Menerangkan Sifat-sifat Tokoh dari Kutipan Novel

Bahasa Indonesia untuk SMPMTs Kelas IX 98

A. Menerangkan Sifat-sifat Tokoh dari Kutipan Novel

Sama seperti karya sastra lainnya, novel mempunyai ciri yang berbeda sesuai dengan zaman penulisannya, yaitu zaman sebelum tahun 20-an, tahun 20-an, tahun 30-an, 45, 66, dan seterusnya. Karakter atau sifat- sifat tokoh yang ditampilkan dalam cerita pun berbeda-beda. Isi atau ceritanya pasti juga berbeda karena disesuaikan dengan budaya pada saat novel itu ditulis. Oleh karena itu, berikut ini kalian akan dilatih untuk memahami dan akhirnya dapat mengidentifikasi sifat tokoh dari sebuah novel. Klasifikasi tokoh berdasarkan peranan tokoh dalam cerita, terdapat tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama terbagi atas dua macam, yakni tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis yaitu tokoh utama yang mendukung jalannya cerita biasanya berwatak baik. Ada pun tokoh antagonis yaitu tokoh yang mempunyai konflik dengan tokoh protagonis biasanya berwatak jahat. Daya tarik suatu novel biasanya terletak pada kekuatan konflik antara kedua tokoh tersebut. Perwatakan merupakan unsur yang penting untuk menghidupkan tokoh. Ada beberapa cara yang dapat kalian gunakan untuk mencari gambaran watak seorang tokoh dalam sebuah novel. Berikut ini cara-cara tersebut. a. Pengarang langsung menunjuk watak pelaku yang dikehendakinya. b. Pengarang langsung menunjuk watak pelaku, tetapi menggunakan bahasa yang diperhalus. c. Melalui pernyataan tokohnya sendiri. d. Melalui gerak-gerik pelaku. e. Melalui analisis pengarang sendiri. f. Melalui dialog antarpelaku. Perhatikan kutipan novel berikut ini Si Jamin dan Si Johan Oleh: Merari Siregar Si Jamin menelusuri jalan setapak di tengah teriknya sinar matahari. Ia adalah pengemis kecil yang harus membiayai hidup si Johan adiknya dan Inem ibu tirinya yang sangat kejam. Dalam usianya yang begitu muda, ia harus berperang melawan keganasan kota Jakarta. Suatu hari ia dipukuli Inem ibu tirinya karena membawa uang dua puluh sembilan sen. Kalau saja ibu kandungnya masih ada, tentu mereka tidak akan menderita seperti ini dan ayahnya pun takkan menjadi pemabuk. Hari demi hari dilalui Jamin dengan menjadi pengemis dan semua uangnya harus ia serahkan kepada ibu tirinya. ............................... Sumber: Ikhtisar Roman Sastra Indonesia, 1999, dengan pengubahan Di unduh dari : Bukupaket.com Manusia dan Kebutuhannya 99 Watak tokoh-tokoh dalam kutipan novel di atas digambarkan dengan cara pengarang langsung menunjuk watak pelaku. Bukti hal tersebut adalah Inem digambarkan sebagai ibu tiri yang sangat kejam karena ia menyuruh Jamin untuk mengemis. Selain itu, pengarang juga menggambarkan watak tokoh melalui gerak- gerik pelakunya. Bukti hal tersebut adalah segala aktivitas Jamin yang dengan tabah mengemis untuk menghidupinya Johan, Inem, dan dirinya. Jeda Info Merari Siregar dianggap oleh sebagian pengamat sastra Indonesia sebagai tokoh pemula sastra Indonesia modern lewat karyanya Azab dan Sengsara. Tugas Dengarkanlah pembacaan kutipan novel tahun 20 - 30-an berikut Sengsara Membawa Nikmat Oleh: Tulis Sutan Sati .................................... Pada tepi jalan di pasar kampung itu kelihatan lada, ayam, dan lain-lain sebagainya. Dua orang muda memuat barang-barang itu ke dalam pedati. Setelah selesai, Midun dan Maun pun bersalam dengan ayah-bunda masing-masing, yang ketika itu ada pula di sana menolong memuat barang itu ke dalam pedati. Mereka kedua minta izin, lalu bersiap akan berangkat. Ketika Midun bersalam minta maaf kepada ibunya, lama benar tangannya maka dilepaskan ibunya. Amat berat hati ibu itu melepas anaknya ke Bukittinggi. Sungguhpun Bukittinggi tidak berapa jauh dari kampungnya, tetapi tak ubah hal ibu Midun sebagai seorang yang hendak melepas anaknya dapat bahaya. Rasa-rasa tampak kepada ibu itu bahaya yang akan menimpa anaknya, karena Midun dimusuhi orang. Tetapi ia terpaksa harus melepas Midun, anak yang sangat dikasihinya itu. Maka berangkatlah Midun dan Maun menumpang pedati yang membawa barang-barangnya itu. Dari kampungnya ke Bukittinggi adalah semalam perjalanan dengan pedati. Ia berangkat pada petang hari Jumat. Pagi-pagi hari Sabtu, sebelum matahari terbit, sudah sampai di Bukitttinggi. Di dalam perjalanan keduanya adalah selamat saja. Belum tinggi matahari terbit, barang- barang yang dibawanya diborong oleh orang Cina dengan harga Rp160,00. Setelah itu keduanya pergi makan ke sebuah lepau nasi dan menghitung laba masing-masing. Barang yang berpokok Rp50,00 dijual Rp100,00 dan beruntung Rp50,00. Penjualan lain kepunyaan ibunya Rp60,00 disimpan mereka uangnya. Setelah dipotong biaya, lalu dibaginya dua keuntungan itu, yaitu Rp20,00 seorang. Sesudah makan Midun berkata, “Sungguh bukan sedikit untung kita, Maun Patutlah Datuk Palindih lekas benar kayanya. Belum lama ia jadi saudagar, sudah banyak ia membeli sawah uang yang diper- niagakannya pun tidak sedikit, karena berpuluh pedati ia membawa barang-barang yang telah dibelinya. Maukah Maun berniaga pula nanti?” “Baik, saya pun amat suka berniaga,” jawab Maun ... Jika pandai menjalankan perniagaan, memang lekas benar naiknya. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa Indonesia untuk SMPMTs Kelas IX 100 Tapi jatuhnya mudah pula. Lihatlah Baginda Sutan itu Dari sekaya-kayanya jatuh jadi semiskin-miskinnya. Sekarang pikirannya tidak sempurna lagi.” “Benar katamu itu. Karena Baginda Sutan sangat tamak akan uang dan sangat kikir pula, ia dihukum Tuhan. Boleh jadi ia berniaga terlampau banyak mengambil untung, lalu dimurkai Allah. Kekikirannya jangan dikata lagi. Bajunya baju hitam yang sudah berkilat lehernya, karena tidak bercuci. Baunya pun tidak terperikan busuknya. Uang seduit dibalik-baliknya dulu baru dibelanjakan. .................................... Sumber: Sengsara Membawa Nikmat, 2004

1. Analisislah watak tokoh-tokoh yang terdapat dalam kutipan novel yang

telah kalian dengarkan tersebut

2. Jelaskan cara yang kalian gunakan untuk menganalisis watak tokoh

tersebut

B. Menerapkan Prinsip-prinsip Diskusi