Lapisan dermis Lapisan subkutis hipodermis

x dengan lain oleh jembatan antar sel dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen melanosom Djuanda, 2003.

2.1.2 Lapisan dermis

Lapisan dermis terletak di profundal epidermis, mengambil posisi terbesar dari integument dan menjadi pembentuk struktur kulit serta menjadi penyokong lapisan kulit diatasnya Muller et al., 2001. Selain menyokong epidermis secara struktural, dermis juga menyediakan nutrisi untuk lapisan epidermis Timmons, 2006. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen- elemen selular dan folikel rambut Djuanda, 2003. Secara garis besar lapisan dermis terdiri dari 2 lapisan utama yaitu 1 Lapisan papilar yang tipis yang berbatasan dengan epidermis serta membentuk dermal papillae Muller et al., 2001 yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah Djuanda, 2003 dan 2 Lapisan retikuler yang lebih tebal Muller et al., 2001 yang terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin dan retikulin Djuanda, 2003. Serat-serat yang terkandung dalam lapisan dermis berfungsi dalam menjaga elastisitas kulit dan kekuatan tensil dermis itu sendiri untuk mencegah dari kerusakan akibat faktor mekanik Timmons, 2006.

2.1.3 Lapisan subkutis hipodermis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah Djuanda, 2003. Lapisan ini dapat digunakan untuk mengestimasi total lemak tubuh dengan cara mengukur ketebalan lipatan kulit, selain itu lapisan ini merupakan area dimana injeksi subkutan biasanya dilakukan. Tipe sel-sel utama pada lapisan hipodermis ini antara lain fibroblast, sel adiposa dan makrofag serta ikut mensuplai pembuluh darah maupun syaraf Seeley, 2004. Trauma jaringan atau kulit akibat perlakuan mekanik seperti jahitan operasi ataupun karena agen kimia dapat menyebabkan terjadinya luka, xi memperburuk kejadian luka, memperbesar ukuran luka, memperlambat kesembuhan luka bahkan membahayakan hidup dari penderitanya sehingga sangat penting untuk diperhatikan dari segi penanganannya Cutting, 2008. Kulit yang terdiri dari beberapa lapisan dan perbedaan ketebalan tersebut, menyebabkan proses kesembuhan yang berbeda-beda bila terjadi luka pada tiap lapisannya, misalnya pada daerah kulit yang tebal dan hanya pada bagian epidermis yang mengalami luka, maka hanya permukaan epidermisnya saja yang perlu diperbaiki dan sel-sel epithel progenitor sel yang lama akan tetap utuh ada dibawah luka sehingga deposisi dan sintesis kolagen tidak diperlukan Stroncek et al., 2008. Lain halnya bila membrana basalis mengalami kerusakan pada daerah kulit yang tebal dan sebagian besar lapisan dermis hilang atau rusak, maka kesembuhan luka tidak dapat hanya dicapai melalui reepithelialisasi saja, tetapi diperlukan produksi matriks ekstraseluler dari fibroblast yang bermigrasi ke daerah luka Martin, 2007.

2.2 Luka

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR ANTARA PEMBERIAN MADU DAN KLINDAMISIN SECARA TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

2 16 60

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DENGAN PEMBERIAN MADU DAN PEMBERIAN GENTAMISIN TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

1 17 71

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK DAN POVIDONE IODINE PADA TIKUS PUTIH

0 3 83

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN GEL DAUN LAMTORO (Leucaena Leucocephala) DAN POVIDONE IODINE PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

0 3 78

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN GEL LIDAH BUAYA (aloe vera) DAN OLESAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT (curcuma longa linn) PADA TIKUS PUTIH (rattus norvegicus)

0 4 80

EFEK PEMBERIAN GERUSAN DAUN PEGAGAN ( Centella asiatica (L) Urban ) TERHADAP KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus).

0 0 14

KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI YANG DIBERI AMOKSISILIN DAN DEKSAMETASON PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus).

1 24 28

PERBANDINGAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI YANG DIBERI AMOKSISILIN KOMBINASI DEKSAMETASON DAN AMOKSISILIN KOMBINASI ASAM MEFENAMAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus).

0 0 31

EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN

0 0 16

Efek Serbuk Daun Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides L) Terhadap Kesembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) - UWKS - Library

0 0 14