khususnya Divisi Siliwangi, kekuatan TNI dari Jawa Timur dan kesatuan yang lain. Gerakkan DITII di Jawa Barat dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas dengan
keputusan Perjanjian Renville yang mengharuskanTNI keluar dari daerah kantong dan masuk ke wilayah RI. Pasukan yang tidak ikut hijrah berniat
mendirikan Negara Islam. Terbentuknya DITII Kartosuwiryo ini ternyata menyebar ke daerah lain, seperti Aceh dan Sulawesi Selatan. Pemerintah
akhirnya dapat mengatasi setiap gerakan DITII yang akan mengganggu stabilitas nasional Indonesia. Sebelum meletus, G30 SPKI terus memperkuat
diri, misalnya dengan propaganda agitasi, memojokkan lawan-lawan politiknya, mengusulkan pembentukan angkatan Kelima, dan menghembuskan adanya
Dewan Jenderal.
Pada tanggal 1 oktober 1965 dini hari PKI mulai menculik dan membunuh beberapa pimpinan teras TNIAD dan juga menduduki RRI. Gerakan 30
September dipimpin oleh Letkol Untung. G30 SPKI akhirnya dapat ditumpas oleh TNI dan semua kekuatan serta komponen bangsa yang lain yang setia
kepada Pancasila dan UUD 1945, sampai akhirnya PKI dibubarkan pada tanggal 12 Maret 1966. Tragedi nasional yang mengganggu stabilitas nasional ternyata
tidak hanya pemberontakan PKI tahun 1948, gerakan DITII, dan juga G 30 SPKI, tetapi juga terjadinya konflik-konflik antar agama dan antar etnis di
berbagai daerah, seperti di Maluku, Poso, dan Sambas, Kalimantan Barat.
c. Masa Pemerintahan Orde Baru
Salah satu kendala stabilitas nasional pada masa Orde Lama adalah begitu banyaknyapartai dengan friksi ideologi yang sangat kental. Partai-partai ini sering
saling menjatuhkan, sehinggar kelanggengan suatu pemerintahan tidak berjalan lama. Kenyataan ini disadari benar oleh pemerintah Orde Baru. Untuk itu,
pemerintah OrdeBaru mengambil kebijakan guna mengurangi jumlah partai di Indonesia dengancaramenggabungkan fusi partai--partai yang memiliki
persamaan program dalam satu partai. Jadi penggabungan ini tidak didasarkan atas persamaan ideologi. Dari prosesini akhirnya terbentuk dua partai politik dan satu
golongan karya. Dua partai politik tersebut adalah: a Partai Demokrasi Indonesia PDI yang merupakan fusi dari PNI, Partai
Katolik,Partai Murba, IPKI, dan, Parkindo. Fusi ini dilakukan pada tanggal 11 Januari 1973.
b Partai Persatuan Pembangunan PPP yang merupakan penggabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah Perti. Fusi ini dilakukan pada
tanggal 5 Januari 1973. Sementara Golongan Karya Golkar bukan merupakan hasil fusi partai
politik. Golkar berdiri sendiri sebagai sebuah organisasi massa. Organisasi ini juga diberi hak untuk ikut dalam pemilu. Dari kenyataan ini, timbul kesan bahwa
kebijakan penyederhanaan partai dimaksudkan untuk memberi jalan bagi dominasi Golkar dalam setiap pemilu. Dengan cara ini, kelanggengan pemerintah Orde Baru
dapat terus dijaga. Usaha penyederhanaan partai diikuti dengan mensosialisasikan Pancasila sebagai satu- satunya asas partai azas tunggal. Dengan demikian, friksi
ideologi seperti yang terjadi pada masa Orde Lama tidak terjadi lagi. Stabilitas nasional pun bisa dijamin.
366
PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Pemerintah Orde Baru berusaha menyelamatkan ekonomi nasional dengan melakukan stabilisasi ekonomi. Tujuannya untuk mengendalikan inflasi agar harga-
harga khususnya kebutuhan pokok tidak meningkat terus. Perlu diketahui pada awal tahun 1966 tingkat inflasi mencapai 650 dengan jumlah hutang luar negeri
sebanyak 2,3 milyar dolar dan 1,7 milyar hutang sebelumnya yang jatuh tempo pada tahun 1967.
Untuk membangun perekonomian Indonesia, MPRS mengeluarkan ketetapan No. XXIIIMPRS1966 tentang Pembaharuan Kebijakan Landasan
Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan. Dengan dasar TAP MPRS tersebut
pemerintah mengadakan pembaharuan landasan ekonomi dari ekonomi terpimpin ke arah demokrasi ekonomi. Sejak bulan Oktober 1967 hingga pertengahan tahun
1968 pemerintah telah menertibkan keuangan negara yang dipusatkan pada deferred payment khusus, kredit dari dana revolusi, cadangan nasional, pampasan
perang Jepang, PN-PN dan PT-PT. Hasilnya adalah mengembalikan uang negara sebanyak US 9.571.586.33, Yen 145.381.442 dan Rp. 494.947.761,37, emas
seberat 1.005.403 kg dan perak seberat 100 kg. Untuk memulihkan perekonomian negara, langkah-langkah yang dilakukan pemerintah meliputi :
Penyesuaian pengeluaran negara dengan pendapatan sehingga terdapat
keseimbangan antara pengeluaran dengan penerimaan
Penundaan pembayaran hutang-hutang dari luar negeri dan berusaha memperoleh kredit baru
Pengendoran peraturan dan penguasaan pemerintah atas kegiatan perdagangan
terutama masalah harga, tarif dan subsidi.
Penyederhanaan dan penertiban aparatur negara. Untuk mempercepat usaha stabilitas ekonomi dan pertumbuhannya pada
tanggal 15 Juni 1968 keluar Kepres No. 195 th. 1968, tujuannya membentuk tim ahli ekonomi yang bertugas mengikuti perkembangan ekonomi dan mengguna-kan
pertimbangan-pertimbangan mengenai masalah ekonomi kepada Presiden. Tim ahli ekonomi tersebut terdiri dari Prof. Dr. Wijoyo Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardana, Prof.
Dr. Sumitro Joyo Hadikusumo, Drs. Radius Prawiro, Prof. Dr. Ir. Moh. Sadli, Dr. Emil Salim, Drs. Frans Seda, dan Prof. Dr. Subroto. Secara keseluruhan sejak
dicanangkannya Pelita I 1969 hingga Pelita V 1994 di bawah pemerintahan Orde Baru secara ekonomis Indonesia mengalami kemajuan secara nyata. Sasaran
pertumbuhan ekonomi adalah mencapai keseimbangan antara sektor pertanian dengan sektor industri serta untuk terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. Bahkan
pendapatan per kapita naik lebih dari sepuluh kali lipat dalam jangka 25 tahun tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang demikian pesat karena pemerintah Orde Baru memberlakukan kebijakan dalam pembangunan yang
dilandaskan pada pandangan pragmatisme, dengan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama melalui penerapan kebijakan yang beroriaentasi pada sistim pasar.
Dalam kondisi pemerintahan yang masih bergaya paternalistik-nasionalistik, akhirnya dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan pro dan kontra. Meskipun
derap pembangunan dijabarkan untuk menjangkau kehidupan rakyat banyak. Namun dalam pengembangan dunia bisnis condong memberikan fasilitas khusus
dalam kelompok tertentu sehingga terjadi KKN korupsi, kolusi dan nepotisme
PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
367
seperti dengan adanya kelompok cukong, kelompok keluarga dan kelompok yang berafiliasi dengan kekuasaan.
d. Krisis, Keruntuhan Orde Baru dan Gerakan Reformasi