Faktor Usia Faktor Jenis Kelamin Faktor Sosio-Ekonomi

penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi Davey, 2006.

D. Faktor Usia

Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada orang yang berusia 60 tahun ke atas, sekitar 50 –60 memiliki tekanan darah ≥14090 mmHg. Hal tersebut merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang berusia tua Oktora, 2005. Pada usia 45 tahun ke atas, dinding arteri mengalami penebalan akibat terjadinya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, seperti terjadinya peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik Kumar, 2005.

E. Faktor Jenis Kelamin

Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause karena sebelum menopause wanita memiliki proteksi berupa hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun Kumar, 2005. Pria lebih banyak mengalami hipertensi dari pada wanita, karena seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol serta depresi akan rendahnya status pekerjaan Rahajeng, 2009.

F. Faktor Sosio-Ekonomi

Penyebab terjadinya hipertensi selain dikarenakan adanya faktor keturunan, juga erat kaitannya dengan perilaku dan perubahan perilaku yang kompleks dari individu bersangkutan, sehingga dalam upaya mencegah atau menghambat buruknya hipertensi, perlu memperhatikan faktor perilaku yang tidak kondusif terhadap kesehatan dan lingkungan, demikian juga pada faktor risiko yang telah ada, agar tidak berkembang ke arah penyakit jantung pembuluh darah yang biasanya akan berakibat fatal Kowalski, 2006. Faktor yang berhubungan dengan hipertensi yaitu umur dengan persentase 28,43, jenis kelamin dengan persentase 30,39, tingkat penghasilan dengan persentase 51,95, tingkat pendidikan dengan persentase 35,29, pekerjaan dengan persentase 44,11 dan jumlah anak dengan persentase 42,15 serta faktor makanan sebesar 29,41 Sigarlaki, 2006. Hipertensi memiliki hubungan terhadap faktor sosio-ekonomi yang meliputi faktor pendidikan dan pekerjaan Grotto, et. al., 2008. Pemberian edukasi dan penjelasan terkait hipertensi berguna untuk melakukan tindakan kesadaran, pencegahan dan pengendalian hipertensi sehingga memiliki aksesibilitas yang lebih baik terhadap kepatuhan dan pengobatan Grotto, et. al., 2008. 1. Faktor Pendidikan Tingkat pendidikan berhubungan secara signifikan terhadap hipertensi. Pada wanita berpendidikan SMPSMU mempunyai risiko mengalami hipertensi seperlima lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan SDtidak sekolah Murti, 2003. Penderita hipertensi berpendidikan rendah memiliki risiko komplikasi hipertensi lebih besar daripada penderita hipertensi berpendidikan tinggi Kartari, 1995. Pendidikan yang lebih tinggi semakin baik pengetahuan kesehatannya Kaidah, Fakhrurrazy, Setyaningtyas, 2004. 2. Faktor Pekerjaan Stress karena pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga dapat menyebabkan hipertensi Armilawaty, 2008.. Banyak penelitian yang menghubungkan antara sifat ambisius, suka bersaing, tidak pernah lelah bekerja, selalu dikejar waktu dan merasa tidak puas dapat menimbulkan hipertensi Sarwoyo dan Hendarwo, 2002. Di daerah perkotaan pada umumnya, 80 dari kehidupan suatu individu berada di dalam ruangan indoor. Penderita penyakit kronis paling banyak memiliki waktu tinggal di dalam ruangan lebih banyak dikarenakan berbagai bahan pencemar dalam ruang indoor, asap rokok merupakan pencemar yang biasanya mempunyai kuantitas paling banyak. Hal ini disebabkan besarnya aktivitas merokok di dalam ruangan yang sering dilakukan oleh mereka yang mempunyai kebiasaan merokok Lina dan Wahyuni, 2013. 3. Faktor Penghasilan Salah satu penyebab utama hipertensi adalah stress yang diakibatkan karena penghasilan yang rendah Sigarlaki, 2006. Tingkat penghasilan masyarakat yang rendah serta pengangguran yang terus meningkat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diterima Chayatin dan Mubarak, 2009. Faktor sosial ekonomi tersebut antara lain: pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, budaya, dan teknologi. Fakor-faktor tersebut berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi. Pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah dan mengakibatkan pertumbuhan terganggu. Jumlah dan kualitas makanan keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga Sebataraja, Oenzil, Asterina, 2014. Pada umumnya kemiskinan menduduki posisi pertama sebagai penyebab kurang gizi, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius karena kemiskinan berpengaruh besar terhadap konsumsi makanan. Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan perumahan, kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan yang sangat terbatas, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat pendidikan yang rendah Sebataraja, Oenzil, Asterina, 2014. Masyarakat yang tergolong miskin dan berpendidikan rendah merupakan kelompok yang paling rawan gizi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan untuk menjangkau pangan yang baik secara fisik dan ekonomis Sebataraja, Oenzil, Asterina, 2014. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan yang mahal, pelayanan kesehatan yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan Purnamaningrum, 2010.

G. Teori the Rule of Halves Hypertension

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 1 81

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82