Analisis Pengaruh Net Profit Margin dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH NET PROFIT MARGIN DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2011
OLEH
Robby Habibie Hutabarat 070501104
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH NET PROFIT MARGIN DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh net profit margin dan dividend per share secara parsial maupun secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2011, Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Yahoo Finance.Metode analisis yang digunakan adalah metode uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) NPM dan DPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Uji parsial menunjukkan variabel NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara variabel DPSberpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
(3)
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE EFFECT OF NET PROFIT MARGIN AND DIVIDEND PER SHARE TO STOCK PRICE OF MANUFACTURING
COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2008-2011
The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of net profit margin and dividend per share is partially or simultaneously to the manufacturing company's stock price.
The data used in this study is a secondary data derived from Indonesia Capital Market Directory 2011, Indonesia Stock Exchange and Yahoo Finance. The method of analysis used is the classical assumption test method and test hypotheses.
The results showed that simultaneously (together) NPM and DPS have a significant effect on stock prices. Partial test showed NPM variables had no significant effect on stock prices, while variables affect DPS partial to the stock price.
(4)
KATA PENGANTAR
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Net Profit Margin dan Dividend Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan yaitu kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Nursien Hutabarat dan Ibunda Faridah Ariani, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian dan memberikan semangat serta doa restu kepada penulis.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, SE M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Syarief Fauzie SE, M.Ak Ak selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan telah menyisihkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan khususnya dan Fakultas Ekonomi umumnya yang telah meberikan ilmu yang sangat
(5)
bermanfaat bagi penulis untuk kemudian digunakan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
7. Pegawai Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan dan seluruh Staff Pegawai Administrasi dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu menyelesaikan segala kelengkapan administrasi penulis.
Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis dengan segala keterbatasannya sangat mengharapkan saran yang membangun, sehingga karya lain dari penulis di masa yang akan datang jauh lebih baik.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, Desember 2012 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham ... 9
2.1.1 Pengertian Saham ... 9
2.1.2 Jenis-jenis Saham ... 10
2.1.3 Keuntungan Pembelian Saham ... 11
2.1.4 Risiko Kepemilikan Saham ... 12
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ... 13
2.1.6 Harga Saham ... 13
2.2 Net Profit Margin ... 16
2.3 Dividend Per Share ... 17
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18
2.5 Kerangka Konseptual ... 20
2.6 Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Batasan Operasional ... 22
3.3 Definisi Operasional ... 23
3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 23
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 26
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 27
3.8 Metode Analisis Data ... 27
3.8.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 28
3.8.1.1 Uji Normalitas ... 28
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas ... 30
3.8.1.3 Uji Heterokedastisitas ... 31
3.8.1.4 Uji Autokorelasi ... 32
(7)
3.8.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 34
3.8.2.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 36
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 36
4.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 38
4.3.1 Uji Normalitas Data ... 38
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 42
4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 43
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 44
4.4 Pengujian Hipotesis ... 46
4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 47
4.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 49
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Hal
2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18
3.1 Skala Variabel ... 24
3.2 Daftar Perusahaan Sampel ... 25
4.1 Satistik Deskriptif ... 36
4.2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Trimming ... 39
4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Trimming ... 40
4.4 Hasil Uji Multokolinearitas ... 42
4.5 Hasil Uji Park ... 44
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 45
4.7 Model Summary ... 46
4.8 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 47
4.9 Hasil Analisis Regresi ... 48
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Hal
2.1 Kerangka Konseptual ... 20 4.2 Grafik Normal P-plot ... 41
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Hal
1 Data Statistik Harga Saham, NPM dan DPS ... 59
2 Statistik Deskriptif ... 62
3 Uji Normalitas ... 62
4 Grafik Normal P-Plot ... 63
5 Uji Multikolinearitas ... 64
6 Uji Park ... 64
7 Uji Autokolerasi ... 65
8 Uji Simultan (Uji-F) ... 65
9 Hasil Regresi Linier Berganda ... 65
(11)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH NET PROFIT MARGIN DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh net profit margin dan dividend per share secara parsial maupun secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2011, Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Yahoo Finance.Metode analisis yang digunakan adalah metode uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) NPM dan DPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Uji parsial menunjukkan variabel NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara variabel DPSberpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
(12)
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE EFFECT OF NET PROFIT MARGIN AND DIVIDEND PER SHARE TO STOCK PRICE OF MANUFACTURING
COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2008-2011
The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of net profit margin and dividend per share is partially or simultaneously to the manufacturing company's stock price.
The data used in this study is a secondary data derived from Indonesia Capital Market Directory 2011, Indonesia Stock Exchange and Yahoo Finance. The method of analysis used is the classical assumption test method and test hypotheses.
The results showed that simultaneously (together) NPM and DPS have a significant effect on stock prices. Partial test showed NPM variables had no significant effect on stock prices, while variables affect DPS partial to the stock price.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi keuangan dalam perusahaan menempati posisi yang sangat penting yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Secara umum fungsi keuangan bertujuan untuk mengatur pencarian sumber-sumber dana yang dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian mengatur penggunaan dana yang telah diperoleh tersebut. Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber dana yang berasal dari perusahaan itu sendiri maupun berasal dari luar perusahaan. Sumber pendanaan dari luar perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menerbitkan saham di pasar modal. Dengan menerbitkan saham di pasar modal berarti bahwa perusahaan bukan hanya dimilik oleh pemilik lama (founders), tetapi juga dimiliki oleh pemegang saham. Langkah ini biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, perusahaan memerlukan dana yang relatif besar.
Investor sebelum melakukan investasi sangat membutuhkan informasi-informasi keuangan yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Salah satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen. Perubahan pengumuman pembayaran dividen mengandung informasi yang dapat digunakan para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dan memprediksi/prospek perusahaan di masa mendatang (Patuan, 2011:2). Akibat dari perubahan dividen
(14)
yang diumumkan, maka harga saham akan mengalami penyesuaian. Dividen sering kali digunakan sebagai indikator atau sinyal prospek perusahaan. Kebijakan dividen inilah yang akan menetapkan berapa besar bagian dari laba bersih itu ditanamkan kembali sebagai laba ditahan.
Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham yaitu untuk mendapatkan capital gain dan dividen. capital gain adalah selisih harga saham pada saat membeli dan menjual saham, sedangkan dividend adalah bagian keuntungan yang diberikan kepada investor berdasarkan laba operasi yang diperoleh perusahaan.
Dividen menurut Patuan (2011:2) adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin banyak mengalir ke tangan para pemegang saham peusahaan. Para pemegang saham tentu saja berharap mendapatkan dividen dalam jumlah yang besar. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana. Perusahaan yang memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. Jika laba bersih perusahaan meningkat, maka harga saham juga akan naik.
(15)
Dividend Per Share (DPS) dipilih dengan pertimbangan, semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham bagi pemilik, maka akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berimbas pada indeks harga saham. Hal ini akan mempengaruhi intvestor dalam membuat keputusannya di pasar modal. Pendapat ini sesuai dengan Dividend Signaling Theory yang menyatakan bahwa dividen menunjukkan sinyal prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang.
Dividend signaling theory diperkenalkan oleh Ross (1977) kemudian dikembangkan oleh Bhattacharya (1979), Miller dan Rock (1985) serta John dan William (1985). Ross (1977) berpendapat bahwa manajer sebagai orang dalam yang mempunyai informasi yang lengkap tentang arus kas perusahaan, akan memilih untuk menciptakan isyarat yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Ross membuktikan bahwa kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami kemajuan. Dikatakan oleh Ross, agar suatu isyarat bermanfaat harus memenuhi empat hal. Pertama, manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan isyarat yang jujur, walaupun beritanya buruk. Kedua, isyarat dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah diterima oleh pesaingnya yang kurang sukses. Ketiga, isyarat itu harus mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang dapat diamati (misalnya dividen yang lebih tinggi saat ini akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang). Keempat, tidak ada cara menekan biaya yang lebih efektif dari pada pengiriman
(16)
isyarat yang sama. Selanjutnya Dividend signaling theory dikembangkan oleh Bhattacharya (1979) yaitu model yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan menggunakan dividen untuk memberikan isyarat walaupun menanggung kerugian saat melaksanakannya. Membagikan kas untuk pembayaran dividen merupakan hal yang mahal, karena perusahaan harus mampu menghasilkan kas yang cukup untuk mendukung pembayaran dividen secara tetap, dan karena kas dibayarkan untuk dividen maka akan mengurangi kesempatan berinvestasi dengan NPV (Net Present Value) positif. Namun demikian bagi perusahaan yang prospeknya bagus dapat mengganti biaya ini (pembayaran dividen) melalui pengeluaran saham secara bertahap dengan harga yang semakin meningkat. Tetapi bagi perusahaan yang kurang sukses tidak dapat melakukan hal yang sama. Dengan demikian, memberikan isyarat melalui nilai dividen memberikan hasil yang positif. Miller dan Rock (1985), John dan William (1985) juga mengembangkan teori tentang dividen sebagai isyarat. Miller dan Rock menjelaskan bahwa pengumuman dividen memberikan informasi penting untuk membentuk pendapatan perusahaan saat ini yang akhirnya menjadi dasar untuk memprediksi pendapatan-pendapatan di masa yang akan datang. Sedangkan John dan William menekankan pentingnya faktor pembayaran pajak pribadi atas pendapatan dividen, pada saat pembayaran dividen sebagai isyarat yang meyakinkan.
Besarnya laba bersih perusahaan juga sangat berpengaruh terhadap harga saham yang beredar di bursa efek. Rasio yang menunjukkan persentase besarnya laba bersih perusahaan terhadap penjualnya adalah Net Profit Margin (NPM).
(17)
Semakin besar rasio NPM suatu perusahaan maka perusahaan dapat dikatakan berkinerja baik karena rasio NPM yang besar menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualannya.
Pembahasan mengenai NPM dan DPS yang merupakan indikator-indikator yang mempengaruhi harga saham ini dilihat dari sudut pandang perusahaan yang mengeluarkan saham yang nantinya dapat mempengaruhi para investor dalam mempertimbangkan dan memutuskan apakah akan berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan menggunakan informasi-informasi yang terdapat dalam perusahaan, maka investor dapat menganalisa prospek dan citra dari perusahaan tersebut apakah layak untuk dilakukannya investasi atau tidak.
Penelitian mengenai informasi dividend per share yang telah dilakukan terdahulu memberikan hasil yang berlainan, tetapi pada umumnya hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan dividen yang dibayarkan menyebabkan adanya reaksi yang signifikan terhadap harga saham. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Denny (2008) dan Silvana (2009). Namun demikian ada beberapa penelitian yang memberikan hasil yang menunjukkan bahwa dividend per share
tidak menyebabkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurmala (2006). Nurmala melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham tiga perusahaan otomotif di bursa efek indonesia periode 1996-2000. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividend (earning per share
(18)
dan dividend per share) yang ditetapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tidak mempengaruhi harga saham perusahaan.
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel Net Profit Margin
yang dilakukan oleh Ari Nugraha (2009), Ina Rinati (2009) dan Yuliana Halim (2007) menunjukkan fenomena bahwa Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun menurut hasil penelitian Susi dan Rudi Setiawan (2003), Haryanto (2003), dan Lenny Kielsan (2010), NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-peneitian sebelumnya adalah periode pengamatannya yaitu tahun 2008-2011.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menegenai seberapa besar pengaruh rasio net profit margin dan
dividend per share terhadap harga saham dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti membuat tiga perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah net profit margin berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011?
2. Apakah dividend per share berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011?
(19)
3. Apakah net profit margin dan dividend per share secara simultan (bersama-sama) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh net profit margin terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011,
2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh dividend per share terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011,
3. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh net profit margin
dan dividend per share terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian diharapkan tidak hanya bagi peneliti, namun juga bagi investor dan peneliti lainnya atau mungkin juga bagi pihak manajemen perusahaan yang diteliti:
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti sehingga
(20)
dapat diperoleh gambaran lebih jelas mengenai kesesuaian dilapangan dengan teori yang ada.
2. Bagi calon investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi didalam melakukan penelitian sejenis.
4. Bagi manajemen perusahaan, sebagai bahan masukan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
5. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan di bidang keuangan khususnya menyangkut penilaian harga saham.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saham
2.1.1 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud lembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Husnan (2002:303), menyebutkan bahwa “sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.” Sementara menurut Tandelilin (2001:18) menyebutkan bahwa “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.”
Kesimpulan yang didapat adalah, saham merupakan surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan, dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
(22)
2.1.2 Jenis-jenis Saham
Dilihat dari cara peralihannya, saham pada dasarnya dapat dibedakan atas: 1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor yang lain. Secara hukum, siapa pemegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
Sedangkan, bedasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu:
a. mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut;
(23)
Persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: a. ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,
b. dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham,
c. memilki hak tebus, serta dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Walau demikian, obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen.
2.1.3Keuntungan Pembelian Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu: dividend dan capital gain. Dividend adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividend diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegan Saham (RUPS).
Dividend yang diberikan dapat berupa cash dividend (dividen tunai) yaitu berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa stock dividend (dividend saham) yaitu dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
(24)
2.1.4 Risiko Kepemilikan Saham
Saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan potensi risiko yang tinggi (high risk, high return). Adapun risiko investor yang memiliki saham, diantaranya:
1. Tidak mendapat dividen
Perusahaan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan kata lain, potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Adakalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi.
4. Saham dikeluarkan dari bursa (Delisting)
Saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya dikarenakan kinerjanya yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
(25)
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek di bursa.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah: laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu faktor eksternalnya adalah: kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi pergerakan nilai mata uang, rumor dan sentimen pasar dan penggabungan usaha (business combination).
2.1.6 Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan. Harga saham menurut Susanto (2002:12), yaitu “harga yang ditentukan secara lelang kontinyu.” Pengertian lain menurut Sartono (2001:70) “harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal.”
(26)
Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu yang lain. Perusahaan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun.
2. Analisis Terhadap Harga Saham
Penilaian atas saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, aset perusahaan, variabilitas laba dan sebagainya. Secara umum ada dua jenis analisis umum yang digunakan dalam melakukan analisis saham, yaitu anlaisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis).
a. Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan analisis yang memperhatikan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini menentukan nilai saham dengan menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi saham. Harga suatu saham akan ditentukan oleh penwaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap saham tersebut. Menurut Widoatmodjo (2004:77), “analisis teknikal merupakan salah satu metode penilaian saham dengan mengamati pembentukan harga saham dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya.” Analisis teknikal
(27)
mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditunjukkan oleh perubahan harga dari waktu lalu sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Analisis teknikal biasanya menggunakan data yang dianalisis dengan menggunakan grafik atau program komputer. Pengamatan dengan grafik tersebut dapat diketahui bagaimana kecenderungan harga, memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan, serta memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar.
b. Analisis fundamental
Analisis fundamental merupakan alat analisis yang sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Widoatmodjo (2004: 263) menyatakan bahwa “analisis fundamental sebenarnya merupakan metode analisis saham dengan melalukan penilaian atas laporan keuangan.” Pengertian lainnya menurut Darmadji (2006:189), “analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan.” Kesimpulannya analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai suatu saham.
Analisis fundamental mencoba memperhitungkan harga saham di masa yang akan datang dengan; mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempegaruhi harga saham dimasa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah:
(28)
pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian equitas, margin laba, dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Analisis fundamental umumya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal, yaitu kondisi ekonomi dan industri.
2.2 Net Profit Margin
Menurut Gitman (2003:64), “Net profit margin is a financial ratio used to measure the percentage of each sales dollar remaining after all costs and expenses, including interest, taxes, and preferred stock dividends, have been deducted. The higher the firm’s net profit margin, the better”. NPM merupakan sebuah rasio keunagan yang digunakan untuk mengukur persentase dari setiap dolar setelah semua biaya dan beban, termasuk bunga, pajak, dan dividen saham preferen dikurangi. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Net Profit Margin
(NPM) merpakan rasio yang menunjukkan persentase besarnya laba bersih perusahaan terhadap penjualnya. Apabila rasio NPM perusahaan besar maka menujukkan bahwa perusahaan berkinerja dengan baik, karena dapat menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualannya. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki rasio NPM yang besar, maka kemungkinan untuk membagikan dividen yang besar kepada pemegang saham juga akan semakin
(29)
investor sehingga terdapat kemungkinan bahwa harga saham emiten tersebut akan bergerak naik.
Rasio Net Profit Margin dapat dihitung dengan rumus:
NPM = pendapatan bersih penjualan bersih
2.3 Dividend Per Share
Menurut Warren (1999:122), “dividend per share merupakan ukuran untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham.” Pengertian menurut Riyanto (1995:269), “dividend per share digunakan untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan kepada pemilik saham dari keuntungan tiap lembar saham.” Dividen Per Share merupakan bagian dari rasio keuangan yang sering dilihat para calon investor untuk menilai keuangan suatu perusahaan.
Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa besar laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegan saham untuk tiap lembar saham. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dividen yang dibayarkan dengan jumlah saham yang beredar. Dividen per share (DPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:
DPS = dividen yang dibayarkan jumlah saham beredar
(30)
Perusahaan yang dividend per share-nya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih diminati oleh investor, karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannnya, yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan perlu juga memperhatikan kebutuhan investasinya, sehingga perusahaan perlu menetapkan kebijakan dividennya yang berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Haryanto dan Toto Sugiharto (2003)
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri
Minuman Di Bursa Efek Jakarta ROA, ROE, NPM, dan Harga Saham
Hanya ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham Susi dan
Rudi Setiawan (2003)
Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Industri Barang Konsumsi Yang Tergabung Dalam Indeks LQ45 Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta
ROA, ROE, NPM, EPS, dan Harga Saham
Semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap harga saham
Nurmala (2006)
Pengaruh kebijakan dividend terhadap harga saham
perusahaan –perusahaan otomotif di bursa efek
EPS, DPS dan Harga
Diketahui bahwa kebijakan dividend (earning per share dan dividend per share) yang ditetapkan oleh ketiga perusahaan
(31)
indonesia Saham otomotif tidak mempengaruhi harga saham perusahaan. Yuliana Halim (2007)
Pengaruh Return On Equity, Net Profit Margin, Earning Per Share, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
ROE, NPM, EPS, DER, dan Harga Saham
Hanya ROE dan EPS yang berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham, dan semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.
Denny (2008)
Pengaruh Dividend Per Share dan Return On Equity
Terhadap Harga Saham pada Lima Perusahaan Pertambangan DPS, ROE dan Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dividend per share dan
return on equity
berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan. Ari
Nugraha (2009)
Pengaruh Net profit Margin Terhadap Harga Saham Pada PT. Indosat Tbk
NPM dan Harga Saham
Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Ina Rinati (2009)
Pengaruh Net Profit Margin
(NPM), Return On Assets
(ROA) dan Return On Equity
(ROE) terhadap Harga
Saham pada Perusahaan yang Tercantun dalam Indeks LQ45 NPM, ROA, ROE, dan Harga Saham
Secara serempak variabel Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial (masing-masing) hanya Return On Assets (ROA) yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Silvana
(2009)
Pengaruh Dividen per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang
Konsumsi yang Go Public
DPS dan Harga Saham Hasil penelitian menunjukkan variabel independen yaitu dividend per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu harga saham pada perusahaan barang
(32)
konsumsi yang Go public.
Lenny Kielsan (2010)
Pengaruh Debt to Equty Ratio, Net Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
DER, NPM, ROA, ROE, dan Harga Saham
Secara parsial semua variabel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, namun secara simultan semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber: Penulis, 2012
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah Net profit Margin
(NPM) dan Dividend Per Share (DPS), sedangkan variabel dependen adalah harga saham.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Harga Saham (Y)
Net profit Margin
(X1)
Dividend Per Share
(33)
Net Profit Margin (NPM) menunjukkan jumlah pendapatan bersih dibagi dengan penjualan bersih. Net Profit Margin adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Makin tinggi rasio NPM perusahaan, menujukkan bahwa perusahaan berkinerja dengan baik, karena dapat menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualannya.
Dividend Per Share merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Karena dividen merupakan salah satu keuntungan investasi melalui saham, maka phak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan ditetapkan dalam rangka meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk kepemilikan saham.
2.6 Hipotesis
H1 : net profit margin berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
perusahaan manufaktur,
H2 : dividend per share berpegaruh secara parsial terhadapharga saham
perusahaan manufaktur, dan
H3 : net profit margin dan dividend per share berpengaruh secara simultan
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar, (2003:63) “Penelitian menggunakan desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi suatu variabel lainnya.” Peneliti menganalisis pengaruh net profit margin dan dividen per share terhadap harga saham, dimana net profit margin dan dividen per share merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan harga saham merupakan variabel yang dipengaruhi.
3.2 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki keterbatasan baik dari jumlah sampel yang digunakan, periode penelitian, maupun faktor-faktor yang diteliti.
1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya menganalisis perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai 2011 dengan jumlah populasi sebanyak 131 perusahaan dan jumlah sampel 34 perusahaaan dengan unit analisis sebanyak 136.
2. Periode penelitian yang diamati terbatas karena hanya mencakup tahun 2008 sampai tahun 2011.
(35)
3. Peneliti hanya menggunakan variabel net profit margin (NPM) dan
dividend per share (DPS) sebagai variabel independen dalam mengamati perubahan harga saham.
3.3 Defenisi Operasional
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel independen dan satu variabel dependen.
1. Variabel dependen, yaitu variabel titak bebas keberadaannya yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen,
2. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaannya dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah net profit margin
dan dividend per share.
3.4 Skala Pengukuran Variabel
Pada pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan penentuan indikator-indikator yang digunakan. Adapun variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel independen dan satu varaibel dependen.
Operasional variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel berikut:
(36)
Tabel 3.1 Skala Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Net Profit Margin
(NPM) (X1)
Ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham pemilik.
NPM = pendapatan bersih penjualan bersih
Rasio
Dividend Per Share
(DPS) (X2)
Ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kepastian dari modal yang
ditanamkannya, yaitu berupa dividen.
DPS = dividen
jumlah saham beredar
Rasio
Harga Saham (Y)
Nilai dari selembar saham.
Harga saham pada saat closing price
Rasio
Sumber: Patuan, 2011
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik pusposive sampling,
yaitu teknik penetuan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI selama periode 2008-2011,
2. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan lengkap selama periode 2008-2011,
(37)
4. Perusahaan tersebut telah membayarkan dividen kas atas laba periode 2008-2011, dan
5. Perusahaan tersebut tidak mengalami delisting selama periode 2008-2011.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 131 perusahaan dengan periode penelitin selama empat tahun. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, peneliti mengambil 34 perusahaan manufaktur sebagai sampel. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah disajikan dalam tabel.
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No. Kode Nama Perusahaan
1 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. 2 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
3 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk.
4 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 5 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 6 TCID PT Mandom Indonesia Tbk. 7 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk.
8 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 9 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk.
10 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk. 11 CTBN PT Citra Tubindo Tbk. 12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 14 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk.
15 EKAD PT Ekadharma International Tbk. 16 SOBI PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. 17 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk.
18 BRNA PT Berlina Tbk.
19 IGAR PT Champion Pacific Indonesia Tbk. 20 TRST PT Trias Sentosa Tbk.
21 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk. 22 ASII PT Astra International Tbk. 23 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 24 BRAM PT Indo Kordsa Tbk.
(38)
27 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 28 MYOR PT Mayora Indah Tbk.
29 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. 30 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
31 MERK PT Merck Tbk.
32 SQBI PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 33 MRAT PT Mustika Ratu Tbk.
34 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. Sumber: Penulis, 2012
3.6 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukaan nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Peneliti menggunaan data sekunder dalam penelitian ini.
Data dalam penilitian ini adalah data polled, yaitu kombinasi antara data
time series dan data cross section. Data time series disebut juga data deret waktu, merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan (interval waktu dalam penelitian ini mulai dari tahun 2008 sampai tahun 2011). Data cross section merupakan data yang dikumpulkan dengan mengamati banyak subjek (seperti individu, perusahaan atau negara/wilayah) pada titik waktu yang sama, atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu (subjek yang diteliti adalah laporan keungan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI).
Peneliti mengumpulkan data penelitian dengan cara menguunduh laporan keuangan perusahaan sampel melalui situs Bursa Efek Indonesia, yaitu
(39)
menggunakan softcopy Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2011. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. informasi mengenai profityang dihasilkan perusahaan,
2. informasi mengenai dividen yang dibagikan atas laba perusahaan periode 2008-2011,
3. informasi mengenai harga saham peutupan (closing price) perusahaan pada akhir tahun periode 2008-2011,
4. informasi keuangan lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Tahap pertama peneliti melakukan studi pustaka, yaitu dengan mencari leteratur yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua peneliti mengumpulkan data melalui media internet dengan cara mengunduh dari situs Bursa Efek Indonesia, yait perusahaan yang menjadi populasi atau sampel penelitian.
3.8 Metode Analisis Data
Pada pnelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 19.0. Pengujian statistik dalam penelitian ini terdiri dari pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
(40)
3.8.1. Pengujian Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
3.8.1.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal maka digunakan statistik non-parametrik atau dilakukan treatment agar data normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Analisis grafik dilakukan dengan melihat histogram dan grafik normal p-plot. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
(41)
2. jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini, analisis statistik yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas data. Uji ini dibuat dengan hipotesis:
H0: data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Bila nilai signifikansi > 0,05 dengan α = 5%, berati dat berdistribusi normal dan
H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 berarti data berdistribusi
tidak normal dan Ha diterima.
Data yang terdistribusi secara tidak normal dapat ditransformasikan menjadi normal. Cara yang dapat dilakukan menurut Jogiyanto (2003), yaitu:
1. dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu logaritma natural, akar kuadrat, logaritma lo,
2. lakukan trimming, yaitu mengubah observasi yang bersifat outliner,
3. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outliner menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal.
(42)
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel indpenden. Jika antar variabel indpenden ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel indpenden tidak berarti bebas dari bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel indpenden manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
(43)
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
3.8.1.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi heterokedastisitas. Menurut Ghozalli (2011), uji heterokedastisistas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melakukan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa variance (S2) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
(44)
persamaan ini dijadikan linier dalam bentuk persamaan logaritma sehingga menjadi :
Ln σ2i = α + β LnXi + vi
Karena S2i umumnya tidak diketahui, maka dapat ditaksir dengan menggunakan residual Ut sebagai Proksi, sehingga persamaan menjadi :
LnU2i = α + β LnXi + vi
Uji Park dilakukan dengan melakukan regresi variabel logaritma natural dari kuadrat residual (LnU2i) dengan variabel logaritma natural NPM dan variabel logaritma natural variabel DPS, sehingga persamaan regresi menjadi :
LnU2i = b0 + b1 LnNPM + b2 LnDPS
Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homokedastisitas pada data model empiris tersebut tidak dapat ditolak.
3.8.1.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.
(45)
Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Variabel bebas yang diteliti berjumlah 2, yaitu variabel NPM dan variabel DPS. Sehingga kriteria untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelsai yaitu :
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tolak
Tidak ada keputusan Tolak
Tidak ada keputusan Tidak tolak
0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 2 – dl < d < 2 2 – du ≤ d ≤ 2 – dl
du < d < 2 < du
Sumber: Ghozalli, 2011
3.8.2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analsisi regresi liner berganda. Analisis ini digunakan untukmengetahui apakah semua variabel independen
(46)
mempunyai pengaruh tehadap variabel dependen. Model regresi untuk menguji hipotesis dalam penelititan ini menggunakan Uji-F (simultan) dan Uji-t (parsial).
3.8.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian F-test digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempuyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Data analisis dengan model regresi berganda yaitu:
�= �+�1�1+�2�2+� keterangan:
Y = Harga Saham
α = konstanta
b1,b2 = koefisien regresi X1 = Net profit Margin
X2 = Dividend Per Share e = error (faktor pengganggu)
hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
�0 = tidak semua variabel independen berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen,
�� = semua variabel independen berpengaruh secara
simulatan terhadap variabel dependen.
Uji ini dalakukan dengan membandingkan signifikansi hitung dengan F-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
(47)
- jika F-hitung < F-tabel, maka �0 diterima dan �� ditolak untuk α = 5%, - jika F-hitung > F-tabel, maka �0 ditolak dan �� diterima untuk α = 5%.
3.8.2.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh saru variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
�0 = tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen,
�� = semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen,
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentunan sebagai berikut:
- jika t-hitung < t-tabel, maka �0 diterima dan �� ditilak untuk α = 5% - jika t-hitung > t-tabel, maka �0 ditolak dan �� diterima untuk α = 5%.
(48)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Data penelitian berasal dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2011. Perusahaan yang dicari sampel kemudian dicari nilai NPM, DPS dan harga saham masing-masing perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh 34 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini serta diamati selama periode 2008-2011, sehingga data penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 136 unit analisis.
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan penjelasan menegenai nilaiminimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari veriabel-variabel independen dan veriabel-variabel dependen.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Harga_Saham 136 58.00 359,000.00 2,530,684.80 18,607.9765 48,418.45295
NPM 136 .01 29.00 135.44 .9959 4.29829
DPS 136 1.98 21,212.00 149,066.43 1,096.0767 3,068.02654 Valid N (listwise) 136
(49)
Berdasarkan data dari Tabel 4.1 dapat diambil penjelasan di bawah ini:
a. Variabel Harga Saham memiliki nilai minimum 58 dan nilai maksimum 359.000 dengan rata-rata sebesar 18.607,9765 dan standar deviasi 48.418,45295. Nilai minimum harga saham perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2011 adalah harga saham PT. Champion Pacific Indonesia Tbk. sebesar Rp.58 pada tahun 2008 dan nilai maksimum dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. sebesar Rp.359.000 pada tahun 2011. Rata-rata nilai harga saham perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebesar Rp.18.607,9765.
b. Variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki nilai minimum 0,01 dan nilai maksimum 29 dengan rata-rata sebesar 0,9959 dan standar deviasi 4,29829. Nilai minimum NPM perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2011 adalah NPM dari PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Dan PT. Supreme Cable Manufacturing & C sebesar 0,01. Nilai maksimum sebesar 29 dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Sementara rata-rata nilai NPM perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebesar 0,9959.
c. Variabel Devidend Per Share (DPS) memiliki nilai minimum 1,98 dan nilai maksimum 21.212,00 dengan rata-rata sebesar 1.096,0767 dan standar deviasi 3.068,02654. Nilai minimum DPS perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2008 sampai 2011 adalah PT.
(50)
Ekadharma International Tbk. Sebesar Rp. 1,98 dan nilai maksimum dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. sebesar Rp. 21.212,00 dengan rata-rata nilai DPS perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini sebesar Rp. 1.096,0767.
4.3 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.
4.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak. Untuk melihat data residual berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan analisis grafik dan melakukan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat histogram dan grafik normal p-plot. Peneliti hanya menggunakan metode grafik normal p-plot, karena metode ini lebih handal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji satistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
(51)
�0 : data residual berdistribusi normal.
��: data residual tidak berdistribusi normal.
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka �0 diterim dan �� ditolak, sebaliknya jika nilai siginifikansi lebih kecil dari 0,05 maka �0 ditolak dan �� diterima.
Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.2 dibawah ini, diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah lebih besar dari 0,05 dan signifikansi pada 0,000. Nilai signifikansi ternyata lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima yang berarti data residual tersebut tidak berdistribusi normal, ini dapat disebabkan oleh adanya data yang outliner, yaitu data yang memiliki nilai yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Sebelum Trimming
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 136
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 31291.5205361 3 Most Extreme Differences Absolute .332
Positive .332
Negative -.323
Kolmogorov-Smirnov Z 3.873
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(52)
Beberapa cara mengatasi data outliner yaitu: - Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, - Lakukan trimming, yaitu membuang data outliner,
- Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outliner kesuatu nilai tertentu.
Untuk mengubah nilai residual agar normal, peneliti melakukan trimming
(membuang data outliner). Setelah dilakukan pembuangan data yang outliner, jumlah sampel observasi menjadi berjumlah 72 sampel. Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas, berikut ini hasil pengujian dengan
Kolmogorov-Smirnov:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Setelah Trimming
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 72
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1296.07397894 Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z 1.212
Asymp. Sig. (2-tailed) .106
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS
Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.3 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1,212 dan nilai signifikansi variabel lebih besar dari 0,05 maka �0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Data yang
(53)
berdistribusi normal tersebut juga dapat dilihat melalui garfik p-plot data pada Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Grafik Normal P-plot
Sumber: Output SPSS
Pada grafik normal P-plot terlihat bahwa titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi mengikuti asumsi normalitas dan ini sejalan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.
(54)
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Menurut Nugroho (2005:58), “deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat, yatu jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.”
Tabel 4.4
Hasil Uji Multokolinearitas
Coefficient Correlationsa
Model DPS NPM
1 Correlations DPS 1.000 -.328
NPM -.328 1.000
Covariances DPS 14.484 -4740.556 NPM -4740.556 14420950.050 a. Dependent Variable: Harga_Saham
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 592.119 327.048 1.810 .075
NPM -346.990 3797.493 -.009 -.091 .927 .892 1.121 DPS 22.328 3.806 .600 5.867 .000 .892 1.121 a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber: Output SPSS
(55)
tidak ada korelasi antara variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
4.3.3 Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozalli (2011), uji heterokedastisistas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melakukan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa variance (S2) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
σ2i = α Xiβ
persamaan ini dijadikan linier dalam bentuk persamaan logaritma sehingga menjadi :
Ln σ2i = α + β LnXi + vi
Karena S2i umumnya tidak diketahui, maka dapat ditaksir dengan menggunakan residual Ut sebagai Proksi, sehingga persamaan menjadi :
(56)
LnU2i = α + β LnXi + vi
Uji Park dilakukan dengan melakukan regresi variabel logaritma natural dari kuadrat residual (LnU2i) dengan variabel logaritma natural NPM dan variabel logaritma natural variabel DPS, sehingga persamaan regresi menjadi :
LnU2i = b0 + b1 LnNPM + b2 LnDPS
Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas, dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homokedastisitas pada data model empiris tersebut tidak dapat ditolak.
Tabel 4.5 Hasil Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.753 .414 30.828 .000
NPM -4.800 4.804 -.120 -.999 .321
DPS .014 .005 .355 2.957 .004
a. Dependent Variable: LnU2i
Sumber: Output SPSS
Hasil tampilan Tabel 4.5 diatas menunjukkan koefisien untuk variabel independen tidak ada yang signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heterokedastisitas.
4.3.4 Uji Autokolerasi
Pengujian autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahaan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu
(57)
periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson (D-W). Tabel berikut menyajikan hasil uji D-W dengan menggunakan program SPSS versi 19.0
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .597a .356 .338 1314.72348 .921
a. Predictors: (Constant), DPS, NPM b. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber: Output SPSS
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Tolak
Tidak ada keputusan Tolak
Tidak ada keputusan Tidak tolak
0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 2 – dl < d < 2 2 – du ≤ d ≤ 2 – dl
du < d < 2 - du
Dari hasil Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa nilai D-W yang didapat sebesar 0,921. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel 72 (n) dan jumlah variabel
(58)
independen 2 (k = 2). Oleh karena nilai D-W 0,921 lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari batas atas (du) 1,672 serta lebih besar dari 2 – 1,672 (2 – du) dan lebih kecil dari 2, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada korelasi negatif atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4.4 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, penulis menggunkan analisis regresi berganda. Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 19.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.7
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .597a .356 .338 1314.72348
a. Predictors: (Constant), DPS, NPM b. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber: Output SPSS
Pada Tabel 4.7 di atas, dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,597 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara harga saham (variabel dependen) dengan net profit margin dan
dividend per share (variabel independen) mempunyai tingkat hubungan yang cukup kuat, yaitu sebesar 59,7%.
Nilai Adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,338. Angka ini mengidentifikasikan bahwa harga saham (variabel dependen) mampu dijelaskan oleh earning per share dan dividend per share (varabel independen) sebesar 33,8%, sedangkan selebihnya sebesar 66,2% dijelaskan oleh sebab-sebab
(59)
lain. Kemudian Standard Error of the Estimate adalah sebesar 1314,72348 dimana semakin kecil angka ini akan membuat model semakin tepat dalam memprediksi harga saham.
4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji-F dilakukan untuk menilai pengaruh net profit margin dan dividend per share secara simultan terhadap harga saham. Dalam Uji-F digunakan hipotesis sebagai berikut:
�0 : a = �1 = �2 = 0, artinya variabel net profit margin dan dividend per share
secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
�� : a ≠ �1 ≠ �2 ≠ 0, artinya variabel net profit margin dan dividend per share
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan F-tabel dengan ketentuan:
- Jika F-hitung < F-tabel, maka �0 diterima dan �� ditolak untuk α = 5% - Jika F-hitung > F-tabel, maka �0 ditolak dan �� diterima untuk α = 5%
Tabel 4.8
Hasil Uji Simultan (Uji-F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 66002945.492 2 33001472.746 19.093 .000a
Residual 1.193E8 69 1728497.839
(60)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 66002945.492 2 33001472.746 19.093 .000a
Residual 1.193E8 69 1728497.839
Total 1.853E8 71
a. Predictors: (Constant), DPS, NPM b. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber: Output SPSS
Dari uji ANOVA (Analisys of Variance) pada Tabel 4.8 di atas didapat hitung sebesar 19,093 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, sedangkan tabel diketahui sebesar 3,15. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (19,093 > 3,15) dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga �0 ditolak dan �� diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel net profit margin dan dividend per share secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 592.119 327.048 1.810 .075
NPM -346.990 3797.493 -.009 -.091 .927
DPS 22.328 3.806 .600 5.867 .000
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh variabel net profit margin dan dividend per share dengan persamaan matematis seperti di bawah ini:
(61)
Harga_Saham = 592,119 – 346,990 NPM + 22,328 DPS + e
Keterangan:
a. Konstanta sebesar 592,119 menunjukkan bahwa apabila variabel independen ditiadakan maka harga saham adalah sebesar Rp. 592,119
b. b1 sebesar -346,990 menunjukkan bahwa setiap kenaikan net profit margin
sebesar Rp.1 maka akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar 346,990 dengan asumsi variabel lain tetap,
c. b2 sebesar 22,328 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dividend per share
sebesar Rp.1 maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 22,328 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam Uji-t digunakan hipotesis sebagai berikut:
�0 : a = �1= �1= 0, artinya variabel net profit margin dan dividend per share
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perushaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
�� : a ≠ �1≠ �1≠ 0, artinya variabel net profit margin dan dividend per share
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perushaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan:
(62)
- Jika t-hitung < t-tabel, maka �0 diterima dan �� ditolak untuk α = 5% atau signifikansi > 0,05,
- Jika t-hitung > t-tabel, maka �0 ditolak dan �� diterima untuk α = 5% atau signifikansi < 0,05.
Hasil pengujian statistik t pada Tabel 4.10 dibawah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham
Nilai t-hitung untuk variabel NPM adalah sebesar -0,091 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 1,671. Dengan demikian t-hitung lebih kecil dari t -tabel (0,996 < 1,671) dan nilai signifikansi sebesar 0,927 (lebih besar dari 0,05) artinya �0 diterima dan �� ditolak, bahwa net profit margin secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.
2) Pengaruh Dividend per Share terhadap Harga Saham
Nilai t-hitung untuk variabel DPS adalah sebesar 5,867 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel (5,867 > 2) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya�0 ditolak dan �� diterima, bahwa DPS secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.
(63)
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 592.119 327.048 1.810 .075
NPM -346.990 3797.493 -.009 -.091 .927
DPS 22.328 3.806 .600 5.867 .000
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber: Output SPSS
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Penelitian
Dari hasil pengujian secara parsial variabel NPM dan DPS menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel NPM secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan variabel DPS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tidak berpengaruhnya NPM secara parsial menunjukkan hasil yang berbeda terhadap penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2009) dan Rinati (2009). Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan objek perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dan tahun penelitian. Namun penelitian ini memilki hasil yang sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2003), Susi & Setiawan (2003), Halim (2007), dan Kielsan (2010). Berpengaruhnya DPS terhadap harga saham mengindikasikan bahwa setiap kenaikan DPS turut meningkatkan harga saham perusahaan sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah deviden per lembar saham yang dibagikan perusahaan terbukti merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan para investor dalam berinvestasi yang selanjutnya mempengaruhi harga saham. Hal ini juga
(1)
2010
2875
0.08
23
2011
4375
0.08
57
PT Astra International Tbk.
ASII
2008
1055
0.09
981
2009
3470
0.10
1057
2010
5455
0.11
600
2011
7400
0.13
2023
PT Astra Otoparts Tbk.
AUTO
2008
700
0.11
320
2009
1150
0.15
478
2010
2790
0.18
434
2011
3400
0.15
126.62
PT Indo Kordsa Tbk.
BRAM
2008
1800
0.06
125
2009
1450
0.05
124.63
2010
2400
0.07
124.78
2011
2150
0.06
124.80
PT Supreme Cable
Manufacturing & Commerce
Tbk.
SCCO
2008
1450
0.01
29
2009
1310
0.01
30
2010
1950
0.03
90
2011
3125
0.03
86.81
PT Delta Djakarta Tbk.
DLTA
2008
19000
0.12
1426.75
2009
62000
0.17
9500
2010
120000
0.25
10500
2011
111500
0.28
10734.60
PT Indofood Sukses Makmur
Tbk.
INDF
2008
930
0.03
41.77
2009
3550
0.06
93
2010
4875
0.08
133
2011
4600
0.12
133
PT Mayora Indah Tbk.
MYOR
2008
1140
0.05
50
2009
4500
0.08
50
2010
10750
0.07
110.44
2011
14250
0.04
130
PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk.
HMSP
2008
8100
0.11
790
2009
10400
0.13
560
2010
28900
0.15
270
2011
39000
0.15
2750
PT Kalbe Farma Tbk.
KLBF
2008
80
0.09
9.52
2009
260
0.10
25
2010
650
0.13
23.08
2011
680
0.14
54.11
PT Merck Tbk.
MERK
2008
40000
0.15
5350
2009
86000
0.20
5329.95
2010
96500
0.15
4464
2011
132500
0.19
4453.83
PT Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk.
SQBI
2008
60000
0.26
8000
2009
130000
0.31
8500
(2)
2010
138000
0.30
9391.45
2011
127500
0.39
9336.20
PT Mustika Ratu Tbk.
MRAT
2008
152
0.07
13
2009
395
0.06
10
2010
650
0.07
9.82
2011
500
0.06
11.41
PT Unilever Indonesia Tbk.
UNVR
2008
7800
0.15
261.40
2009
11050
0.17
299
2010
16500
0.17
344
2011
18800
0.18
592.37
Sumber:
Indonesian Capital Market Directory
2011 (diolah)
Lampiran 2: Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Harga_Saham 136 58.00 359,000.00 2,530,684.80 18,607.9765 48,418.45295
NPM 136 .01 29.00 135.44 .9959 4.29829
DPS 136 1.98 21,212.00 149,066.43 1,096.0767 3,068.02654
Valid N (listwise) 136
Sumber:
Output
SPSS
Lampiran 3: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 72
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1296.07397894
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z 1.212
Asymp. Sig. (2-tailed) .106
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(3)
Lampiran 4: Grafik Normal P-Plot
(4)
Lampiran 5: Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 592.119 327.048 1.810 .075
NPM -346.990 3797.493 -.009 -.091 .927 .892 1.121
DPS 22.328 3.806 .600 5.867 .000 .892 1.121
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber:
Output
SPSS
Lampiran 6: Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.753 .414 30.828 .000
NPM -4.800 4.804 -.120 -.999 .321
DPS .014 .005 .355 2.957 .004
a. Dependent Variable: LnU2i
Sumber:
Output
SPSS
(5)
Lampiran 7: Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .597a .356 .338 1314.72348 .921
a. Predictors: (Constant), DPS, NPM b. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber:
Output
SPSS
Lampiran 8: Uji Simultan (Uji-F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 66002945.492 2 33001472.746 19.093 .000a
Residual 1.193E8 69 1728497.839
Total 1.853E8 71
a. Predictors: (Constant), DPS, NPM b. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber:
Output
SPSS
Lampiran 9: Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 592.119 327.048 1.810 .075
NPM -346.990 3797.493 -.009 -.091 .927
DPS 22.328 3.806 .600 5.867 .000
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber:
Output
SPSS
(6)
Lampiran 10: Uji Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 592.119 327.048 1.810 .075
NPM -346.990 3797.493 -.009 -.091 .927
DPS 22.328 3.806 .600 5.867 .000
a. Dependent Variable: Harga_Saham