Analisis Hubungan Laju Inflasi Dengan Net Profit Margin Pada PT. Mayora Indah Tbk

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam perkembangan system perekonomian dunia saat ini, pergerakan system keuangan yang terjadi di dunia juga ikut terkena dampaknya. Melihat dari perkembangan system keuangan, tidak terlepas dari peran industry yang secara mutlak menjadi bagian di dalamnya. Kondisi tersebut tercermin pada kondisi Indonesia saat mengalami krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997/1998. Ketika sector industry terpuruk, perekonomian juga ikut terpuruk, demikian sebaliknya (Kiryanto,2007).

Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sector perusahaan. Salah satu penyebab krisis yang di alami oleh Indonesia adalah inflasi yang berkepanjangan. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu Negara (Khalwaty,2000). Revell (1979) menyatakan adanya hubungan antara profitabilitas dengan inflasi, dia memberikan catatan bahwa dampak dari inflasi tergantung apakah gaji dan biaya operasional lain yang lebih cepat tinggi dibanding dengan inflasi. Selain itu, sebagian besar penelitian (Bourke 1989; Molyneux & Thornton 1992) melihat adanya hubungan positif antara inflasi atau suku bunga jangka panjang dengan profitabilitas.


(2)

Profitabilitas merupakan suatu indicator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan (Sudarmadji, 2007). Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan setelah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, maka semakin baik operasi suatu perusahaan (Syamsudin, 2007).

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengandalikan beban usaha (Bastian dan Suhardjono, 2006). Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong dengan pajak (Alexandri,2008:200). Berikut adalah tabel perbandingan data inflasi dan Net Profit Margin pada PT. Mayora Indah Tbk :

Tabel 1.1

Perbandingan Perkembangan Laju Inflasi dan NPM Periode 2008-2013

TAHUN INFLASI NPM

2008 11,06% 5,02%

2009 2,78% 7,79%

2010 6,96 % 6,7%

2011 3,79 % 4,98%

2012 4,3 % 6,94%

2013 8,39 % 8,29%


(3)

Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun (Tandelilin, 2003). Sedangkan menurut Widjojo (dalam amilia, 2003) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.

Pada tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa terjadi sebuah kondisi, pada tahun 2010-2011 laju inflasi mengalami penurunan, namun penurunan laju inflasi ini diikuti dengan menurunnya perolehan Net Profit Margin perusahaan. Kemudian pada tahun 2011-2013 laju inflasi cenderung mengalami kenaikan, namun kenaikan laju inflasi ini juga diikuti dengan meningkatnya perolehan Net Profit Margin perusahaan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tandelilin dan Widjojo di atas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Laju Inflasi Dengan Net Profit Margin pada PT.Mayora Indah Tbk”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah :

1. Inflasi yang terjadi selama periode 2008-2013 cenderung mengalami kenaikan.


(4)

2. Net Profit Margin yang diperoleh perusahaan periode 2008-2013 cenderung mengalami kenaikan.

3. Terjadi sebuah kondisi dimana ketika inflasi mengalami kenaikan, Net Profit Margin yang diperoleh perusahaan juga ikut mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya ketika inflasi mengalami penurunan, Net Profit Margin yang diperoleh perusahaan juga ikut mengalami penurunan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tandelilin dan Widjojo.

1.2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana laju inflasi di Indonesia periode 2008 s/d tahun 2013. 2. Bagaimana tingkat Net Profit Margin PT.Mayora Indah Tbk periode

2008 s/d tahun 2013.

3. Bagaimana analisis hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT. Mayora Indah Tbk periode 2008 s/d tahun 2013.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud diadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan analisis hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT. Mayora Indah Tbk periode 2008-2013. Kemudian


(5)

dianalisis dan di tarik kesimpulan serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang Diploma-III.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui laju inflasi di Indonesia periode 2008 s/d tahun 2013.

2. Untuk mengetahui tingkat Net Profit Margin PT. Mayora Indah Tbk periode 2008 s/d tahun 2013.

3. Untuk menganalisis hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT. Mayora Indah Tbk periode 2008 s/d tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi penulis, penulis mendapatkan pengetahuan lebih mengenai inflasi, dan Net Profit Margin perusahaan yang akan sangat berguna bagi penulis.

2. Manfaat bagi masyarakat atau pihak lain, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dan pengetahuan tambahan dalam mengkaji bidang yang sama dan sebagai perbandingan bagi penulis lain.


(6)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamat di Jl. Veteran No. 10 Bandung. Perusahaan yang diteliti oleh penulis adalah PT. Mayora Indah Tbk. Penulis melakukan penelitian dimulai dari bulan Maret 2015.

Penulis melakukan penelitian dimulai dari Februari 2015 hingga Juli 2015. Tabel 1.2

Pelaksanaan Penelitian NO

Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul 1 Survey awal dan

penentuan lokasi penelitiaan 2

Penyusunan Proposal 3

Seminar Proposal 4

Pelaksanaan Penelitian 5 Pengolahan data,

Analisis dan

penyusunan laporan 6


(7)

7 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Inflasi

2.1.1.1Definisi Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsic) mata uang suatu Negara (Khalwaty, 2000).

Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga – harga barang menjelang lebaran, atau hari libur lainnya, cenderung naik. Namun, setelah perayaan usai, masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula(Djohanputro, 2006). Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga barang – barang yang bersifat umum dan terus – menerus (Rahardja & Manurung, 2004).

Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus – menerus (Nanga, 2001 : 241).


(8)

2.1.1.2Jenis Inflasi

Adwin S. Atmadja (1999 : 58) menyatakan bahwa dalam ilmu ekonomi, inflasi dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang akan dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Berikut adalah jenis Inflasi :

1. Menurut Derajatnya

Inflasi ringan Di bawah 10%

Inflasi sedang 10% - 30%

Inflasi tinggi 30% - 100%

Hyperinflasion Di atas 100%

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah atau tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi.

2. Menurut Penyebabnya

Demand Pull Inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap. Dalam kasus jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih


(9)

belum mencapai kondisi full employment. Pengertian kenaikan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sedangkan menurut golongan Keynesian kenaikan aggregate demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi, investasi, government expenditures, atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar.

Cost Push Inflation yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Factor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve tersebut bergeser adalah meningkatnya harga factor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri) di pasar factor produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

3. Menurut Asalnya

Domestic Inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sector riil ataupun di sector moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.

Imported Inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di Negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan Negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada Negara yang menganut system


(10)

perekonomian terbuka dan inflasi ini dapat menular baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.

Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu Negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh suatu macam/jenis inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu system perekonomian Negara. Contoh : imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull inflation, dsb.

2.1.1.3Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Adwin S. Atmadja (1999 : 60) menyebutkan bahwa apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa factor utama yang mempengaruhi timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu :

1. Jumlah Uang Beredar

Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah factor utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara, tidak terkecuali di Indonesia. Sejak tahun 1976 persentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada persentase jumlah uang giral yang berdar (51,3%). Sehingga, mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sector moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah


(11)

uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi.

2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah

Seperti halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal – hal yang menyangkut ketegaran structural ekonomi Indonesia yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun.

3. Faktor – Faktor Dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri

Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia. Harga bahan pangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini antaralain disebabkan oleh ketegaran structural yang terjadi di sektor pertanian sehingga menyebabkan inelastisnya penawaran bahan pangan. Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sector pertanian, yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar dan daya serap tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban penduduk yang cukup tinggi, mengakibatkan harga bahan pangan meningkat pesat. Umumnya,


(12)

laju penawaran bahan pangan tidak dapat mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering terjadi excess demand yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap. Timbulnya excess demand ini disebabkan oleh percepatan pertambahan penduduk yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat diimbangi dengan pertambahan output pertanian, khususnya pangan. Di sisi lain, kelambanan produksi bahan pangan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah tingkat modernisasi teknologi dan metode pertanian yang kurang maksimal; adanya faktor-faktor eksternal dalam pertanian seperti, perubahan iklim dan bencana alam; perpindahan tenaga kerja pertanian ke sektor non pertanian akibat industrialisasi; juga semakin sempitnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian, yang disebabkan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai lokasi perumahan; industri; dan pengembangan kota.

Lebih lanjut, menurut hasil study empiris yang pernah dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati (1996), selain harga bahan pangan, kontributor inflasi di Indonesia lainnya dari sisi penawaran agregat adalah imported inflation, administrated goods, output gap, dan interest rate.

Pertama, imported inflation ini terjadi akibat tingginya derajat ketergantungan sektor riil di Indonesia terhadap barang-barang impor, baik capital goods; intermediated good; maupun row material. Transmisi imported inflation di Indonesia ini terjadi melalui dua hal, yaitu depresiasi rupiah terhadap mata uang asing dan perubahan harga barang impor di


(13)

negara asalnya. Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus ditanggung oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri (khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat tajam, sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi, untuk industri yang bersifat promosi ekspor, depresiasi tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan. Berkaitan dengan posisi hutang luar negeri Indonesia, pada periode tahun 1990- an, telah membengkak dengan tingkat debt service ratio yang semakin tinggi, yaitu lebih dari 40 %, dan presentase tingkat hutang yang bersifat komersial telah melampaui hutang non komersial. Menyebabkan, timbulnya hal yang sangat membahayakan ketahanan ekonomi nasional, terutama pada sektor finansial, apabila terjadi fluktuasi (memburuknya) nilai tukar (kurs), disamping dapat mengakibatkan tekanan inflasi yang berat, khususnya imported inflation.

Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara langsung sangat kecil dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara situasional dan tidak langsung pengaruhnya dapat menjadi signifikan. Contoh, apabila terjadi kenaikan BBM, maka bukan saja harga BBM yang


(14)

naik, harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan BBM juga akan ikut dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat tekanan inflasi.

Ketiga, output gap adalah perbedaan antara actual output (output yang diproduksi) dengan potential output (output yang seharusnya dapat diproduksi dalam keadaan full employment). Adanya kesenjangan (gap) ini terjadi karena faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi belum maksimal dan atau efisien.

Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang menyumbang angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya merupakan hal yang cukup membingungkan dalam menentukan manakah yang menjadi independent variable atau dependent, antara inflasi dan suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya produksi dan investasi (isi penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat dikatagorikan dalam komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya tingkat suku bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan, akan tinggi juga. Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya produksi akan meningkat, selanjutnya akan meningkatkan pula harga output di pasar, akibatnya terjadi tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara tingkat suku bunga dan inflasi ini bisa menjadi interest rate-price spiral.


(15)

2.1.1.4Penyebab Terjadinya Inflasi

Menurut Endang Puspitawati, dkk dalam (Ekonomi, 2007:27) ada beberapa teori yang mempelajari tentang sebab-sebab terjadinya inflasi. Masing-masing teori melihat aspek-aspek tertentu dalam proses inflasi. Pandangan beberapa teori tentang sebab terjadinya inflasi antara lain sebagai berikut :

1. Teori Kuantitas

Pernyataan sederhana dari teori ini adalah kenaikan harga akan terjadi apabila kuantitas (jumlah) uang yang beredar bertambah. Menurut teori ini harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah uang, atau ditulis sebagai berikut.

Menurut teori kuantitas ada dua penyebab terjadinya inflasi yaitu: 1) Jumlah uang yang beredar melebihi yang dibutuhkan masyarakat. Maksudnya, jika jumlah uang yang beredar di masyarakat berlebihan, merupakan faktor utama pendorong terjadinya inflasi. Jumlah uang yang beredar terlalu banyak diantaranya karena terjadi defisit anggaran dan ditutup dengan mencetak uang. Semakin besar deficit yang dibiayai dari mencetak uang inflasi akan semakin parah.

2) Harapan psikologis akan terjadinya kenaikan harga di masa yang akan datang akan memperparah terjadinya inflasi. Maksudnya, apabila masyarakat mengharapkan dan memperkirakan bahwa harga dimasa mendatang akan mengalami kenaikan, maka masyarakat akan membelanjakan uangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari


(16)

kerugian dalam memegang uang. Keadaan ini akan semakin parah bila masyarakat sudah menyakini kenaikan harga makin besar dari waktu ke waktu hingga masyarakat akan membelanjakan uangnya melebihi uang beredar. Hal ini dapat berakibat terjadinya hiperinflasi.

2. Teori Keynes

Para ahli ekonomi Keynesian (pengikut Keynes) menjelaskan seluruh proses ekonomi tanpa mementingkan peranan uang. Yang penting dalam kehidupan ekonomi nasional adalah produksi (penawaran) dan pembelanjaan (permintaan) dalam lingkaran ekonomi, sedangkan jumlah uang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat oleh dunia perbankan (Ritonga,dkk , 2000:84).

Dalam pandangan Keynes, permintaaan masyarakat (effective demand) lah yang paling menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional. Para konsumen, para produsen, pemerintah dan luar negeri bersama-sama membeli banyak barang dari yang dihasilkan oleh kapasitas produksi yang ada. Hal ini menyebabkan ketegangan-ketegangan di pasaran. Produksi tidak bisa dinaikkan karena dibatasi kapasitas produksi. Rendahnya jumlah barang/jasa yang diproduksi berakibat terhadap harga. Tentu harga-harga dari komoditi barang/jasa akan naik, hal ini akan berimplikasi pada munculnya masalah inflasi.


(17)

3. Teori Strukturalis

Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara yang sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut :

1) Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.

Nilai ekspor tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sector-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan tersebut sebagai berikut:

a) Di pasar dunia, harga barang-barang ekspor dari Negara tersebut semakin memburuk.

b) Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.

2) Ketidak Elastisan Penawaran atau Produksi Bahan Makanan di Dalam Negeri.

Produksi bahan makanan didalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan perkapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cendrung untuk naik, sehingga melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naikya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikkan harga barang-barang. Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah selanjutnya diikuti oleh kenaikan harga barang-barang, begitu seterusnya.


(18)

Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak mengalami kenaikkan. Namun, karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses dorong-mendorong antara upah dengan harga tersebut selalu mendapat umpan baru dan tidak berhenti (Puspita Endang, 2000:28).

2.1.2 Net Profit Margin

2.1.2.1Definisi Net Profit Margin

Profit Margin yaitu perbandingan antara Net Operating Income dengan net sales, perbandingan dimana dinyatakan dalam persentase (Bambang Riyanto, 2001:37).

Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai (Sutrisno, 2001:254).

Profit Margin adalah sebuah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap penjualan (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2004:74).

Profit Margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya (S. Munawir, 2007:89).

Profit Margin mengukur sejauh mana perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin


(19)

yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi untuk tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Abdul Halim, 2007:84).

Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Sofyan Syafri Harahap, 2007:304).

2.1.2.2Perhitungan Net Profit Margin

Rasio laba usaha dengan penjualan netto (disebut profit margin) dihitung dengan membagi laba usaha dengan penjualan netto (Jumingan, 2006:160).

Atau dengan kata lain

Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa “profit margin ialah perbandingan antara net sales dengan operating expenses” (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum) selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales.

Di dalam laporan laba rugi jumlah laba usaha ini memberikan gambaran yang penting karena menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan (keberhasilan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan).


(20)

Banyak factor yang mempengaruhi perubahan laba usaha dari tahun ke tahun. Factor tersebut terutama berupa pengaruh perubahan tingkat penjualan, perubahan harga pokok penjualan, dan perubahan biaya usaha.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales).

2.1.2.3Faktor-Faktor Penentu Net Profit Margin

Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh 2 faktor yaitu, net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari penjualan (sales) dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu, profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses (Bambang Riyanto, 2001:39).

Dengan demikian maka ada 2 alternatif dalam usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu :

1. Dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai tingkat tertentu diusahaka tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Perubahan besarnya


(21)

sales dapat disebabkan karena perubahan harga per unit apabila volume sales dalam unit sudah tertentu (tetap), atau disebabkan karena bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga penjualan per unit produk sudah tertentu (tetap). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pengertian menaikkan tingkat sales disini dapat berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan :

a. Memperbesar volume sales per unit pada tingkat harga penjualan tertentu atau,

b. Menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas sales dalam unit tertentu.

2. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relative lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari sales. Meskipun jumlah sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai dengan berkurangnya operating expenses yang lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.


(22)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Suramaya

Suci Kewal (2012) Pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham gabungan. Menganalisis tentang inflasi.

Variabel Y pada penelitian ini membahas tentang suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB, sedangkan variable Y pada penelitian penulis membahas tentang Net Profit Margin. 2 Dibiyantoro

(2011) Pengaruh struktur modal dan profitabilitas pperusahaan terhadap mandatory disclosure financial statement pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Menganalisis tentang rasio profitabilitas perusahaan.

Variabel X pada penelitian ini membahas tentang Struktur modal, sedangkan variabel X pada penelitian penulis membahas tentang Inflasi.

3. Febrina Dwijayanti dan Prima Naomi (2009)

Analisis

pengaruh inflasi, BI rate, dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007. Menganalisis tentang inflasi dan profitabilitas

Variabel X pada penelitian ini membahas tentang inflasi, BI rate, dan nilai tukar mata uang sedangkan variabel X pada penelitian penulis adalah inflasi. 4 Adwin S.

Atmadja (1999) Inflasi di Indonesia : Sumber-sumber penyebab dan pengendaliannya. Menganalisis tentang inflasi.

Pada penelitian ini hanya membahas mengenai inflasi, sedangkan pada penelitian penulis membahas mengenai inflasi dan net profit margin.


(23)

2.2 Kerangka Pemikiran

Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga – harga barang menjelang lebaran, atau hari libur lainnya, cenderung naik. Namun, setelah perayaan usai, masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula(Djohanputro, 2006).

Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengandalikan beban usaha (Bastian dan Suhardjono, 2006). Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong dengan pajak (Alexandri, 2008:200). Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan setelah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, maka semakin baik operasi suatu perusahaan (Syamsudin, 2007).

2.2.1 Pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas (NPM)

Inflasi dengan Net Profit Margin memiliki keterkaitan yaitu, inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun (Tandelilin, 2003). Widjojo (dalam Almilia,


(24)

2003) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat disusun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Inflasi (X)

Net Profit Margin (Y)

Tingkat Inflasi periode 2008-2013

(Badan Pusat Statistik Jakarta)

Widjojo (2003) - Laba Usaha - Penjualan Netto (Jumingan, 2006:160)

Gambar 2.1


(25)

25 3.1 Objek Penelitian

Definisi objek penelitian menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati, dkk (2010:29) adalah “objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jka dianggap perlu”.

Adapun pendapat Sugiyono (2005) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut : “Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan definisi objek penelitian diatas, maka yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah analisis hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT Mayora Indah Tbk.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Umi Narimawati dalam Umi Narimawati, dkk (2010:29) metodologi penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu.

Metodologi penelitan menurut Sugiyono (2009) adalah sebagai berikut : “Metodologi Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan


(26)

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati, dkk (2010:29)

mengemukakan bahwa “Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui gambaran mengenai hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT Mayora Indah Tbk.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir dalam Umi Narimawati, dkk (2010:30) bahwa : “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati adalah :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian yaitu perkembangan laju inflasi serta perkembangan Net


(27)

Profit Margin perusahaan, selanjutnya menetapkan judul penelitian yaitu analisis hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT Mayora Indah Tbk.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi yaitu fluktuasi pada persentase perkembangan laju inflasi serta Net Profit Margin perusahaan, selanjutnya menetapkan judul penelitian yaitu analisis hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin pada PT Mayora Indah Tbk.

3. Menetapkan rumusan masalah yaitu tentang hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin perusahaan.

4. Menetapkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan perkembangan laju inflasi dengan perkembangan Net Profit Margin pada PT Mayora Indah Tbk.

5. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable yang digunakan.

6. Menetapkan sumber data dan teknik pengumpulan data, melakukan analisis data.

7. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variable menurut Nur Indriantoro dalam Umi Narimawati, dkk (2010:31) adalah “penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat


(28)

digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasionalisasi variable diperlukan untuk menentukan jenis, indicator, serta skala dari variable-variable yang terkait dalam penelitian.

Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variable

Variable Konsep Variable Indikator Ukuran

Inflasi X Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam

yang berlangsung secara terus-menerus dalam

jangka waktu yang cukup lama

yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intinsik) mata uang suatu Negara (Khalwaty,2000) Inflasi : Tingkat Inflasi periode 2008-2013 (Badan Pusat Statistik Jakarta) Persen %

Net Profit Margin Y Profit margin adalah sebuah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap penjualan (Suad Husnan dan

Enny Pudjiastuti, 2004:74)

Net Profit Margin : - Laba Usaha - Penjualan Netto (Jumingan,2006:160)

Persen %


(29)

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati, dkk (2010:37) adalah : “sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa laporan keuangan tahunan dan informasi mengenai data-data terkait dengan Net Profit Margin PT Mayora Indah Tbk.

3.2.3.2Teknik Pengumpulan Data

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.

1. Populasi

Menurut Umi Narimawati dalam Umi Narimawati, dkk (2010:37) populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti sebagai unit analisis penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan PT Mayora Indah Tbk mulai sejak awal berdiri hingga sekarang.

2. Sampel

Menurut Umi Narimawati dalam Umi Narimawati, dkk (2010:38) sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode 2008-2013.


(30)

3.2.4 Teknik Penentuan Data

metode pengumpulan data adalah penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengadakan analisis kuantitatif yaitu dengan mencari Net Profit Margin (NPM) yang didapat dari perusahaan. Data ini didapat melalui teknik-teknik sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data yang telah tersedia di BEI (Bursa Efek Indonesia).

3.2.5 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

3.2.5.1Rancangan Analisis Deskriptif

Penulis dalam menyusun tugas metodologi penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu data yang diperoleh dianalisa denga dasar teori


(31)

yang ada sehingga memberikan suatu gambaran dan perhitungan yang cukup jelas.

Adapun analisis data yang dilakukan penulis adalah menganalisis Net Profit Margin pada PT. Mayora Indah Tbk, dengan cara menghitung sebagai berikut :


(32)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penulis melakukan pembahasan pokok permasalahan berdasarkan data dari PT. Mayora Indah Tbk. Dari hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan laju inflasi dengan Net Profit Margin dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan inflasi periode 2008-2013 cenderung mengalami kenaikan yang disebabkan karena dampak dari krisis ekonomi global, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2009 dikarenakan terjadi deflasi pada barang-barang yang harganya ditetapkan oleh pemerintah. Pada tahun 2011 inflasi kembali mengalami penurunan yang disebabkan oleh turunnya harga komoditas baik minyak maupun non minyak. Inflasi dari sisi pangan juga lebih rendah dikarenakan impor beras sudah merata disalurkan ke berbagai daerah

2. Perkembangan Net Profit Margin PT. Mayora Indah Tbk periode 2008-2013 mengalami fluktuasi dimana dalam penelitian lima tahun, NPM mengalami dua tahun penurunan pada tahun 2010 dan 2011, dan mengalami dua tahun kenaikan pada tahun 2012 dan 2013.

3. Dari analisis grafik yang telah dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa laju inflasi mempengaruhi perolehan nilai NPM pada PT. Mayora Indah Tbk.


(33)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya perusahaan mempertahankan keberhasilannya dalam memasarkan produk - produknya di berbagai Negara baik regional maupun internasional untuk meningkatkan perolehan profitnya, dan tidak hanyabergantung pada ekonomi satu atau dua Negara saja.

2. Sebaiknya perusahaan terus menerus menjaga stabilitas suplai bahan baku agar pertumbuhan usaha tidak terhambat oleh kelangkaan atau kekurangan pasokan bahan baku.

3. Sebaiknya perusahaan terus memantau segala perubahan situasi ekonomi global yang terjadi, agar perusahaan dapat segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi keuangan perusahaan.


(34)

Analysis Of Inflation Relationship With Net Profit Margin

At PT. Mayora Indah Tbk

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang D3

Program Studi Keuangan & Perbankan

Oleh :

Raindra Lasuba

21512007

PROGRAM STUDI KEUANGAN & PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(35)

vi DAFTAR ISI

ABSTRACT ...i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8

2.1Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Inflasi... 8

2.1.2 Net Profit Margin ... 19

2.2Kerangka Pemikiran ... 24

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 26

3.1Objek Penelitian ... 26

3.2Metode Penelitian... 26

3.2.1 Desain Penelitian ... 27

3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 28

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan data ... 30

3.2.4 Teknik Penentuan Data ... 31

3.2.5 Rancangan Analisis ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1Gambaran Umum Perusahaan ... 33

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...33


(36)

vii

4.2Pembahasan Penelitian ... 40

4.2.1 Laju Inflasi Periode 2008-2013 ...40

4.2.2 Tingkat Net Profit Margin PT. Mayora Indah Tbk Periode 2008-2013 ...42

4.2.3 Analisis Hubungan Laju Inflasi Dengan Net Profit Margin PT. Mayora Indah Tbk Periode 2008-2013 ...45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...48

5.1Kesimpulan ...48

5.2Saran...49

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN – LAMPIRAN


(37)

Adwin S. Atmadja. 1999. Inflasi di Indonesia : Sumber – Sumber Penyebab dan Pengendaliannya. Jurnal Kuntansi dan Keuangan. Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54 – 67.

Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto. 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT, Volume 2.

Bambang Riyanto. 2001. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”.

Yogyakarta: Gajah Mada.

Bourke, P. (1989). Consentration and Other Determinants of Bank Profitability in Europe, North America and Australia. Journal of Banking and Finance, 13: 65-79. [Online] diakses di http://papers .ssrn.com.sol3/papers.cfm?abstract id=1231064 pada tanggal 10 Januari 2009.

Dibiyantoro. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Mandatory Disclosure Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS). Vol. 1, No. 2, Mei 2011.

Djohanputro, B. (2006). Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: PPM

Febrina Dwijayanthy & Prima Naomi. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007. Karisma. Vol. 3, (2) : 87 – 98, 2009.

Jaka, Nur dkk. (2007). Intisari Ekonomi untuk SMA. Bandung : CV Pustaka Mandiri.

Jumingan. 2006. “Analisa Laporan Keuangan”. Jakarta : Bumi Aksara. Khalwaty, T. (2010). Inflasi dan Solusinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kiryanto, R. (2007). Langkah Terobosan Mendorong Ekspansi Kredit. Economic

Review No. 208. [Online] diakses di http://www.bni.co.id/portals/ pada tanggal 24 Desember 2009.

Mamduh Hanafi dan Abdul Halim. 2007. Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.


(38)

Rahardja, P. & Manurung, M. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan Makroekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Revell, J. (1979). Inflation and Financial institutions. London: Financial Times. Sofyan Safri Harahap. 2007. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sri Mulyani Indrawati. (1996), Sumber-Sumber Inflasi di Indonesia, Makalah dalam Seminar ISEI dan PERHEPI, Jakarta.

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Suramaya Suci Kemal. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Journal Economia. Vol. 8, No. 1, April 2012.

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Ekonesia: Yogyakarta

Umi Mardiyati & Ayi Rosalina. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia(JRMSI). Vol. 4, No. 1, 2013.


(39)

Nama : Raindra Lasuba

Tempat / Tanggal Lahir : Purwakarta / 23 Agustus 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Cigelam Rt. 04 / 01 Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta

Nomor Telepon : 085624781678

Riwayat Pendidikan : 1. TK Al – Muhajirin Purwakarta 2. SDN 19 Negeri Kaler Purwakarta 3. SMPN 7 Purwakarta

4. MAN 1 Purwakarta

Demikian riwayat hidup penulis yang disusun secara singkat, untuk melengkapi penulisan laporan Tugas Akhir.


(40)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penyusunan Tugas Akhir ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat perkuliahan jenjang D3 program studi Keuangan & Perbankan. Berdasarkan program studi yang penulis tempuh, maka dalam pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir ini penulis memilih satu pokok permasalahan yang akan penulis teliti yang dituangkan dalam judul :

ANALISIS HUBUNGAN LAJU INFLASI

DENGAN NET PROFIT MARGIN PADA PT. MAYORA INDAH TBK. (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013)

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini. Dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih yang tulus kepada :


(41)

iv

1. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Keuangan & Perbankan D – III.

3. Ibu Lita Wulantika, M.Si. selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dosen Program Studi Keuangan & Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis.

5. Seluruh staff Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah memberikan kemudahan dalam penyajian data yang penulis butuhkan serta atas pelayanan yang ramah.

6. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan cinta, doa, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya yang luar biasa kepada penulis selama ini.

7. Kakak saya Rindra Lasuba, yang selalu memberikan cinta, doa, dukungan, keceriaan, dan kasih sayangnya kepada penulis selama ini. 8. Sahabat – sahabat, yang selalu memberikan dukungan dengan canda

tawa yang khas selama ini.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.


(42)

v

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2015


(43)

(44)

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Raindra Lasuba

Tempat / Tanggal Lahir : Purwakarta / 23 Agustus 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Cigelam Rt. 04 / 01 Kec. Babakan Cikao Kab. Purwakarta

Nomor Telepon : 085624781678

Riwayat Pendidikan : 1. TK Al – Muhajirin Purwakarta 2. SDN 19 Negeri Kaler Purwakarta 3. SMPN 7 Purwakarta

4. MAN 1 Purwakarta

Demikian riwayat hidup penulis yang disusun secara singkat, untuk melengkapi penulisan laporan Tugas Akhir.


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penyusunan Tugas Akhir ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat perkuliahan jenjang D3 program studi Keuangan & Perbankan. Berdasarkan program studi yang penulis tempuh, maka dalam pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir ini penulis memilih satu pokok permasalahan yang akan penulis teliti yang dituangkan dalam judul :

ANALISIS HUBUNGAN LAJU INFLASI

DENGAN NET PROFIT MARGIN PADA PT. MAYORA INDAH TBK. (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013)

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini. Dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih yang tulus kepada :


(3)

iv

1. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Keuangan & Perbankan D – III.

3. Ibu Lita Wulantika, M.Si. selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dosen Program Studi Keuangan & Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis.

5. Seluruh staff Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah memberikan kemudahan dalam penyajian data yang penulis butuhkan serta atas pelayanan yang ramah.

6. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan cinta, doa, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya yang luar biasa kepada penulis selama ini.

7. Kakak saya Rindra Lasuba, yang selalu memberikan cinta, doa, dukungan, keceriaan, dan kasih sayangnya kepada penulis selama ini. 8. Sahabat – sahabat, yang selalu memberikan dukungan dengan canda

tawa yang khas selama ini.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.


(4)

v

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2015


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

4 87 100

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Analisis Pengaruh Net Profit Margin dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011

1 82 78

Kemampuan Informasi Arus Kas, Gross Profit Margin, Dan Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan Pada Perusahaan Property & Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 70 97

Analisis Pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, Earning Per Share terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

2 51 99

Kemampuan Informasi Arus Kas, Gross Profit Margin, dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan pada Perusahaan Property, Real Estate dan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 70 101

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di BEI

4 54 87

Analisis Pengaruh Return On Equity, Return On Assets Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail Di Bursa Efek Indonesia

1 79 97

Analisis Hubungan Profit Margin Dan Metode Arus Biaya Persediaan Dengan Market Value ( Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi Dan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei )

0 45 77