xix siklooksigenase COX mengubah asam arakidonat AA menjadi Prostaglandin
G2 PGG2 dan Prostaglandin H2 PGH2, yang akan diubah menjadi tromboksan A2 TXA2 dan bentuk prostaglandin lainnya. Dosis terapeutik OAINS
menurunkan biosintesis prostaglandin dengan menghambat COX, dan terdapat korelasi antara potensi sebagai penghambat COX dan aktivitas antiinflamasi
Brunton et al., 2008. Pada tikus, pemberian asam mefenamat dapat diberikan secara oral dengan
dosis 45 mgkg BB Romadhoni, 2012. Diberikan melalui mulut dan diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan diserap darah dan
dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. Konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar
50 dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3- hidroksimetil terkonjugasi. dan 20 obat ini ditemukan dalam feses sebagai
metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi Goodman, 2007. Asam mefenamat merupakan bahan yang dapat menembus barrier mukosa
lambung sehingga sering dilaporkan asam mefenamat memberi efek iritasi terhadap mukosa lambung. Asam mefenamat dapat menyebabkan pengelupasan
pada sel epitel permukaan dan mengurangi sekresi mukus yang merupakan barrier protektif terhadap asam Loho, 2002.
Asam mefenamat bekerja dengan cara menekan produksi prostaglandin Setiawan, 2010. Oleh karena itu
pemberian obat ini harus dipertimbangkan sejak awal terapi, terutama menyangkut cara pemberian, dosis, dan lama pemberian.
2.5 Antibiotik Amoksisilin
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain Gunawan et al., 2007.
Definisi lain menyebutkan bahwa antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, yang harus memiliki
sifat toksisitas yang selektif, artinya obat tersebut bersifat toksik pada mikroba, tetapi tidak toksik pada sel inang atau manusia Pelczar, 1988.
xx Amoksisilin adalah salah satu contoh antibiotika yang umum diberikan
kepada hewan pasca operasi. Amoksisilin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti Neisseria gonorrhoeae,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella. Amoksisilin juga digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri gram positif seperti Streptococcus pneumoniae, Enterococci, Listeria dan Staphylococcus yang tidak menghasilkan penisilinase McEvoy, 2002.
Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba Istiantoro dan Ganiswarna,
1995. Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk sediaan injeksi kering. Sediaan
injeksi kering diformulasikan untuk senyawa-senyawa yang tidak stabil dalam bentuk larutan tetapi stabil dalam bentuk kering. Injeksi ini diberikan dalam
bentuk serbuk kering yang telah disterilkan dan dalam kemasannya disertai dengan pelarutnya aqua pro injeksi. Dalam penggunaanya, air ditambahkan
secara aseptis ke dalam vial obat untuk menghasilkan obat suntik yang diinginkan Ansel, 1989. Pada tikus, penggunaan amoksisilin dapat diberikan dengan dosis
150 mg kg BB per hari secara intramuskuler Bishop, 1996, disamping pemberian obat dilakukan dengan cara injeksi amoksisilin dapat juga diberikan
secara oral.
2.6 Tikus putih Rattus norvegicus
Tikus putih merupakan spesies yang paling sering ditemukan di daerah perkotaan. Hasil seleksi terhadap hewan ini banyak digunakan sebagai hewan
percobaan Kohn dan Barthold, 1987. Ukuran tubuh tikus yang lebih besar daripada mencit membuat tikus lebih disukai untuk berbagai penelitian. Beda
dengan hewan laoratorium lainnya, tikus tidak pernah muntah. Disamping itu tikus tidak mempunyai empedu. Lambung tikus terdiri dari dua bagian yaitu non
glandular dan glandular, dan small intestine terdiri dari duodenum, jejunum dan
ilium Farris dan Griffith, 1971. Pada dasarnya, seluruh strain tikus pada tikus
laboratorium berasal dari tikus liar yang kemudian mengalami pemilihan selektif
xxi dan domestikasi. Tikus laboratorium pertama dikembangkan di AS antara tahun
1877 dan tahun 1893 Smith dan Mangkoewidjojo, 1988. Tikus Rattus norvegicus strain albino merupakan tikus yang sudah kehilangan pigmennya.
Sifat ini sudah menurun pada keturunannya dan hal ini disebabkan karena adanya seleksi yang dilakukan oleh manusia untuk memudahkan dalam menangani tikus
putih di laboratorium Kohn dan Barthold, 1987. Adapun klasifikasi dari tikus putih menurut Natawidjaya 1983 adalah
sebagai berikut : Kingdom
: Animalia Filum
: Chordata Kelas
: Mammalia Ordo
: Rodentia Subordo
: Odontoceti Familia
: Muridae Genus
: Rattus Species
: Rattus norvegicus.
2.7 Kerangka Konsep