Perancangan Buku Ilustrasi Bergambar Wayang Wong Sriwedari Sebagai Media Informasi

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang merupakan salah satu dari sekian banyak kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan kesenian komprehensif yang dalam pertunjukannya memadukan beberapa unsur kesenian, diantaranya seni karawitan, seni rupa (tatah sungging), seni pentas (pedalangan) dan seni tari (wayang orang). Disamping fungsinya sebagai hiburan dan pendidikan, kesenian wayang juga memiliki fungsi estetika dan sarat dengan kandungan nilai yang bersifat sakral. Setiap alur cerita, falsafah dan perwatan tokohnya, sampai bentuk wayangnya mengandung makna yang sangat dalam.

Derasnya arus globalisasi yang mempengaruhi segala bidang kehidupan terus menggeser nilai-nilai kebudayaan dan kesenian tradisional. Sementara di satu sisi pembinaan yang jelas untuk membangkitkan kesadaran dan pemahaman tentang wawasan nilai-nilai budaya umumnya dan kesenian tradisional khususnya terasa sangat kurang terhadap masyarakat, terutama terhadap generasi muda. Dunia wayang menjadi semakin asing di kalangan masyarakat desa maupun kota, terutama masyarakat generasi muda. Sehingga tidak aneh apabila anak-anak muda di


(2)

2 kota-kota besar lebih mengenal tokoh-tokoh superman, batman dan sinchan dari pada arjuna, bima dan gatotkaca.

Surakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa. Berbagai

bentuk kesenian tradisi Jawa termasuk di dalamnya kesenian daerah atau

kesenian rakyat, dan kesenian klasik yang hingga kini eksistensinya masih

diakui oleh masyarakat, berkembang di daerah ini. Nuansa budaya Jawa itu

dalam kehidupan masyarakat masih terasa sangat kental hingga saat ini.

Terlebih kesenian tradisi merupakan aset potensial bagi pengembangan

pariwisata budaya di Surakarta.

Di Surakarta pertunjukan Wayang Wong panggung diawali oleh grup Wayang Wong Sriwedari. Pendiri pertama adalah Adipati Mangku Negara I (1757 – 1795) abad XVIII dan setelah naik tahta berganti gelar Sultan Hamengku Buwana I. Setelah sekian lama tidak berkembang akhirnya Mangku Negara V (1881 – 1896) berganti mengelolanya dengan peralatan dan perlengkapan yang sudah mulai berkembang serta busana yang semakin lebih lengkap. Tahun 1901, pada masa Paku Buwana X setelah lepas dari Keraton Surakarta, perkumpulan Wayang Wong itu menjadi Taman Sriwedari sampai sekarang.

Surakarta, yang sangat dikenal dengan sebutan Solo dengan luas

wilayah 4.404,06 hektar dan berpenduduk kurang lebih 447.564 jiwa ini

memiliki banyak potensi wisata. Seperti Kraton Kasunanan, Pura

Mangkunegaraan, Museum Radya Pustaka, Taman Wisata Budaya


(3)

3 Taman Satwa Taru Jurug, dan Taman Balaikambang, (Dinas Pariwisata

Surakarta, 2001)

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang Wong adalah sebuah genre yang digolongkan ke dalam bentuk drama tari tradisional. Sebutan Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bayangan. Wayang Wong adalah sebuah pertunjukan Wayang yang pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia. Seni pertunjukkan Wayang Wong pada masing-masing daerah memiliki gaya tersendiri, baik Surakarta maupun Yogyakarta.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain ( Ir Sri Mulyono, 1975).

Wayang Wong Sriwedari tidak hanya mempunyai potensi besar, namun di dukung pula oleh letaknya yang strategis untuk dapat dijangkau oleh masyarakat karena disekitar wilayah Wayang Wong Sriwedari terdapat banyak tempat yang menunjang lainnya, yaitu restoran boga, Gedung bioskop solo, Stadio Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Gedung Pertemuan


(4)

4 Graha Pena dan Taman Hiburan Rakyat. Dengan mengetahui segala keunikan dan fenomena yang terdapat pada seni tradisional ini, Wayang Wong Sriwedari merupakan salah satu seni tradisional yang mempunyai potensi besar untuk menjadi andalan objek pariwisata Surakarta unruk turis domistik maupun mancanegara, sehingga dapat membantu penambahan penghasialan Pemda, disamping itu dengan adanya Wayang Wong Sriwedari ikut melestarikan kebudayaan Indonesia dan menjadi kesenian yang merupakan cirri khas dari kota Surakarta, bahkan dapat membantu mengangkat nama Surakarta menjadi lebih baik, dan dikenal turis domistik dan turis mancanegara karena mempunyai suatu seni tradisional yang baik.

Semakin banyaknya bermunculannya alternatif hiburan sangat dan pengaruh budaya luar sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Surakarta, menyebabkan hampir tidak ada lagi seni tradisional Wayang Wong Sriwedari, hal ini dapat dilihat dari jumlah penonton setiap jam penayangannya lebih sedikit , dan rata-rata usia dari para pengunjung yang kurang lebih berumur 40-45 tahun, hal ini membuktikan para pengunjung hanyalah terdiri dari orang-orang tua yang masih menyukai seni tradisional Wayang Wong Sriwedari ini, padahal target audience dari seni tradisional ini adalah semua kalangan.

Kurangnya rasa tertarik terhadap Wayang Wong Sriwedari ini dikarnakan informasi yang kurang, karena selama ini informasi hanya dilakukan dari mulut ke mulut dan hanya terbatas di lingkungan Wayang


(5)

5 Wong Sriwedari dalam bentuk lisan dan tak tertulis, sehingga Wayang Wong Sriwedari mengalami kemunduran dari sejak berdiri hingga sekarang.

Dengan demikian berkurangnya peminat akan seni Tradisional Wayang Wong Sriwedari ini, dikhawatirkan kesenian ini lama kelamaan akan mengalami kepunahan.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam mengembangkan Wayang Wong Sriwedari, sehingga menjadi budaya yang kembali digemari masyarakat kota Surakarta, muncul beberapa permaslahan yang perlu diperhatikan yaitu mutu penyajian informasi yang jelas, dan yang paling utama ialah bagaimana menginformasikan kepada masyarakat agar mengetahui keberadan dari Wayang Wong tersebut di tengah-tengah maraknya budaya modernitas. Dan dapat disimpulkan bahwa identifikasi dalam penulisan laporan proyek tugas akhir ini, yaitu :

1. Dari aspek Masyarakat kota Surakarta.

- Berkurangnya pengetahuan tentang Wayang Wong yang dikhawatirkan kesenian ini lama kelamaan akan mengalami kepunahan.

- Kurangnya informasi akan seni tradisional Wayang Wong ini menyebabkan Wayang Wong kurang diketahui masyarakat kota Surakarta.


(6)

6 - Perhatian masyarakat untuk mengetahui Wayang

Wong Sriwedari cenderung menurun.

- Kurangnya apresiasi masyarakat terhadap Wayang Wong Sriwedari.

- Masyarakat Solo dan sekitarnya sudah tidak lagi menganggap Wayang Wong sriwedari sebagai suatu kebutuhan hiburan mereka lagi.

2. Dari aspek Pengelola Wayang Wong Sriwedari / Sangar Wayang Wong Sriwedari.

- Keadaan tempatnya yang kurang nyaman untuk menyaksikan pertunjukan Wayang Wong Sriwedari.

- Gedungnya yang tidak terawat menyebabkan kurang di minati oleh masyarakat Surakarta.

- Gedung Wayang Wong Sriwedari tidak memenuhi syarat secara akustik, karena tidak didisain untuk mendukung suara yang dihasilkan dari gamelan dan ucapan Wayang Wong.


(7)

7 3. Dari aspek pemerintah kota Surakarta

- Para pemain Wayang Wong semua dari kalangan PNS.

- Pemerintah Kurang proaktif dalam mensosialisasikan Wayang Wong Sriwedari. Dan saat ini Perhatian pemerintah semakin berkurang.

1.3 Batasan Masalah

Kesenian Wayang Wong diketahui memiliki banyak cerita-cerita yang dimainkan dalam setiap pertunjukannya yang mengandung pesan moral yang ingin penulis sampaikan.

Sebagai upaya untuk memperjelas serta mempertegas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka batasan masalah perancangan ini di tujukan pada Wayang Wong Sriwedari yang terletak di Jalan Slamet Riyadi 164 Surakarta. Perancangan bersifat pada studi tentang kesenian Wayang Wong Sriwedari.

1.4 Fokus Masalah

Bagaimana untuk menginformasikan Wayang Wong Sriwedari, sehingga menjadi budaya yang kembali dikenali masyarakat dan mendapat tempat kembali di masyarakat kota Surakarta dan memberikan pengetahuan


(8)

8 kepada masyarakat tentang Kesenian dan ragam budaya Indonesia khususnya melalui pertunjukan pentas seni Wayang Wong Sriwedari. Karena pada jaman sekarang ini cerita dari Kesenian Wayang Wong Sriwedari belum memungkinkan untuk dinikmati secara merata, maka dari itu salah satu cara untuk menyebarluaskan cerita dari kesenian tersebut adalah dengan cara menginformasikan kembali.

1.5 Tujuan Perancangan

1. Menginformasikan kepada masyarakat dengan adanya keberadaan Wayang Wong Sriwedari di kota Surakarta.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Wayang Wong di Surakarta.

3. Memberikan pengertian kepada masyarakat luas khususnya masyarakat kota Surakarta tentang Wayang Wong Sriwedari bahwa banyak nilai budaya yang terkandung dalam ceritanya.

4. Agar informasi/pesan yang ingin disampaikan dapat tepat sasaran.

1.6 Kata Kunci

Bentuk penyederhanaan dari istilah-istilah Kesenian Wayang Wong adalah sebagai berikut :

A. Kesenian

Kesenian adalah perwujudan ungkapan jiwa melalui media rupa (gambar, lukis, patung, dll.), suara (music,nyanyian, instrumental), gerak


(9)

9 (tari, teater), dan bahasa (sastra, ceritera). Dari sisi bentuknya, suatu pertunjukan kesenian tidak hanya menyangkut satu media kesenian, melainkan juga bisa menyangkut berbagai media sekaligus. Seni teater, umpamanya, merupakan kesatuan dari berbagai media. Kesenian pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Kesenian bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia.

B. Wayang

Wayang berasal dari bahasa jawa kuno yang berarti bayangan, jadi dapat diartikan sebuah pertunjukan wayang yang pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia, yaitu sumber ilham dalam menggambar wujud tokoh dan cerita. Wayang merupakan suatu karya bangsa yang telah dikenal sejak 1500SM dan dalam perkembanganya bersentuhan dengan unsur lain dan terus berkembang sehingga menciptakan wujud dan isinya seperti saat ini.

Wayang berfungsi sebagai media penerangan, pendidikan, dan komunikasi masa,wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan hindu masuk masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada masa hindu jawa (R.M Soedarsono:1984,1990:4).

C. Wayang Wong

Wayang Wong sebuah pertunjukan seni tari drama dan teater yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk


(10)

10 ceritanya. Wayang Wong yang digolongkan ke dalam bentuk drama seni tari tradisional. Sebutan Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bayangan. Wayang Wong adalah sebuah pertunjukan Wayang yang pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia. Seni pertunjukkan Wayang Wong pada masing-masing daerah memiliki gaya tersendiri, baik Surakarta maupun Yogyakarta (Winoto, 2006,: Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari di Surakarta).


(11)

11 BAB II

SENI TRADISIONAL WAYANG WONG SRIWEDARI

2.1 Wayang Wong Sriwedari

2.1.1 Pengertian Wayang Wong

Wayang Wong adalah salah satu jenis teater tradisional Jawa yang merupakan gabungan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan pertunjukan wayang yang tumbuh dan berkembang di Jawa. Jenis kesenian ini pada mulanya berkembang terutama di lingkungan kraton dan kalangan para priyayi (bangsawan) Jawa (R.M Soedarsono:1984,1990:4).

Wayang Wong sebuah pertunjukan seni tari drama dan teater yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk ceritanya. Wayang Wong yang digolongkan ke dalam bentuk drama seni tari tradisional. Sebutan Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bayangan. Wayang Wong adalah sebuah pertunjukan Wayang yang pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia. Seni pertunjukkan Wayang Wong pada masing-masing daerah memiliki gaya tersendiri, baik Surakarta maupun Yogyakarta (Winoto, 2006,: Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari di Surakarta).

Wayang Wong Sriwedari salah satu bentuk pertunjukan kesenian tradisional yang diperankan oleh para seniman yang sangat piawai memainkan berbagai tokoh cerita. Pengunjung


(12)

12 akan disajikan cerita wayang berdasarkan kisah Mahabarata dan Ramayana yang mengandung pesan moral dan tertanam dalam jika masyarakat lokal. Kesenian yang termasuk langka ini dengan setting panggung eksotis kita akan menikmati suasana pertunjukan unik.

Beberapa seni pertunjukan tradisi Jawa yang masih

dipertahankan di Surakarta antara lain:

1. Wayang Kulit (Wayang Purwa).

2. Wayang Orang (Wayang Wong: Jawa).

3. Kethoprak

4. Dhagelan (Lawak)

5. Tari

6. Karawitan (Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 6, No. 2, 2005:

207-220).

Wayang Wong Sriwedari merupakan sebuah organisasi sosial yang terdiri dari beberapa pekerja seni yang mempunyai bekal dan keahlian berbeda-beda. Keahlian para pekerja seni yang mempunyai bekal dan keahlian seni di antaranya: sutradara, penari, pengrawit, dalang, pinata cahaya, dan kru pertunjukan. Pekerja seni mempunyai tujuan bersama yakni mencapai kualitas sajian atau keberhasilan dalam mempergelarkan sebuah sajian wayang orang. Wayang Wong Sriwedari mempunyai beberapa direktur artistik. Direktur artistik Wayang Wong Sriwedari adalah sutradara, dalang atau pimpinan karawitan, serta pimpinan


(13)

13 panggung. Sutradara bertugas memberi pengarahan kepada pekerja seni lainnya, dan memiliki tanggung jawab artistik maupun tehnik pementasan. Sutradara Wayang Wong Sriwedari lebih banyak memusatkan perhatian pada alur cerita, memilih pemain untuk berperan dalam cerita (mengatur casting), dan menuangkan garapannya kepada seluruh pendukung pementasan. Sutradara biasanya menentukan peran berdasarkan olah tari, olah vocal, maupun pengetahuan tentang sastra pewayangan, karawitan, dan gandar (Sutarno Haryono, 1998:13-14).

2.1.2 Sejarah Perkembangan Wayang Wong Sriwedari

Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bayangan, jadi dapat diartikan sebuah pertunjukan wayang yang pelaku-pelakunya dimainkan oleh manusia. Wayang Wong Sriwedari adalah sebuah kelembagaan kesenian, komersial milik Keraton Kusunanan Surakarta yang didirikan sekitar tahun 1910 untuk melengkapi fasilitas hiburan yang ada di taman Sriwedari atau Kebon raja, suatu kawasan yang berada di tengah-tengah kota Surakarta yang ditata sedemikian unik dan menarik, lengkap dengan flora dan fauna serta dilengkapi sajian hiburan klasik, film dan jenis hiburan lainnya serta rumah makan. Khusus taman Sriwedari dibangun oleh R.A.A Sasdiningrat (pepatih dalem) atas perintah Sri Susuhunan Paku Buwono X. Pendiri pertama Wayang Wong adalah Adipati Mangku Negara I (Sultan


(14)

14 Hamengku Buwana I) tahun 1757 – 1795 abad XVIII. Wayang Wong Sriwedari sebetulnya kesenian khas Jogja namun di kembangkan di kota Surakarta.

Nama Sriwedari mengingatkan sebuah nama taman yang indah dari Wukir Untara yang berhasil diputar dibawa ke Maespati oleh Sumantri atas bantuan Sukrasana, disamping wujud taman dengan berbagi macam flora dan faun, taman Sriwedari dilengkapi pula sebuah bangunan museum dengan berbagai macam koleksi benda-benda peningalan sejarah, yang kemudian diberi nama Museum Radya Pustaka. Bangunan yang terletak disebelah timur laut ini dimaksudkan untuk memberi apresiasi kepada masyarakat supaya mengenal dan memahami nilai-nilai kebudayaan nenek moyang (Winoto,2006,: Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari).

2.1.3 Pengelolaan Wayang Wong Sriwedari

Sejak tahun 2001 nama Dinas Pariwisata berganti nama menjadi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya (Diparsenibud) melalui surat keputusan Wali Kota Surakarta nomer 25 tahun 2001. Wayang Wong Sriwedari dalam struktur organisasi Diparsenibud Kotamadya Surakarta dikelola oleh Seksi Pengendalian dan Pelestarian Aset Seni dan Budaya, tanggung Jawab Diparsenibud adalah meliputi dukungan dana pembiayaan produksi gaji seluruh anak wayang dan seluruh staf wayang


(15)

15 orang, biaya pembiayaan gedung beserta seluruh fasilitasnya. Dan di bawah Pemerintahan Kotamadya Surakarta, Dinas Pariwisata Kotamadya (1980-sekarang).

Pertunjukan Wayang Wong sebagai produksi seni sudah barang tentu melalui proses pentahapan yaitu perencanaan dan pelaksanaan yang secara struktural proses pentahapan itu dilaksanakan oleh staf produksi mulai dari koordinator, sutradara dan asisten sutradara, ticketting, pengrawit, anak wayang, dan dekorasi, berikut adalah skema dari struktur organisasi Wayang Orang Sriwedari: Diparsenibud, Sub Dinas Pengembangan dan Pengendalian Aset Wisata, Seni dan Budaya Koordinator / pimpinan, sutradara / asisten sutradara, tiketing, anak Wayang, tata busana, dekorasi, pengrawit.

Dewasa selaku pimpinan Wayang Wong Sriwedari mengatakan Wayang Wong juga tercatat Museum Rekor Muri sebagai Organisasi Wayang Wong tertua di Jawa Tengah yang masih aktif, dan Wayang Wong juga pernah mengelar pementasan di Bali, Jerman, dan Eropa Barat.

2.1.4 Lokasi Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari

Gedung Wayang Wong Sriwedari, Solo, mudah dicapai, dapat menggunakan alat transportasi taksi, becak, angkutan kota, Trans metro Solo dan lainnya termasuk andong sebagai


(16)

16 transportasi tradisional. Letaknya yang berada ditengah-tengah kota sangat mudah untuk menuju ke tempat tersebut.

Wayang Wong Sriwedari terletak di sebelah barat Museum Radya Pustaka, di sebelah timur terletak Stadion Sriwedari, yang kesemuanya terletak di Taman Sriwedari, dimana letak Taman Sriwedari secara geografis dibatasi oleh jalan-jalan yaitu sebelah utara Jalan Slamet Riyadi 275, sebelah timur Jalan Museum, sebelah selatan Jalan Teposan, dan sebelah barat Jalan Bhayangkara.

2.1.5 Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari

Waktu pertunjukkannya setiap hari senin sampai sabtu pukul 20.00-23.00 dan hari Minggu tutup. Dengan membayar tiket sebesar Rp 3000,- dapat menikmati pertunjukan Wayang Wong sriwedari. Sebelum pertunjukan digelar biasanya para pemain mulai dari pengrawit sampai pada penari tampak berbincang-bincang di depan panggung sambil menunggu jam pementasan.

Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari membutuhkan pemain, kostum tatarias dekorasi dan cerita lakonnya sebagai berikut :

a. Pemain

Komposisi sebuah pertunjukan Wayang Wong terdiri atas berbagai komponen, yakni sutradara, dalang, pengrawit,


(17)

17 penabuh, tata lampu, tata panggung, dan sound system. Sutradara adalah orang yang mengatur jalannya pertunjukan Wayang Wong, membagi peran, membuat rangkuman cerita, dan lain-lain.

Dalam setiap kali pertunjukan jumlah pemain atau individu yang terlibat dalam pertunjukan itu berkisar antara 30-50 orang. Adapun jumlah pemain, swarawati, juru pakaian, karawitan, juru lampu, dekorasi, dan lain-lain yang ada di Wayang Wong Sriwedari saat ini, yang tercatat, sebanyak 70 orang. Karyawan itu terbagi dalam tugas: 3 orang dekorasi, sutradara dan wakil sutradara masing-masing satu orang, 4 orang juru pakaian, 4 orang swarawati, 17 orang karawitan, 2 orang listrik/sound. Termasuk di dalamnya juru pembersih dan jaga malam. Selebihnya adalah pemain dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Surakarta, tanpa tahun.

Semua anggota terlibat dalam pementasan karena seluruh anggota: pemain, teknisi, sutradara, dalang, bergabung dan bersatu membentuk suatu susunan acara yang tiap anggota berperan sesuai keahliannya masing-masing. Sutradara yang membuat cerita dan membagi peran yang harus diperankan oleh pemain. Dalang bertugas untuk mengatur jalan cerita (Sutarno Haryono, 1998:13-14).

Pemain bertugas untuk memerankan peranperan tertentu di dalam lakon yang dipertunjukkan. Pengrawit memainkan


(18)

18 gamelan, dekorasi dan panggung mengatur background atau latar pertunjukan. Bagian sound system dan lighting mengatur tata lampu.

Ketentuan menjadi pemain Wayang Wong Sriwedari ada dua. Kedua ketentuan itu adalah:

1. Bisa menari minimal 3 tarian, dan

2. Memiliki kemampuan berbahasa yang cukup. Kemampuan berbahasa di sini yang dimaksud adalah kemampuan berbahasa Jawa. Kemampuan berbahasa Jawa yang cukup ini tentunya meliputi bahasa Jawa ngoko, krama,dan krama inggil.

Selain itu, seorang calon pemain akan lebih baik jika mengetahui juga bahasa Jawa Kuno, terutama yang sering dipakai dalam pewayangan. Persyaratan atau ketentuan itu cukup ringan bagi seorang calon pemain Wayang Wong, apalagi masyarakat Jawa. Dengan persyaratan itu, memudahkan calon yang akan menjadi pemain Wayang Wong (Winoto,2006,: Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari di

Surakarta).

b. Kostum, Tata Rias, Dekorasi Panggung

Kostum para tokoh merupakan unsur lain yang dianggap tidak kalah pentingnya, Wayang Wong mempunyai standard yang ketat mengenai kostum ini, sebab kostum mempunyai


(19)

19 makna simbolis. Oleh karena makna simbolisnya pula, maka persoalan bentuk tubuh dan perilaku tokohpun menjadi amat penting.

Kostum mereka sesuai dengan standar dan digunakan dengan rapi. Tata rias mereka juga amat rapi dan sesuai dengan tuntutan pakem. Mereka mempunyai banyak dekorasi yang dapat menghadirkan keadaan istana, hutan, tengah jalan, padepokan, taman pasewakan, arena perkelahian dan keputren. Selain itu, tata akustik gedung Sriwedari juga baik.

Tata rias wajah merupakan seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan suatu peranan, dipandang dari titik lihat penonton. Dua hal yang harus diperhatikan dalam tata rias wajah untuk keperluan pentas yaitu lighting (tata lampu atau pencahayaan) dan jarak antara pemain dengan penonton. Tugas tata rias sebagai fungsi pokok, misalnya bisa merubah secara total dari wajah yang asli menjadi bentuk wajah yang dikehendaki dalam keperluan pentas misal manusia menjadi kera, raksasa, burung dan sejenisnya. Sebagai fungsi bantuan bila tata rias wajah digunakan tidak merubah banyak bentuk wajah hal itu sekedar untuk mempercantik wajah saja (Hari Mawan; 1972 : 48).

Tata rias wajah dan tata rias busana Wayang Wong sudah mempunyai "pakem" atau aturan yang telah mapan atau mentradisi berabad-abad lamanya. Pelaku-pelaku (pemain)


(20)

20 Wayang Wong profesional seperti Wayang Wong Sriwedari Surakarta misalnya, para pemain pada umumnya telah hafal dan lancar serta dengan cepat berdandan meliputi berbusana mereka sendiri, berusaha sendiri sesuai dengan tokoh lakon yang hendak mereka pentaskan.

Dekorasi yang akan disajikan dalam masing-masing adegan. Mekanisme permainan layar di Wayang Wong Sriwedari masih menggunakn cara yang tradisional yaitu menggunakan alat yang sederhana dengan memanfaatkan tali besar yang dipasang pada bagian sisi kanan dan kiri layar yang diberi bambu sepanjang panggung serta alat kerekan untuk mempermudah pengangkatan. Semua layar hampir menggunakan cara yang sama kecuali layar belakang atau cylodrama yang bersifat permanen ( Duverger, 1981 : 356).


(21)

21 Gambar 2.1.5 Kostum, Tata Rias, Dekorasi Panggung

Sumber : Foto pribadi

c. Cerita/Lakon

- Lama Pertunjukan

Dewasa selaku pimpinan Wayang Wong Sriwedari mengatakan Setiap hari melakukan pertunjukan mulai pukul 20.00 WIB hingga 23.00 WIB. Pengunjung hanya


(22)

22 dikenakan membayar karcis masuk Rp 3.000,- per orang sudah dapat menikmati kesenian asli Jawa.

Kalau dahulu setiap malam mereka berpentas sekitar empat setengah jam, kini hanya dua setengah jam. Pertunjukan yang agak panjang hanya dilakukan pada malam minggu.

Para penonton waktu itu berasal dan berbagai kalangan masyarakat. Masyarakat desa, kota, generasi muda, dan juga terutama generasi tua, berbondong-bondong menonton Wayang Wong. Oleh karena banyaknya peminat, tidak jarang mereka ini tidak mendapatkan karcis masuk atau terpaksa mendapatkannya lewat calo, walaupun harga karcis Wayang Wong pada waktu itu sangat tinggi, yaitu empat kali lipat dari harga karcis untuk pertunjukan bioskop.


(23)

23 Gambar 2.1.5 Pertunjukan Wayang Wong Sriwedari

Sumber : Foto pribadi

- Pakem-Pakem

Lakon yang tersedia dibedakan menjadi dua macam, yakni lakon pakem dan lakon carangan. Lakon pakem adalah lakon berupa ceritera Mahabharata dan Ramayana. Pakem diartikan sebagai cerita wayang asli atau pedoman bagi suatu pertunjukan wayang. Pakem memuat dialog lengkap termasuk cara pengucapan (antawacana), suluk (bentuk), gending (musik), lakon carangan bujanga Jawa


(24)

24 (karangan/fantasi) adalah lakon karangan baru yang dikaitkan dengan lakon pakem itu dan lebih meringkas cerita dari lakon-lakon pakem. Wayang Wong Sriwedari biasanya mementaskan lakon carangan bujang Jawa dan sesekali mementaskan lakon carangan bujang Jawa dan berusaha memenuhi pakem pertunjukan wayang secara ketat.

Cerita lakon Carangan Bujang Jawa adalah sebagai berikut :

- Beremana-Beremani, - Bambang Sampurna, - Jaka Puring,

- Kresna Dutha, - Sri Langensih, - Begananda Lena,

- Burisrawa Brongsong dll.

- Penonton

Dari segi penontonnya, sebelum pertunjukan dimulai belum ada yang menunggu hanya barisan kursi kosong mengisi ruang pertunjukkan. Ketika suara pertunjukan terdengar mulai ada penonton yang masuk. Biasanya ada beberapa turis asing yang kebetulan ingin mengetahui pertunjukan Wayang Wong Sriwedari dengan di dampingi


(25)

25 guide-nya melihat-lihat di balik panggung untuk mengetahui persiapan yang dilakukan para pemain kemudian menyempatkan diri untuk ikut menonton.

Dari sisi penonton lokal kebanyakan adalah penduduk sekitar yang hanya berjumlah sepuluh Wong jumlah keseluruhan penonton. rata-rata sudah lanjut usia dan ibu-ibu dengan membawa anaknya. Mereka datang untuk menghibur diri dan biasanya seminggu datang dua kali. Adapun anak muda yang hadir untuk menonton pertunjukan Wayang Wong Sriwedari itu hanya sebagai tugas dari kampus diantaranya guna mengambil dokumentasi baik fotografi maupun videografi, serta pengamat untuk melakukan kritik atau hanya sekedar ingin tahu. Jadi perbandingan jumlah antara pemain Wayang Wong dan penontonnya lebih besar pemainnya.

Jika melihat penontonnya sangat bervariasi dalam menikmati sebuah pertunjukan Wayang Wong sering dijumpai terutama penonton yang sudah lanjut usia, menikmatinya sambil tidur dan bagi yang muda hanya sekedar tahu pertunjukannya lalu meninggalkan tempat duduk.

Langkah yang lebih ekstrim untuk mampu mendatangkan kembali penonton seperti yang dipaparkan Diwasa, S.Sn, pimpinan Wayang Wong Sriwedari, mungkin


(26)

26 perlu sedikit unsur “pemaksaan”, seperti yang pernah dilakukan pemerintah. Jika dulu bagi pegawai negeri sipil ada wajib batik, dengan konteks Wayang Wong Sriwedari disini, mungkin bagi jajaran PNS diberlakukan wajib nonton minimal dua kali seminggu.

Saat ini Wayang Wong Sriwedari memang masih tetap berkarya, namun apa yang mereka mainkan serasa tidak ada gregetnya, bukan karena mainnya kurang baik, melainkan masyarakat yang mengetahui untuk menontonnya yang sedikit. Masyarakat yang datang untuk menonton itu sangat mempengaruhi mood para pemain (Soedarsono, Tahun 1989: 88;).

2.2 Apresiasi Penonton Surakarta 2.2.1 Kategori Penonton Surakarta

Masyarakat waktu itu berasal dan berbagai kalangan. Masyarakat desa, kota, generasi muda, dan juga terutama generasi tua, berbondong-bondong menonton Wayang Wong untuk mengetahui Wayang Wong Sriwedari. Oleh karena banyaknya peminat, tidak jarang mereka ini tidak mendapatkan karcis masuk atau terpaksa mendapatkannya lewat calo, walaupun harga karcis Wayang Wong pada waktu itu sangat


(27)

27 tinggi, yaitu empat kali lipat dari harga karcis untuk pertunjukan bioskop.

Masyarakat yang menonton pertunjukan Wayang Wong Sriwedari adalah anggota masyarakat yang mempunyai atensi terhadap pementasan wayang. Masyarakat yang mengetahui Wayang Wong Sriwedari ini biasa disebut juga “Apresiator”. Secara umum apresiator pertunjukan Wayang bisa dibagi kedalam tiga kategori, yaitu Masyarakat awam, Masyarakat apresiatif, dan masyarakat kritis (Winoto, 2006, : Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari di Surakarta).

A. Penonton Awam

Apresiator ini adalah masyarakat yang masih dalam belum mengetahui pertunjukan Wayang. Masyarakat ini tidak atau belum dibekali oleh wawasan dan informasi tentang pementasan Wayang Wong. Masyarakat kategori ini kalau diminta pendapatnya tentang pementasan Wayang yang baru diketahuinya akan sulit untuk memberikan jawaban secara argumentatif.


(28)

28 B. Penonton Apresiatif

Apresiator yang sudah sampai ke taraf ini paling tidak sudah bisa memahami dan merasakan apa yang disuguhkan Wayang Wong. Masyarakat ini sudah bisa memberikan penilaian tentang baik dan buruknya sebuah pementasan Wayang Wong, tetapi belum dapat kritis sampai ke detail-detailnya.

C. Penonton Kritis

Masyarakat ini merupakan tahap tertinggi dari pengalaman mengapresiasi informasi tentang Wayang Wong ataupun pementasan Wayang. Masyarakat yang sudah ke tahap ini, mempunyai kemampuan untuk memberikan penilaian yang detail, analistis serta argumentatif. Masyarakat semacam ini selain dibekali informasi yang banyak tentang Wayang Wong disertai pengalaman menonton yang memadai juga tidak menutup kemungkinan merupakan aktivis kegiatan pementasan Wayang dan dibekali oleh pengetahuan serta wawasan yang luas. Seniman, pakar dan kritikus wayang adalah mereka yang masuk ke dalam kategori ini.


(29)

29 2.2.2 Minat Masyarakat Dalam Menonton Wayang Wong

Sriwedari

Pada tahun 1965-1975 minat Masyarakat menonton pertunjukan Wayang Wong mulai menyusut. Beberapa organisasi Wayang Wong yang lahir pada tahun 1950-1965 banyak yang bangkrut dan tutup. Organisasi-organisasi sosialpun mulai tidak lagi dapat mengandalkan Wayang Wong sebagai alat pengumpul dana sosial.

Minat masyarakat terhadap Wayang Wong ketika itu semakin lama semakin menyusut. Kecenderungan serupa itu terlihat pada daftar jumlah pengunjung Wayang Wong Sriwedari dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1981 pengunjung Wayang Wong ada 2000 orang. Pada tahun 1982 pengunjung mulai menyusut. Dari dua belas bulan yang ada, lima bulan di antaranya hanya dikunjungi oleh sekitar 1500 orang. Pada tahun 1983 pengunjung yang mencapai lebih dan 2000 orang hanya terjadi di bulan Desember. Tahun berikutnya pengunjung yang mencapai 2000 orang penonton hanya dua bulan dan yang mencapai 1000 orang hanya dua bulan pula, Pada delapan bulan pertama tahun 1985 penonton yang datang agak meningkat, yakni mencapai rata – rata 1500 orang perbulan. Taman Sriwedari juga menyelenggarakan semacam pasar malam selama sekitar satu bulan setiap tahun. Pada waktu serupa itu jumlah penonton


(30)

30 Wayang Wong biasanya agak meningkat (Winoto, 2006, : Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedari di Surakarta).

2.3 Analisa Permasalahan 2.3.1 Tinjauan Analisis

Tinjauan analisis menggunakan metode analisa SWOT (strength,weakness,opportunities,threat) untuk menunjang karya desain pada Wayang Orang Sriwedari dan berdasarkan penelitian hasil survey, maka dapat diketahui kelebihan/kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Wayang Wong Sriwedari, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Strength (Kekuatan)

- Merupakan suatu kesenian tradisional di Surakarta yang mengandung filosofi dalam kehidupan manusia.

- Merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia. - Mempunyai banyak cerita yang variatif.

- Satu-satunya kelompok kesenian Wayang Wong di Jawa Tengah.

- Salah satu kebudayaan Jawa yang masih ada di Surakarta.

- Wayang Wong Sriwedari mementaskan lakon pakem dan berusaha memenuhi pakem pertunjukan wayang secara ketat.


(31)

31 - Adanya kembali regenerasi yang dapat meneruskan

pertunjukan Wayang Wong Sriwedari.

- Semua anggota Wayang Wong Sriwedari bekerja sebagai PNS kota Surakarta Solo.

- Weakness (Kelemahan)

- Keadaan tempat pertunjukan Wayang Wong Sriwedari di Taman Sriwedari yang kurang terawat sehingga kurang nyamannya penonton dalam menyaksikan pertunjukan.

- Kurangnya minat masyarakat untuk menonton pertunjukan Wayang Wong Sriwedari.

- Kurangnya promosi informasi tentang Wayang Wong Sriwedari kepada masyarakat.

- Tidak adanya penyuluhan pengetahuan tentang Wayang Wong Sriwedari kepada masyarakat bahwa itu adalah pertunjukan kesenian kota Surakarta yang perlu dilestarikan.

- Opportunity (Peluang)

- Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari memiliki potensi wisata yang besar.


(32)

32 - Tempatnya yang stategis terletak di kota Surakarta Solo. - Adanya TV, radio dan media-media lokal di Solo.

- Banyaknya sekolah-sekolah dari SD, SMP, SMA, SMK yang tersebar di Solo.

- Threats (Ancaman)

- Adanya ancaman yang kuat, yaitu budaya modernitas dalam segala keluasaan dan variasi, misalnya musik pop, televisi (dimana banyak acara talkshow yang barang kali lebih menarik daripada acara wayang), bioskop, disko, dan sebagainya.

- Semakin banyaknya bermunculannya alternatif hiburan sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Surakarta,

2.3.2 Kesimpulan Analisa Data

Jadi dengan kekuatan dan kelebihan dari Wayang Wong Sriwedari sebagai suatu seni tradisional yang mengandung filosofi dalam kehidupan manusia, mempunyai banyak pakem cerita yang variatif dan merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia, maka Wayang Wong Sriwedari berpeluang dan berpotensi untuk menjadi andalan obyek wisata kota Surakarta atau bahkan


(33)

33 bangsa Indonesia, akan tetapi Wayang Wong Sriwedari sekarang ini kurang digemari oleh masyarakat Surakarta sehingga jumlah Masyarakat yang mengetahui informasi tentang Wayang Wong Sriwedari sangatlah menurun, yang kemungkinan dikarenakan kurangnya informasi yang tidak disampaikan dengan jelas dan Tidak adanya penyuluhan pengetahuan tentang Wayang Wong Sriwedari kepada masyarakat bahwa itu adalah pertunjukan kesenian kota Surakarta yang perlu dilestarikan.

Apabila Wayang Wong Sriwedari tidak segera berbenah untuk mengatasi segala kelemahan dan kekurangannya, maka dapat terancam punah seiring dengan semakin banyaknya hiburan dan modernitas lainnya yang sangat variatif.

2.4 Penyelesaian Permasalahan

Untuk berbenah dan mengatasi segala kelemahan dan kekurangannya, agar seni pertunjukan Wayang Wong Sriwedari tidak terancam punah seiring dengan semakin agar dapat bersaing dengan hiburan dan modernitas lainnya yang sangat variatif. Dengan cara menginformasikan kembali dan memberi pengetahuan tentang Wayang Wong Sriwedrai kepada masyarakat.


(34)

34 2.4.1 Informasi

Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

Informasi yang dilakukakan kepada masyarakat kota Surakarta dengan metode komunikasi yang ditujukan kepada target audience khususnya masyarakat Surakarta tentang Wayang Wong Sriwedari. Informasi mencakup pemberitahuan informasi tentang Wayang Wong Sriwedari melalui ilustrasi buku, untuk menyampaikan cerita dan sejarah, histori , lakon, pementasan dll tentang Wayang Wong Sriwedari saat ini.

2.4.2 Tujuan Informasi

Tujuan utama Informasi adalah Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi.

Tujuan Informasi yang dilakuakan mengumpulkan data-data Wayang Wong Sriwedari yang akan di informasikan dan diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang masyarakat kota Surakarta.


(35)

35 A. Menginformasikan (informing), dapat berupa :

Menginformasikan bahwa adanya pertunjukan Wayang Wong Sriwedari di Surakarta

Memperkenalkan kembali Wayang Wong Sriwedari yang terancam punah keberadaannya.

Menyampaikan perubahan akan Wayang Wong Sriwedari dulu dan sekarang,

Meluruskan kesan yang keliru terhadap tontonan Wayang,

Membangun kembali citra perusahaan.

B. Mengingatkan (reminding), terdiri atas :

Mengingatkan bahwa adanya tontonan yang mendidik di Surakarta yaitu Wayang Wong Sriwedari.

Menumbuhkan persepsi kepada masyarakat bahwa tontonan wayang syarat akan filosofi kehidupan yang patut dicontoh.

Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning). Secara singkat informasi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan masyarakat agar dapat mengenal Wayang Wong, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya melestarikan dan selalu ingat akan Wayang Wong yang merupakan kesenian tradisional khas Jawa.


(36)

36 2.5 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa :

2.5.1 Data Primer

Proses pencarian data yang dilakukan oleh peneliti adalah mendatangi langsung tempat pertunjukan Wayang Wong Sriwedari dan mewawancarai pengelola dan pemain Wayang Wong Sriwedari serta memberikan kuisioner kepada penonton yang ada di Surakarta. Berikut ini dijelaskan hasil wawancara dan hasil kuisioner yang didapat berupa :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan di tempat pertunjukan Wayang Wong Sriwedari dan dengan menggunakan metode perekam suara dengan tujuan agar kita dan pengelola dapat lebih mudah dalam melakukan sesi tanya jawab.

b. Kuisioner

Kuisioner berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada penonton yang menyaksikan pertunjukan Wayang Wong Sriwedari dan masyarakat Surakarta. Kuisioner yang baik dan perolehan data yang akurat dilakukan kepada 100 orang, dengan khalayak sasaran yang dituju yaitu remaja dewasa 50 %, dan orang tua 50 %.


(37)

37 Berdasarkan data kuisioner dengan responden yang berjumlah 100 orang, dapat disimpulkan masyarakat Surakarta banyak mengetahui tentang Wayang Wong Sriwedari, lokasi pertunjukannya pun cukup strategis. Masyarakat jarang menonton pertunjukan Wayang Wong, biasanya mereka lebih senang mencari hiburan di bioskop, tempat rekreasi, dls. Maka khalayak sasaran yang tepat untuk dijadikan objek penelitian adalah remaja, karena remaja yang jarang menonton pertunjukan Wayang Wong Sriwedari dan pengetahuan akan Wayang Wong Sriwedari sangat kurang. Remaja yang tepat dijadikan objek penelitian adalah remaja yang aktif dan masih bersekolah, mahasiswa dan para pecinta seni. Dengan tujuan agar dapat memudahkan untuk menentukan target audience dan segmentasi.

1. Target Primer

- Target Market : Remaja Solo yang aktif, kreatif serta sudah mempunyai pendirian dan pandangan hidup akan dunianya masing-masing.

- Target Audience : Masyarakat Kota Solo yang belum tahu atau sedikit tahu serta berminat dan tertarik untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan Wayang Wong Sriwedari dengan tujuan untuk mengenalkan serta


(38)

38 memberi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Wayang Wong Sriwedari saat ini.

2. Target Sekunder

Remaja umum baik pra remaja maupun pasca remaja.yang tertarik dengan dinamika perkembangan gaya hidup di Kota Solo.

3. Segmentasi

a. Segmentasi Geografis

Perancangan buku dan promosi ini dilaksanakan pada wilayah Kota Surakarta khususnya dan wilayah besar di Indonesia umumnya.

b. Segmentasi Demografis

- Jenis Kelamin : Remaja perempuan. - Usia : 17 25 tahun .

- Tingkat Pendidikan : SMU, Mahasiswa dan sederajat. - Status ekonomi sosial: Kalangan menengah

4. Psikografis a. Geografis

Segmentasi perancangan buku tentang Wayang Wong Sriwedari adalah pelajar dan mahasiswa yang berada di Jawa tengeh khususnya Surakarta dan wisatawan lokal maupun domestik. Alasannya karena jika kita ingin Wayang Wong kuat


(39)

39 dikota-kota lain, maka Wayang Wong harus memperkuat citranya dulu di wilayah asalnya.

b. Gaya Hidup

- Para remaja dan mahasiswa dengan gaya hidup masyarakat kota yang sudah mempunyai pegangan oleh budaya lokal ( budaya daerah Solo atau Jawa ), namun telah mengenal budaya luar seiring dengan perkembangan zaman.

- Pelajar dan mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan sejarah dan budya.

- Aktif akan kegiatan-kegiatan dan informasi-informasi yang sifatnya kesenian dan kebudayaan yang khususnya Wayang Wong Sriwedari

- Pelajar dan mahasiswa yang mencintai kesenian dalam negeri, serta tontonan yang mempunyai ciri khas, unik dan mendidik.

- Pelajar dan mahasiswa yang memliki rasa ingin tahu yang besar terhadap Wayang Wong Sriwedari.

- Pelajar dam mahasiswa yang senang suasana. - Tradisional selalu menginginkan sesuatu yang baru. - Pelajar dan mahasiswa yang selalu ingin mengetahui


(40)

40 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi

Secara sederhana, komunikasi dapat di definisikan sebagai proses memahami dan berbagi makna. Sedangkan strategi komunikasi yaitu cara yang akan dilakukan oleh penyusun dalam memberikan pemahaman dan penyampaian pesan atau informasi kepada target sasaran.

Buku adalah jendela dunia. Dengan membuka buku berarti membuka jendela dunia bias melihat sesuatu yang baru atau pemandangan yang berbeda dengan apa yang di pikiran kita saat ini, dan membaca buku berarti kita membuka cakrawala.

Adapun manfaat dan keunggulan dari buku adalah sebagai berikut :

- Menambah informasi - Memperkaya wawasan - Dapat membuka pikiran

- Melatih otak agar semakin cerdas - Meringankan stress


(41)

41 Strategi komunikasi berupa membuat buku yang menyerupai majalah remaja yang digemari pada saat ini seperti majalah gadis, haii, kawanku dls yang isinya digantikan berupa kesenian Indonesia yaitu tentang Wayang Wong Sriwedari, yang memiliki nilai estetik dan informatif, dan menginformasikan keberadaan Wayang Wong Sriwedari pada saat ini. Diharapkan dengan adanya media informasi yang diberikan ini, akan menumbuhkan kesadaran pribadi dikalangan remaja untuk mengenal kembali kesenian Indonesia khususnya Wayang Wong Sriwedari.

a. Tujuan Komunikasi

Untuk mencapai tujuan komunikasi, dalam hal ini penyampaian pesan yang didalamnya memuat pesan yang berarti bagi target sasaran khususnya remaja usia SMA dan mahasiswa. Tujuan utama komunikasi yaitu, meningkatkan wawasan atau pengetahuan target sasaran terhadap kesenian Wayang Wong Siwedari.

b. Materi Komunikasi

Materi komunikasi berupa sejarah Wayang Wong Sriwedari, sejarah Perkembangan Wayang Wong Sriwedari pada saat ini, pengelolaan Wayang Wong Sriwedari, lokasi pertunjukan Wayang Wong Sriwedari, pemain, kostum tata arias, dekorasi, tokoh-tokoh Wayang Wong Sriwedari, dan cerita pementasan Wayang Wong Sriwedari yang memiliki nilai


(42)

42 estetik dan informatif, dengan bertujuan menginformasikan sejarah Wayang Wong Sriwedari pada saat ini.

Buku ini berjudul “Menjelajahi Panggung Wayang Wong Sriwedari”, dan diharapkan dengan adanya buku ini dikalangan Remaja, agar remaja saat ini bisa untuk mengenal kembali Wayang Wong Sriwedari.

c. Cara Penyampaian - Komunikasi Verbal

Konsep komunikasi verbal dalam konsep perancangan ilustrasi buku bergambar ini, digunakan agar pesan yang ingin disampaikan kepada remaja dapat diterima, dimengerti dan mudah dipahami serta memiliki kesan menarik dengan menggunakan bahasa Indonesia bahasa nasional, yang baku dan ada pun penggunaan bahasa Indonesia yang tidak kaku dan rancu yang akan bisa diterima oleh remaja. Buku ini disesuaikan dengan target usia remaja SMA dan mahasiswa.

- Komunikasi Visual

Konsep komunikasi visual ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan


(43)

43 huruf, serta komposisi warna, layout, serta menampilkan foto Wayang Wong Sriwedari yang dibuat seperti majalah remaja yang bahasannya di rubah menjadi kesenian Wayang Wong Sriwedari.

Tujuan komunikasi visual ini adalah untuk mendekatkan kembali Wayang Wong Sriwedari kepada remaja usia SMA dan mahasiswa dengan menggunakan pendekatan yang segar dan modern. Dengan dikemas mengunakan gaya para remaja seperti majalah-majalah remaja ataupun acara-acara remaja yang lagi popular dikalangan remaja saat ini, agar apa yang dilihat tidak monoton dan tidak membosankan. Dan memakai warna-warna yang sering digunakan remaja saat ini agar buku ini menjadi lebih dinamis dan atraktif. Dengan peletakan gambar visual dan foto yang tidak beraturan. Serta menampilkan foto atau ilustrasi salah satu tokoh tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu punakawan yang terdiri dari semar, gareng, petruk, bagong.

3.1.2 Strategi Kreatif

Stretegi kreatif merupakan proses pengerjaan kreatif bisa dimulai yang mencakup pelaksanaan dan pengembangan konsep/ide yang dapat mengemukakan strategi dasar dalam bentuk komunikasi yang efektif dan dari berbagai informasi mengenai produk, pasar, dan


(44)

44 konsumen sasaran kedalam sutau posisi tertentu didalam komunikasi yang kemudian dapat dipakai untuk merumuskan tujuan iklan. Untuk memperlancar proses tujuan komunikasi, diperlukan strategi kreatif dalam merancang buku yang tepat dan berguna bagi remaja yang khususnya ada di kota Surakarta dan wisatawan lokal maupun manca negara serta penggemar atau kolektor Wayang Wong Sriwedari yang ingin mengenal kesenian Wayang Wong Sriwedari yang berasal dari Surakarta Solo.

Cara penyampaian pesan dengan konsep kreatif dan menghasilkan buku yang dapat menarik perhatian pasar, melalui desain cover dan isi yang sesuai dengan khalayak sasaran dari Wayang Wong Sriwedari yang merupakan salah satu kesenian budaya Indonesia.

3.1.3 Strategi Media

Pendekatan yang dilakukan dalam mempromosikan buku adalah dengan cara membuat penyampaian pesan untuk media cetak berupa buku dengan teknik perancangan cover buku yang disajikan dengan model lipatan yang ditumpuk yang menampilkan foto Wayang Wong Sriwedari, agar target audience tertarik dan ingin membuka halaman berikutnya, dan menampilkan ilustrasi tokoh Wayang yaitu Punakawan yang jenaka, dan tokoh yang di tunggu-tunggu oleh penonton akan kehadirannya yang menggundang gelak tawa penonton yang mempunyai gaya berjalannya yang unik dan khas yang tidak digunakan oleh tokoh pewayangan yang lain, dan juga


(45)

45 menampilkan gunungan sebelum membaca buku agar terkesan seperti sebelum menyaksikan pertunjukan wayang yang diawali dengan adanya Gunungan.

Buku ini diharapkan dapat menciptakan kekaguman dan meningkatkan rasa bangga akan budaya kesenian tradisional Indonesia. Pendekatan ilustrasi dan fotografi yang menarik digunakan untuk menarik minat dan menghindari kejenuhan pembaca ketika membaca buku ini.

Pengemasan informasi ke dalam sebuah media dengan ditambah media pendukung. Dengan tujuan memperkenalkan kepada masyarakat buku tentang Wayang Wong Sriwedari.

a. Media Utama

Media utama berupa buku non fiksi berupa gambar siluet tokoh punakawan dan kumpulan – kumpulan foto beserta penjelasan tentang Wayang Wong Sriwedari berdasarkan informasi dari kajian pustaka dan menampilkan ilustrasi tokoh punakawan.

b. Media pendukung

Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan komunikasi untuk membeli atau memiliki


(46)

46 buku ini. Pemilihan media pendukung demi tercapainya informasi Wayang Wong Sriwedari ini berupa poster sedangkan media pendukung yang berfungsi untuk menginformasikan buku adalah mini X-banner serta didalam halaman buku terdapat merchandise berupa pembatas buku, boneka Wayang Wong, boneka bantal Wayang, mug, pin, stiker, gantungan kunci, t-shirt, shopphing bag.

3.1.4 Strategi Distribusi

Strategi Distribusi dikategorikan pada beberapa bagian : a. Secara geografis

Wilayah penyebaran meliputi toko buku, toko buku kecil, tempat wisata, maupun lingkungan pendidikan, seperti : sekolah-sekolah, universitas, hotel didaerah Surakarta dan sekitarnya dan wisatawan lokal, luar daerah serta wisatawan asing sebagai khalayak sasaran.

b. Lokasi penyebaran media

Lokasi penyebaran diarahkan ke tempat wisata, lingkungan pendidikan yang merupakan khalayak sasaran toko buku dan LSM yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan. Pemilihan media pendukung dikarenakan adanya kedekatan media dengan target sasaran seperti wisatawan domestic maupun wisatawan asing.


(47)

47 Bagan Distribusi penyebaran media utama dan media pendukung:

Media Promosi Buku Wilayah Penyebaran Lokasi

1. Media Utama Buku - Toko buku

- Toko buku kecil

- Tempat wisata

- Lingkuan pendidikan

(Universitas, Sekolahan) - LSM yang berkaitan

dengan seni dan

kebudayaan.

Lokasi penyebaran didaerah

Surakarta dan daerah-daerah

lain di

Indonesia. 2.Media

Pendukung

- Poster

- Mini X-banner - CD (berupa pengenalan cerita Wayang dan perjalanan menuju tempat Wayang Wong Sriwedari).

-Merchandise (pembatas buku, boneka Wayang, bantal Wayang, mug, pin, stiker, gantungan kunci, t-shirt, shopphing bag).


(48)

48 3.2 Konsep Visual

Gaya perancangan desain yang dibuat berupa buku non fiksi yang ditulis berdasarkan keilmuan. Isi yang di dapat berupa hasil penelitian, terjemahan, dan kompilasi pengalaman penulis dengan kajian pustaka. Konsep buku banyak menampilkan warna-warna yang cerah sama seperti warna yang dipakai pada Wayang Wong Sriwedari dan majalah-majalah remaja. Dan didalam buku juga menampilkan foto Wayang Wong Sriwedari dan ilustrasi-ilustrasi dari salah satu tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu punakawan yang terdiri dari semar, gareng, petruk, bagong, dengan layout yang bertumpukan dan tidak beraturan.

Desain cover depan dibuat model lipatan yang ditumpuk dan dibuka dari sebelah kanan untuk memperkuat kesan unsur dari buku Wayang Wong Sriwedari maka elemen-elemen unsur yang disain dari bentuk-bentuk salah satu tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu punakawan. Dan proses produksinya pun siluet dari bentuk punakawan. Dan isi dari buku ini menampilkan siluet bentuk punakawan yang digunakan berulang-ulang untuk halaman berikutnya. Serta menampilkan foto dari tokoh-tokoh Wayang Wong Sriwedari.

3.2.1 Format Desain

Format desain buku yang digunakan berupa :

- Format halaman portait, karena menampilkan berbagai fotografi dan ilustrasi salah satu tokoh dari Wayang Wong


(49)

49 Sriwedari, dan format portait digunakan untuk menyerupai majalah remaja yang cenderung menggunakan format portait.

- Ukuran buku 17.5 cm x 22.5 cm. karena ukurannya menyamakan majalah remaja saat ini yang simple dan mudah dibawa.

3.2.2 Study Layout

Tata letak layout berupa foto dan ilustrasi maupun bodycopy disusun secara acak dan ada bagian-bagiannya diberi layout berupa background yang diambil dari salah satu tokoh-tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu punakawan yang terdiri dari semar, gareng, petruk, bagong. Dengan grid system 1cm jarak dari siluet bentuk tokoh punakawan, dan jarak text dengan gambar atau ilustrasi.

Dan siluet dari bentuk salah tokoh-tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu punakawan.


(50)

50 3.2.3 Studi Tipografi

Pada desain ilustrasi buku bergambar ini, jenis huruf yang digunakan adalah jenis huruf yang memiliki kesan sederhana dan tidak kaku.

Font yang dipakai untuk cover depan menggunakan Font Gill Sans , font yang dipakai berupa font sederhana tidak rumit, untuk menyeimbangkan objek cover. Isi content halaman menggunakan Font Parade karena hurufnya terlihat simple dan memudahkan untuk membaca.

Font Gill Sans :

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h I j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ,./;’[]-=\)(*&^%$#@!<>?:”{}_+ Font Parade :

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h I j k l m n o p q r s t u v w x y z


(51)

51 3.2.4 Studi Warna

Pewarnaan yang dipakai pada buku ini menggunakan warna-warna yang mengidentikan dengan tokoh-tokoh Wayang Wong Sriwedari seperti warna kuning emas, merah, hijau, hitam, coklat dan warna-warna yang selalu dipakai pada majalah remaja.


(52)

52 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIK PRODUKSI

4.1. Media Cetak

4.1.1. Ilustrasi Buku Bergambar

Gambar 4.1.1 Cover Depan Dan Belakang


(53)

53 Gambar 4.1.1 Tampilan Lipatan Cover Belakang Buku


(54)

54 Gambar 4.1.1 Tampilan Isi Buku

Ukuran : 17.5 cm x 22.5 cm

Material : Double Glossy Photo Paper Teknik Produksi : Prin dan Laminasi

Keterangan : Terdapat berbagai tokoh Punakawan yang sering kali mementaskan pertunjukan yang berisi lelucon dan wejangan dengan berbagai gaya dan macam pakaiannya, dan foto-foto dari tokoh Wayang Wong Sriwedari. Dan mengenalkan kembali pertunjukan Wayang Wong Sriwedari di Surakarta Solo.


(55)

55 4.1.2. Poster Promosi Buku

Gambar 4.1.2 Poster Promosi Buku

Ukuran : (42cm x 30cm) Material : Art paper Teknik Produksi : Laser

Keterangan : Tertera gambar buku yang di terbitkan karena poster tersebut merupakan poster promosi buku. fotografi mempertegas tentang keberadaan Wayang Wong Sriwedari. Dan sebagai media penyampaian pesan penawaran buku.


(56)

56 4.1.3. Mini X-Banner

Gambar 4.1.4 Mini X-Banner

Ukuran : (25cm x 40cm) Material : Albatros

Teknik Produksi : Digital Printing

Keterangan : Tertera gambar buku yang di terbitkan karena x-banner tersebut merupakan x-banner promosi buku. Fotografi dan ilustrasi Wayang Wong Sriwedari yang berupa pose-pose Wayang Wong Sriwedari. Dan sebagai media penyampaian pesan penawaran buku.


(57)

57 4.1.4. Pembatas Buku

Gambar 4.1.5 Pembatas Buku

Ukuran : (7cm x 11cm) Material : Glossy Doff

Teknik Produksi : Prin dan Laminasi

Keteranagn : Gambar ilustrasi Punakawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, Bagong dengan kostum pementasan dengan tambahan tali pita di atasnya. Dan sebagai media pendukung Buku, untuk memudahkan menandai buku yang sudah dibaca untuk di tunda terlebih dahulu dan lanjutkan membaca ke halaman lainnya.


(58)

58 4.1.5. CD

Gambar 4.1.5 CD

Ukuran : (42cm x 30cm)

Material : Art paper Stiker Teknik Produksi : Prin

Keterangan : Tertera ilustrasi gambar semar lengkap dengan tata rias yang khas. Dan sebagai media pendukung yang di dalam terdapat video pertunjukan Wayang Wong Sriwedari, dan perjalanan menuju tempat pertunjukan Wayang Wong Sriwedari.


(59)

59 4.1.6. Shopphing Bag

Gambar 4.1.6 Shopphing Bag

Ukuran : (21cm x 27cm) Material : Karton dan Glossy Teknik Produksi : Prin

Keterangan : Gambar ilustrasi Punakawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, Bagong dengan kostum pementasan. Dan sebagai media pendukung buku, untuk tempat menyimpan buku.


(60)

60 4.1.7. Boneka Wayang Wong

Gambar 4.1.7 Boneka Wayang Wong (Arjuna) Tampak Depan, Samping, Belakang

Ukuran : (18cm x 43cm)

Material : Kain planel, pita, renda, kertas emas, kain sarung, kayu, busa, pelapis tebal.

Teknik Produksi : Dijahit menggunakan mesin jahit.

Keterangan : Tertera salah satu tokoh kesatria Wayang Wong Sriwedari yaitu arjuna sedang menggunakan panahnya. Dan sebagai media pendukung untuk selalu mengingatkan bentuk dan tokoh Wayang Wong Sriwedari.


(61)

61 Gambar 4.1.7 Boneka Wayang Wong (Srikandi)

Tampak Depan, Samping, Belakang

Ukuran : (18cm x 32cm)

Material : Kain planel, pita, renda, kertas emas, kain sarung, kayu, busa, pelapis tebal.

Teknik Produksi : Dijahit menggunakan mesin jahit.

Keterangan : Tertera salah satu tokoh kesatria Wayang Wong Sriwedari yaitu arjuna sedang menggunakan panahnya. Dan sebagai media pendukung untuk selalu mengingatkan bentuk dan tokoh Wayang Wong Sriwedari.


(62)

62 Gambar 4.1.7 Boneka Wayang Wong (Hanoman)

Tampak Depan, Samping, Belakang

Ukuran : (26cm x 49cm)

Material : Kain planel, pita, renda, kertas emas, kain sarung, kayu, busa, pelapis tebal.

Teknik Produksi : Dijahit menggunakan mesin jahit.

Keterangan : Tertera salah satu tokoh kesatria Wayang Wong Sriwedari yaitu arjuna sedang menggunakan panahnya. Dan sebagai media pendukung untuk selalu mengingatkan bentuk dan tokoh Wayang Wong Sriwedari.


(63)

63 4.1.8. Bantal Wayang Wong

Gambar 4.1.8 Bantal Wayang Wong (Semar, Gareng, Petruk) Tampak Depan, Belakang

Ukuran : (35cm x 24cm)

Material : Kain Planel, Busa, Benang Woll. Teknik Produksi : Dijahit menggunakan mesin jahit.

Keterangan : Tertera salah satu tokoh Punakawan yaitu Semar, dan hanya memperlihatkan kepalanya saja, karena ingin menampilakan tata riasnya yang unik dan artistic. Dan sebagai media pendukung untuk selalu mengingatkan bentuk dan tokoh Wayang Wong Sriwedari.


(64)

64 4.1.9 T-shirt

Gambar 4.1.9 T-shirt

Ukuran : S (Small) Materia : Kain Katun Teknik Produksi : Sablon

Keterangan : Tertera ilustrasi gambar salah satu tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu Punakawan dengan pakaian pentasnya yang khas dan unik. Dan sebagai media pendukung penyampaian pesan Wayang Wong Sriwedari.


(65)

65 4.1.10 Mug

Gambar 4.1.10 Mug

Ukuran : (26cm x 10cm) Material : Kramik

Teknik Produksi : Laser

Keterangan : Tertera ilustrasi gambar salah satu tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu Punakawan yang sedang berjalan sesuai dengan karakternya masing-masing yang mempunyai karakter berjalan yang unik. Dan sebagai media pendukung penyampaian pesan Wayang Wong Sriwedari.


(66)

66 4.1.11 Pin

Gambar 4.1.11 Pin

Ukuran : (5.5cm x 5.5cm)

Material : Plastik dan Glossy Doff Teknik Produksi : Prin dan Laminasi

Keterangan : Tertera salah satu tokoh Punakawan yaitu Petruk, dan hanya memperlihatkan kepalanya saja, karena ingin menampilakan tata riasnya yang unik dan artistic. Dan sebagai media pendukung penyampaian pesan Wayang Wong Sriwedari.


(67)

67 4.1.12 Gantungan Kunci

Gambar 4.1.12 Gantungan Kunci

Ukuran : (5.5cm x 8.5cm) Materia : Glossy Doff

Teknik Produksi : Cutting, Prin, Laminasi, Pemanasan

Keteranga : Tertera ilustrasi gambar salah satu tokoh Wayang Wong Sriwedari yaitu Punakawan dengan pakain pentasnya yang khas dan unik dan pakaian penganganti ketika pentas. Dan sebagai media pendukung penyampaian pesan Wayang Wong Sriwedari.


(68)

68 4.1.13 Stiker

Gambar 4.1.13 Stiker

Ukuran : (9cm x 8cm) dan (7cm x 11cm) Material : Glossy Doff

Teknik Produksi : Prin dan Laminasi

Keterangan : Tertera salah satu tokoh Punakawan dan hanya memperlihatkan kepalanya saja, karena ingin menampilakan tata riasnya yang unik dan artistic dan Punakawan yang pakain pentasnya yang khas dan unik dan pakaian penganganti ketika pentas. Dan sebagai media pendukung penyampaian pesan Wayang Wong Sriwedari


(69)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI BERGAMBAR

WAYANG WONG SRIWEDARI SEBAGAI MEDIA

INFORMASI

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010-2011

Oleh :

Deftidwibudi Fujiastuti 51906149

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

Fakultas Desain

Universitas Komputer Indonesia

Bandung


(70)

Lembar Pengesahan Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI BERGAMBAR

WAYANG WONG SRIWEDARI SEBAGAI MEDIA

INFORMASI

DK 38315/Tugas akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Deftidwibudi Fujiastuti 51906149

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

Disahkan oleh : Dosen Pembimbing

Taufan Hidayatullah, M.Ds. Koordinator Tugas Akhir/Skripsi


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pariwisata II Surakarta. 2001. Jumlah Penonton Wayang Wong Sriwedari.Surakarta Dinaskebud. Tersedia di : http://www.Dewan%20 Kesenian%20Surakarta.htm

Hersapadi, Wayang Wong Sriwedari, Seri Pustaka Keraton Nusantara, penerbit Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Fondation

Kapalaye, Ki Ageng. ( 2010). Kamus Pintar Wayang, Laksana. Yogyakarta. Murgiyanto, Sal., J.H. Damais, ed., & Sewindu. (1979). Sekelumit tentang

Tontonan Wayang Orang dalam Soedarmadji, dan Jaya Budaya. Jakarta:Jaya Budaya.

Soedarsono, R. M,. (1997). Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama In The Court Of Yogyakarta, Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.

2011 (15 Februari ). Gerakan Seni Dalam Pertunjukan Wayang Tinjauan Estetika. Tersedia di : http://id.MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 2, AGUSTUS 2004: 83-89

2011 ( 23 Juni ). Sumantri ngèngèr Tersedia di : http:// Sumantri ngèngèr _


(72)

2011 ( 29 Juni ). Ngajakin Nonton Wayang Orang Is My Personal Jihad. Tersedia di : http://.id.Ngajakin_Nonton_Wayang_Orang_Is_My_ Personal _Jihad_.htm

2011 ( 29 Juni ). Punakawan. Tersedia di : http://www.punakawanv.htm 2011 ( 29 Juni ).Asal Nama Tokoh Punakawan / Punakawan. Tersedia di :


(73)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim,

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh yang maha kuasa. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Rasullallah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikut-pengikutnya hingga akhir massa.

Hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun bisa menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Buku Ilustrasi Bergambar Wayang Wong Sriwedari Sebagai Media Informasi“ penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta kekhilafan.

Tujuan dari membuat laporan Tugas Akhir ini untuk mengembangkan pengetahuan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan Laporan Tugas Akhir. Laporan ini melibatkan banyak pihak (masyarakat adat, agama, Pemda Jawa Tengah, Pemkot Surakarta (Solo) dan peran masing-masing pihak dalam laporan Tugas Akhir ini).

Penulis melaksanakan penelitian di salah satu satu tempat kebudayaan kota Surakarta (Solo) dengan judul penelitian Wayang Wong Sriwedari yang bertempat di Gedung Wayang Wong Sriwedari Jl. Slamet Riyadi 275, Surakarta – Solo.

Menyadari sepenuhnya bahwa dalam Laporan Penelitian Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. penyusun merasa sangat beruntung dan bersyukur karena begitu banyak orang-orang yang dengan tulus membantu, mendukung, dan mendoakan.


(74)

ii Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini tentunya banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis.

Bandung, 9 Agustus 2011


(75)

iii

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini penyusun merasa sangat beruntung dan bersyukur karena begitu banyak orang-orang yang dengan tulus mendukung, mendoakan dan meluangkan waktu untuk membantu maka penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Hary Lubis sebagai Dekan Fakultas Desain di Universitas Komputer Indonesia.

2. Diwasa S.Sn. sebagai Pimpinan Wayang Orang Sriwedari.

3. Taufan Hidayatullah, M.Ds sebagai dosen Pembimbing.

4. Kankan Kasmana, S.Sn sebagai dosen wali dan Koordinator Mk.Tugas Akhir/Skripsi.

5. Kedua Orang Tua, Kakak, adik, keluarga ( Bandung, Jogja ), sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu dalam segala hal.

6. Tugimin sebagai Koordinator yang sekaligus penari Wayang Wong Sriwedari.

7. Seluruh pemain dan staf Wayang Wong Sriwedari. 8. Seluruh Dosen dan staf DKV UNIKOM.

Terima kasih banyak atas doa, waktu, dukungan dan bantuannya selama penulis menerjakan laporan dan penelitian Tugas Akhir ini.


(1)

Lembar Pengesahan Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI BERGAMBAR

WAYANG WONG SRIWEDARI SEBAGAI MEDIA

INFORMASI

DK 38315/Tugas akhir

Semester II 2010/2011

Oleh :

Deftidwibudi Fujiastuti

51906149

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

Disahkan oleh : Dosen Pembimbing

Taufan Hidayatullah, M.Ds.

Koordinator Tugas Akhir/Skripsi


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pariwisata II Surakarta. 2001. Jumlah Penonton Wayang Wong Sriwedari.Surakarta Dinaskebud. Tersedia di : http://www.Dewan%20 Kesenian%20Surakarta.htm

Hersapadi, Wayang Wong Sriwedari, Seri Pustaka Keraton Nusantara, penerbit Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Fondation

Kapalaye, Ki Ageng. ( 2010). Kamus Pintar Wayang, Laksana. Yogyakarta. Murgiyanto, Sal., J.H. Damais, ed., & Sewindu. (1979). Sekelumit tentang

Tontonan Wayang Orang dalam Soedarmadji, dan Jaya Budaya. Jakarta:Jaya Budaya.

Soedarsono, R. M,. (1997). Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama In The Court Of Yogyakarta, Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.

2011 (15 Februari ). Gerakan Seni Dalam Pertunjukan Wayang Tinjauan Estetika. Tersedia di : http://id.MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 2, AGUSTUS 2004: 83-89

2011 ( 23 Juni ). Sumantri ngèngèr Tersedia di : http:// Sumantri ngèngèr _


(3)

2011 ( 29 Juni ). Ngajakin Nonton Wayang Orang Is My Personal Jihad. Tersedia di : http://.id.Ngajakin_Nonton_Wayang_Orang_Is_My_ Personal _Jihad_.htm

2011 ( 29 Juni ). Punakawan. Tersedia di : http://www.punakawanv.htm 2011 ( 29 Juni ).Asal Nama Tokoh Punakawan / Punakawan. Tersedia di :


(4)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim,

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh yang maha kuasa. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Rasullallah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikut-pengikutnya hingga akhir massa.

Hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun bisa menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Buku Ilustrasi Bergambar Wayang Wong Sriwedari Sebagai Media Informasi“ penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta kekhilafan.

Tujuan dari membuat laporan Tugas Akhir ini untuk mengembangkan pengetahuan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan Laporan Tugas Akhir. Laporan ini melibatkan banyak pihak (masyarakat adat, agama, Pemda Jawa Tengah, Pemkot Surakarta (Solo) dan peran masing-masing pihak dalam laporan Tugas Akhir ini).

Penulis melaksanakan penelitian di salah satu satu tempat kebudayaan kota Surakarta (Solo) dengan judul penelitian Wayang Wong Sriwedari yang bertempat di Gedung Wayang Wong Sriwedari Jl. Slamet

Riyadi 275, Surakarta – Solo.

Menyadari sepenuhnya bahwa dalam Laporan Penelitian Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. penyusun merasa sangat beruntung dan bersyukur karena begitu banyak orang-orang yang dengan tulus membantu, mendukung, dan mendoakan.


(5)

ii

Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini tentunya banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis.

Bandung, 9 Agustus 2011


(6)

iii

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini penyusun merasa sangat beruntung dan bersyukur karena begitu banyak orang-orang yang dengan tulus mendukung, mendoakan dan meluangkan waktu untuk membantu maka penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Hary Lubis sebagai Dekan Fakultas Desain di Universitas Komputer Indonesia.

2. Diwasa S.Sn. sebagai Pimpinan Wayang Orang Sriwedari.

3. Taufan Hidayatullah, M.Ds sebagai dosen Pembimbing.

4. Kankan Kasmana, S.Sn sebagai dosen wali dan Koordinator Mk.Tugas Akhir/Skripsi.

5. Kedua Orang Tua, Kakak, adik, keluarga ( Bandung, Jogja ), sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu dalam segala hal.

6. Tugimin sebagai Koordinator yang sekaligus penari Wayang Wong Sriwedari.

7. Seluruh pemain dan staf Wayang Wong Sriwedari. 8. Seluruh Dosen dan staf DKV UNIKOM.

Terima kasih banyak atas doa, waktu, dukungan dan bantuannya selama penulis menerjakan laporan dan penelitian Tugas Akhir ini.