PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN

MAKALAH
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DAN RPP K13
Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dosen :

Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP.

OLEH :

ANDYA AGISA
[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

KATA PENGANTAR

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

1

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh
ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester matakuliah Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang berjudul “Makalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dan RPP
Kurikulum 2013”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan
ini, khususnya kepada bapak Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya memperoleh banyak manfaat
setelah menulis makalah ini.
Akhirul kalam, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Karena itu saya mengharapkan
saran dan kritik konstruktif demi perbaikan laporan di masa mendatang. Harapan saya semoga laporan
ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Demikian laporan ini saya tulis, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.


Banjarmasin, Januari 2018

Penulis

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

2

DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................................9
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................................9
BAB 2 PEMBELAJARAN IPS
A. Hakikat Pembelajaran IPS.........................................................................................................10

B. Perbedaan Makna Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial
(Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)................................................................12
C. Hubungan Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial
(Social Studies)/ Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).......................................................................15
D. Gambaran dan Contoh Pembelajaran IPS Menurut Kurikulum 2013........................................19
BAB 3 KARAKTERISTIK ILMU-ILMU SOSIAL
A. Karakteristik Ilmu Politih, Ilmu Hukum, Ilmu Geografi,
Ilmu Sejarah, Ilmu Sosantro, dan Ilmu Ekonomi Menurut IPS.................................................25
B. Perbedaan, Persamaan, dan Analisis Ilmu-Ilmu Sosial..............................................................33
BAB 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Pengertian dan Tujuan RPP.......................................................................................................52
B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan RPP.........................................................52
C. Kurikulum 2013.........................................................................................................................53
D. RPP IPS Kurikulum 2013..........................................................................................................53
LAMPIRAN................................................................................................................................................54
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................................61
B. Saran..........................................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................63
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial


3

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby
(Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai
dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukannya social studies
(IPS) ke dalam kurikulum sekolah karena berbagai ekses akibat industrialisasi di berbagai negara di belahan
dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai kemajuan dan ketercukupan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa
semakin maju dan modern, tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu
sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan ekses negatif yang mungkin timbul di
masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial di
lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan pengetahuan secara disipliner, tetapi juga
dapat dilakukan melalui pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah.
Program pendidikan antar disiplin (interdiscipline) di tingkat sekolah merupakan salah satu pendekatan
yang dianggap lebih efektif dalam rangka membentuk perilaku sosial siswa ke arah yang diharapkan.
Bahkan program pendidikan ini di samping sebagai bentuk internalisasi dan transformasi pengetahuan juga

dapat digunakan sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi berbagai
tantangan dan problematika yang makin komplek di masa datang.
Oleh karenanya latar belakang perlu dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di beberapa
negara lain juga memiliki sejarah dan alasan yang berbeda-beda. Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris
karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari
berbagai macam ras di antaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari
Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara
tersebut.
Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi terhadap social
studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara, terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai
negara di Eropa, dan baru berkembang ke berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir
sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi
keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat
konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan
berbagai masalah nasional lainnya di pandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda
dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

4


Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai
program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional
tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut,
muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu :
1. Pengetahuan Sosial
2. Studi Sosial
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada tahun 1972-1973
yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung.
Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak
cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di
tingkat SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata
pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies) dalam kurikulum 1975 tersebut,
dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.
Sejak pemerintahan Orde Baru keadaan tenang, pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan
menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.

3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan
nasional.
Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor pendidikan oleh pemerintah menjadi prioritas. Program
pembangunan pendidikan bidang sosial semakin ditingkatkan untuk mengatasi dan menanamkan
kewarganegaraan serta cinta tanah air Indonesia. Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora
ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat
dan kuat. Kurikulum pendidikan 1975 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut :
a. Berorientasi pada tujuan.
b. Menganut pendekatan integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

5


d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).
e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan latihan.
Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap kurikulum 1975 yang menampilkan
empat profil, yaitu :
1) Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai bentuk pendidikan IPS khusus.
2) Pendidikan IPS terpadu untuk SD.
3) Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep peyung untuk sejarah,
geografi dan ekonomi koperasi.
4) Pendidikan IPS terisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan geografi untuk SMA,
atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan sejarah) untuk SMEA /SMK.
Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang secara konseptual
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 khususnya dalam aktualisasi materi, seperti masuknya
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) sebagai materi pokok PMP. DalamKurikulum 1984,
PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti semua siswa di SD, SMP dan SMU.
Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
1) Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.
2) Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.
3) Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di kelas I-II;

Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah Budaya di kelas III program IPS.
Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam rangkaian pertemuan
ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di
Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua
di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda pembahasan ialah mengenai konsep
PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang, M. Numan Soemantri, pakar dan ketua HISPISI menegaskan
adanya dua versi PIPS sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu :
a) Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin
Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang duorganisir dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
b) Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP. PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan.
PIPS

untuk

tingkat

perguruan


tinggi

pendidikan

Guru

IPS

(eks

IKIP,

FKIP,

STKIP),

direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi Pendidikan Disiplin Ilmu
Pengetahuan Sosial, seperti pendidikan Geografi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan sosiologi, Pendidikan Sejarah dsb).

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

6

Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang memiliki komitmen
terhadap social studies atau pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka
berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu sosial ke dalam kurikulum sekolah lebih jelas lagi. Namun karena
tidak mungkin semua disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulum ilmu sosial itu
disajikan secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (social studies). Jadi untuk program
pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai di ajarkan.
Program pendidikan dasar di SD dan SMP penyajiannya secara terpadu penuh, sementara itu untuk
pembelajaran IPS di tingkat SMA/MA dan SMEA penyajiannya bisa dilakukan secara terpisah antar cabang
ilmu-ilmu sosial, tetapi tetap memperhatikan keterhubungannya antara ilmu sosial yang satu dengan ilmu
sosial lainnya, terutama dalam rumpun jurusan IPS di SMA dan juga di SMEA. Sementara itu, pada tingkat
perguruan tinggi pendidikan ilmu-ilmu sosial disajikan secara terpisah atau fakultatif, seperti FE, FH, FISIP
dsb. Namun untuk pendidikan IPS di FKIP/IKIP/STKIP yang mempersiapkan calon guru atau mendidik
calon guru di tingkat sekolah, maka pendidikan IPS di berikan secara interdisipliner dan juga secara
disipliner. Secara interdisipliner karena ilmu yang diperoleh nantinya untuk program pembelajaran untuk
usia anak sekolah, dan secara disipliner karena sebagai guru juga harus menguasai ilmu yang diajarkan.
Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual Pendidikan IPS, dapat diidentifikasi
sekolah objek telaah dari sistem pendidikan IPS, yaitu :
1) Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP dan SMU.
2) Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP/FKIP.
3) Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SLTP dan SMU.
4) Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin lain yang relevan.
5) Teori, prinsip, strategi, media serta evaluasi pembelajaran IPS.
6) Masalah-masalah sosial, ilmu pengetahuan dan teknilogi yang berdampak sosial.
7) Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan pembenahan atas
pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan perkembangan dan keadaan masyarakat saat
itu, khususnya yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan
pembangunan dan gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri. Upaya
pembaharuan kurikulum pendidikan nampak saat diadakannya serangkaian Rapat Kerja Nasional
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1986 sampai 1989.
Pembenahan kurikulum ini juga didorong oleh amanat GBHN 1988 yang intinya; 1) perlunya diteruskan
upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, 2) perlunya persiapan
perluasan wajib belajar pendidikan dasar dari enam tahun menjadi sembilan tahun, dan 3) perlunya segera
dilahirkan undang-undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

7

untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Di samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan digabung dengan
Pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan dan pengetahuan sosial (PKnPS),
namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun
2006, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli
pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan
kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu
membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara
terpisah dengan IPS. Jadi wajarlah kalau mata pelajaran PKn hanya ada di Indonesia, sementara di negara
lain disebut Civic education. IPS (social studies) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di Indonesia
terus melakukan beberapa tinjauan dan kritik terutama untuk perbaikan IPS sebagai program pendidikan
ilmu sosial di tingkat sekolah melalui seminar dan lokakarya serta pertemuan ilmiah bidang IPS lainnya,
terutama oleh kelompok pakar HISPISI (Himpunan sarjana pendidikan ilmu sosial Indonesia) dalam
kongresnya di beberapa tempat di Indonesia.
Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan
mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang
berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan kreatif. Pembahasan
materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web).
Sebagai guru/calon guru hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk
membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan pembahasan hal-hal
pokok dan latihan sebagai berikut :
1. konsep pendidikan IPS
2. hakikat pendidikan IPS
3. karakteristik pendidikan IPS

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu hakikat pembelajaran IPS?
2. Apa perbedaan makna pembelajaran IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social
science)?
3. Bagaimana hubungan diantara dua kelimuan tersebut IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu
Sosial/IIS (social science)?
4. Apa gambaran dan contoh dari pembelajaran IPS menurut Kurikulum 2013?
5. Apa karakteristik dan perbedaan dari suatu Ilmu Politik, Hukum, Geografi, Sejarah, Sosantro, dan
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

8

Ekonomi menurut Ilmu Pengetahuan Sosial?
6. Bagaimana RPP IPS K13 berdasarkan ilmu-ilmu tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah
-

Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran

-

Tujuan Khusus

:

 Agar mahasiswa mengetahui hakikat pembelajaran IPS.
 Agar mahasiswa mengetahui perbedaan makna pembelajaran IPS (social studies) dengan Ilmu
Ilmu Sosial/IIS (social science).
 Agar mahasiswa mengetahui hubungan diantara dua kelimuan tersebut IPS (social studies)
dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social science).
 Agar mahasiswa mengetahui gambaran dan contoh dari pembelajaran IPS menurut Kurikulum
2013.
 Agar mahasiswa mengetahui karakteristik dan perbedaan dari suatu Ilmu Politik, Hukum,
Geografi, Sejarah, Sosantro, dan Ekonomi menurut Ilmu Pengetahuan Sosial.
 Agar mahasiswa mengetahui RPP IPS K13 berdasarkan ilmu-ilmu tersebut.

D. MANFAAT PENULISAN
-

Sarana membaca dan Media pembelajaran.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

9

BAB 2
PEMBELAJARAN IPS
A. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS
Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah
dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies”
Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai
integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial
kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu
karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir
peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).
IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi
diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan
Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui
pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran
terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalahmasalah sosial tersebut.
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada transfer konsep karena dalam
pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat
dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai
permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar
yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar
berlangsung secara optimal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak
menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji
gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan
masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas,
yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

10

negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi
yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau
umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari
berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang
dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi.
Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah
laku dan kebutuhannya. IPS berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk
memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memamfaatkan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan
manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala
aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan
sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana
manusia bergerak dan memenuhi kebutuhanhidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan
kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya akibat tuntutan
perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia
dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.
Sebutan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di
negara kita IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin
ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional. Karakteristik ini
terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang cakupan materinya semakin meluas.
Dinamika cakupan semacam itu dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan
sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam,
teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan. Dengan cara demikian pula diharapkan
pendidikan IPS terhindar dari sifat ketinggalan zaman, di samping keberadaannya yang diharapkan tetap
koheren dengan perkembangan sosial yang terjadi.
Pusat Kurikulum mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan
Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan
interdisipliner dariaspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5).
IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku
dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

11

pengalaman masalalu yang bisa dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang. Peristiwa fakta,
konsep dan generalisasiyang berkaitan dengan isu sosial merupakan beberapa hal yang menjadi kajian IPS.
Urutan kajian itu menunjukan urutan dari bentuk yang paling kongkrit, yaitu dari peristiwa menuju
ketingkatan yang abstrak, yaitu konsep peranan peristiwa dan fakta dalam membangun konsep dan
generalisasi. Senada dengan hal itu menurut Sapriya pengetahuan IPS hendaknya mencakup fakta, konsep,
dan generalisasi. Fakta yang digunakan a terjadi dalam kehidupan siswa, sesuai usia siswa, dan tahapan
berfikir siswa. Untuk konsep dasar IPS terutama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang terkait dengan
isu-isu sosial dan tema-tema yang diambil secara multidisiplin. Contoh konsep, multikultural, lingkungan,
urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi. Sedangkan generalisasi yang merupakan ungkapan pernyataan dari
dua atau lebih konsep yang saling terkait digunakan proses pengorganisir dan memaknai fakta dan cara
hidup bermasyarakat.

B. PERBEDAAN MAKNA PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES),
STUDI SOSIAL (SOCIAL STUDIES), DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Sampai saat ini, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan subdisiplin ilmu tersendiri,
sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social
science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan
National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social
Studies”.
Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul bersamaan dengan
diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini, maka IPS sebagai bidang
studi masih “baru“. Disebut demikian karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru,
walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang
bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran
tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia.
Dalam bidang

pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadang-kadang dapat

mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social
Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk memperjelas penggunaan istilah tersebut secara tepat,
berikut ini akan dijelaskan dari masing-masing istilah.
1) Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai
berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplindisiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan
biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Sedangkan menurut
Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

12

sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada Manusia sebagai anggota masyarakat dan pada
kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Selanjutnya Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh
karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia
sebagai anggota masyarakat.
Tingkah laku manusia dalam masyarakat itu banyak sekali aspeknya seperti aspek ekonomi, aspek
sikap, aspek mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan sebagainya. Studi khusus tentang aspekaspek tingkah laku manusia inilah yang menghasilkan Ilmu Sosial seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu
politik, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
Jadi setiap bidang keilmuan itu mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota
masyarakat, ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek budaya,
sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari aspek kejiwaan, demikian pula
bidang keilmuan yang lain. Sedangkan yang menjadi obyek materialnya sama yaitu manusia sebagai
anggota masyarakat.
2) Studi Sosial (Social Studies)
Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam
kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk Ilmu
Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial
tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar. Selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan atau jenjang berikutnya
kepada disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalahmasalah tertentu berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil
mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Kerangka kerja Studi Sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di
masyarakat tidak menekankan pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis, tidak terlalu
bersifat akademis-teoritis, melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai
bidang keilmuan. Hal tersebut mengandung arti bahwa Studi Sosial dalam meninjau suatu gejala sosial
atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi (sudut, segi, aspek) kehidupan. Sedangkan Ilmu Sosial
pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.
Jadi dapat dikatakan bahwa Studi Sosial itu lebih memperlihatkan bentuknya sebagai gabungan Ilmu
Sosial. Tugas Studi Sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

13

pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan
kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial serta mampu memecahkan masalahmasalah sosial yang dihadapinya. Jadi materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang
diembannya.
3) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Bagi sekelompok kecil ahli pendidikan di Indonesia, istilah IPS telah digunakan dalam kurikulum
1975. Bagi kelompok ini, nama tersebut telah diungkapkan dalam berbagai pertemuan ilmiah. Namanama yang dipergunakan dalam kesempatan itu bermacam-macam antara lain ada yang memakai istilah
Studi Sosial yang dekat dengan istilah aslinya, ada pula yang menyebutnya dengan Ilmu-ilmu Sosial dan
ada yang menamakannya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun sejak tahun 1976 nama IPS menjadi
nama baku.
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari
pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmuilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Nama komite
itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun demikian
nama “Social Studies” menjadi semakin terkenal pada tahun l960-an, ketika pemerintah mulai
memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama
dengan social studies yang ada di Amerika Serikat. Harus diingat bahwa kondisi masyarakat Indonesia
berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan adanya penyesuaianpenyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini sangat baik, karena setiap ide yang datang dari luar, dapat
kita terima bila sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut:
social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin
the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines
as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion,
and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.
The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and
reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan
interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi
dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4)
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

14

bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang
studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplindisiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang
tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi
mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut
diajarkan secara terpadu. Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan
pendekatan “broadfielt”. Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi
sintesis antara beberapa disiplin ilmu.
Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa
teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku
pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah perbedaan Social Science dengan Social Studies.
Perbedaan penting antara Social Science dengan Social Studies terletak pada tujuan masing-masing. Ilmu
social bertujuan memajukan dan megembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah,
dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Sementara itu, tujuan ilmu
pengetahuan social bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu social. Orientasi utama study ini
adalah keberhasilannya mendidik dsn membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan social,
berupa terciptanya tujuan instruksional. Dari uraian tersebut ilmu pengetahuan social menggunakan
bagian-bagian ilmu-ilmu social guna kepentingan pengajaran. Untuk itu, berbagi konsep dan generalisasi
ilmu social harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami murid-murid yang umumnya belum
matang untuk membelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metedologis
dan keilmuan dapat dikatakan belum setara dengan ilmu social.

C. HUBUNGAN ANTARA ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES) DENGAN STUDI
SOSIAL (SOCIAL STUDIES)/ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Antara Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies) dengan Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences) mempunyai
hubungan yang sangat erat, karena keduanya sama-sama mempelajari dan mengkaji hubungan timbal balik
antar manusia (human relationships). IPS merupakan pengetahuan terapan yang dilaksanakan dalam
kegiatan instuksional di sekolah-sekolah guna mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran tertentu, antara
lain untuk mengembangkan kepekaan peserta didik terhadap kehidupan sosial di sekitarnya, kemudian
kedua-duanya juga merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan atau pengajaran dan
keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan pengetahuan sosial.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

15

Menurut Edgar B Wesley (Mukminan dkk. 2002: 17), hubungan antara social studies dengan social
sciences terletak pada sasarannya yakni sama menjadikan manusia sebagai sasaran atau obyek kajiannya,
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya membahas masalah yang timbul akibat
hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain, keduanya mempelajari masyarakat manusia.
Adapun perbedaan antara ilmu-ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial terletak pada tujuan masingmasing. Ilmu sosial bertujuan memajukan dan mengembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian
ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Sementara itu, tujuan
ilmu pengetahuan sosial bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Orientasi utama studi ini
adalah keberhasilannya mendidik dan membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan sosial, berupa
tercapainya tujuan intruksional. Dari uraian tersebut, ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian
ilmu sosial guna kepentingan pengajaran. Untuk itu, berbagai konsep dan generalisasi ilmu sosial harus
disederhanakan agar lebih mudah dipahami peserta didik-peserta didik yang umumnya belum matang untuk
mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metodologis dan keilmuan
dapat dikatakan belum setara dengan ilmu-ilmu sosial.
Adapun hubungan Studi Sosial dengan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya ialah, 1) IPS mengambil bahan-bahan
dari ilmu sosial. 2) Tidak ada keharusan bahwa semua ilmu sosial perlu diturunkan dalam setiap pokok
bahasan IPS, tapi disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan perkembangan peserta didik. 3) Jenjang
pendidikan juga ikut menentukan jumlah dan bagian isi ilmu sosial yang akan diramu menjadi program IPS.
4) Kesamaannya IPS dapat disusun dengan mengaitkan atau menggabungkan berbagai unsur ilmu sosial
sehingga menjadi menarik. Kemudian dapat dicontohkan sebagai berikut.
-

Keterkaitan IPS dengan Sosiologi Ilmu sosial dinamakan demikian karena ilmu tersebut mengambil
masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. ilmu sosial belum mempunyai
kaedah-kaedah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena ilmu tersebut
belum lama berkembang, sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu
berubah-ubah. Karena sifat masyarakat yang selalu berubah-ubah karena hingga kini belum dapat
diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih
mendalam. IPS di sini banyak mengambil sumber atau dalil-dalil dari Sosiologi.

-

Keterkaitan IPS dengan Politik Ilmu politik merupakan salah satu dari kelompok besar ilmu sosial dan
erat sekali hubungannya dengan disiplin ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, antropologi, ilmu hukum,
ekonomi, dan geografi. Semua ilmu sosial mempunyai objek yang sama, yaitu manusia sebagai individu
maupun anggota kelompok (group). Dengan hal tersebut sangat membuktikan bahwa politik juga
mempunyai hubungan erat dengan IPS yang sasaran yang diselidiki manusia dalam kehidupan
masyarakat.·
Perbedaan IPS dengan ilmu sosial:Terletak pada tujuannya yaitu IPS ini tujuannya lebih cenderung

mengarah ke pendidikan (bersifat pendidikan) dan IPS di sini bukan untuk mencari sebuah teori namun
mengambil teori dari ilmu sosial dan IPS ini juga merupakangeneralisasi dari ilmu sosial yang lain.
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

16

Persamaan IPS dengan ilmu sosial: Persamaannya yakni mengenai objek yang dikaji, yakni manusia
didalam lingkungan sosialnya. Kaitan antara IPS dan Ilmu-ilmu Sosial. Di atas telah disinggung mengenai
definisi IPS dan ilmu sosial dari situ dapat kita simpulkan bahwa IPS sebenarnya adalah ilmu-ilmu sosial
yang disiapkan untuk keperluan pendidikan disekolah dasar dan menengah, dengan kata lain ilmu-ilmu
sosial adalah induk atau dasar dari Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Hubungan IPS dan ilmu-ilmu sosial dapat
dipahami dengan lebih jelas berdasarkan konsep dasar dan generalisasi IPS yang dikembangkan oleh
Mulyono T.J. yang telah dimodifikasi dan diperluas dalam Mukminan dkk. (2002: 62-77) sebagai berikut:
1) Antropologi
Antropas sendiri itu berarti manusia. Secara singkat antopologi berarti suatu studi tentang manusia
dengan pekerjaannya (Anthropology is the study of man and his works). Pekerjaan manusia disini
termasuk segala hasil pemikiannya atau hasil akal budinya, secara singkat diangkum dalam istilah
kebudayaan. Adapun hubungannya dengan IPS ialah IPS mengambil materi antropologi yang terkait
dengan kajian hasil budidaya manusia dalam menjaga eksistensinya dan usaha meningkatkan kehidupan,
baik aspek lahiriah maupun batiniah.
2) Ekonomi
Ekonomi adalah tindakan manusia yang ditunjukan untuk mencari kemakmurannya. Tindakan
manusia yang ditunjukan untuk mencapai kemakmuannya disebut tindakan ekonomi. Alasan yang
mendorong manusia melakukan tindakan ekonomi disebut motif ekonomi yaitu berusaha mencapai hasil
yang sebenar-benarnya. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi ilmu ekonomi
terkait dengan usaha manusia untuk mencapai kemakmuran, dan gejala-gejala serta hubungan yang
timbul dari usaha tersebut.
3) Geogafi
Manusia baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok, tidak hanya melakukan intereaksi dengan
sesamanya, melainkan juga melakukan intereraksi dengan alam lingkungannya. Hartshorne R. (1960)
mengatakan bahwa geografi diartikan sebagai studi yang mencoba mengemukakan deskipsi ilmiah
tentang bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Geografi diartikan pula sebagai ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan deskripsi dan penjelasan tentang pola-pola lokasi gejala yang statis atau yang bergerak
di permukaan bumi. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi dari geografi yang
terkait dengan ruang bumi, garis lintang, bujur, arah, jarak, lokasi ruang, kondisi alam, tata lingkungan,
sumber daya alam, serta interaksi antar bangsa dan manusia dengan lingkungan.
4) Sejarah
Istilah sejarah berasal dari kata Arab “sujaratun” yang artinya pohon. Pengertian pohon disini semula
dimaksud sebagai “pohon silsilah”. Sebenarnya “silsilah” hanya salah satu aspek kecil saja dari
pengertian sejaah yang sebenarnya. Dalam pengertian dasar, istilah sejarah adalah tejemahan dari bahasa
Inggris “history” yang asal mulanya dari kata Yunani “Historia” yang artinya “suatu inkuiri” (suatu hasil
penelitian). Sejarah termasuk salah satu dari ilmu-ilmu sosial. Sejarah menempati kedudukan yang khas,
Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

17

fokus kajian sejarah adalah manusia (individu atau kelompok masyarakat) yang hidup disuatu tempat
(spasiai) tetentu pada suatu waktu (temporal) tertentu. Faktor waktu inilah yang paling membedakan
sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5) Ilmu Politik
Definisi ilmu politik menurut Roger F. Soltau mengatakan bahwa ilmu politik mempelajari negara,
tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan tersebut ; hubungan antara
negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain. Kan W. Deutseh menyebutkan bahwa
politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. David Easton mengemukakan bahwa ilmu
politik adalah kajian mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum. Selanjutnya Harold Laswell
mengatakan bahwa politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan dimana. Adapun hubungannya
dengan IPS adalah IPS mengambil materi ilmu politik yang membahas usaha manusia
mengorganisasikan kekuasaan dalam mengatur manusia dalam mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan rakyat dan bangsa.
6) Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk sosial.
Objek studi psikologi sosial adalah tingkah-laku manusia di masyarakat sebagai ungkapan proses
mental, kejiwaan yang meliputi kemauan, minat, eaksi emosional, kecerdasan dan seterusnya, termasuk
pembentukan kepibadiannya. Kalau sosiologi lebih memperhatikan peranan seseorang dalam
kehidupannya di masyarakat sebagai hasil adanya interaksi sosial, sedangkan perhatian psikologi sosial
lebih terarah pada tingkahlakunya yang merupakan ungkapan perpaduan proses kejiwaan dengan
rangsangan dari lingkunganya sebagai makhluk sosial. Hubungan IPS dan psikologi sosial IPS
mengambil materi dari psikologi sosial yang mempelajari perilaku individu, kelompok, dan masyarakat
yang dipengaruhi oleh situasi sosial, pengetahuan, pemikiran, tanggapan, dan spekulasi.
7) Sosiologi
Sosiologi berasal dari kata Latin “socius” dan kata Yunani “Logos”. Socius berarti teman dan logos
berarti kata atau berbicara. Jadi sosiologi berarti berbicara mengenai teman, yang dalam
perkembangannya berarti ilmu mengenai masyarakat. Sebagai ilmu sosial, keterkaitan IPS dengan ilmu
sosial adalah IPS mengambil materi sosiologi yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan
hubungan antara individu dan masyarakat tersebut.

Ujian Akhir Semester Ilmu Pengetahuan Sosial

18

D. GAMBARAN DAN CONTOH PEMBELAJARAN IPS MENURUT KURIKULUM
2013
1) Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan pedoman yang cukup mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia
pendidikan. Disadari atau tidak bahwa berhasil tidaknya suatu pendidikan, sukses tidaknya dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan sedikit banyak bergantung pada kurikulumnya. Kurikulum adalah
seperangkat rencana pengaturan mengenai isi dan bahan pelalajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011:18) Kurikulum sebagai
salah satu komponen dalam proses belajar mengajar menjadi instrument penting untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Kurikulum dikembangkan secara dinamis untuk menjawab tantangan
dan mengikuti perkembangan yang ada. Wamendik memaparkan pengembangan kurikulum harus
dilakukan dengan alasan adanya tantangan masa depan, kompetensi masa depan, presepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan padagogik dan fenomena negatif yang mengemuka
(Kemendikbu