Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

Lusia Shinta Dewi, Rita Suhadi

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta INTISARI

Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal secara berkala di dalam arteri. Penelitian ini bertujuan melakukan observasi untuk mendapatkan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan berdasarkan teori the rule of halves yaitu hanya seperdelapan orang yang melakukan terapi terkontrol dari keseluruhan populasi yang diteliti.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, survei farmakoepidemiologi dengan desain penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan pada penelitian adalah teknik purposive sampling. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 244 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data yang didapatkan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi. Data penelitian dianalisis menggunakan uji chi square, uji one way anova, dan uji t independent dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden adalah 59,8% dari total responden penelitian, proporsi kesadaran hipertensi responden adalah 36,1% dari total responden penelitian, dan proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi adalah 23,8% dari total responden penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci : hipertensi, prevalensi, kesadaran, terapi, pendidikan, pekerjaan, penghasilan.


(2)

ABSTRACT

Hypertension is a condition of a person experiencing an increase in blood pressure exceeds normal limits on a regular basis in the arteries linearly related to the morbidity and mortality of cardiovascular disease. This research aims to make observations to obtain the proportion of the prevalence, awareness, and treatment of hypertension in Hamlet Jragung respondents, Sleman, Yogyakarta.

The study was conducted based on the theory of the rule of halves where only one eighth of those perform the controlled treatment of the entire population studied. This study is an observational study, Pharmacoepidemiology survey with research design is cross-sectional (cross-sectional). The technique of sampling (sampling) used in the study was purposive sampling technique. The number of respondents are as many as 244 people who met the inclusion criteria of the study. The data obtained are grouped by gender, age, education, occupation, income, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and pulse. The data were analyzed using chi square test, one way ANOVA test and independent t test with confidence interval 95%.

The results of this study showed that the prevalence of hypertension proportion of respondents is 59.8% of the total survey respondents, the proportion of hypertension awareness of respondents is 36.1% of the total survey respondents, and the proportion of respondents who do therapy of hypertension is 23.8% of the total survey respondents. The results showed that there was no significant relationship between the influence of socio-economic factors that include education, occupation, and income with the prevalence, awareness, and treatment of hypertension respondents Dukuh Jragung, Sleman Regency, Yogyakarta.

Keywords : hypertension, prevalence, awareness, treatment, education, occupation, income.


(3)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Lusia Shinta Dewi

NIM: 118114011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH JRAGUNG, JOGOTIRTO, BERBAH,

KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Lusia Shinta Dewi

NIM: 118114011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan untuk :

Mama, Papa, Almamaterku, dan semua orang yang menyayangiku Sebagai rasa hormat dan baktiku

“Tuhan menaruhmu di tempat yang sekarang, bukan karena kebetulan. Orang

yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.

Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata”

(Dahlan Iskan)

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang yang percaya,

dalam perkataanmu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu”


(8)

(9)

(10)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari segala pihak, sehingga proposal skripsi ini selesai tepat waktu, terutama kepada:

1. Yesus Kristus atas semua berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Papa, Mama, Mbak Nila, Mbak Intan, dan Eko Sakti Prihandaryanto yang telah memberikan bantuan dukungan, doa, waktu, material, dan kasih sayang yang sangat banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memperlancar jalannya penelitian.

4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini

5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, arahan dan waktunya.


(11)

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...….ii HALAMAN PENGESAHAN………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……..………....iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………..vi

PRAKATA………..vii

DAFTAR ISI...…...ix

DAFTAR TABEL………...xii

DAFTAR GAMBAR………...xiii

INTISARI……….xiv

ABSTRACT………xv

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan Masalah ... 5

2. Keaslian Penelitian ... 5

3. Manfaat Penelitian ... 7

B. Tujuan Penelitian ... 7

PENELAAHAN PUSTAKA ... 8


(13)

x

1. Definisi ... 8

2. Klasifikasi ... 9

3. Epidemiologi ... 10

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi ... 11

5. Terapi Hipertensi ... 13

B. Landasan Teori ... 15

C. Hipotesis ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian ... 19

1. Variabel bebas ... 19

2. Variabel tergantung ... 19

3. Variabel pengacau ... 20

C. Definisi Operasional ... 20

D. Subyek Penelitian ... 23

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 24

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 25

H. Instrumen Penelitian ... 27

I. Tata Cara Penelitian ... 27

J. Analisis Data Penelitian ... 30

K. Analisis Hipotesis ... 31


(14)

xi

A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi ... 38

B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Tingkat Tekanan darah (mmHg) berdasarkan WHO ... 10 Tabel II. Karakteristik dan Tekanan Darah Responden Dukuh Jragung ... 37 Tabel III. Profil Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Umur, dan Faktor Sosio-Ekonomi Responden Dukuh Jragung ... 39 Tabel IV. Terapi Farmakologi Responden Dukuh Jragung ... 41 Tabel V. Terapi Non Farmakologi Responden Dukuh Jragung... 42 Tabel VI. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Proporsi Prevalensi Hipertensi Responden Dukuh Jragung ... 43 Tabel VII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Kesadaran Hipertensi Responden Dukuh Jragung ... 44 Tabel VIII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung ... 45


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi secara Farmakologi (Dipiro, Talbert,

Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008).. ... 14

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

Gambar 3. Pengambilan Sampel ... 26

Gambar 4. Tata Cara Penelitian ... 30

Gambar 5. Algoritma Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Dukuh Jragung. ... 38


(17)

xiv

INTISARI

Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal secara berkala di dalam arteri. Penelitian ini bertujuan melakukan observasi untuk mendapatkan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan berdasarkan teori the rule of halves yaitu hanya seperdelapan orang yang melakukan terapi terkontrol dari keseluruhan populasi yang diteliti.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, survei farmakoepidemiologi dengan desain penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan pada penelitian adalah teknik purposive sampling. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 244 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data yang didapatkan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi. Data penelitian dianalisis menggunakan uji chi square, uji one way anova, dan uji t independent dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden adalah 59,8% dari total responden penelitian, proporsi kesadaran hipertensi responden adalah 36,1% dari total responden penelitian, dan proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi adalah 23,8% dari total responden penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci : hipertensi, prevalensi, kesadaran, terapi, pendidikan, pekerjaan, penghasilan.


(18)

xv

ABSTRACT

Hypertension is a condition of a person experiencing an increase in blood pressure exceeds normal limits on a regular basis in the arteries linearly related to the morbidity and mortality of cardiovascular disease. This research aims to make observations to obtain the proportion of the prevalence, awareness, and treatment of hypertension in Hamlet Jragung respondents, Sleman, Yogyakarta.

The study was conducted based on the theory of the rule of halves where only one eighth of those perform the controlled treatment of the entire population studied. This study is an observational study, Pharmacoepidemiology survey with research design is cross-sectional (cross-sectional). The technique of sampling (sampling) used in the study was purposive sampling technique. The number of respondents are as many as 244 people who met the inclusion criteria of the study. The data obtained are grouped by gender, age, education, occupation, income, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and pulse. The data were analyzed using chi square test, one way ANOVA test and independent t test with confidence interval 95%.

The results of this study showed that the prevalence of hypertension proportion of respondents is 59.8% of the total survey respondents, the proportion of hypertension awareness of respondents is 36.1% of the total survey respondents, and the proportion of respondents who do therapy of hypertension is 23.8% of the total survey respondents. The results showed that there was no significant relationship between the influence of socio-economic factors that include education, occupation, and income with the prevalence, awareness, and treatment of hypertension respondents Dukuh Jragung, Sleman Regency, Yogyakarta.

Keywords : hypertension, prevalence, awareness, treatment, education, occupation, income.


(19)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu penyakit kronis yaitu tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal (Kabo, 2010). The eighth report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih (James, Oparil, Carter, Cushman, and Himmelfarb, 2013).

Hipertensi sering disebut the silent killer karena gangguan ini pada tahap awal adalah asimtomatis atau tanpa gejala, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ-organ tubuh vital. Vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Pasien baru menyadari kondisinya hipertensi jika sudah menimbulkan komplikasi pada jantung, penyumbatan pembuluh darah, hingga berakibat kematian (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2008).

Peningkatan tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Black and Izzo, 2003). Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi menyebabkan risiko morbiditas atau mortalitas premature, yang dapat meningkat sejalan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik (Baughman dan Hackley, 2000).


(20)

Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (± 7 juta per tahun). Data yang ada menunjukkan, di negara maju seperti Amerika, penderita hipertensi yang diobati sebanyak 59% dan yang terkontrol 34%. Satu dari tiga orang dewasa di Amerika menderita hipertensi atau dirawat karena hipertensi. Di berbagai negara Eropa, penderita yang diobati hanya sebesar 27% dan dari jumlah tersebut, selebihnya 70% tidak terkontrol. Penyakit ini memperpendek usia harapan hidup (AHA, 2008).

Di Indonesia jumlah penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang, 90% merupakan hipertensi esensial. Dari jumlah tersebut hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya. Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari populasi kematian pada semua umur. Kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia mencapai 26,3% (Depkes RI, 2007).

Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tengah Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Cakupan diagnosis hipertensi oleh


(21)

tenaga kesehatan hanya mencapai 24,0%, atau dengan kata lain sebanyak 76,0% kasus hipertensi dalam masyarakat Indonesia belum terdiagnosis (Depkes RI, 2007).

Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2008 berada pada posisi kedua dalam kasus hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 menunjukkan bahwa Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus hipertensi terbanyak. Profil kesehatan Provinsi DIY pada tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular, salah satunya adalah hipertensi (Depkes RI, 2007).

Prevalensi hipertensi cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Prevalensi hipertensi cenderung tinggi pada kelompok yang tidak bekerja atau penghasilan rendah, tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden, dan cenderung lebih tinggi pada perempuan (Depkes RI, 2007).

Banyak penelitian populasi dari seluruh dunia telah menunjukkan bahwa penyakit hipertensi sangat sedikit yang dapat terdeteksi dan melakukan terapi. Teori The Rule of halves sering digunakan dalam penelitian hipertensi. Teori The Rule of Halves menyatakan bahwa dari semua pasien dengan tekanan darah tinggi, hanya sekitar setengah yang terdeteksi. Dari mereka yang terdeteksi, hanya setengah yang mendapat perawatan atau terapi, dan dari mereka yang mendapat perawatan tersebut hanya setengah yang dapat dikendalikan. Teori The Rule of halves telah dikonfirmasi dalam studi populasi terbaru dari Tanzania, Mesir, Afrika Selatan dan Ghanna. Dalam penelitian ini antara 1 – 18% dari semua


(22)

pasien hipertensi telah dapat dikendalikan (<140/90 mmHg) (Maybe, Gill, Parry, Weber, 2013).

Penatalaksanaan yang disusun WHO (World Health Organization) dan JNC VII pada tahun 2003, merekomendasikan pasien hipertensi dengan berbagai risiko sebaiknya segera melakukan pengobatan atau terapi untuk mencapai target penurunan tekanan darah yang diinginkan. Dapat menggunakan kombinasi terapi medis dengan akupuntur, kombinasi terapi obat dari berbagai kelas, dan sebagainya. Penderita hipertensi juga perlu melakukan perubahan gaya hidup yang positif, yaitu mengontrol pola makan, berolahraga 30-45 menit setiap hari, berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebih (Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, dan Darmawan, 2008).

Di Padukuhan Jragung, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terdapat 407 kepala keluarga. Padukuhan Jragung dibagi menjadi 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan informasi dari Kepala Dukuh dan dari data pengobatan gratis yang sebelumnya pernah dilakukan di Dukuh Jragung menunjukkan bahwa penduduk dewasa di Dukuh Jragung banyak yang menderita hipertensi, khususnya yang berusia di atas 40 tahun.

Berdasarkan Teori the rule of halves, peneliti memilih Padukuhan Jragung untuk melakukan penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi. Peneliti ingin mengevaluasi apakah teori The Rule of Halves sesuai dengan kondisi di Padukuhan Jragung. Peneliti memilih kajian faktor sosio-ekonomi karena belum banyak penelitian hipertensi yang


(23)

menggunakan kajian faktor ekonomi di Yogyakarta, sedangkan sosio-ekonomi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi berdasarkan faktor sosio-ekonomi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan lebih lanjut apabila terjadi peningkatan tekanan darah secara persisten.

1. Rumusan Masalah

a. Berapa proporsi prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi responden yang terjadi di Padukuhan Jragung, Kabupaten Sleman?

b. Apakah terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden di Padukuhan Jragung, Kabupaten Sleman?

2. Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Penulis a. a. Prevalence of

Hypertension without Anti-hypertensive Medications and Its Association with Social Demographic Characteristics

Among 40 Years and Above Adult Population in Indonesia (Setiati, Sutrisna, 2005).

Hasil penelitian adalah prevalensi hipertensi tanpa obat anti hipertensi pada penduduk dewasa >40 tahun di Indonesia adalah 37,32%. Laki-laki, pendidikan sekolah dasar, dan kerja pemerintah adalah signifikan sebagai faktor risiko untuk tidak melakukan

terapi obat

antihipertensi.

• Metode pengambilan sampel yaitu metode sampel acak.

• Kajian

penelitian yaitu berdasarkan faktor risiko sosial

demografis pada populasi orang dewasa di Indonesia.


(24)

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Penulis b. Faktor Risiko

Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 (Mannan, Wahiduddin, dan Rismayanti, 2012).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa paling banyak responden hipertensi berjenis kelamin laki-laki sebesar 59,8%. Umur 48-61 tahun 29,3%. Tingkat Pendidikan SD 44,5%. Buruh/petani 50,6%. Responden berada di Desa Pallantikang 15,9%.

• Kajian

penelitian yaitu faktor risiko yang meliputi riwayat

keluarga, perilaku merokok,

aktivitas fisik, konsumsi kopi, dan konsumsi garam

• Rancangan penelitian yaitu rancangan Case Control Study c. Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi

Terjadinya Hipertensi di Daerah Perkotaan ( Pradono, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan

responden menderita hipertensi 31%. Umur

≥45 tahun meningkat

2,7 kali, tingkat pendidikan rendah 41,2 %. Status ekonomi rendah 29,4%, status ekonomi tinggi adalah 31,7%. Responden memiliki pekerjaan adalah 31,3%, yang tidak memiliki pekerjaan adalah 30,7%.

• Lokasi

penelitian yaitu di daerah perkotaan

• Usia responden penelitian yaitu

≥ 15 tahun

d. Karakteristik dan Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006 (Sigarlaki, 2006).

Responden hipertensi yang berumur 20-40 tahun sebanyak (9,80%), yang berumur 41 – 55 tahun (24,52 %), yang berumur 56 – 77 tahun sebanyak (55,88 %) dan yang berumur > 77 tahun sebanyak (9,80 %).

• Cara

pengambilan sampel dengan

cara non

random yaitu accidental sampling


(25)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang memberikan informasi mengenai pengaruh faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran responden akan tingkat kejadian hipertensi di lingkungan masyarakat tempat tinggal. Responden dan keluarga diharapkan dapat mengetahui risiko kejadian hipertensi dan dapat termotivasi untuk mengendalikan faktor yang dapat menyebabkan hipertensi.

b. Manfaat Praktis. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau masukan bagi instansi kesehatan masyarakat setempat sebagai dasar pembentukan program kesehatan berdasarkan pengaruh faktor sosio ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum :

Melakukan observasi untuk mendapatkan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan khusus :

Melakukan evaluasi perbedaan faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(26)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri. Keadaan ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Muhammadun, 2010).

Hipertensi sering disebut The Silent Killer karena gangguan ini pada tahap awal adalah asimtomatis atau tanpa gejala, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ-organ tubuh vital. Vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak dan jantung dapat pula mengalami kerusakan yang permanen. Pasien baru menyadari kondisinya hipertensi jika sudah menimbulkan komplikasi pada jantung, penyumbatan pembuluh darah, hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang berakibat kematian (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2008).

Hipertensi merupakan faktor utama penyebab gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi menyebabkan risiko morbiditas atau mortalitas, yang dapat meningkat sejalan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik (Baughman dan Hackley, 2000). Suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/ atau diastolik meningkatkan risiko mengembangkan penyakit jantung, penyakit ginjal, pengerasan arteri, kerusakan mata, dan stroke (kerusakan otak).


(27)

Komplikasi dari hipertensi ini sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ karena kerusakan pada organ-organ ini adalah hasil akhir dari tekanan darah tinggi kronis. Oleh karena itu, diagnosis tekanan darah tinggi sangat penting sehingga usaha-usaha dapat dibuat untuk membuat tekanan darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi (Muhammadun, 2010).

Teori The Rule of halves sering digunakan dalam penelitian hipertensi. Teori The Rule of Halves menyatakan bahwa dari semua pasien dengan tekanan darah tinggi, hanya sekitar setengah yang terdeteksi. Dari mereka yang terdeteksi, hanya setengah yang mendapat perawatan atau terapi, dan dari mereka yang mendapat perawatan tersebut hanya setengah yang dapat dikendalikan. Teori The Rule of halves telah dikonfirmasi dalam studi populasi terbaru dari Tanzania, Mesir, Afrika Selatan dan Ghanna. Dalam penelitian ini antara 1 – 18% dari semua pasien hipertensi telah dapat dikendalikan (<140/90 mmHg) (Maybe, Gill, Parry, and Weber, 2013).

2. Klasifikasi

The eighth report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih (James, Oparil, Carter, Cushman, and Himmelfarb, 2013).

Berdasarkan ESC-ESH (WHO) tahun 2007 menyebutkan bahwa Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Suatu tekanan darah dari 140/90


(28)

atau diatasnya dianggap sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi (Mancia, Backer, Dominiczak, Cifkova, and Fagard, 2007).

Tabel I. Klasifikasi Tingkat Tekanan darah (mmHg) berdasarkan WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Kategori Tinggi 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi Kelas 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi Kelas 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Kelas 3 ≥180 dan/atau ≥ 110

Hipertensi Isolasi Sistolik ≥140 dan <90

(Mancia, et al, 2007). 3. Epidemiologi

Masalah hipertensi yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat. Penderita hipertensi di Indonesia menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebesar 8,3% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Menurut survei tahun 2002, didapatkatkan angka prevalensi penyakit hipertensi tanpa pengobatan di Indonesia adalah 37,32% dari populasi dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun yang berasal dari berbagai pulau besar di Indonesia (Setiati dan Sutrisna, 2005).

Menurut Profil Kesehatan Provinsi DIY, sampai dengan tahun 2007, lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular, salah satunya penyakit hipertensi. Hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 menyatakan bahwa Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus hipertensi terbanyak. Pada tahun 2008, Provinsi D.I Yogyakarta menduduki peringkat kedua untuk kasus hipertensi. Dilaporkan pada tahun 2012 oleh Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di Yogyakarta terdapat 29.546


(29)

kasus penyakit Hipertensi dan masuk dalam urutan ketiga dari 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur dan jenis kelamin. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan (Black dan Hawks, 2005).

a. Umur

Umur adalah faktor risiko yang dapat memengaruhi terjadinya hipertensi. Risiko kejadian hipertensi muncul sejak seseorang berumur 20 tahun pada laki-laki dan perempuan, dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur (Black dan Hawks, 2005). Prevalensi hipertensi meningkat menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (Muhammadun, 2010).

b. Jenis Kelamin

Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum menopause memiliki proteksi berupa hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada


(30)

premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Umumnya proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005). Bagi perempuan setelah mengalami menopause akan berpeluang lebih besar mengalami tekanan darah tinggi. Perubahan hormon diduga berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan perempuan usia lanjut (Muhammadun, 2010).

c. Faktor Sosio-Ekonomi 1) Pendidikan

Informasi pendidikan memberi penjelasan untuk kesadaran pencegahan dan pengendalian hipertensi dan aksesibilitas yang lebih baik dan kepatuhan terhadap pengobatan medis. Seseorang yang memiliki pengetahuan atau latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Seseorang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hipertensi sehingga dapat melakukan antisipasi maupun terapi hipertensi (Grotto, et al. 2008). Tingginya tingkat pendidikan akan menurunkan prevalensi hipertensi. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang memiliki kesadaran lebih untuk melakukan terapi hipertensi (Bell, Adair, and Popkin, 2004).

2) Pekerjaan

Pekerjaan dapat menimbulkan stress yang cenderung akan menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Seseorang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya. Stress yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala,


(31)

sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Pekerjaan yang berat dan terus menerus akan membuat seseorang cenderung tidak mempedulikan kesehatannya dan tidak melakukan terapi hipertensi, sehingga tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol (Muhammadun, 2010).

3) Penghasilan

Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat menekan risiko terjadinya hipertensi. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan lebih mudah melakukan terapi hipertensi secara rutin khususnya terapi farmakologi. Sehingga seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan cenderung memiliki tekanan darah yang rendah atau terkontrol (Grotto, et al. 2008). Pendapatan yang tinggi akan menurunkan prevalensi hipertensi, karena terapi terkontrol yang dilakukan dapat mengontrol tekanan darah (Bell, Adair, and Popkin, 2004).

5. Terapi Hipertensi

Tujuan penanganan hipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas dan kematian. Terapi yang diberikan dapat mengontrol tekanan darah agar tetap dalam rentang normal. Target nilai tekanan darah adalah kurang dari 140/90mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan kurang dari 130/80mmHg untuk penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik (Dipiro, et al, 2008).

a. Terapi Farmakologi

Pada penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik 140-159mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99mmHg, disarankan menerima terapi


(32)

obat tunggal seperti diuretik tiazid, ACE inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB), atau kombinasi bila diperlukan. Pada pasien dengan tekanan darah sisitolik di atas 160mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 100mmHg, disarankan menerima terapi obat kombinasi yaitu diuretik tiazid dengan ACE inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) atau Beta Blocker (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008).

Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi secara Farmakologi (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008)..

b. Terapi Non Farmakologi 1) Olahraga

Olahraga dapat memperlancar peredaran darah dan dapat pula membakar lemak sehingga tidak menimbulkan obesitas. Olahraga yang dianjurkan bagi orang yang berisiko tinggi terkena hipertensi adalah aerobik, jalan santai, jogging, bersepeda, renang teratur, yoga, dan meditasi (Muhammadun, 2010).


(33)

2) Istirahat yang Cukup

Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot terutama setelah bekerja, sehingga dapat mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak sehingga dapat mengurangi stress atau tekanan (Muhammadun, 2010).

3) Mengatur Pola Makan

Mengatur pola makan seperti diet rendah garam, mengurangi konsumsi makanan dengan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi, mengkonsumsi cukup buah-buahan dan sayur, mengurangi asupan garam ke dalam tubuh, tidak mengkonsumsi alkohol, dan perbanyak minum air putih (Muhammadun, 2010).

B. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit “the silent disease” karena merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana terjadi tekanan yang abnormal tinggi di dalam ateri. Penderita hipertensi tidak dapat mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi merupakan risiko penyakit kardiovaskuler dengan komplikasi penyakit jantung, penyakit ginjal, pengerasan arteri, kerusakan mata, dan stroke (kerusakan otak). Adanya pengontrolan yang dilakukan penderita hipertensi dapat mengurangi angka kejadian penderita hipertensi.

Teori The Rule of halves pada dasarnya dapat digunakan dalam penelitian bidang hipertensi. Teori ini menyatakan bahwa setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui atau belum terdiagnosis oleh pelayanan kesehatan, dan


(34)

hanya setengah dari orang-orang terdiagnosis menderita hipertensi menerima terapi (pengobatan).

Hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, jenis kelamin, faktor soiso-enonomi yang meliputi latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Semakin meningkatnya usia seseorang maka semakin tinggi pula risiko terkena hipertensi. Pada usia di atas 50 tahun, wanita memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dari pria. Sedangkan pada usia di bawah 50 tahun, pria memiliki risiko lebih tinggi dari wanita.

Seseorang yang memiliki pengetahuan atau latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Seseorang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hipertensi sehingga dapat melakukan antisipasi maupun terapi hipertensi (Grotto, et al. 2008).

Seseorang dengan pekerjaan yang berat atau dengan jadwal pekerjaan yang padat akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Pekerjaan dapat menimbulkan stress bagi seseorang, sehingga apabila seseorang memiliki tekanan pekerjaan yang tinggi maka hal tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi karena stress yang berkelanjutan. Selain itu seseorang dengan jadwal pekerjaan yang padat akan sulit untuk mengontrol pola makan dan cenderung tidak mempedulikan kesehatan, sehingga tidak melakukan terapi untuk mengontrol tekanan darahnya (Muhammadun, 2010).


(35)

Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat lebih mengatur pola hidupnya. Tingginya tingkat penghasilan akan mempermudah seseorang melakukan terapi hipertensi secara rutin khususnya terapi farmakologi. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi akan cenderung memiliki tekanan darah yang rendah atau terkontrol (Grotto, et al. 2008).

Kesadaran masyarakat terkait masalah hipertensi masih rendah. Banyak masyarakat yang menderita hipertensi, namun belum melakukan terapi. Hal ini dikarenakan penderita belum menyadari bahaya hipertensi. Hipertensi dapat dihindari dengan cara memulai gaya hidup sehat, seperti berolahraga, tidak bekerja terlalu berat, istirahat yang cukup, mengatur pola makan dan menjaga asupan nutrisi yang baik. Sebaiknya penderita hipertensi yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi, diharapkan mematuhi untuk mengonsumsi obat antihipertensi dan melakukan kontrol ke pihak pelayanan kesehatan.

Dukuh Jragung secara geografis merupakan bagian dari kelurahan Jogotirto, kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Dukuh Jragung dibagi menjadi 2 Rukun Warga ( RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT). Dukuh Jragung ditempati oleh sekitar 407 kepala keluarga dan terdapat 386 orang dewasa yang berusia ≥40 tahun. Sebagian besar Penduduk di Dukuh Jragung bermata pencaharian sebagai petani, karena secara geografis wilayah ini dikelilingi oleh lahan pertanian. Berdasarkan informasi dari Kepala Dukuh dan dari data pengobatan gratis yang sebelumnya pernah dilakukan di Dukuh Jragung menunjukkan bahwa masyarakat


(36)

di Dukuh Jragung banyak yang menderita hipertensi. Oleh karena itu peneliti memilih Padukuhan Jragung untuk melakukan penelitian.

C. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(37)

19

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, survei farmakoepidemiologi dengan desain penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Metode survei farmakoepidemiologi merupakan pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui efek penyakit pada suatu populasi dan terapi yang digunakan (Indrianto, 2002). Penelitian cross-sectional menguji tingkat perbedaan diantara kelompok sampling, antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan (Shklovski, Irina, Kraut, Robert, and Rainie, 2004). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih oleh penulis berdasarkan karakteristik tertentu (Djarwanto,1998). Analisis yang dilakukan adalah prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi yang diolah secara statistika.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor sosio-ekonomi meliputi: pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. 2. Variabel tergantung


(38)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia dan jenis kelamin.

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, lifestyle (gaya hidup), pola makan, dan terapi lain yang dilakukan.

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Jenis data

Hasil Ukur Pendidikan

Pekerjaan

Tingkat pendidikan terakhir yang telah dilalui oleh responden

penelitian.

Jenis pekerjaan yang dilakukan atau dimiliki responden penelitian.

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai pendidikan terakhir yang telah dilalui.

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai pekerjaan yang dimilikinya

Nominal

Nominal

Hasil ukur tingkat pendidikan terakhir dikelompokkan menjadi: 1.Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Sarjana/D3 Hasil ukur pekerjaan dikelompokkan menjadi: 1. Petani 2. Pedagang 3. Buruh 4. TNI 5. Guru 6.Ibu Rumah tangga 7. Wiraswasta


(39)

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Jenis data

Hasil Ukur Penghasilan Penghasilan yang

dihasilkan

responden dari pekerjaan yang dimilikinya.

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai penghasilan yang didapatkan dari pekerjaannya.

Nominal Hasil ukur penghasilan dikelompokkan menjadi: 1.< Rp500.000 2.< Rp1.000.000 3.< Rp1.500.000

4.≥ Rp1.500.000

Umur Umur responden

penelitian ketika pengambilan data.

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai umur responden.

Interval Hasil ukur dikelompokkan menjadi:

1. 40-49 (tahun) 2. 50-59 (tahun) 3. 60-69 (tahun) 4. 70-79 (tahun)

5. ≥80 (tahun)

Jenis Kelamin Perbedaan

responden penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai jenis kelamin responden.

Nominal Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1. Laki-laki 2. Perempuan

Hipertensi Suatu kondisi responden yang memiliki tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih dan/ atau tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih yang diukur satu kali pada saat penelitian, atau responden yang menderita hipertensi terkontrol.

Pemeriksaan

tekanan darah secara langsung.

Nominal Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1.Hipertensi adalah responden dengan

tekanan darah sistolik

≥140mmHg

dan/ atau diastolik


(40)

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Jenis data Hasil Ukur 2.Tidak hipertensi adalah responden yang memiliki tekanan darah sistolik

<140mmHg dan tekanan darah diastolik <90mmHg.

Kesadaran Hipertensi

Suatu keadaan responden mengerti bahwa dirinya menderita hipertensi

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai kesadaran

responden terkait hipertensi yang dideritanya.

Nominal Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1.Responden sadar hipertensi adalah responden yang mengerti

bahwa dirinya menderita hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah yang dilakukan responden sebelumnya 2.Responden

tidak sadar hipertensi adalah

responden yang tidak mengerti bahwa dirinya menderita hipertensi.


(41)

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Jenis data

Hasil Ukur Terapi

Hipertensi

Suatu tindakan yang dilakukan responden hipertensi sebagai langkah antisipasi untuk mencegah dan mengobati penyakit hipertensi yang dideritanya, baik secara farmakologi

maupun non

farmakologi.

Wawancara kepada responden

penelitian mengenai terapi hipertensi yang dilakukan

Nominal Hasil ukur dikelompokkan menjadi: 1.Terapi hipertensi adalah responden hipertensi yang melakukan terapi hipertensi, baik secara farmakologi maupun non farmakologi. 2.Tidak terapi

adalah responden hipertensi tidak melakukan terapi hipertensi. D. Subyek Penelitian

Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan tehnik purposive sampling. Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi, yaitu penduduk dewasa yang berusia ≥40 tahun di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan bersedia menjadi responden penelitian. Dari 386 penduduk

Dukuh Jragung yang berusia ≥ 40 tahun, responden penelitian yang diperoleh adalah sebanyak 244 orang.


(42)

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Jragung, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan secara cross-sectional. Penelitian cross-sectional menguji tingkat perbedaan diantara kelompok sampling, antara variabel bebas dan variabel terikat diukur pada waktu yang bersamaan (Shklovski, Irina, Kraut, Robert, and Rainie, 2004). Penelitian dilakukan selama periode bulan mei hingga juni 2014.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Kabupaten Sleman (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi)”. Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 12 orang, setiap 2 orang meneliti 1 Dukuh sehingga terdapat 6 dukuh di Kabupaten Sleman yang diteliti. Peneliti meneliti Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi dan penelitian dilakukan di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman.


(43)

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian

G. Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti melakukan beberapa langkah untuk mendapatkan responden penelitian. Langkah pertama adalah menentukan kriteria inklusi penelitian, yaitu penduduk yang berusia ≥ 40 tahun, serta bersedia menjadi responden penelitian. Langkah kedua adalah menentukan populasi sampel yaitu penduduk Dukuh


(44)

Jragung, Kabupaten Sleman. Langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel penelitian dengan tehnik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi. Responden penelitian yang diperoleh berjumlah 244.

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian. Pengambilan sampel dengan mengambil sampel orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto,1998). Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian. Kriteria Inklusi penelitian ini adalah penduduk Dukuh Jragung yang berusia ≥ 40 tahun, serta bersedia menjadi responden penelitian, seperti bersedia mengisi inform consent, bersedia diukur tekanan darah, dan bersedia untuk diwawancara terkait sosio-ekonomi responden. Berdasarkan kriteria inklusi, diperoleh jumlah responden yaitu sebanyak 244 orang.


(45)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form (CRF), sphygmomanometer digital, dan informed consent. Case Report Form (CRF) adalah alat atau kuisioner yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Sphygmomanometer digital digunakan untuk mengukur tekanan darah responden. Informed consent merupakan bukti pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari padukuhan yang tepat untuk diteliti. Peneliti memilih padukuhan karena jumlah sampel yang akan diambil adalah minimal 240 orang yang berusia ≥40tahun, untuk dapat memperoleh 30 orang yang melakukan terapi berdasarkan teori The Rule of Halves. Pemilihan padukuhan Jragung berdasarkan jumlah warga padukuhan yang berusia ≥40tahun yaitu 386 orang dan terdapat jumlah penyandang hipertensi yang tinggi. Data penyandang hipertensi diperoleh dari pelayanan kesehatan terdekat.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, kemudian memperoleh ethical clearance dengan nomor KE/FK/579/EC. Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.


(46)

3. Pembuatan inform consent

Informed consent merupakan bukti pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.

4. Penetapan dan seleksi calon responden

Pencarian subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin kepala dukuh Jragung, Kabupaten Sleman. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia untuk diambil data diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Penduduk Dukuh Jragung yang bersedia menjadi responden penelitian akan diukur tekanan darahnya dan di wawancara terkait data yang dibutuhkan berdasarkan CRF.

5. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut (Azwar dan Saifuddin, 2000). Dalam penelitian ini validitas diukur dengan cara membandingkan hasil tekanan darah dari tensimeter kami dengan tensimeter lain. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Hasil tekanan darah tidak boleh berbeda lebih dari ± 5mmHg (Nursalam, 2003). Dalam


(47)

penelitian ini reliabilitas diukur dengan cara mengukur tekanan darah 3 orang dan masing-masing diukur sebanyak 5 kali.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent, dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan posisi duduk tegak. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Setiap responden diukur tensinya minimal 2 kali adalah untuk menentukan tekanan darah yang spesifik bagi penderita. Jika hasil pengukuran ke dua berbeda lebih dari 10 mmHg dibanding pengukuran pertama, maka dilakukan pengukuran ke tiga. Dua data pengukuran dengan selisih terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur tensi. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik

≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Depkes RI, 2007). 7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

8. Wawancara Responden

Wawancara kepada responden terkait umur, jenis kelamin, dan faktor sosio ekonomi, yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan responden. Pengisian CRF berdasarkan hasil wawancara kepada responden terkait umur, jenis kelamin, dan faktor sosio-ekonomi responden.


(48)

9. Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan interpretasi data. Data akan dikumpulkan didalam CRF kemudian dipindahkan ke file Microsoft Excel.

Gambar 4. Tata Cara Penelitian

J. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan faktor sosio ekonomi. Setelah data dikelompokkan kemudian diolah dengan program komputer. Pertama adalah menghitung proporsi responden sesuai dengan faktor sosio-ekonomi, prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden. Uji normalitas menggunakan Teorema Limit Pusat yang menyatakan bahwa jika ukuran sampel cukup besar (n > 30), distribusi mean sampling dapat dikatakan terdistribusi normal apapun bentuk asli distribusi populasi tersebut (Harinaldi, 2005). Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji Chi


(49)

Square. Uji Chi Square digunakan untuk menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Selanjutnya adalah melakukan uji perbandingan rata-rata jenis kelamin dan faktor sosio ekonomi menggunakan uji t independent. Uji t independent digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel independen dan dependen yang tidak berhubungan. Serta uji One way anova untuk menghitung rata-rata umur. Uji One way anova digunakan untuk menghasilkan analisis variansi satu arah yang membandingkan mean dari dua kelompok sampel independen dan dependent dengan tipe data kuantitatif, dengan jumlah sampel lebih dari 2 kelompok (Wahana Komputer, 2009).

K. Analisis Hipotesis 1. Rumusan Hipotesis penelitian

Gambar 5. Rumusan Hipotesis Penelitian

Faktor Sosio-Ekonomi Ho : P1 ≤ P2

H1,2,3 : P1>P2 ; <0.05

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

Sosio-Ekonomi

Pendidikan, Pekerjaan,


(50)

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan ≤SMP; penghasilan ≤UMR; bekerja indoor.

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan >SMP; penghasilan >UMR; bekerja outdoor.

2. Analisis data

Proses yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah pengolahan dan analisis data dengan beberapa tahapan, yaitu coding, editing, entry, dan cleaning. Coding dilakukan dengan memberikan kode terhadap jawaban pada CRF yang bertujuan untuk mempermudah dalam analisis data dan mempercepat proses memasukkan data. Editting yaitu pemeriksaan kelengkapan isi CRF untuk memastikan semua pertanyaan telah dijawab oleh responden. Entry yaitu proses memasukkan data ke dalam program yang digunakan untuk mengolah data menggunakan komputer dan perangkat lunak yang sesuai. Cleanning yaitu pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan data yang dapat mengakibatkan data tersebut menjadi ganda dan salah dalam interpretasi.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk melihat karakteristik dari masing-masing variabel yang akan diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen. Untuk data kategorik maka akan dilihat distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi, sedangkan data numerik akan dilihat mean, standart error, minimal maksimal, dan 95% CI. Hasil perhitungan akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.


(51)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan. Variabel dependen adalah prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

1) Uji T Independent

Uji t independent digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel independen dan dependen yang tidak berhubungan.

Keterangan :

Variabel Dependen : tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi Variabel Independen : Faktor sosio ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan.

Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikansi (nilai p) sebagai berikut:

Jika p > 0,05 maka rata-rata data kedua varian tidak ada perbedaan atau homogen. Jika p< 0,05 maka rata-rata data kedua varian adalah berbeda atau tidak homogen. 2) Uji One Way Anova

Uji One way anova digunakan untuk menghasilkan analisis variansi satu arah untuk variabel dependent dengan tipe data kuantitatif dengan sebuah variabel independent sebagai variabel faktor, dengan jumlah sampel lebih dari 2 kelompok. Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian dapat didasarkan pada tingkat signifikansi (nilai p) sebagai berikut:


(52)

Jika nilai p > 0,05 maka rata-rata data antar varian tidak ada perbedaan atau homogen.

Jika nilai p ≤ 0,05 artinya rata-rata data antar varian adalah berbeda atau tidak homogen.

3) Uji Chi Square

Uji Chi Square digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan yang signifikan antara faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Dasar pengambilan keputusan adanya hubungan tersebut berdasarkan

tingkat kesalahan (α) = 0,05.

Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikansi nilai p sebagai berikut:

1. Jika p > 0,05 maka kedua varian tidak ada perbedaan 2. Jika p < 0,05 maka kedua varian terdapat perbedaan

Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikansi nilai odds ratio sebagai berikut:

1. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor risiko.

2. Jika OR lebih dari 1 dan 95% mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti bukan merupakan faktor risiko

3. Jika OR < 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor protektif.


(53)

L. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian secara cross sectional. Desain ini mempunyai kelemahan yaitu subyek penelitian hanya diteliti melalui satu kali observasi, padahal tekanan darah subyek penelitian dapat berubah karena beberapa faktor misalnya stress atau kondisi tubuh. Sehingga tekanan darah responden yang diperoleh adalah tekanan darah sewaktu.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling yang digunakan ini memiliki kelemahan karena dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan terhadap total populasi sampling, yaitu populasi Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Responden penelitian berusia ≥40tahun, sehingga komunikasi peneliti dengan pasien sedikit terhambat karena kurangnya pendengaran dan perbedaan bahasa. Beberapa responden tidak mau menjawab pertanyaan peneliti, khususnya soal penghasilan dan pekerjaan responden.


(54)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap perbedaan antara faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden Dukuh Jragung. Pada penelitian Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta periode Mei-Juni 2014 didapatkan 244 responden yang memenuhi kriteria inklusi

penelitian. Responden penelitian adalah penduduk dewasa yang berusia ≥40

tahun, karena pada usia tersebut prevalensi hipertensi tinggi (Setiati dan Sutrisna, 2005). Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan faktor sosio-ekonomi responden. Setelah data dikelompokkan kemudian dilakukan uji statistik dengan program komputer. Uji statistik tersebut meliputi uji frekuensi, uji t independent, uji One Way Anova, dan uji Chi Square.

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan yang relatif rendah yaitu ≤SMP dan sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani dengan penghasilan rata-rata dibawah UMR. Responden penelitian yang suka mengkonsumsi makanan asin sebanyak 57 orang dan yang suka makan daging sebanyak 30 orang. Makanan asin dan daging dapat memicu timbulnya hipertensi. Dalam penelitian ini karakteristik responden yang dianalisis adalah umur, jenis kelamin, faktor sosio-ekonomi, dan tekanan darah.


(55)

Tabel II. Karakteristik dan Tekanan Darah Responden Dukuh Jragung

Variabel Jumlah (n) Proporsi

(%) Jenis kelamin

 laki – laki 87 35,7

Umur (tahun)

 40 – 49

 50 – 59

 60 – 69

 70 – 79

 80 – 89

 90 – 99

36 47 36 18 6 3 24,7 32,2 24,7 12,3 4,1 2,1 Pendidikan

 ≤ SMP

 > SMP

171 73 70,1 29,9 Pekerjaan  Outdoor Indoor 135 109 55,3 44,7 Penghasilan

 ≤ UMR

 > UMR

217 27

88, 9 11,1 Tekanan darah sistolik (mmHg) 143,77 ± 23,058

Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Denyut Nadi (x/menit)

83,45 ± 12,559 80,27 ±10,83

Berdasarkan data hasil penelitian karakteristik dan tekanan darah responden Dukuh Jragung menunjukkan bahwa proporsi responden laki - laki adalah sebesar 35,7%, proporsi responden yang paling besar adalah responden dengan usia 50-59 tahun yaitu 32,2%, proporsi responden yang memiliki

pendidikan ≤SMP adalah sebesar 70,1%, proporsi pekerjaan outdoor adalah

sebesar 55,3%, proporsi penghasilan ≤UMR adalah sebesar 88,9%, rata – rata tekanan darah sistolik responden adalah 143,77mmHg, rata – rata tekanan darah diastolik responden adalah sebesar 83,45mmHg, dan rata-rata denyut nadi responden adalah 10,83x/menit.


(56)

A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi

Dari 386 orang penduduk Dukuh Jragung yang berusia di atas 40 tahun, dilakukan pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling. Diperoleh 244 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Data yang didapatkan dikelompokkan berdarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi.

Gambar 5. Algoritma Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Dukuh Jragung.

Dari keseluruhan populasi sampel, responden yang menderita hipertensi adalah 59,8%. Responden yang memiliki kesadaran hipertensi sebesar 36,1% dan hanya 23,8% yang melakukan terapi hipertensi. Berdasarkan teori The Rule of Halves, dapat disimpulkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden Dukuh Jragung lebih tinggi dari teori The Rule of Halves yang menunjukkan semakin buruk tingkat kesehatan masyarakat. Proporsi kesadaran dan terapi hipertensi


(57)

yang dilakukan responden dukuh Jragung lebih tinggi dari teori The Rule of Halves yang menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Dukuh Jragung untuk melakukan terapi hipertensi sudah cukup tinggi.

Penelitian profil tekanan darah dilakukan dengan menggunakan uji t independent dan uji One Way Anova. Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata jenis kelamin dan faktor sosio-ekonomi terhadap tekanan darah adalah uji t independent. Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata umur terhadap tekanan darah adalah uji One Way Anova

Tabel III. Profil Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Umur, dan Faktor Sosio-Ekonomi Responden Dukuh Jragung

Variabel Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Denyut Nadi p –value

Laki-laki Perempuan 146,17±21,696 142,43±23,741 84,77±13,032 82,72±12,270 80,17±11,661 80,32±10,379

TDS = 0,499 TDD = 0,8 DN = 0,611 Umur (tahun)  40-49  50-59  60-69  ≥70 135,5±20,5 143,5±21,6 155,4±24,5 148,2±20,9 84,1±13,2 83,4±10,9 87,5±12,9 79,7±10,2 81,8±11,7 80,2±9,8 80,3±10,9 78,1±10,1

TDS = 0,907 TDD = 0,648 DN = 0,813

Pendidikan  ≤SMP  >SMP 145,39±23,118 139,96±22,617 82,89±12,501 84,75±12,683 79,32±10,697 82,51±10,883

TDS = 0,711 TDD = 0,966 DN = 0,873 Pekerjaan  Outdoor Indoor 144,04±22,244 143,22±24,497 82,90±12,398 83,99±12,823 79,36±11,257 81,39±10,216

TDS = 0,402 TDD = 0,508 DN = 0,358 Penghasilan  ≤UMR  >UMR 143,60±23,276 145,07±21,592 83,42±12,870 83,70±9,899 80,13±11,099 81,37±8,445

TDS = 0,844 TDD = 0,190 DN = 0,056


(58)

Hasil Penelitian profil tekanan darah responden terhadap jenis kelamin dan umur tidak menunjukkan hasil yang berbeda bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansjoer dan Arif (2001) bahwa pria dan wanita menopause berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang relatif sama menderita hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Nurkhalida,2003). Begitu pula dengan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak menunjukkan tekanan darah yang berbeda bermakna

1. Profil Terapi Hipertensi Responden

Dari 244 responden yang diambil data tersebut didapatkan hasil prevalensi hipertensi sebanyak 146 responden dan responden hipertensi yang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi sebanyak 88 responden. Tidak semua responden yang menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi melakukan terapi hipertensi. Responden hipertensi yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 58 responden, yang terbagi menjadi 52 responden yang melakukan terapi farmakologi dan 6 responden yang melakukan terapi non farmakologi.


(59)

Tabel IV. Terapi Farmakologi Responden Dukuh Jragung

No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah

Responden (orang)

Persen tase (%)

1. ACE inhibitor Captopril 44 18,03

2. Calcium Channel Blocker (CCB) Farmabes (Diltiazem)

1 0,4

3. Calcium Channel Blocker (CCB) Amlodipin 6 2,46

4. Kombinasi Captopril dan

Farmabes

1 0,4

Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan ACE inhibitor yaitu sebesar 18,03%. ACE inhibitor jenis captopril merupakan golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden lebih memilih obat Captopril adalah karena harganya yang terjangkau.

Responden yang menggunakan obat antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) jenis amlodipin sebesar 2,46% dan diltiazem sebesar 0,4%. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden menggunakan CCB adalah karena responden mengalami batuk berkepanjangan ketika mengonsumsi captopril, sehingga dokter mengganti obatnya dengan CCB.

Responden yang menggunakan obat kombinasi captopril dan farmabes adalah sebesar 0,4%. Kombinasi obat digunakan jika tekanan darah pasien telah melebihi 160/100mmHg (Dipiro, Wells, Schwinghammer, and Dipiro, 2008).

Terdapat pula responden yang melakukan terapi hipertensi non farmakologi. Responden yang melakukan terapi non farmakologi sebanyak 6 orang.


(60)

Tabel V. Terapi Non Farmakologi Responden Dukuh Jragung

No. Terapi Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

1. Timun 3 1,23

2. Sirih Merah 1 0,4

3. Semangka 1 0,4

4. Jamu 1 0,4

Responden yang mengkonsumsi timun sebesar 1,23% , responden yang menkonsumsi sirih merah sebesar 0,4%, responden yang mengkonsumsi semangka sebesar 0,4%, dan responden yang mengkonsumsi jamu sebesar 0,4%. Hasil wawancara responden menunjukkan bahwa alasan responden lebih memilih terapi non farmakologi adalah karena biaya dan kurangnya kesadaran untuk melakukan terapi farmakologi.

B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Faktor sosio-ekonomi dapat mempengaruhi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden. Pendidikan memberi informasi dan penjelasan untuk kesadaran pencegahan dan pengendalian hipertensi, aksesibilitas yang lebih baik, dan kepatuhan terhadap pengobatan medis. Pekerjaan yang berat di dalam ruangan dapat menimbulkan stress yang cenderung akan menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Seseorang yang memiliki penghasilan tinggi cenderung memiliki kesadaran lebih untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai hipertensi, sehingga dapat lebih mengatur tekanan darahnya.

Dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui perbedaan faktor sosio-ekonomi, yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden. Data hasil uji ditampilkan dalam bentuk tabel yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu


(61)

tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi prevalensi hipertensi responden, tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi kesadaran hipertensi responden, dan tabel perbedaan antara faktor sosio-ekonomi dengan proporsi terapi hipertensi responden.

Tabel VI. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Proporsi Prevalensi Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Variabel Hipertensi Tidak hipertensi

CI 95%

n % N % p value

(<0,05)

OR Batas Bawah Batas Atas Pendidikan  ≤SMP  >SMP 105 41 71,9 28,1 66 32 67,3

32,7 0,445 1,242 0,712 2,164 Pekerjaan  Indoor Outdoor 65 81 44,5 55,5 44 54 44,9

55,1 0,954 0,985 0,589 1,648 Penghasilan  ≤UMR  >UMR 130 16 89 11 87 11 88,8

11,2 0,948 1,027 0,455 2,319 Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p>0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai OR=1,242 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP memiliki risiko hipertensi 1,2 kali lebih besar besar dibandingkan responden dengan pendidikan >SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=0,985 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor memiliki risiko hipertensi 0,9 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=1,027 yang


(62)

lebih besar dibandingkan responden dengan penghasilan >UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1.

Hal ini dikarenakan responden Dukuh Jragung kurang memberikan informasi yang jelas mengenai pekerjaan dan penghasilan yang mereka miliki. Kebanyakan responden tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Tabel VII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Kesadaran Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Variabel Sadar Tidak sadar CI 95%

n % n % p value

(<0,05)

OR Batas Bawah Batas Atas Pendidikan  ≤SMP  >SMP 60 28 68,2 31,8 45 13 77,6

22,4 0,216 0,619 0,289 1,328 Pekerjaan  Indoor Outdoor 43 45 48,9 62,1 22 36 37,9

62,1 0,193 1,564 0,796 3,072 Penghasilan  ≤UMR  >UMR 76 12 86,4 93,1 54 4 93,1

6,9 0,202 0,469 0,144 1,533

Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi kesadaran hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p>0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai OR=0,619 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP memiliki kesadaran hipertensi 0,6 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan pendidikan >SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=1,564 yang artinya responden dengan pekerjaan


(63)

indoor memiliki kesadaran hipertensi 1,5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=0,469 yang artinya

responden dengan penghasilan ≤UMR memiliki kesadaran hipertensi 0,4 kali lebih kecil dibandingkan responden dengan penghasilan >UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1.

Hal ini dikarenakan tidak semua responden yang memiliki pendidikan atau penghasilan tinggi juga memiliki kesadaran hipertensi. Responden Dukuh Jragung cenderung tidak mempedulikan kesehatan dan tidak pernah mengukur tekanan darahnya.

Tabel VIII. Perbedaan antara Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Terapi Hipertensi Responden Dukuh Jragung

Variabel Terapi Tidak terapi CI 95%

n % n % p value

(<0,05)

OR Batas Bawah Batas Atas Pendidikan  ≤SMP  >SMP 38 20 65,5 34,5 22 8 73,3

26,7 0,456 0,691 0,261 1,829 Pekerjaan

Indoor Outdoor

32 26 74,4 57,8 11 19 25,6

42,2 0,1 2,126 0,860 5,256 Penghasilan  ≤UMR  >UMR 50 8 86,2 13,8 26 4 86,7

13,3 0,952 0,962 0,265 3,494 Berdasarkan nilai p menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap proporsi kesadaran hipertensi Responden Dukuh Jragung, karena memiliki nilai p>0,05. Berdasarkan nilai odds ratio, pendidikan memiliki nilai


(64)

OR=0,691 yang artinya responden dengan pendidikan ≤SMP melakukan terapi

hipertensi 0,6 kali lebih sedikit dibandingkan responden dengan pendidikan >SMP. Pekerjaan memiliki nilai OR=2,126 yang artinya responden dengan pekerjaan indoor melakukan terapi hipertensi 2,1 kali lebih banyak dibandingkan responden dengan pekerjaan outdoor. Penghasilan memiliki nilai OR=0,962 yang

artinya responden dengan penghasilan ≤UMR melakukan terapi hipertensi 0,4 kali

lebih sedikit dibandingkan responden dengan penghasilan >UMR. Berdasarkan nilai rentang batas atas dan batas bawah OR menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna pada pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, karena sebaran data melewati batas 1.

Hal ini dikarenakan tidak semua responden yang memiliki pendidikan atau penghasilan tinggi juga melakukan terapi hipertensi. Responden Dukuh Jragung cenderung tidak mempedulikan kesehatan dan tidak pernah mengukur tekanan darahnya.


(65)

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian prevalensi, kesadaran, dan terapi responden di Dukuh Jragung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta periode Mei – Juni 2014 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proporsi responden yang menderita hipertensi dari 100% (244 orang) adalah sebesar 59,8% (146 orang). Proporsi responden yang memiliki kesadaran hipertensi sebesar 36,1% (88 orang) dari total responden penelitian. Proporsi responden yang melakukan terapi hipertensi sebesar 23,8% (58 orang) dari total responden penelitian. Berdasarkan teori The Rule of Halves, dapat disimpulkan bahwa proporsi prevalensi hipertensi responden Dukuh Jragung lebih tinggi dari teori The Rule of Halves yang menunjukkan semakin buruk tingkat kesehatan masyarakat.

2. Tidak terdapat perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden, karena memiliki nilai p >0,05.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Dukuh Jragung, maka disarankan bagi masyarakat Dukuh Jragung untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya penyakit hipertensi, agar masyarakat dapat mengendalikan penyakit hipertensi.


(66)

2. Bagi instansi kesehatan terkait, perlu upaya dalam peningkatan pengetahuan masyarakat terkait penyakit hipertensi dengan pemberian informasi atau materi edukasi khususnya tentang pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi di Padukuhan Jragung, Kabupaten Sleman.

3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian sejenis pada tingkat desa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk dapat mengevaluasi perbedaan antara faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2008, Hypertension, http://hyper.ahajournals.org/cgi, diakses tanggal 20 Oktober 2014.

Azwar dan Saifuddin, 2000, Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 45-46.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y., 2008, Klien Gangguan Kardiovaskuler, EGC, Jakarta, hal. 52.

Baughman, D.C dan Hackley, J.C, 2000, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta, hal. 217-219.

Bell, C.A., Adair, L.S., and Popkin, B.M., 2004, Understanding the role of mediating risk factors and proxy effects in the association between socio-economic status and untreated hypertension, Elsevier, 59:280-282.

Black, H.R., and Izzo, J.L., 2003, Hypertension primer: the essentials of high blood pressure, Third Edition, Lippincot Williams and Wilkins, United States of America, pp. 235.

Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, B., dan Darmawan, R., 2008, Care Your Self Hipertensi, Penebar Plus, Bogor, hal.41-45.

Depkes, RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909 diakes pada tanggal 20 febuari 2014.

Depertemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Depkes RI, Jakarta, hal.2-4.

Depertemen Kesehatan RI, 2007, Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 110-112.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach, seventh edition, Mc Graw Hill, USA, pp. 148.

Djarwanto dan Subagyo, P. 1998. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

Grotto, I., Huerta, M., and Sharabi, 2008, Hypertension and socioeconomic status, Curr Opin Cardiol. 23(4):335-339.


(68)

Handayani, Y.,N., 2013, Hipertensi pada Pekerja Perusahaan Migas X di Kalimantan Timur, Indonesia , Indonesia Makara Seri Kesehatan In Press, 28-30.

Harinaldi, 2005, Prinsip Prinsip Statistik Untuk Teknik Dan Sains, Erlangga, Jakarta, hal.119.

Hooker, R.C., Cowab,N., and Freeman,G.K., Better by half : hypertension in the elderly and the ‘ the of halves’: a primary care audit of the clinical computer record as a springboard to improving care, Oxford University Press, www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10381016, diakses tanggal 20 Februari 2014.

Indriantoro, N., 2002, Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan 2, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal.152

James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., and Himmelfarb, C.D., 2013, 2014 evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults report from the panel members appointed to the eighth joint national committee (jnc 8), JAMA, 5-8.

Kabo, P., 2010, Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskuler secara rasional, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,

Kemenkes, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Bakti Husada, Jakarta.

Kumar, V., Abbas,A.K., and Fausto N., 2005, Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed., Elsevier, Philadelpia, pp.528-529.

Mabey, D., Gill, G., Parry, E., Weber, W., Whitty, M., 2013, Principles of Medicine in Africa, Fourth Edition, Cambridge University Press, United States of America, pp. 521.

Mancia, G., Backer, G.D., Dominiczak, A., Cifkova, R., Fagard, R., et al., 2007, TheTask Force for the management ofarterial hypertension of theEuropean Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), journal, ESH/ESC Guidelines for the management of arterial hypertension, eurheartj, 28:1464-1465.

Muhammadun, 2010, Hidup Bersama Hipertensi, In Books, Yogyakarta, hal 11-13, 15, 23-24, 46, 57.

Massie, M.D., 2004, Systemic Hypertension, in Tierney, L.M., Mc Phee, S.J., Papodakis, M.A. (eds), Current Medical Diagnosis And Treatment (CMDT 2004), 43rd Edition, 515, Lange Medical Books, McGraw-Hill.


(1)

(2)

62

Case Report Form (CRF) Responden Dukuh Jragung


(3)

(4)

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

66

BIOGRAFI PENULIS

Lusia Shinta Dewi, lahir di Rembang pada tanggal 18 Juli 1993. Putri bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Yohanes Berman Tugiman dan Tri Endang Wahyuningsih. Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Bhayangkari Rembang pada tahun 1998-1999, SD Katolik Santa Maria pada tahun 1999-2005, SMP Negeri 2 Rembang pada tahun 2005-2008, SMA Negeri 1 Rembang pada tahun 2008-2011. Sejak tahun 2011 hingga saat ini penulis sedang menempuh jenjang S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada lingkup Universitas, penulis pernah tergabung dalam organisasi Jalinan Kasih Mahasiswa Katolik sebagai Divisi Dana Usaha Organisasi. Penulis juga terlibat dalam pelaksanaan Kampanye Informasi Obat sebagai volunteer pada tahun 2012 dan sebagai koordinator seksi publikasi, dekorasi dan dokumentasi pada tahun 2013. Pada Perayaan Ekaristi Pekan Suci yang diselenggarakan oleh Campus Ministry Universitas Sanata Dharma sebagai seksi konsumsi pada tahun 2012. Pada Komisi Pemilihan Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi pada tahun 2012 sebagai seksi kampanye.Sebagai panitia pada DIES NATALIS XIX Fakultas Farmasi USD pada tahun 2014.Beberapa Seminar dan pelatihan yang pernah penulis ikuti adalah PPKM I dan PPKM II, Latihan Dasar Kepemimpinan II

USD, Seminar Hari AIDS Sedunia “Kubangun Regional dan Kujaga Generasiku Bebas HIV AIDS”, Seminar Nasional “Menjawab Permasalahan di Indonesia dengan Kurikulum Baru”, Seminar Membongkar Kekerasan Cinta.


Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82