Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

(1)

INTISARI

Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri, keadaan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perbedaan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan pekerjaan dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Peneliti mengacu pada fenomena ‘rule of halves’. Jenis penelitian adalah observasional analitik, rancangan

cross-sectional, dan lokasi penelitian dipilih secara sampling acak sederhana dengan jenis purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square

dan uji t. Responden penelitian sejumlah 255 orang pada usia ≥40 tahun. Responden penelitian menunjukan 46,67% hipertensi, 35,67% sadar hipertensi, 26,66% melakukan terapi, dan 3,92% tekanan darah terkendali. Berdasarkan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan ≤SMP 67,1%, pekerjaan indoor 55,7%, penghasilan ≤UMR 79,6%. Hasil uji chi-square faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan dengan nilai p>0,05. Pada analisis karakteristik responden variabel jenis kelamin, dan pekerjaan terdapat perbedaan bermakna dengan tekanan darah sistolik yaitu nilai p<0,05.

Kata kunci : Hipertensi, prevalensi, kesadaran, terapi, pengendalian tekanan darah, faktor sosio-ekonomi.


(2)

ABSTRACT

Hypertension is a common disease defined as a persistent increase

in arterial blood pressure continuously circumstances ≥140mmHg increase

in systolic blood pressure and/or diastolicblood preasure ≥90mmHg. The purpose of this study was to evaluate differences in socio-economic factors, namely education employment and income to the proportion of the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure in hypertensive respondents Malang Padukuhan Rejo and Sanggrahan. Evaluate the socio-economic difference factors: education, employment, and income to prevalence, awareness, treatmen, and control of blood pressure in hypertensive respondents in Malang Rejo and Sanggrahan village. This research refer to phenomenon of ‘rule of halves’. This study was observational, cross-sectional design, and simple random sampling with purposive sampling. Analysis using chi -square and t-tests. The number of respondents 255 people, were aged ≥40 years.

This research showed that 46.57% of respondents with hypertension, 35.67% were aware of hypertension, 26.66% do therapy, and 3.92% of control blood pressure. Based on socio-economic factors,

education ≤SMP 67.1%, 55.7% indoor work, and earnings ≤UMR 79.6%. Chi-square test results of socio-economic factors: namely education, employment, and income do not have significant differences in the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure of hypertensive in the Wedomartani village with a value of p>0.05. In characteristics analysis of respondents variables gender, and employment there are significant differences in systolic blood pressure value p<0.05.

Keywords : Hypertension, prevalence, awareness, treatment, blood pressure control, socio-economic factors


(3)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN HIPERTENSI DI DESA WEDOMARTANI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Fajar Risda Astuti NIM : 118114165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN HIPERTENSI DI DESA WEDOMARTANI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Fajar Risda Astuti NIM : 118114165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Tuhan jadikan semua indah pada waktunya Tuhan tidak akan terlambat

Juga tidak akan lebih cepat

Pengkotbah 3:11a

Haturkanlah kekhawatiranmu kepada Tuhan dan percayalah Yesus selalu bersama dikau di setiap proses yang engkau lakukan

“Tuhan selalu menyertai kita. Jangan

takut!”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Papah dan Mamah Tercinta

Adik ku sayang Lia and Uyo


(8)

v PRAKATA

Puja dan puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaan dan kasih karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi Di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Sosio-Ekonomi)” telah diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang selalu mendukung pada proses penyusunan skripsi. Maka, dengan kerendahan hati saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah mendukung selama proses penelitian.

2. Bapak Kepala Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dengan pengambilan data pada masyarakat di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan.

3. Masyarakat Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan atas kesediaannya dalam mengikuti penelitian ini sebagai responden.

4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan saran, dan semangat dari awal, hingga terselesaikannya skripsi.

5. Ibu Dita Maria Virginia, S. Farm., Apt., M.Sc. dan Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta bimbingan hingga terselesaikannya skripsi. 6. Papa dan Mama yang selalu memberikan dukungan secara jasmani, rohani,

dan kasih sayang sehingga terselesaikannya skripsi.

7. Adik-adik tersayang Amalia Dwi Wahyuning dan Vincentius Suryo Syahputro yang selalu mendukung dan memberikan semangat hingga terselesaikannya skripsi.


(9)

vi

8. Keluarga besar mama, papa yang saya kasihi, telah memberikan dukungan secara jasman, rohani, dan semangat yang diberikan sehingga terselesaikannya skripsi.

9. Kak Thomas Catur Yanuarto S.Farm., Apt., yang selalu mengingatkan segera menyelesaikan skripsi dan meluangkan waktu untuk membantu peneliti. 10. Kak Ignasius Kuncarli S.Farm., Apt., yang selalu memberikan pengarahan,

masukan, dukungan, dan semangat kepada peneliti.

11. Wirna Niki Suprobo yang selalu menemani, dan membantu peneliti dalam kesulitan, memberikan dukungan, dan semangat kepada peneliti.

12. Rizki Seviana Puspitasari yang selalu menemani, membantu peneliti dalam kesulitan, memberikan dukungan, dan semangat kepada peneliti.

13. Mas Dwi dan Mas Narto yang telah mendukung dalam proses perizinan untuk mengerjakan skripsi dari awal hingga skripsi terselesaikan.

14. Seluruh dosen, laboran, karyawan yang sudah membantu, dan mendukung dalam proses perkuliahan maupun praktikum berlangsung.

15. Teman-teman seperjuangan Monica Oktavia B. dan Dian Kurnia Sari atas kebersamaan dan kerjasamanya.

16. Seluruh almamater Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi Angkatan 2011.

17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dalam proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.

Pada penyusunan skripsi ini peneliti sadar akan kekurangan yang ada pada penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Peneliti juga berharap kiranya karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Salam sehat, sejahtera, terima kasih dan Tuhan memberkati kita semua.


(10)

(11)

(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah ... 5

2. Keaslian Penelitian ... 6

3. Manfaat penelitian ... 7

B. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan umum ... 8

2. Tujuan khusus ... 8

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 9

A. Hipertensi ... 9

1. Definisi hipertensi ... 9

2. Klasifikasi hipertensi ... 9

B. Prevalensi Hipertensi ... 9

C. Kesadaran Terhadap Hipertensi ... 10


(13)

x

1. Terapi non-farmakologi ... 11

2. Terapi farmakologi ... 11

E. Pengendalian Tekanan Darah ... 13

F. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi ... 13

1. Faktor usia ... 13

2. Faktor jenis kelamin ... 14

3. Faktor sosio-ekonomi ... 15

a. Pendidikan ... 15

b. Pekerjaan ... 15

c. Penghasilan ... 17

G. Fenomena Rule of HalvesHypertension ... 17

H. Pengukuran Tekanan Darah ... 18

I. Profil Tempat Penelitian ... 18

1. Padukuhan Malang Rejo ... 19

2. Padukuhan Sanggrahan ... 19

J. Landasan Teori ... 20

K. Hipotesis ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

1. Variabel bebas ... 23

2. Variabel tergantung ... 24

3. Variabel pengacau ... 24

a. Pengacau terkendali ... 24

b. Pengacau tidak terkendali ... 24

C. Definisi Operasional... 24

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 29


(14)

xi

I. Tata Cara Penelitian ... 30

1. Observasi awal ... 30

2. Permohonan ijin dan kerjasama ... 31

3. Pembuatan informed consent ... 31

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian ... 32

5. Seleksi dan penetapan calon responden ... 33

6. Pengukuran Tekanan Darah ... 34

7. Penjelasan hasil pemeriksaan ... 34

8. Pengelompokan dan pengolahan data ... 34

a. Editting ... 35

b. Coding ... 35

c. Entry ... 35

d. Cleaning ... 35

J. Analisis Data Penelitian ... 35

K. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 37

1. Kesulitan penelitian ... 37

2. Kelemahan penelitian ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi ... 41

B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi ... 43

1. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi Hipertensi ... 43

2. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran Hipertensi ... 45

3. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi ... 46

4. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Tekanan Darah Terkendali ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52


(15)

xii

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Beberapa Penelitian Yang Terkait Dengan Penelitian ... 6 Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut The European Society of Hypertension (ESH) and of The European Society of Cardiologi (ESC) ... 9 Tabel III. Definisi Operasional Penelitian ... 24 Tabel IV. Profil Mean, SD (standard deviation), dan Median

Responden Padukuhan Malangr Rejo dan Sanggrahan ... 39 Tabel V. Karakteristik Responden Padukuhan Malang Rejo dan

Sanggrahan ... 39 Tabel VI. Profil Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Sosio-Ekonomi

Responden di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 41 Tabel VII. Profil Obat Antihipertensi yang digunakan Responden Terapi 42 Tabel VIII. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi

Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 43 Tabel IX. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran

Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 45 Tabel X. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi di

Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 47 Tabel XI. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Tekanan


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Profil Responden Berdasarkan Fenomena

Rule of Halves‟ ... 17

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan

Sanggrahan ... 28 Gambar 3. Alur Teknik Pengambilan Sampel ... 29 Gambar 4. Alur Tata Cara Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan

Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi ... 31 Gambar 5. Rumus Coefficient of Variation (CV) ... 33 Gambar 6. Bagan Hipotesis Penelitian ... 36 Gambar 7. Bagan Profil Subyek Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah responden Hipertensi Berdasarkan

Fenomena Rule of Halves Hypertension di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 41


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 57

Lampiran 2. Ethical Clearence ... 60

Lampiran 3. Informed Consent ... 61

Lampiran 4. Case Report Form (CRF) ... 65

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Berdasarkan Case Report Form (CRF) .. 66

Lampiran 6. Surat Keterangan Pelatihan Penggunaan Sphygmomanometer Digital ... 68

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 69

Lampiran 8. Sertifikat Peneraan Timbangan Berat Badan ... 71

Lampiran 9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah ... 73


(19)

xvi INTISARI

Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri, keadaan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perbedaan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan pekerjaan dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Peneliti mengacu pada fenomena „rule of halves‟. Jenis penelitian adalah observasional analitik, rancangan

cross-sectional, dan lokasi penelitian dipilih secara sampling acak sederhana dengan jenis purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square

dan uji t. Responden penelitian sejumlah 255 orang pada usia ≥40 tahun. Responden penelitian menunjukan 46,67% hipertensi, 35,67% sadar hipertensi, 26,66% melakukan terapi, dan 3,92% tekanan darah terkendali. Berdasarkan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan ≤SMP 67,1%, pekerjaan indoor 55,7%, penghasilan ≤UMR 79,6%. Hasil uji chi-square faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan dengan nilai p>0,05. Pada analisis karakteristik responden variabel jenis kelamin, dan pekerjaan terdapat perbedaan bermakna dengan tekanan darah sistolik yaitu nilai p<0,05.

Kata kunci : Hipertensi, prevalensi, kesadaran, terapi, pengendalian tekanan darah, faktor sosio-ekonomi.


(20)

xvii

ABSTRACT

Hypertension is a common disease defined as a persistent increase

in arterial blood pressure continuously circumstances ≥140mmHg increase

in systolic blood pressure and/or diastolicblood preasure ≥90mmHg. The purpose of this study was to evaluate differences in socio-economic factors, namely education employment and income to the proportion of the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure in hypertensive respondents Malang Padukuhan Rejo and Sanggrahan. Evaluate the socio-economic difference factors: education, employment, and income to prevalence, awareness, treatmen, and control of blood pressure in hypertensive respondents in Malang Rejo and Sanggrahan village. This research refer to phenomenon of „rule of halves‟. This study was observational, cross-sectional design, and simple random sampling with purposive sampling. Analysis using chi -square and t-tests. The number of respondents 255 people, were aged ≥40 years.

This research showed that 46.57% of respondents with hypertension, 35.67% were aware of hypertension, 26.66% do therapy, and 3.92% of control blood pressure. Based on socio-economic factors,

education ≤SMP 67.1%, 55.7% indoor work, and earnings ≤UMR 79.6%. Chi-square test results of socio-economic factors: namely education, employment, and income do not have significant differences in the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure of hypertensive in the Wedomartani village with a value of p>0.05. In characteristics analysis of respondents variables gender, and employment there are significant differences in systolic blood pressure value p<0.05.

Keywords : Hypertension, prevalence, awareness, treatment, blood pressure control, socio-economic factors


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan silent killer karena gangguan pada tahap awal adalah asimtomatis, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ vital. Vasokontriksi pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, otak, dan jantung serta dapat mengalami kerusakan yang permanen (Baradeo, 2005). Pada umumnya hipertensi sering dialami oleh masyarakat pada usia di atas 40 tahun. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah pada pembuluh darah meningkat secara kronis. Apabila tidak segera ditangani hipertensi dapat merusak fungsi organ-organ vital lainnya seperti jantung dan ginjal (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Berdasarkan American Heart Association (AHA), penyakit hipertensi pada penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun mencapai 75,5 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia gambaran penyandang hipertensi pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu secara nasional sebesar 25,8%. Penduduk Indonesia saat ini 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menyandang hipertensi (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Hipertensi merupakan penyakit yang dominan terjadi pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukan bahwa DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) memasuki lima


(22)

besar propinsi dengan kasus hipertensi terbanyak setelah Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah. Pada data Riskesdas tahun 2010, menunjukkan bahwa kasus hipertensi di Provinsi DIY mencapai 35,8% di atas rata-rata seluruh Indonesia yaitu 31,7% (Sarminto, 2012).

Hasil yang diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin dari Rumah Sakit di DIY melalui Dinas Kesehatan DIY tahun 2011, analisis tiga tahun terakhir dari data di seluruh RS DIY menunjukan, penyakit-penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, hipertensi menempati urutan paling tinggi penyebab kematian. Hipertensi tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian karena dari tahun ke tahun jumlah kematian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penyandang hipertensi sebagaimana laporan yang diperoleh dari RS di DIY tahun 2011. Hipertensi juga masuk ke dalam tiga besar penyakit yang didiagnosa pada pasien rawat jalan di puskesmas sesuai dengan laporan sistem surveilans terpadu yaitu: influenza, diare, dan hipertensi (Sarminto, 2012).

Kesadaran merupakan keadaan seseorang mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian, dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan orang dalam keadaan baik (Sunaryo, 2004). Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko hipertensi menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk berperilaku hidup sehat (Rahajeng dan Tuminah, 2011).


(23)

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hipertensi bukanlah fenomena baru, „rule of halves‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui terkena hipertensi, setengah pasien yang diketahui hipertensi namun tidak menjalani terapi, dan setengah dari mereka yang menjalani terapi namun tekanan darah tidak terkendali (Rao dan Daniel, 2014).

Tujuan umum terapi hipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas pada penyakit ginjal, dan kardiovaskular dengan fokus pada pengendalian tekanan darah sistolik, karena kebanyakan pasien akan mencapai tekanan darah diastolik yang terkontrol apabila tekanan darah sistolik tercapai. Terlepas dari terapi atau perawatan, hipertensi dapat terkontrol hanya jika pasien termotivasi untuk tetap melanjutkan terapi secara rutin (Dipiro et al, 2009).

Pengendalian tekanan darah dilakukan pada penyandang hipertensi yang telah didiagnosis hipertensi dan dengan tekanan darah yang terkendali yaitu dengan tekanan darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Mancia et al, 2013). Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal. Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang perlu di perhatikan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi (Sunanto, 2009).

Selain usia dan jenis kelamin risiko hipertensi juga dapat disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pengetahuan, dan perilaku


(24)

seseorang tentang kesehatan, dan akan meningkatkan kualitas hidup seseorang agar selalu memperhatikan serta berusaha mempertahankan perubahan keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri (Chandra, 2006). Risiko komplikasi hipertensi lebih besar terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan, dan penghasilan yang rendah (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Rendahnya jumlah penghasilan dan pekerjaan yang penuh dengan tekanan dapat meningkatkan insidensi hipertensi. Pekerjaan yang penuh dengan tekanan (rasa tertekan, murung, rasa marah, rasa takut, rasa bersalah) merupakan pemicu stres. Stres dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung agar berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Stres merupakan salah satu penyebab utama hipertensi yang diakibatkan rutinitas pekerjaan dan penghasilan yang rendah (Tambayong, 2000).

Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi kajian sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Peneliti juga ingin melihat perbedaan faktor sosio-ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Menurut informasi dari wawancara dengan Kepala Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan angka kejadian hipertensi di Padukuhan ini cukup tinggi.


(25)

Tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah menjadikan masyarakat kurang peduli akan kesehatan. Masyarakat tidak mampu melakukan terapi dan pengendalian tekanan darah dengan memeriksakannya secara rutin kepada sarana tenaga kesehatan karena masalah biaya yang mahal. Kurangnya informasi kesehatan pada masyarakat Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan terkait hipertensi.

Data penduduk Padukuhan Malang Rejo, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta berdasarkan catatan kependudukan pada tahun 2014. Padukuhan Malang Rejo memiliki 6 Rukun Tetangga (RT), 3 Rukun Warga (RW), dan 302 Kepala Keluarga (KK). Total penduduk sebanyak 1341 orang, 689 laki-laki, 652 perempuan, dan usia penduduk dewasa ≥40 tahun sebanyak 326 orang.

Data penduduk Padukuhan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta berdasarkan catatan kependudukan terakhir pada tahun 2013. Padukuhan Sanggrahan memiliki 5 Rukun Tetangga (RT), 2 Rukun Warga (RW), dan 261 Kepala Keluarga (KK). Total penduduk sebanyak 827 orang, 384 laki-laki, 443 perempuan, dan usia penduduk dewasa ≥40 tahun sebanyak 263 orang.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang, maka permasalahan yang diangkat oleh penulis sebagai berikut:

a. Berapakah proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan,


(26)

Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

b. Apakah terdapat perbedaan faktor sosio-ekonomi seperti, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Keaslian penelitian

Sepanjang penelusuran yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini belum pernah dilaksanakan di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian sebagai berikut:

Tabel I. Beberapa Penelitian Yang Terkait Dengan Penelitian

Judul Hasil Persamaan

dengan penelitian

Perbedaan dengan penelitian Kondisi Sosial

Ekonomi dan Stres pada Wanita Hipertensi Anggota Majelis Taklim (Fitriani, 2012).

Proporsi hipertensi pada wanita meningkat dengan bertambahnya usia. Hipertensi berhubungan bermakna dengan sosial ekonomi (pendidikan, pengeluaran keluarga) yang rendah dan kondisi stres.

Jenis penelitian

cross-sectional. Mengobservasi pengaruh faktor sosio ekonomi terhadap hipertensi. Mengetahui gambaran hipertensi pada wanita. Prevalence, Awareness,

Treatment, and Control of Hypertension in China (Wu, Huxley, Li, Anna, Xie, Yao, et al., 2008)

Prevalensi pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan yaitu laki-laki 23% dan perempuan 18%, sadar akan hipertensi 24%, melakuakn terapi 78% dan tekanan darah terkendali 19%.

Mengetahui proporsi hipertensi,

kesadaran, terapi responden

hipertensi. Jenis penelitian cross-sectional.

Kriteria responden berusia ≥18 tahun.


(27)

Lanjutan Tabel I.

Judul Hasil Persamaan

dengan penelitian Perbedaan dengan penelitian Prevalence, Awareness,

Treatment, and Predictors of Control of Hypertension in New York City (Angell, S.Y., Renu, K.G., Charon, G., Lori, B., Lorna, E.T., Thomas, R.F., 2008)

Prevalensi hipertensi pada kulit hitam lebih tinggi dibandigkan kulit putih 32,8% berbanding 21,1%, p=0,001. Prevalensi hipertensi pada penduduk kelahiran asing yang tinggal selama 10 tahun di Amerika Serikat lebih rendah dibandingkan penduduk yang tinggal di Amerika serikat kurang dari 10 tahun yaitu 20,0% berbanding 27,5%, p=0,05. Prevaelnsi hipertensi 83,0% terdiagnosis hipertensi, 72,7 melakukan terapi, dan 47,1% tekanan darah terkendali.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi hipertensi, kesadaran, terapi responden hipertensi. Jenis penelitian cross-sectional. Sampel yang digunakan representatif dari penduduk New York City.

Membandin gkan prevalensi hipertensi pada kulit putih dan kulit hitam.

Prevalence, Awareness,

Treatment, and Control of Hypertension in China (Wu, Huxley, Li, Anna, Xie, Yao, et al., 2008)

Responden 141892 orang usia ≥18 tahun. Prevalensi pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempua yaitu laki-laki 23% dan perempuan 18%, sadar akan hipertensi 24%, melakuakn terapi 78% dan tekanan darah terkendali 19%.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi hipertensi, kesadaran, terapi responden hipertensi. Jenis penelitian cross-sectional.

Kriteria responden berusia ≥18 tahun.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perbedaan antara faktor sosio-ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.


(28)

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi kajian faktor sosio-ekonomi dapat bermanfaat bagi penyandang hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang memiliki tekanan darah tinggi untuk melakukan terapi dan pengontrolan terhadap tekanan darah secara rutin.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengevaluasi kejadian hipertensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengevaluasi proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

b. Mengobservasi perbedaan faktor sosio-ekonomi seperti, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(29)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Hipertensi 1. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri. Peningkatan tekanan darah (TD) diidentifikasikan sebagai salah satu faktor risiko yang paling signifikan untuk penyakit kardiovaskular (Dipiro et al, 2009).

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi sebagai anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut The European Society of Hypertension (ESH) and of The European Society of Cardiologi (ESC)

Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan/atau <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

High normal 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi tahap 3 ≥180 dan/atau ≥110

Hipertensi terisolasi sistolik ≥140 dan/atau <90 (Mancia et al, 2013).

B.Prevalensi Hipertensi

Indonesia merupakan negara dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit hipertensi


(30)

hampir sama dengan penyakit lain sehingga sering disebut dengan silent disease

karena, tidak dapat dipastikan secara pasti dan baru dapat disadari apabila telah mengganggu organ vital lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke. Biasanya penyakit hipertensi ini diketahui secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan kesehatan atau dengan keluhan lain (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Selain usia dan jenis kelamin hipertensi dapat terjadi oleh faktor lain. Perilaku tidak sehat diantaranya, kebiasaan merokok (aktif/pasif), obesitas, depresi karena rendahnya status pekerjaan, rendahnya pendapatan, dan kurangnya beraktivitas fisik dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi (Basha, 2004).

C.Kesadaran Terhadap Hipertensi

Kesadaran merupakan keadaan seseorang sadar tentang dirinya dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian, dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan orang dalam keadaan baik (Sunaryo, 2004). Kurangnya kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya mengecek tekanan darah sangat rendah. Akibatnya penyakit yang tidak diketahui secara pasti gejalanya ketika melakukan pemerikasaan tekanan darahnya ternyata termasuk hipertensi. Berdasarkan

Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengungkapkan, sekitar 50% penyandang hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya telah menyandang hipertensi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007, kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis atau yang telah terapi hipertensi hanya 24,2%. Berarti 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan (Haryadi, 2015).


(31)

D.Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan terapi hipertensi adalah untuk meminimalkan morbiditas dan mortalitas penyandang hipertensi. Morbiditas dan mortalitas ini berhubungan dengan kerusakan organ target yang meliputi penyakit ginjal, kardiovaskular, gagal jantung sampai terjadinya stroke. Mengurangi risiko tetap menjadi tujuan utama dari terapi hipertensi dan pemilihan terapi obat yang spesifik secara signifikan berdampak pada penurunan risiko kerusakan organ vital yaitu ginjal, kardiovaskular (Dipiro et al, 2009).

1. Terapi non-farmakologi

Terapi non-Farmakologi menurut Dipiro, 2009 sebagai berikut:

a. Menurunkan berat badan bagi penderita yang overweight dan obese: menjaga berat badan agar tetap normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2).

b. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak (kandungan lemak total dan lemak jenuh rendah).

c. Mengurangi konsumsi garam, idealnya sodium 1,5g/hari atau sodium klorida 3,8g/hari.

d. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari).

e. Aktivitas fisik seperti aerobik secara teratur selama minimal 30 menit setiap hari.

2. Terapi farmakologi

Terapi farmakologi hipertensi dapat ditangani dengan obat-obat antihipertensi seperti diuretik (utamanya thiazid), Angiotensin Converting Enzyme


(32)

inhibitor (ACEi), Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Chanel Blocker (CCB) (Dipiro, 2009).

a. Diuretik yang sub golongan utama pada diuretik ini adalah tiazid diantaranya chlorthalidone, hydrochlorothiazide, indapamide, metolazone. Mekanisme kerja tiazid menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat co-trans-porter Na+/Cl- pada awal tubulus disdal ginjal sehingga reabsorpsi Na+/Cl- serta meningkatkan volume urin dan ekskresi natrium (Nugroho, 2012).

b. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEi) diantaranya benazepril, captopril, enalapril, lisonofil, ramipril. Mekanisme kerja golongan ACEi menghambat pembentukan angiotensin II dari perkusor angiotensi I yang inaktif secara kompetitif sehingga aldosteron tidak disekresikan. Aldosteron merupakan senyawa yang dapat meningkatkan peningkatan volume darah yang menyebabkan resistensi vaskuler (Nugroho, 2012).

c. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) diantaranya candesartan, eprosartan, losartan, valsartan. Mekanisme kerja golongan ARBs dengan cara mengeblok secara langsung reseptor angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat berikatan agonis dan tidak menstimulasi efek vasokontriksi, tidak terjadi retensi sodium dan air (Dipiro, 2009).

d. Calcium Channel Blocker (CCB), terdiri dari dua sub golongan yaitu dihidropiridin (amlodipine, felodipine, nifedipine, nicardipine, nisoldipine, iseadipine) dan non-dihidropiridin (diltiazem, verampamil). Mekanisme kerja golongan CCB dengan cara menghambat influks ion kalsium pada


(33)

kanal ion kalsium (voltage-gated calcium channels) pada pembuluh darah dan otot jantung sehingga, mengakibatkan penurunan ion kalsium dalam intraselular dan menyebabkan penurunan kontraksi otot polos yang menimbulkan vasodilatasi (Nugroho, 2012).

E.Pengendalian Tekanan Darah

Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal (Sunanto, 2009). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar dapat mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh. Darah yang beredar keseluruh jaringan tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat yang diperlukan oleh tubuh (Gunawan, 2001). Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang dilakukan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi. Cara bijaksana mengendalikan hipertensi, yaitu dengan melakukan terapi antihipertensi yang taat, kontrol pada tenaga kesehatan, dan mengatur pola hidup sehat (Sunanto, 2009). Tekanan darah terkendali adalah <140mmHg sistolik dan/atau <90mmHg diastolik (Mancia et al, 2013).

F. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi 1. Faktor usia

Bertambahnya usia tidak dapat dihindari oleh siapapun. Menurut Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of


(34)

disebabkan oleh faktor usia lanjut antara lain lebih dari setengah penderitanya berusia 60-69 tahun dan sekitar tiga perempat usia 70 tahun bahkan lebih tua. Pada usia ini berkaitan dengan kenaikan tekanan darah sistolik terutama meningkatnya angka insidensi dan prevalensi terhadap hipertensi. Dinding arteri pada usia di atas 45 tahun akan mengalami penebalan akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot hal tersebut dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan kakunya pembuluh darah (Kumar, 2005). Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di usia 31 tahun dan 45 tahun pada wanita (Dalimartha, 2008).

2. Faktor jenis kelamin

Hipertensi cenderung lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, hal ini disebabkan oleh perilaku tidak sehat pada laki-laki seperti perokok aktif/pasif, mengkonsumsi alkohol serta tingkat depresi dikarenakan status pekerjaan (Rahajeng, 2009). Masa menopause merupakan proses biologis alami wanita yang mulai terjadi pada usia 45-55 tahun. Pada masa premenopause hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) sedikit demi sedikit mulai berkurang (Schofield, 1999). Kadar kolesterol HDL yang tinggi dapat berperan sebagai pencegah terjadinya aterosklerosis (Kumar, 2005). Pada awal masa premenopause wanita mengalami perubahan psikologis yang merupakan perubahan secara tidak langsung dari gangguan fisik namun disebabkan secara langsung oleh tingkat hormon yang berubah. Perubahan suasana hati, mudah tersinggung, depresi, rasa khawatir, perasaan ingin menangis, cemas, stres


(35)

dapat memicu terjadinya hipertensi. Namun hipertensi tidak hanya disebabkan menopause karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi (Gunawan, 2011).

3. Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosio-ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dapat dimasukan kedalam faktor risiko terjadinya hipertensi. Tingkat pendidikan yang rendah, penghasilan rendah, dan pekerjaan yang berat dan penuh tekanan dari atasan maupun rekan kerja dapat memicu stres dan akan menyebabkan hipertensi (Tambayong, 2000).

a. Pendidikan. Rendahnya pendidikan dapat dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah terhadap kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah penyandang hipertensi (Chow, 2014). Masyarakat dengan pendidikan yang tinggi akan semakin baik pengetahuan kesehatannya (Chandra, 2006). Tingkat pendidikan berhubungan pada kemampuan menerima dan menyerap informasi kesehatan dari media masa dan tenaga kesehatan. Kasus kematian banyak terjadi pada masyarakat diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan (Dinas Kesehatan RI, 2012).

b. Pekerjaan. Kesadaran pada jenis pekerjaan indoor lebih tinggi dibandingkan dengan outdoor. Panyandang hipertensi dengan jenis pekerjaan indoor lebih sering mendapatkan informasi kesehatan dari tenaga kesehatan dibandingkan dengan jenis pekerjaan outdoor (Marliani, 2007).

Responden dengan jenis pekerjaan indoor sering dituntut untuk menyelesaikan tugas kantor dalam waktu yang singkat, meskipun tugas


(36)

yang diberikan sudah melampaui batas, hal ini dapat memicu stres pada seseorang (Marliani, 2007). Rutinitas pekerjaan dapat memicu stres. Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak menyenangkan pada diri dan lingkungan. Stres yang berlangsung terus-menerus membuat seseorang sulit untuk dapat mengatasinya secara efektif dan apabila berkepanjangan, akan menyebabkan tekanan darah akan bertahan pada tingkat tinggi. Maka pada situasi seperti ini mengelola stres dan mengurangi stres sangat dibutuhkan (Marliani, 2007). Sifat ambisius, suka bersaing, tidak pernah lelah dalam bekerja, selalu dikejar waktu, dan rasa tidak puas dapat menimbulkan hipertensi (Sarwoyo dan Hendarwo, 2002).

Melakukan pekerjaan yang lebih lama di dalam ruangan menyebabkan terjadinya penyakit kronis akibat bahan pencemar yang terdapat di dalam ruangan (indoor) seperti asap rokok. Kuantitas asap rokok tergantung aktivitas merokok yang sering dilakukan dalam ruangan oleh perokok aktif (Mukono, 2005). Pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan (indoor) lebih sering terpapar asap rokok lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan di luar ruangan (outdoor). Salah satu faktor risiko hipertensi adalah merokok (aktif/pasif). Merokok tidak hanya berdampak pada perokok aktif namun juga pada perokok pasif karena, komponen racun asap rokok dapat ditemukan pada lingkungan. Asap rokok dapat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi (Lina dan Chatarina, 2013). Pada masalah pekerjaan dan penghasilan yang rendah diduga berkaitan dengan masalah


(37)

psikologis seseorang yang berkaitan dengan lingkungan kerja (Rahajeng dan Tuminah, 2011).

c. Penghasilan. Penghasilan yang rendah dapat meningkatan prevalensi hipertensi, dan rendah pengendalian tekanan darah terhadap penyandang hipertensi. Penghasilan yang rendah menunjukan ekonomi rendah, status sosial yang rendah, dan menjadikan seseorang sulit untuk memeriksakan kesehatannya pada sarana tenaga kesehatan. Tingkat penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup serta melakukan terapi yang semestinya dilakukan secara rutin agar tekanan darah dapat terkendali (Gunawan, 2001). Angka kejadian hipertensi akan bertambah jika penghasilan yang diperoleh rendah karena, kurangnya kesadaran pada penyandang hipertensi untuk melakukan terapi dan pengontrolan tekanan darah secara rutin (Tambayong, 2000).

G.Fenomena Rule of Halves Hypertension

(Rao dan Daniel, 2014).

Gambar 1. Bagan Profil Responden Berdasarkan Fenomena ‘Rule of Halves

Populasi sampel Hipertensi 50% Tidak Hipertensi 50% Sadar Hipertensi 25% Tidak Sadar Hipertensi 25% Terapi Antihipertensi 12,5% Tidak Terapi Antihipertensi 12,5% Tekanan Darah Terkendali 6,25% Tekanan darah Tidak terkendali 6,25%


(38)

Kurangnya kesadaran terhadap hipertensi bukanlah fenomena baru: „rule of halves‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui hipertensi, setengah pasien yang diketahui hipertensi namun tidak menjalani terapi, dan setengah dari mereka menjalani perawatan hipertensi dan tekanan darah tidak terkendali (Rao dan Daniel, 2014).

H.Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah

sphygmomanometer. Sphygmomanometer memiliki tiga jenis yaitu

sphygmomanometer neraca, sphygmomanometer aneroid, dan sphygmomanometer

digital. Pada masyarakat sphygmomanometer raksa dianggap alat pengukur tekanan darah yang paling akurat untuk mengukur tekanan darah. Cara penggunaan sphygmomanometer digital lebih mudah dibandingkan dengan

sphygmomanometer raksa dan dapat digunakan tanpa bantuan orang lain untuk melakukan pengukuran tekanan darah (Lingga, 2012).

Sphygmomanometer digital pada masyarakat dianggap kurang akurat hasilnya, namun beberapa studi mengatakan bahwa sphygmomanometer digital memiliki akurasi yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah secara mandiri tanpa bantuan orang lain dan tenaga kesehatan (Lingga, 2012).

I. Profil Tempat Penelitian

Peneliti mengumpulkan data responden hipertensi di Yogyakarta, Kabupaten Sleman. Pada penelitian ini lokasi penelitian di tentukan dengan


(39)

metode simple random samplig (sampling acak sederhana) yaitu dengan cara undian. Simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak, setiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Sugiyono, 2001). Kabupaten Sleman memiliki 17 kecamatan diperoleh Kecamatan Ngemplak. Kecamatan Ngemplak Memiliki 5 Desa dan diperoleh Desa Wedomartani. Desa Wedomartani memiliki 25 padukuhan diperoleh Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Hasil pemilihan tempat penelitian yang diperoleh yaitu, di Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan.

1. Penduduk Padukuhan Malang Rejo

Berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Wedomartani Tahun 2014, Padukuhan Malang Rejo memiliki 4 Rukun Warga (RW), 8 Rukun Tetangga (RT) dan 302 Kepala Keluarga (KK). Jumlah keseluruhan penduduk adalah 1341 orang dengan 689 laki-laki dan 652 perempuan. Jumlah penduduk dengan usia ≥40 tahun adalah sebanyak 326 orang.

2. Padukuhan Sanggrahan

Berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Wedomartani Tahun 2014, Padukuhan Sanggrahan memiliki 2 Rukun Warga (RW), 4 Rukun Tetangga (RT) dan 261 Kepala Keluarga (KK). Jumlah keseluruhan penduduk 827 orang dengan 384 laki-laki dan 443 perempuan. Jumlah penduduk dengan usia ≥40 tahun adalah 263 orang.


(40)

J. Landasan Teori

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah arteri seseorang mengalami peningkatan terus-menerus (Dipiro et al, 2009). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia (Gunawan, 2001). Hipertensi ditunjukan dengan nilai tekanan darah ≥140 mmHg sistolik dan/atau ≥90 mmHg diastolik (Mancia et al, 2013). Penyebab tekanan darah meningkat adalah karena peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan retensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002). Kesadaran adalah keadaan seseorang mengetahui keadaan dirinya, perhatian dan peduli tentang keadaan yang dialami oleh dirinya. Pengetahuan yang dimiliki pada masyarakat akan meningkatkan kesadaran pasien terhadap hipertensi untuk melakukan terapi dan mencapai tekanan darah yang terkontrol (Sunaryo, 2004). Tujuan umum terapi hipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas pada penyakit ginjal dan kardiovaskular (Dipiro et al, 2009). Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal. Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang dilakuakan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi (Sunanto, 2009). Tekanan darah terkendali yaitu <140 mmHg sistolik dan <90 mmHg diastolik (Mancia et al, 2013).

Selain usia dan jenis kelamin risiko hipertensi juga dapat disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan dan penghasilan (Tambayong, 2000). Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan


(41)

tingkat pendidikan rendah dibandingkan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi. Rendahnya pendidikan dapat dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah terhadap kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah (Chandra, 2006). Rutinitas pekerjaan yang penuh dengan tekanan dari atasan dan teman kelompok kerja dapat memicu stres dan menyebabkan hipertensi hal ini menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi (Gunawan, 2001). Pengetahuan terkait kesehatan pada jenis pekerjaan indoor lebih tinggi dibandingkan pada jenis pekerjaan outdoor hal ini terkait informasi yang diperoleh (Marliani, 2007). Kemiskinan disebabkan kurangnya penghasilan yang mengakibatkan seseorang tidak sadar dan tidak peduli pada pengeluaran terkait pendidikan dan kesehatan karena biaya yang mahal (Stalker, 2008). Penghasilan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan asupan gizi yang diperlukan bagi tubuh, melakukan terapi dan kontrol tidak rutin pada tenaga kesehatan menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi (Gunawan, 2001).

Pada penelitian ini untuk melihat gambaran adanya faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi keseluruan penduduk Malang Rejo dan Sanggrahan pada usia ≥40 tahun sebanyak 595 orang. Penduduk Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi dan pengetahuan yang rendah terkait kesehatan sehingga kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kurang.


(42)

K.Hipotesis

Perbedaan faktor sosio-ekonomi yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.


(43)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Penelitian observasional adalah penelitian dilakukan dengan cara mengamati karakteristik sampel yang dipilih dari satu sampel atau lebih populasi (Swarjana, 2012). Rancangan penelitian cross-sectional merupakan desain penelitian dengan pengumpulan data yang dilakukan pada satu titik waktu atau at one point in time. Penelitian cross-sectional

digunakan untuk menjelaskan status fenomena atau menjelaskan suatu fenomena pada satu titik waktu (Swarjana, 2012). Data dikumpulkan melalui metode wawancara terstruktur menggunakan panduan pertanyaan yang telah disediakan dalam Case Report Form (CRF) (lampiran 4 dan 5), dilakukan pengukuran tekanan darah, dan penjelasan hasil pengukuran tekanan darah kepada responden. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistika dengan bantuan komputer.

B.Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor sosio-ekonomi yaitu, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jumlah penghasilan.


(44)

2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: Gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik/olahraga, konsumsi alkohol, merokok aktif/pasif), usia, jenis kelamin, risiko kardiovaskular, BMI (Body Mass Index).

b. Variabel pengacau tidak terkendali: Interaksi dengan sumber informasi kesehatan, dan terapi non-farmakologi.

C.Definisi Operasional

Tabel III. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Penilaian Skala

Usia Responden yang

digunakan yaitu penduduk yang berusia ≥40 tahun.

Wawancara terstruktur.

1=>60 tahun

2=≤60 tahun (binomial) Ordinal

Jenis Kelamin

Identitas biologis responden. Risiko hipertensi pada laki-laki

lebih tinggi

dibandingkan wanita. Wawancara terstruktur. 1=Laki-laki 2=Perempuan Ordinal (binomial)

Kesadaran Responden sadar dan mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Pernah melakukan pengukuran tekanan darah dan mengetahui bahwa hasilnya menyatakan hipertensi.

Wawancara terstruktur dan hasil pengukuran tekanan darah. 1=Sadar hipertensi 2=Tidak sadar Hipertensi Ordinal (binomial)


(45)

Lanjutan Tabel III

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Penilaian Skala

Hipertensi Responden hipertensi saat dilakukan pengukuran tekanan ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg.

Responden yang telah melakukan terapi hipertensi dengan tekanan darah terkendali.

Pengukuran tekanan darah menggunakan

sphygmomanomet

er digital

sebanyak dua kali, hasil yang dicatat adalah hasil yang ke dua.

1=Hipertensi (Tekanan darah >140mmHg sistolik dan/atau >90mmHg diastolik) 2=Tidak Hipertensi (Tekanan darah ≤140mmHg sistolik dan/atau ≤90mmHg diastolik) Ordinal (binomial)

Terapi Terapi yang dimaksud adalah terapi antihipertensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk mengendalikan angka tekanan darah. Wawancara terstruktur. 1=Ya 2=Tidak Ordinal (binomial) Tekanan Darah Terkendali Responden

hipertensi yang sadar menyandang

hipertensi dan melakukan terapi obat maupun non-obat serta memiliki tekanan darah terkendali yang memenuhi

klasifikasi menurut ESH/ESC 2013 yaitu <140mmHg/

>90mmHg.

Pengukuran tekanan darah

sphygmomano-meter digital.

1= Terkendali <140mmHgsi stolik/<90m mHg diastolik 2=Tidak terkendali ≥140mmHgsi stolik/ ≥90mmHg diastolik Ordinal (binomial)


(46)

Lanjutan tabel III

Variabel Definisi Operasional

Cara Pengukuran

Penilaian Skala

Pendidikan Pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh responden. Wawancara terstruktur. 1=≤SMP (<SD, SD,SMP) 2=>SMP (SMA/SMK /STM/SME A, Diploma, Sarjana) Ordinal (binomial)

Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan

responden untuk mendapatkan penghasilan.

Wawancara terstruktur.

1=Indoor (bekerja di dalam ruangan seperti, pekerjaan kantoran, aktivitas di rumah) 2=Outdoor

(bekerja di luar ruangan dan melakukan aktivitas berat) Ordinal (binomial)

Penghasilan Penghasilan yang diperoleh dalam satu keluarga (suami, isteri) selama satu bulan.

Wawancara terstruktur. Standar UMR (Upah Minimum Regional) Yogyakarta Rp 1.200.000 1=≤UMR 2=>UMR Rasio


(47)

D. Subjek Penelitian

Populasi target adalah keseluruhan penduduk yang menjadi sasaran akhir pada suatu penelitian (Santana, 2007). Pada penelitian ini populasi targetnya adalah laki-laki/perempuan penduduk dewasa di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Populasi terjangkau adalah sebagian dari keseluruhan populasi target (Santana, 2007). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah laki-laki/perempuan penduduk dewasa di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan usia ≥40 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Subyek penelitian pada penelitian ini di sebut responden. Responden penelitian adalah beberapa orang yang bersedia di wawancarai untuk memberikan keterangan secara terstruktur (Juliandi, 2014). Kriteria inklusi adalah responden laki-laki dan perempuan usia ≥40 tahun penduduk Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia menandatanganni informed consent, tidak mengikuti keseluruhan proses penelitian, dan wanita hamil.

E.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan menggunakan simple random sampling

(sampling acak sederhana). Cara pengambilan sampling acak sederhana yang dilakukan yaitu, undian dan diperoleh Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Penelitian berlangsung pada bulan Maret - April 2015.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan


(48)

Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi”. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah 3 orang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 Padukuhan yaitu, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan dengan kajian faktor yang berbeda pada setiap orang. Pada kajian faktor gaya hidup sehat yang di bahas adalah kebiasaan merokok aktif/pasif, mengkonsumsi alkohol, mengatur pola makan, dan aktivitas fisik, kajian faktor risiko usia, jenis kelamin, adanya penyakit keturunan kardiovaskular, dan Body Mass Index (BMI), serta faktor kajian sosio-ekonomi yaitu, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Gambar 2. Ruang lingkup Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Faktor usia, jenis kelamin, BMI, risiko

kardiovaskular

Faktor Gaya Hidup Sehat

Faktor Sosio-Ekonomi Yogyakarta

Kabupaten Sleman

Kecamatan Ngemplak

Padukuhan Malang Rejo dan Padukuhan Sanggrahan


(49)

G.Teknik Pengambilan Sampel

Gambar 3. Alur Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian dilakukan secara non-random yaitu tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah jenis purposive sampling yaitu sampel yang diambil dilakukan dengan pertimbangan khusus yang

Populasi di Padukuhan Malang Rejo dan Padukuhan Sanggrahan sebanyak 2168 orang

Populasi usia ≥40 tahun sebanyak 589 orang

Responden inklusi penelitian 255

Responden yang melakukan terapi antihipertensi sebanyak 68 orang (>30)

Purposive sampling

Simple Random Sampling Yogyakarta

Kabupaten Sleman

Kecamatan Ngemplak

Padukuhan Malang Rejo dan Padukuhan Sanggrahan


(50)

ditentukan oleh peneliti sehingga layak dijadikan sampel. Pertimbangan khususnya adalah untuk memenuhi keperluan analisis, jumlah responden hipertensi yang melakukan terapi adalah sebanyak ˃30 responden sehingga data diasumsikan berdistribusi normal. Untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik ukuran sampel minimum yang akan diolah adalah sebanyak 30 responden (Budiarto, 2004). Pada penelitian ini peneliti tidak dapat menetapkan jumlah responden, karena penelitian ini dilakukan sampai mendapatkan jumlah responden hipertensi dan melakukan terapi hipertensi sebanyak ˃30 responden.

Total populasi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan sebanyak 2168 orang dan responden yang memiliki usia ≥40 tahun sebanyak 589 orang. Peneliti melakukan penelitian dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Seseorang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut yang paling baik untuk dijadikan sampling (Sugiyono, 2013).

H.Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah informed consent,

Case Report Form (CRF), leaflet, alat untuk mengukur tekanan darah berupa

sphygmomanometer digital, timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari Padukuhan yang telah didapat berdasarkan undian yaitu Malang Rejo dan Sanggrahan.


(51)

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Padukuhan Malang Rejo dan Kepala Padukuhan Sanggrahan. Permohonan ijin juga peneliti ajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan hasil pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan terhadap manusia dan hasil penelitian dapat di publikasikan.

Gambar 4. Alur Tata Cara Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman

Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

Informed consent dibuat berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Observasi awal

Permohonan ijin dan kerjasama kepada Komisi Etik Penelitian

Kedokteran dam Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Pembuatan Informed consent dan

leaflet Melakukan uji validitas dan reabilitas instrumen Melakukan penetapan

dan seleksi calon responden melakukan

pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan penjelasan hasil pemeriksaan dan wawancara terstruktur Melakukan pengelompokan data dan pengolahan data Melakukan analisis data


(52)

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Leaflet dibuat dari selembar kertas ukuran A4 yang didalamnya berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian

Ketepatan suatu alat ukur sebagaimana fungsinya disebut validitas dan reabilitas dinyatakan dalam nilai CV (coefficient of variation) ≤5% tujuannya

untuk mengetahui pengukuran yang dilakukan mendapat hasil yang konsisten apabila dilakukan pada orang yang sama di waktu yang berbeda (Nisfiannoor, 2009).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan alat ukur tekanan darah pada penelitian yaitu sphygmomanometer digital dengan sphygmomanometer

raksa di puskesmas. Data tekanan darah diperoleh dari lima probandus dengan tekanan darah tinggi dan lima probandus dengan tekanan darah normal. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji t berpasangan dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara

sphygmomanometer digital pada penelitian dan sphygmomanometer raksa pada puskemas. Hasil dikatakan valid jika, tidak terdapat perbedaan bermakna antara sphygmomanometer digital yang digunakan pada penelitian dengan

sphygmomanometer raksa pada puskesmas, nilai p≥α (Lampiran 7).

Uji reabilitas sphygmomanometer digital pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah lima probandus sebanyak lima kali. Hasil pengukuran tekanan darah kemudian di hitung CV (coefficient of variation).


(53)

yang diperoleh dari lima probandus dengan lima kali pengukuran <5% (Lampiran 7).

Rumus :

Gambar 5. Rumus Coefficient of Variation (CV)

Keterangan:

CV = coefficient of variation

s = standard deviation

x = mean

(Chandra, 2009). 5. Seleksi dan penetapan calon responden

Jumlah responden yang dikehendaki pada penelitian ini adalah ˃30 responden hipertensi yang melakukan terapi, sehingga pada awal penelitian ini peneliti tidak menetapkan jumlah responden. Penetapan calon responden dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Kepala Padukuhan, Ketua Rukun Tetangga dan Ketua Rukun Warga Malang Rejo dan Sanggrahan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2015 waktu yang dilakukan pada pukul 08.00 – 15.00 WIB, pencarian calon responden dilakukan dengan door to door

serta mengikuti acara perkumpulan penduduk di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Semua calon responden yang bersedia mengikuti penelitian ini diwakili oleh Bapak Kepala Padukuhan untuk mengisi dan menandatangani

informed consent.


(54)

6. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan pada responden yang bersedia menandatangani informed consent. Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer digital tujuannya untuk menghindari subjektivitas dari peneliti karena dengan menggunakan sphygmomanometer

digital, responden dapat melihat hasil pengukuran secara langsung. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan kepada responden dilakukan menurut SOP yang telah dibuat (Lampiran 9).

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti menjelaskan hasil pengukuran tekan darah kepada responden secara langsung. Responden yang telah diukur tekanan darahnya kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan serta penimbangan berat badan dan wawancara terstruktur berdasarkan CRF yang telah disiapkan sebelumnya. Teknik wawancara digunakan agar peneliti dapat langsung bertatap muka dengan responden sehingga pertanyaan lebih terarah dan informasi yang diperoleh lebih lengkap, akurat, dan konsisten, sehingga semua pertanyaan dapat dijawab langsung oleh responden (Gulo, 2010). Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur karena peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara yang akan dilakukan pada responden (Juliandi, 2014). 8. Pengelompokan dan pengolahan data

Data yang terkumpul akan diolah secara manual dan dengan bantuan komputer untuk mengubah data menjadi informasi. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:


(55)

a. Editing yaitu memeriksa kebenaran dan kelengkapan data yang diperlukan. b. Coding yaitu data yang didapat diklasifikasikan menurut katagori

masing-masing. Untuk faktor sosio-ekonomi dikatagorikan menjadi pendidikan

≤SMP dan ˃SMP, pekerjaan outdoor dan indoor, penghasilan ≤UMR dan

˃UMR. Selanjutnya memberikan kode pada data dengan mengubah kata-kata menjadi angka.

c. Entry yaitu memasukan data berdasarkan CRF yang telah dikumpulkan ke dalam Program Microsoft Excel.

d. Cleaning yaitu pengecekan ulang data yang sudah dimasukan untuk memastikan bahwa data telah bebas dari kesalahan.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh dikelompokan terlebih dahulu sebelum diuji, setelah dikelompokan kemudian data dianalisis secara statistik dengan bantuan program komputer. Kemudian data di uji normalitasnya menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dan uji Q-Q Plot tujuannya adalah untuk mengetahui apakah data yang di peroleh berdistribusi normal atau tidak. Pada hasil data uji Q-Q Plot dikatakan berdistribusi normal jika data berada sangat dekat dengan garis linear atau bahkan menempel pada garis linear (Santoso, 2010). Pada penelitian data yang diuji oleh uji Kolmogorof-Smirnov dan uji Q-Q Plot tidak bersistribusi normal maka, peneliti mengacu pada teorema limit pusat yaitu, jumlah ≥30 data dapat diasumsikan berdistribusi normal (Spiegel, 2004). Uji t dilakukan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan apakah kedua


(56)

kelompok tersebut memiliki rata-rata yang sama atau tidak. Uji t digunakan untuk menguji data yang terdiri dari dua variabel (Santoso, 2010). Uji Chi-Square

digunakan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel (Santoso, 2010). Pada penelitian ini uji Chi-Square untuk menguji perbedaan proporsi antara faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan) terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi pada data penelitian yang diperoleh.

Terakhir yang dilakukan adalah uji hipotesis, uji hipotesis digunakan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Uji hipotesis terdapat dua yaitu uji satu arah dan dua arah, pada penelitian ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis satu arah. Uji hipotesis satu arah adalah uji yang tandingngannya berupa pernyataan hasil data yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil (Nisfianoor, 2009).

Gambar 6. Bagan Hiopotesis Penelitian

Hipotesis Ho : P1= P2

H1 : P1 ≠P2; α<0,05

Sosio-ekonomi (Pendidikan, Pekerjaan,

Penghasilan)

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3) Pengendalian Tekanan


(57)

1. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian

P1 = Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi dengan pendidikan terakhir ≤SMP, pekerjaan indoor, penghasilan ≤UMR.

P2 = Proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden dengan pendidikan >SMP, pekerjaan outdoor dan penghasilan >UMR.

K.Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan penelitian

a. Sulit mendapatkan responden di lapangan.

b. Sifat responden yang tertutup tidak terbuka dalam memberikan informasi. c. Keterbatasan peneliti dalam berkomunikasi dengan responden yang

menggunakan bahasa daerah.

d. Menyesuaikan waktu responden dengan peneliti yang pada awalnya belum mengetahui waktu yang efektif untuk mengambil data.

2. Kelemahan penelitian

a. Pengukuran tekanan darah pada responden hanya dilakukan satu waktu. b. Peneliti tidak mengetahui kegiatan responden sebelumnya yang dapat


(58)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di Yogyakarta, Kabupaten Sleman melalui metode

simple random sampling diperoleh Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 255 orang. Pada hasil analisis menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal. Maka peneliti mengacu pada teorema limit pusat yaitu, jumlah data yang ≥30 data diasumsikan berdistribusi normal (Spiegel, 2004).

Tabel IV. Profil Mean, SD (standard deviation), Median Responden Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Variabel Mean±SD Median

Usia 51±10,5 48 tahun

BMI 23±23,6 22,3

Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) 138,4±25,1 133 Diastolik (mmHg) 81,73±12,02 80

Median: Data tidak berdistribusi normal

Berdasarkan data (Tabel V) pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan, usia ≤60 tahun merupakan usia dominan yang diperoleh yaitu sebanyak 202 orang (79,2%). Data pendidikan, responden terbanyak terdapat pada masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir ≤SMP yaitu sebanyak 171 orang (67,1%). Data pekerjaan, responden terbanyak berada pada masyarakat yang bekerja didalam ruangan (indoor) yaitu sebanyak 142 orang (55,5%). Data penghasilan, responden terbanyak pada masyarakat dengan penghasilan ≤UMR sebanyak 202 orang (78,9%).


(59)

Tabel V. Karakteristik Responden Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Variabel Jumlah Persen (%)

Jumlah responden 255 100

Laki-laki 72 28,1

Usia (tahun)

>60 53 20,8

≤60 202 79,2

Pendidikan

≤SMP 171 67,1

>SMP 84 32,9

Pekerjaan

Indor 142 55,7

Outdoor 113 44,3

Penghasilan

≤UMR 203 79,6

>UMR 52 20,4

Konsumsi Alkohol

Ya 2 0,8

Tidak 253 99,2

Mengatur Pola Makan

Ya 223 87,5

Tidak 32 12,5

Melakukan Aktifitas Fisik

Ya 47 18,4

Tidak 208 81,4

BMI

(Body Mass Index)

≥25 Kg/m2 70 27,5

<25 Kg/m2 185 72,5

Risiko

Kardiovaskular

Ya 19 7,5


(60)

Pada data (Tabel VI) variabel jenis kelamin dan pekerjaan terdapat perbedaan bermakna dengan tekanan darah sistolik, nilai p<0,05. Pada jenis kelamin nilai p=0,02 dan pada pekerjaan nilai p<0,01. Hasil penelitian pada variabel jenis kelamin sesuai dengan teori bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berisiko hipertensi dibandingkan perempuan, hal ini disebabkan perilaku tidak sehat pada laki-laki seperti perokok aktif/pasif, mengkonsumsi alkohol serta tingkat depresi karena status pekerjaan (Rahajeng, 2009). Hasil penelitian pada variabel pekerjaan sesuai dengan teori, jenis pekerjaan indoor sering dipicu untuk berfikir keras, pekerjaan yang berat dan penuh dengan tekanan dari atasan atau teman kerja dapat memicu stres dan mengakibatkan hipertensi (Gunawan, 2001).

Tabel VI. Profil Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Sosio-Ekonomi Responden di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Variabel n TDS TDD p value

Jumlah responden 255 138,4±25,1 81,73±12,02 Jenis Kelamin

Laki-laki 72 142,0±22,2 84,7±10,6 TDS = 0,02*

TDD = 0,35 Perempuan 183 137,0±26,1 80,5±12,3

Usia (tahun)

<60 202 132,9±22,1 83,8±12,3 TDS = 0,76

≥60 53 159,4±25,5 81,2±11,9 TDD = 0,10

Pendidikan

≤SMP 171 140,5±27,7 81,7±11,4 TDS = 0,83

TDD = 0,43

>SMP 84 135,7±24,4 81,7±13,2

Pekerjaan

Indoor 142 140,5±27,7 81,5±12,8 TDS = <0,01*

Outdoor 113 135,7±21,3 81,9±11,0 TDD = 0,27 Penghasilan

≤UMR 202 139,3±25,5 81,5±11,9 TDS = 0,37

>UMR 52 134,8±23,6 82,6±12,3 TDD = 0,65

Keterangan: n = total subjek uji, TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik, Nilai p hasil uji t, * = Terdapat perbedaan bermakna


(61)

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Fenomena „rule of halves‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui menyandang hipertensi, setengah pasien diketahui hipertensi menjalani terapi, dan setengah dari mereka yang menjalani terapi tekanan darah terkendali. Jumlah penduduk Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ≥40 tahun sebanyak 589 orang. Pada hasil penelitian didapatkan responden sebanyak 265 orang dan responden yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 255 orang. Responden penyandang hipertensi sebanyak 119 orang (46,67%), responden sadar menyandang hipertensi 91 orang (35,67%), responden yang sadar menyandang hipertensi dan melakukan terapi antihipertensi sebanyak 68 orang (26,66%), responden yang melakukan terapi antihipertensi dan tekanan darah terkendali sebanyak 10 orang (3,92%).

Gambar 7. Bagan Profil Subyek Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah responden Hipertensi Berdasarkan Fenomena

Rule of Halves Hypertension di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Berdasarkan data yang diperoleh pada (Gambar 9) responden yang melakukan terapi antihipertensi sebanyak 68 (26,66%) orang dan sisanya 23 orang


(62)

(9,0%) tidak melakukan terapi antihipertensi. Berdasarkan informasi yang didapat melalui wawancara masyarakat melakukan pengobatan pada pelayanan kesehatan seperti puskesmas, bidan, rumah sakit, klinik, dokter keluarga, mantri. Terapi farmakologi yang dikonsumsi oleh responden hipertensi adalah amlodipin, dan captopril. Beberapa responden lainnya menggunakan non-farmakologi seperti, ekstrak kulit manggis, mengkonsumsi jamu, melon, semangka, ciplukan, dan timun. Hasil wawancara yang diperoleh terdapat beberapa responden yang melakukan terapi namun tidak ingat nama obat yang dikonsumsi yaitu sebanyak 59 responden.

Tabel VII. Profil Obat Antihipertensi yang digunakan Responden Terapi

Jenis Obat Jumlah

Amlodipin 5

Captopril 4

Lupa nama obat 59

Berdasarkan data (Tabel VII) responden melakukan terapi farmakologi dengan amlodipin golongan Calcium Chanel Blocker (CCB) dan captopril golongan Angiotensin Converting Enzym inhibitor (ACEi). Mekanisme kerja CCB yaitu dengan menghambat influks ion kalsium pada kanal ion kalsium ( voltage-gated calcium channels) pada pembuluh darah dan otot jantung sehingga, mengakibatkan penurunan ion kalsium dalam intraselular dan menyebabkan penurunan kontraksi otot polos yang menimbulkan vasodilatasi (Nugroho, 2012). Mekanisme kerja ACEi yaitu dengan menghambat pembentukan angiotensin II dari perkusor angiotensin I yang inaktif secara kompetitif sehingga aldosteron tidak disekresikan (Nugroho, 2012).


(63)

B.Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Tserhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Chi-Square digunakan untuk mengkorelasikan adanya perbedaan bermakna antara faktor sosio-ekonomi yaitu, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (variabel bebas) terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi (variabel tergantung). Faktor sosio-ekonomi pada penelitian ini yaitu, pendidikan: ≤SMP, dan >SMP, pekerjaan: indoor, dan outdoor, dan penghasilan: ≤UMR, dan >UMR.

1. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi Hipertensi

Tabel VIII. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Faktor Sosio-Ekonomi

Prevalensi

Total p

value

Hipertensi Tidak Hipertensi

OR (95%Cl)

n % n % n %

Pendidikan

≤SMP 84 70,6 87 64,0 119 100

0,28

1,35 >SMP 35 64,0 49 36,0 136 100 (0,79-2,29) Jumlah 119 46,6 136 53,3 255 100

Pekerjaan

Indoor 73 61,3 69 50,7 119 100

0,10

1,54

Outdoor 46 38,7 67 49,3 136 100 (0,93-2,53) Jumlah 119 46,6 136 53,3 255 100

Penghasilan

≤UMR 96 80,7 107 78,7 119 137

0,75

1,13 >UMR 23 19,3 29 21,3 100 100 (0,61-2,08) Jumlah 119 46,6 136 53,3 255 100

OR=Odds Ratio

Berdasarkan data (Tabel VIII) tidak ada perbedaan bermakna antara faktor pendidikan ≤SMP dan >SMP terhadap prevalensi hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden hipertensi pada faktor


(64)

pendidikan ≤SMP sebanyak 84 responden (70,6%) dan >SMP sebanyak 35 responden (64,0%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Berdasarkan data (Tabel VIII) tidak ada perbedaan bermakna antara faktor pekerjaan indoor dan outdoor terhadap prevalensi hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden hipertensi pada faktor pekerjaan indoor sebanyak 73 responden (61,3%) dan outdoor sebanyak 46 responden (38,7%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Berdasarkan data (Tabel VIII) tidak ada perbedaan bermakna antara penghasilan ≤UMR dan >UMR terhadap prevalensi hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden hipertensi pada faktor penghasilan ≤UMR sebanyak 96 responden (80,7%) dan >UMR sebanyak 23 responden (19,3%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Hipertensi dapat terjadi pada siapapun tanpa melihat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Tingkat pendidikan pada responden ≤SMP memiliki perbeda bermakna dan berisiko 1,61 kali terhadap proporsi kejadian hipertensi dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikannya >SMP (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada kemampuan menerima dan menyerap informasi kesehatan dari media masa dan tenaga kesehatan (Dinas Kesehatan RI, 2012).


(1)

(2)

(3)

Lampiran 9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah

SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

1. Baterai sphygmomanometer sebelum digunakan.

2. Sambungkan Konector udara dengan port udara sebelum digunakan.

3. Lilitkan lengan ke dalam manset secara pas dan tidak ketat, gunakan manset pada lengan atas.

4. Letakkan lengan dengan tumpukan di atas meja dan pastikan lengan sejajar dengan jantung.

5. Berikan penjelasan kepada pasien bahwa pada saat pengukuran berlangsung, manset akan mengembang untuk sementara waktu dan akan mengempis kembali serta diharapkan pasien tidak berbicara terlebih dahulu untuk mendapat hasil yang diharapkan.

6. Saat dilakuakan pengukuran, biarkan manset mengembang dan mengempis. Jika pasien tidak nyaman, matikan alat. Kemudian catat hasil pengukuran sistolik dan diastolik pada layar pembacaan.

7. Biarkan pasien untuk istirahat 5-7 menit sebelum melakukan pengukuran tekanan darah. Jika tekanan darah yang pertama lebih dari 5mmHg, maka dilakukan pengukuran ulang dan diambil nilai rata-rata dari ketiga data yang di dapat.

8. Catat tekanan darah sistolik (atas) dan diastolik (bawah).

9. Hasil pengukuran tekanan darah yang diperoleh diberitahukan kepada pasien. Apabila tekanan darah yang diperoleh tidak normal, sarankan ke pasien untuk memeriksa lebih lanjut ke dokter untuk mengetahui informasi selanjutnya.


(4)

(5)

75

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Fajar Risda Astuti, dilahirkan di Ngawi pada tanggal 2 April 1993. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Robertus Aris Budi Supriyono dan Gusni Dawati. Berikut adalah pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis: TK Merak (1997-1999), SDN Sukaresmi 06 (1999-2005), SMP Negeri 1 Cibarusah (2005-2008), SMA Negeri 1 Cikarang Pusat (2008-2011). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi pada tahun 2011.

Berikut adalah kegiatan dan organisasi yang pernah diikuti oleh penulis: Panitia Pengucapan Lafal Sumpah Apoteker Baru Angkatan XXVI Universitas Sanata Dharma 2014, Panitia Komisi Pemilihan Umum Gubernur BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa Farmasi) dan Ketua DPMF (Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas) Farmasi Periode 2014-2015, Panitia INSADHA (Inisiasi Sanata Dharma), Panitia kegiatan Desa Mitra 2012, Program Program Kreativitas Mahasiswa 2014, Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi: 2012-2013, Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi periode 2013-2014, Penerima Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa yang di Selenggarakan oleh Dikti dengan program Pengabdian Kepada Masyarakat berjudul Saya Aspira Romi Kerza “Saya, Anak Sehat, Pintar, Berani Katan Tidak untuk Merokok, Minuman Keraz dan NAPZA” 2014.


(6)

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82