
Menurut Mahmudi (2007:9) dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik antara lain:
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and legality),
2. Akuntabilitas manajerial (manajerial accountability), 3. Akuntabilitas program (programe accountability), 4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability),dan 5. Akuntabilitas finansial (financial accountability).
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa akuntabilitas publik hendaknya dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja, akan tetapi akuntabilitas lainnya yaitu akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Lebih lanjut dimensi akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(38)
(1) Akuntabilitas hukum dan kejujuran
Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi.
(2)Akuntabilitas manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabilitas manajerial juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability) dan berkaitan pula dengan akuntabilitas proses (process accountability).
(3)Akuntabilitas program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan program.
(4)Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Dalam membuat kebijakan harus
(39)
dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas kebijakan tersebut.
(5)Akuntabilitas finansial
Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik (publik money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak luar.
2.1.4 Keterkaitan antara Variabel Penlitian
2.1.4.1 Hubungan Audit Kinerja Sektor Publik Dengan Akuntabilitas Publik Adapun peneliti mendapatkan teori yang menghubungkan antara audit kinerja sektor publikterhadap akuntabilitas publik sebagai berikut:
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara audit kinerja sektor publik dan akuntabilitas publikyaitu :
“audit yang dilakuakan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang di audit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik”.
(40)
2.1.4.2 Hubungan Audit Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik.
Menurut Indra Bastian (2007:48) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara audit kinerja,indepedensi auditor terhadap akuntabilitas Publik yaitu :
“Sektor publik mengenal yang nama audit kinerja (perfomance audit) yang merupakan pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan Pemerintah yang diaudit. Audit kinerja dimaksudkan untuk dapat meningkatkan tingkat akuntabilitas pemerintah dan memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan memprakarsai tindakan koreksi.”
2.1.4.3 Hubungan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik
Menurut Willopo (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antar indepedensi auditor dan akuntabilitas Publik yaitu :
“Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah sangat tergantung pada Kualitas auditor sektor publik salah satunya yaitu kapabilitas teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan.”
Dari kedua teori penghubung audit kinerja sektor publik terhadap akuntabilitas publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik dapat ditarik kesimpulan menurut peneliti bahwa terdapat keterkaitan audit kinerja sektor publik dan independensi auditor berpengaruht terhadap akuntabilitas publik dan di dorong dengan jurnal – jurnal sebelumnya yang menyatakan bahwa strategi audit kinerja sektor publik antara lain untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap akuntabilitas.
(41)
2.2 Kerangka Pemikiran
Naratif
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara.Keluhan "birokrat tidak mampu berbisnis" ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor publik.Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan ini.Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat.Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan.Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, jalannya
pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggungjawaban) merupakan dasar dari pelaporan keuangan). Pelaporan keuangan pemerintah
(42)
tersebut memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas pemerintahan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu masyarakat yang demokratis.(Wilopo, 2001)
Hasil kerja intansi pemerintah yang telah dicapai, dalam rangka implementasi urusan pemerintah sesuia bidang pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya, dapat diketahui melalui informasi tentang akuntabilitas masing-masing intansi pemerintah tersebut,informasi tentang akuntabilitas Publik dibutuhkan oleh pemerintah berdasarkan informasi tersebut, pemerintah bahan pengambilan keputusan untuk melakukan perbaikan-perbaikan manajemen dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang lebih baik. Informasi tersebut juga diperlukan sebagai dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban kepala pemerintah sebagai penyelenggara pemerintah kepada masyarakat melalui DPR/D di setiap akhir tahun anggaran dan diakhir jabatan kepala pemerintah.
Akuntabilitas Publik merupakan salah satu bagian isu kebijakan yang strategis di Indonesia saat ini karena perbaikan akuntabilitas Publik berdampak pada upaya terciptanya good governance. Perbaikan akuntabilitas Publik juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan politik (Agus Dwiyanto,2006) .
Dalam bidang ekonomi, perbaikan akuntabilitas Publik mendorong pada perbaikan iklim investasi,sedangkan dalam bidang politk akuntabilitas Publik akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
(43)
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Dalam akuntabilitas publik memilik 4 dimensi yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik antara lain akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas financial. (Mahmudi; 2007; 9)
Untuk menjawab dan menerangkan kinerja badan hukum/ seseorang / pimpinan pemerintah memiliki keputusan Walikota Kota Bandung Nomor 70 Tahun 2002 tentang Pedoman Operasional Pemeriksaaan Inspektorat Kota Bandung, telah ditetapkan suatu acuan dasar yang digunakan sebagai pegangan para pemeriksa dilingkungan Inspektorat Kota Bandung didalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat tidak hanya berpengawasan terhadap keuangan tetapi terhadap kinerja instansi pemerinta yang dilakukan oleh inspektorat dengan cara audit kinerja, Audit Kinerja ditetapkan untuk menjamin mutu hasil audit, setiap tahap mempunyai prosedur yang harus diikuti auditor agar hasil yang dicapai sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Salah satunya tahap standarpelaksanaan audit kinerja sector publikyang harus dijalankan yaitu :
(44)
2. Staf harus disupervisi dengan baik.
3. Bukti yang cukup kompeten dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi.
4. Membuat simpulan hasil audit dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan kepada pengelola entitas yang di audit.(I Gusti Agung Rai: 2008)
Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Agar audit kinerja berjalan dengan baik tanpa ada habatan dari pihak luar auditor kinerja harus memiliki indepedensi yang baik, Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam “Auditing and Assurance Service An Integrated Approach Tenth Edision”, independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Menurut Standar Audit Pemerintahan 1995, independensi merupakan suatu pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil audit yang dilaksanakan secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara(SPKN) independensi ditekankan dalam paragraph
(45)
14 Pernyataan standar umum kedua: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Untuk memperkuat sikap indepedensi (Inspektorat:2011), auditor harus memiliki kode etik yaitu:
1. menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar konteks pelaksanaan.
2. tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tuga,
3. menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditanbaik kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.
audit kinerja sektor publik memberikan dampak pengaruh dalam menciptakan akuntabilitas publik yang penulis dapatkan dalam jurnal yang berjudul akuntabilitas publik dan pentingnya audit kinerja sektor publik dalam era otonomi daerah, menjelaskan bahwa strategis audit kinerja sektor publik yaitu :
1. untuk menilai memperbaiki dan meningkatkan kinerja ekonomi. 2. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik.
3. Mendorong terciptanya clean government, good governance accountable government baik pada pemerintah pusat dan daerah.(Anna Sumaryati & Andreas Lako 2003)
Ini menandakan dan memperkuat bahwa terdapat pengaruh antara audit kinerja sektor publik terhadap akuntabilitas publik,Untuk menciptakan
(46)
akuntabiltas publik tidak hanya sebatas audit kinerja saja yang harus baik tetapi orang yang melaksanakan pengauditan pun harus memiliki sikap independensi yang kuat agar tercipata semuanya dengan baik.
Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai.Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep teori auditing.Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu independensi yang sesungguhnya (real independence) dari para auditor secara individual dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan "practitioner independence". Real independence dari para auditor secara individual mengandung dua arti, yaitu kepercayaan diri (self reliance) dari setiap personalia dan pentingnya istilah yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan keuangan.Aspek independensi yang kedua adalah independensi yang muncul/tampak (independence in appearance) dari para auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession independence".
Independensi auditor pun memberikan dampak pengaruh terhadap akuntabilitas publik yaitu seperti yang peneliti dapatakana dalam jurnal yang berjudul Auditor’s Indepedence and accountability Nigeria publik enterprises
(47)
dalam jurnal ini menjelaskan bahwa independensi auditor memiliki dampak signifikan pada disposisi akuntabilitas perusahaan publik Nigeria, hal ini memperkuat bahwa terdapat hubungan atau pengaruh antara independensi auditor untuk menciptakan akuntabilitas publik.
Apabila audit kinerja dan indepedensi auditor dijalankan dengan baik maka akuntabilitas publik akan terlaksana sesuai yang diharapkan dan apabila akuntabilitas Publik telah terlaksana dengan aturan yang sesuai harapan maka pemerintah sudah bisa terbilang sukses dalam melaksanakan pemerintahan yang baik ( Good Governance).
(48)
Gambar : 2.1 Kerangka Pemikiran
Good Governance
Akuntabilitas Publik
Audit Kinerja Sektor Publik
Indepedensi Auditor
Standar pelaksanaan audit kinerja:
1. Pekerjaan harus direncanakan dengan baik. 2. Staf harus di supervise dengan baik.
3. Bukti yang cukup kompeten dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi. 4. Membuat simpulan hasil audit dan
memberikan rekomendasi untuk perbaikan kepada pengelola entitas yang di audit
1. Menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar konteks pelaksanaan.
2. Tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tugas.
3. Menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditan baik kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.
Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Indepedensi Auditor Terhadap
(49)
Gambar : 2.2 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:93) mengungkapkan bahwa pengertian hipotesis adalah sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka yang dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa :
X1
Audit Kinerja Sektor Publik
X2
Independensi Auditor
Y
(50)
Audit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor berpengaruh terhadap Akuntabilitas Publik baik secara parsial maupun simultan.
(51)
45
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2006:13) adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan
reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).”
Berdasarkan pernyataan di atas, objek yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Audit Kinerja Sektor Publik,Independensi Auditor dan Akuntabilitas Publik.Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pemerintah Kota Bandung melalui Survey yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Pengertian dari metode penelitian menurut Sugiyono(2009:2)adalah sebagai berikut:
“Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
(52)
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada kegiatan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono(2010:29)adalah sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri(2009:45) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa
(53)
Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam tentangpengaruh Audit Kinerja Sektor Publikdan Independensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian yang telah dibuat. Proses penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
MenurutSugiyono (2009:13) dapat disimpulkan proses penelitian kuantitatif meliputi :
1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan.
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
1. Pengumpulan dokumen pengauditan yang lambat sehingga menghambat pengauditan.
(54)
2. Penyuapan kepada 2 auditor Inspektorat dan BPK Jabar oleh Walikota Bekasi agar mengeluarkan laporan keuangan bekasi wajar tanpa pengecualian (WTP) di tahun 2009.
3. Permasalahan yang pertama adalah laporan Pemda Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2009 wajar dengan pengecualian, masalah yang kedua BPK menemukan bansos sebesar Rp.300 juta belum bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat jabar serta Rp.780 juta di kelola secara tidak tertib dan tidak transparan sesuai dengan proposal yang direncanakan. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data.berikut rumusan masalah :
a. Bagaimana audit kinerja sektor publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
b. Bagaimana independensi auditor pada Dinas Pemerintah Kota Bandung. c. Bagaimana akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung. d. Seberapa besar pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi
auditor terhadap akuntabilitas publik baik secara parsial maupun simultan pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah pada variabel tahap Audit Kinerja Sektor Publik dan Independensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya
(55)
yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional. 4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual). Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Audit Kinerja Sektor Publik dan Independensi Auditor berpengaruh terhadap Akuntabilitas Publik baik secara parsial maupun simultan.
5. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
6. Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk mengukur
(56)
sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setalah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikkan skala ordinal menjadi interval, regresi linier berganda untuk membuktikan sejauh mana pengaruh yang diperlihatkan antara Audit Kinerja Sektor Publik dan Independensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik, analisis korelasi untuk meneliti erat tidaknya pengaruhAudit Kinerja Sektor Publik dan Independensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik, koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan Independensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik dan thitung untuk menguji tingkat signifikan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel berikut ini:
(57)
Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang
Digunakan Unit Analisis
Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive
Survey Dinas Pemerintah Kota Bandung Cross Sectional
T-2 Descriptive Descriptive Survey Dinas Pemerintah Kota Bandung Cross Sectional
T-3 Descriptive Descriptive Survey Dinas Pemerintah Kota Bandung Cross Sectional T-4 Descriptive dan Verificative Descriptive &Explanatori Survey Dinas Pemerintah Kota Bandung Cross Sectional
Sumber: Umi Narimawati (2007:85)
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Pengertian dari Operasionalisasi variabel menurut Husein Umar (2002:33) adalah :
“Penentuan suatu construct sehingga menjadi variabel atau
variabel-variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam megoperasionalisasi construct
sehingga memungkinkan peneliti yang lain untuk melakukan replikasi (pengulangan) pengukuran dengan cara yang sama, atau mencoba untuk mengembangkan cara construct yang lebih baik.”
Dari pengertian diatas, maka operasionalisasi variabel merupakan definisi yang dinyatakan dengan cara menentukan pemikiran atau gagasan berupa kriteria-kriteria yang dapat diuji secara khusus bagi suatu penelitian menjadi variabel-variabel yang dapat diukur.
(58)
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel Independent (X)
Pengertianvariabel independent menurut Sugiyono(2009:59)yaitu:
“Variabel independent (bebas) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent(terikat).”
Yang menjadi variabel independent atau variabel bebas pada penelitian ini adalah Audit Kinerja Sektor Publik.dan Independensi Auditor.
a. Audit Kinerja Sektor Publik(X1) b. Independensi Auditor(X2) 2. Variabel Dependent (Y)
Pengertian Variabel dependent menurut Sugiyono(2009:59) yaitu:
“Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
(1)
hukum belum memenuhi kriteria baik yaitu menghindari sikap korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mempertanggung jawabakan apa yang semestinya dilakukan dalam prosedur yang ada .
4. Secara parsial Audit kinerja sektor publik mampu memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap akuntabilitas publik dalam kategori rendah dan indepedensi auditor mampu memberikan kontribusi atau pengaruh secara parsial kepada akuntabilitas publik dalam kategori rendah. Sedangkan secara simultan Audit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh yang cukup kuat terhadap Akuntabilitas Publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
5.2 Saran
1. Pelakasaan pemeriksaan audit kinerja sektor publik harus lebih dipersiapkan dan di perbaiki terlihat bahwa masih terdapat masalah yang terdapat pada pelaksanaan audit kinerja sektor publik yaitu pengumpulan dokumen-dokumen pengauditan yang masih lambat untuk menghinadri permasalahan seperti ini sebaiknya Inspektorat sebagai instansi yang berhak memeriksa dinas yang terdapat di kota bandung seharusnya memberi sansi kepada setiap dinas yang melanggar atas pengumpulan dokumen pengauditan sehingga memberikan efek jera kepada setiap entitas yang lalai dalam mengumpulkan dokumen yang akan diperiksa.
(2)
2. Sikap Independensi seorang auditor yang memeriksa pada Dinas Pemerintah Kota Bandung harus lebih ditingkatan lagi karena setiap pemeriksa (auditor) harus memiliki sikap yang objektiv dan independen dalam setiap kegiatan pelaksanaan pemeriksaan bila sikap itu tidak dimiliki oleh seorang auditor maka hasil pemeriksaan yang diharapkan rata-rata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, untuk mencipatkan sikap seperti ini sebaiknya auditor lebih mentaati peraturan yang terdapat dalam kode etik auditor.
3. Akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung harus lebih dibenahi karena untuk menciptakan pemerintahan yang baik harus berjalan bersama dengan kinerja instansi pemerintah yang akuntabel maka setiap intansi pemerintah harus lebih mempertanggung jawabkan setiap amanat yang diberikan oleh pemberi amanat terahadap masyarakat.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Andi Supangat. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensial, dan Nonparametik Edisi 1. Jakarta: Kencana
Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Bushong, J. Gregory dan Robert L. Belk. 2000. The Performance Audit. Dalam Handbook Of Govermental Accounting and finance. (diedit oleh Nicholas G. Apostolou dan D. Larry Crumbley). Second Edition. Hlm. 25.1-25.14. Jhon Wiley & Sons. Inc.
Dwiyanto, Agus, 2006.Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press,.
Elly Suhayati dan Siti Kurnia Rahayu. 2010. Auditing, Graha Ilmu:Bandung Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics. 4th edition. New York: McGraw-Hill Harun Al Rasyid, 1994, Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala,
Bandung: program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran
Halim, Abdul dan Theresia. 2007. Manajemen Keuangan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah Edisi kedua. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Juanim, 2004, Analisis Jalur Dalam Riset Pemasaran, Bandung ; Universitas Pasundan
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Masyhuri dkk. 2009. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung : Refika Aditama.
Munawir, S, 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Libert
Moller, R and Herbert Witt. 2000. Bring’s Modern Internal Auditing. 5th Edition. Jhon Wiley and Sons, Inc New York.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi II. BPFE- Yogyakarta
(4)
Riduwan, 2005, Dasar-dasar Statistika, edisi revisi, Bandung: Penerbit Alfabeta Rai, I Gusti Agung. 2010. Audit Kinerja Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Singgih Santoso, 2002, Buku Laithan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta
Supranto, 2000, Metoda Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Jakarta, Penerbit Erlangga
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta: Agung Media
Ulum, Ihyaul. 2009. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara Umar, Husein, 2005, Metode Riset Bisnis, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Wilopo. 2001. “Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor
Publik/Pemerintah”. Ventura. STIE Perbanas Surabaya. Vol. 4 No. 1. Juni. pp. 27 – 32.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006. Inspektorat Kota Bandung. 2010. Buku profil Inspektorat Kota Bandung
Inspektorat Kota Bandung. 2011. Kode Etik Auditor
Website
Fajar Pratama. “Suap Auditor Bpk” . www.detikNews.com
Ruli Adrian. Jumat, 13/08/2010. “LKDP Prov jabar 2009 Wajar dengan
pengecualian”. www.pikiran-rakyat.com harian Seputar Indonesia, Selasa 07 Juli 2009
(5)
Jurnal
Achmad Badjuri. 2004. Audit Kinerja Pada Organisasi Sektor Publik Pemerintah. Jurnal Fokus Ekonomi Volume III/ No.2 Agustus 2004
Anna Sumaryati. 2003. Akuntabilitas Publik Dan Pentingnya Audit Kinerja Sktor Publik Dalam Era Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Volume IX No.2/ September 2003
Sherly Wiarty. 2010. Peranan Audit Kinerja Dalam Menunjang Akuntabilitas Publik Pemerintah Kota Bandung. Jurnal Riset Akuntansi Volume I/No.2/ April 2010. ISSN: 2086-0447
Oladele. 2007. Auditor’s Independence And Accountability In Nigeria Public Enterprises.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Revy SepthianHudana
TempatTanggalLahir : Bandung, 3 September1990
Agama : Islam
JenisKelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat di Bandung : Komplek. Jakapurwa Blok A2 No.4 Bandung 40287.
Email : [email protected] Riwayat Pendidikan :
TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT
1994 – 1995 TK. DewiSartika Bandung, Jawa Barat 1995 – 2001 SDN MohamadToha II Bandung, Jawa Barat 2001– 2004 SLTPN 18 Bandung Bandung, Jawa Barat 2004 – 2007 SMAN 1Bojongsoang Bandung Bandung, Jawa Barat 2007 – Sekarang UniversitasKomputer Indonesia Bandung, Jawa Barat