xvi Inflamasi merupakan sebuah reaksi yang kompleks dari sistem imun tubuh
pada jaringan vaskuler yang menyebabkan akumulasi dan aktivasi leukosit serta protein plasma yang terjadi pada saat infeksi, keracunan maupun kerusakan sel
Abbas et al., 2010. Inflamasi diperlukan tubuh untuk mempertahankan diri dari berbagai bahaya yang mengganggu keseimbangan tetapi juga dapat memperbaiki
kerusakan struktur serta gangguan fungsi jaringan Baratawidjaja, 2004. Terjadinya proses inflamasi diinisiasi oleh perubahan di dalam pembuluh darah
yang meningkatkan rekrutmen leukosit dan perpindahan cairan serta protein plasma di dalam jaringan. Proses tersebut merupakan langkah pertama untuk
menghancurkan benda asing dan mikroorganisme serta membersihkan jaringan yang rusak Judarwanto, 2012.
Kerusakan sel terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim lisosomal yaitu arachidonic
acid kemudian dilepas dari persenyawaan fosfolipid, dan berbagai eicosanoid akan disintesis Katzung, 2002. Kerusakan atau perubahan yang terjadi pada sel
dan jaringan akibat noksi akan membebaskan berbagai mediator atau substansi radang antara lain histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin dan
leukotrien Mansjoer, 1999.
2.3.1 Mediator Peradangan
Banyak substansi endogen yang dikeluarkan yang telah dikenal sebagai mediator peradangan, diantaranya adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotonin,
prostaglandin dan leukotrien. Histamin merupakan produk dekarboksilasi asam amino histidin yang terdapat dalam semua jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi
terdapat dalam paru-paru, kulit dan saluran cerna terutama pada sel mast, sedangkan leuokosit basofil adalah dalam bentuk tak aktif secara biologik dan
disimpan terikat pada heparin dan protein basa. Histamin akan dibebaskan dari sel tersebut pada reaksi hipersensitivitas, kerusakan sel misalnya pada luka serta
akibat senyawa kimia pembebas histamin Mutschler, 1999. Bradikinin dan kalidin merupakan mediator radang yang secara lokal menimbulkan rasa nyeri,
vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan
xvii potensi prostaglandin Mansjoer, 1999. Serotonin berasal dari asam amino
esensial triptamin melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa usus dan dibeberapa bagian otak dengan konsentrasi tinggi.
Serotonin disimpan dalam granula, terikat dengan ATP serta protein dan dibebaskan jika sel dirangsang melalui eksositosis dan mengaktifkan reseptor
spesifik. Pada trombosit, serotonin berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostasis Mutschler,
1999.
2.3.2 Tanda peradangan
Proses terjadinya peradangan dapat diamati dari tanda-tanda utama peradangan yang mencakup kemerahan rubor, peningkatan panas kalor,
pembengkakan tumor, rasa sakit dolor dan gangguan fungsi jaringan fungsio laesa. Kemerahan atau rubor merupakan keadaan awal yang menandakan
dimulainya peradangan. Hal ini disebabkan oleh melebarnya suplai darah ke daerah radang oleh arteriol, sehingga banyak darah yang mengalir ke
mikrosirkulasi lokal. Timbulnya kemerahan pada permulaan peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia. Peningkatan panas atau
kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh,
yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37 ˚C yaitu suhu di dalam tubuh.
Peningkatan panas pada daerah peradangan disebabkan oleh darah dengan suhu 37
˚C yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang mengalami radang lebih banyak daripada yang disalurkan ke daerah normal Price dan Wilson, 1995.
Pembengkakan atau tumor disebabkan oleh leukotrein yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler di daerah peradangan sehingga terjadi peningkatan jumlah
cairan dan terlihat bengkak atau odema serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil dan makrofag. Selain itu, akibat adanya tekanan dari akumulasi
cairan plasma pada saraf tepi di sekitar peradangan akan menimbulkan rasa sakit dolor Beltrani, 2006. Fungsio laesa atau gangguan fungsi jaringan adalah
reaksi peradangan di mana saja terjadi pembengkakan yang lazimnya disertai
xviii nyeri dan sirkulasi yang abnormal. Tetapi belum diketahui secara pasti bagaimana
fungsi jaringan tersebut terganggu Kee dan Evelyn, 1996. Mekanisme terjadinya gejala peradangan ditunjukkan pada Gambar 1.
.
Gambar 1. Tanda Peradangan Mutschler, 1999
2.4 Asam Mefenamat